Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH PMI

FILOSOFI MAKANAN DAERAH

NAMA : Fitri Ramadani


NIM : 5193342020
KELAS : II F

JURUSAN : PEND.TATA BOGA


DOSEN PENGAMPU : Dra.Sulistia Wikarsih, M.Pd
Mawaddah sari waruwu, S.Pd,M.Kes

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.P.2020
DAFTAR ISI

 ACEH
1. Mie Aceh 4. Ikan Saleh
2. Sate Matang 5. Rondang Bolut
3. Kuah Pliek U 6. Rondang Itik
4. Gulai Kambing 7. Sambal Tutuk
5. Kuah Masam Keu-eung 8. Sambal Kantori Joruk
6. Kuah sie Itek 9. Sayur Tauco
7. Ayam Tangkap 10. Mie Gomak
8. Rujak Aceh 11. Lappat
9. Martabak Aceh 12. Lemang
10. Ungkot Kemamah 13. Alame(Dodol Mandalailing)
11. Kue Adee - Batak Toba
12. Kue Timpan 1. Saksang
13. Dalca 2. Kue Ombus Ombus
14. Bubur Kanju Rumbi 3. Kue Pohul Pohul
15. Acar Belalk - Batak Karo
16. Gulai Kepala Ikan Khas Aceh 1. Babi Panggang Karo
17. Sie Masak Puteh 2. Cipera
18. Sie Reuboh Cuka 3. Dengke Mas Na Niura
19. Sambai Udeueng 4. Itak Gugur
20. Beulacan 5. Manuk Napinadar
21. Tumeh Tirom 6. Nurung Kerah
22. Boh Rom-Rom 7. Pagit-Pagit
23. Keukarah 8. Tasak Telu
- Nius
 SUMATERA UTARA 1. Goi Nipupu
- Batak Mandailing 2. Harinake
1. Arsik 3. Kofo-Kofo
2. Sayur Daun Ubi Tumbuk 4. Lehe Dalo Nipange
3. Pakkat,Pucuk Rotan 5. Ni’Owuru
6. Silio Guro
7. Hambae Nititi
8. Babae
 ACEH
1. Mie Aceh

Mie Aceh Simbol Keseimbangan 

Keseimbangan adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan baik-baik dalam hidup.
Secara umum salah satu faktor orang-orang sukses di dunia ini karena mereka mampu
menjaga keseimbangan hidup. Dilihat dari sudut psikologi, manusia memiliki empat dimensi
kunci, antara lain : Tubuh (Fisik), Otak (Mental), Hati (Emosional), dan Jiwa (Rohani). Dari
keempat dimensi tersebut perlu adanya keseimbangan yang jika tidak dijaga keseimbangan
tersebut dapat membuat seorang manusia mengalami kekacauan yang menimpa sendi-sendi
kehidupan. 

Mie Aceh goreng basah adalah bentuk keseimbangan. Keseimbangan antara kuah
yang tidak terlalu banyak layaknya di Mie kuah dan takaran bumbu mie yang juga tidak
sebanyak di Mie goreng kering, sehingga dapat meninggalkan jejak sensasi kuah dan bumbu
mie yang lezat di lidah penikmatnya. Di salah satu kesempatan teman saya pernah
mengatakan, “kalau ragu mau pesan apa, pesan aja mie goreng basah, karena mie goreng
basah itu kuahnya dapat seperti mie kuah dan resapan bumbunya juga dapat seperti mie
goreng kering”. 

Di saat kita bingung mau lebih fokus belajar sains (dunia) atau ilmu agama (akhirat)
karena keduanya amat penting, maka keluarkanlah idealisme keseimbangannya. Belajarlah
kedua-duanya dengan kreatifitas menyeimbangkan waktu dan sarana. 

2. Sate Matang

Bagi orang yang belum tahu Sate Matang ini, pasti dikaitkan dengan kata “matang”
yang berarti “sudah masak”. Namun sebenarnya nama Sate Matang ini diambil dari nama
suatu tempat di Aceh, yaitu Kota Matang Geuleumpang Dua, Kabupaten Bireuen. Konon di
tempat inilah Sate Matang pertama kali diperkenalkan oleh penjualnya. Sate Matang
kemudian mulai populer dan dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 90an. Hingga kini Sate
Matang mulai menyebar luas, tidak hanya di Aceh saja, namun juga terdapat di beberapa kota
besar lainnya di Indonesia.

Asal Usul Sate Matang

Bagi orang yang belum tahu Sate Matang ini, pasti dikaitkan dengan kata “matang”
yang berarti “sudah masak”. Namun sebenarnya nama Sate Matang ini diambil dari nama
suatu tempat di Aceh, yaitu Kota Matang Geuleumpang Dua, Kabupaten Bireuen. Konon di
tempat inilah Sate Matang pertama kali diperkenalkan oleh penjualnya. Sate Matang
kemudian mulai populer dan dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 90an. Hingga kini Sate
Matang mulai menyebar luas, tidak hanya di Aceh saja, namun juga terdapat di beberapa kota
besar lainnya di Indonesia.

3. Kuah Pliek U

Menurut beberapa penuturan orang tua, kuah pliek u ini adalah makanan khas raja-raja
Aceh jaman dulu saat menjamu para saudagar ataupun  tamu Raja. kuah plik u menjadi sajian
menu favorit walaupun banyak dari para tamu tersebut yang tidak menyukai jenis ini karena
aroma dan rasanya yang sangat kuat dan aneh.

Bukan hal mudah untuk meracik kuah plik u ini, butuh kesabaran yang sangat tinggi serta
jumlah orang yang sangat banyak, karena bahan yang digunakan untuk kuah pliek u sangat
beraneka ragam, mulai dari cabe hingga jenis tanaman yang susah di jumpai, namun secara
normatif kuah plik u memiliki resep standar seperti  buah nangka muda, papaya muda, daun
melinjo, kacang panjang, kacang tanah, buah melinjo dan pliek u. Selain itu ada juga yang
menambahkan beberapa bahan seperti rebung, daun papaya, daun singkong, udang kecil dan
lain-lain. Sedangkan untuk bumbu yang digunakan biasanya terdiri dari ketumbar,
cabe,bawang merah, bawang putih, dan bumbu rempah lainnya. untuk bumbu utamanya
adalah adalah Pliek atau bahasa kerennya Patarana kelapa yang telah dibusukkan dan
diambil sari minyaknya.

Kuah plik u memiliki nilai filosofi yang tinggi.  Hal ini terlihat dari bahan dan proses
pembuatannya yang sangat rumit. Umumnya saat pembuatan kuah pliek u dilakukan ketika
keluarga berkumpul seluruhnya karena dibutuhkan jumlah tenaga yang besar untuk
menyiapkan kuah pliek u. Selain itu kuah pliek u tidak pernah dibuat dalam jumlah sedikit
namun selalu dibuat dalam jumlah yang besar sehingga memungkinkan untuk dibagi kepada
para tetangga ataupun kerabat. Nilai filosofi tersebut menjadi pengikat persaudaraan antara
rakyat Aceh di pedesaan.  sehingga bukan tidak mungkin Jika  kita selalu dapat merasakan
kuah Priuk setiap minggunya.

Tingginya nilai filosofi kuah plik u ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk
dapat mendaftarkan kuah pliek u sebagai salah satu warisan dunia.

4. Gulai Kambing

Hubungan perniagaan di masa lalu antara India dan Aceh berdampak pada interaksi sosial.
Interaksi sosial yang dimaksud adalah adanya pengaruh budaya India dalam khazanah kuliner
Nusantara, khususnya Aceh, berupa pengayaan kosa kata kuliner dan perkenalan bumbu
masakan baru.

Pedagang India memperkenalkan bawang/bakung, jintan, jahe, cabai (cabai hijau),


dan ketumbar yang berperan penting untuk masakan pedas dan bersantan seperti kari, gulai,
dan rendang. Termasuk juga dalam memperkenalkan minyak samin.

Rempah-rempah yang populer di masa itu, seperti cengkeh, pala (bunga pala), lada
hitam, kayu manis, jintan, jahe, dan kunyit yang kemudian banyak ditanam di Aceh. Di masa
Hindia Belanda harganya bahkan melebihi emas.

Masakan khas Aceh cukup dikenal seperti kuah pliek-u, mie Aceh, kuah eungkot
paya, gulai kambing, kari kambing Pidie, sate matang, bu guri, dalica, ie bu peudah, asam
keumamah, kanji rumbi, sambai asam udeung, masam keueung, kuah sie itiek, kuah
beulangong, dan martabak Aceh. Semua bumbu masakannya dipengaruhi oleh bumbu
masakan khas India. Cita rasa masakannya sama dengan masakan khas India di Kepulauan
Andaman-Nicobar.

Artinya, jika orang Aceh mengunjungi Port Blair atau pulau-pulau lainnya di
Andaman dan Nicobar untuk pertama kalinya, besar kemungkinan tidak mengalami kesulitan
untuk makan masakan khas India.Namun berbeda halnya jika ke New Delhi, karena rasa
masakannya akan terasa lebih ‘keras.” Bagi yang baru pertama kali ke sana mungkin perlu
penyesuaian.

5. Kuah Masam Keu-Eung

Asam keueng merupakan salah satu masakan khas Aceh yang tampilan dan rasanya
sebenarnya mirip-mirip dengan gulai asam padeh dari Padang. Bedanya pada asam padeh,
komposisi cabai merahnya cukup banyak sehingga tampilan kuahnya tampak merah
membara. Sementara asam keueng walau bercita rasa pedas dan asam juga namun
menggunakan porsi kunyit lebih banyak sehingga warnanya terlihat kekuningan. 

Asam keueng yang berarti asam pedas memiliki rasa asam, asin, dan pedas menjadi
satu dalam kuahnya yang kekuningan. Tidak hanya terpaku pada ikan yang bisa anda
gunakan, udang pun lezat untuk diolah dengan cara ini. Umumnya masyarakat Aceh
menggunakan periuk tanah liat untuk memasaknya tetapi dengan wajan pun tetap lezat.

6. Kuah sie itek

Dalam hal sie itek, aroma yang paling menonjol dihasilkan oleh daun temurui
(juga disebut daun kari atau salam koja) dan daun pandan yang dipakai untuk
mengikat setiap potong bebek yang dimasak. Rempah harum yang dipakai adalah
ketumbar dan jintan (dalam bahasa Aceh disebut jira). Bahkan, ada dua jenis jintan
yang dipakai dalam masakan ini, yaitu: jintan (cumin dan jira ikan (fennel, adas
manis). Jira ikan ini memang biasa dipakai untuk memasak ikan guna menghilangkan
aroma amis atau anyir. Penggunaannya dalam masakan bebek juga untuk
menyirnakan aroma bebek yang khas.
Banyaknya rempah dan bumbu yang dipakai - setiap dapur punya cara masak
berbeda, rata-rata antara 12-20 jenis rempah dan bumbu - membuat masakan ini
benar-benar terasa rich. Gurihnya sangat intens. Beberapa dapur bahkan membuat
versi kuah yang reduced sampai kental. Selain itu, penggunaan kelapa gongseng -
yaitu kelapa parut yang disangrai dan kemudian ditumbuk sampai keluar minyaknya -
menciptakan tekstur yang istimewa pada kuahnya.

7. Ayam Tangkap

Ayam Tangkap adalah salah satu makanan tradisional yang berasal dari daerah Aceh.
Makanan satu ini terbuat dari bahan dasar daging ayam, yang dimasak serta digoreng dengan
bumbu khusus dan disajikan bersama dengan daun-daunan yang renyah. Secara penampilan,
Ayam Tangkap ini cukup unik dan berbeda dengan sajian ayam goreng lainnya. Namun
dalam segi rasa, Ayam Tangkap juga memiliki cita rasa yang khas, sehingga menjadi salah
satu makanan favorit bagi masyarakat Aceh maupun para wisatawan yang berkunjung ke
sana.

Asal usul Ayam Tangkap ini masih belum bisa diketahui secara pasti. Namun
menurut beberapa sumber, Ayam Tangkap ini merupakan jenis makanan yang sudah ada
sejak dahulu. Konon nama Ayam Tangkap ini diambil dari kebiasaan masyarakat Aceh saat
memasak daging ayam. Sebelum memasaknya, mereka harus menangkap ayam tersebut
terlebih dahulu di pekarangan mereka. Sehingga banyak yang menyebutnya Ayam Tangkap.
8. Rujak Aceh

Buah Langka,Rasa manis, asam dan pedas melebur menjadi satu di lidah. Tapi, sekali
lagi, itu sudah biasa pada dessert atau hidangan penutup khas Indonesia ini. Yang membuat
rujak Aceh ini begitu istimewa adalah, adanya tambahan sentuhan rasa kelat dan getir. Ini
rasa yang tak umum kita dapati pada rujak, tapi justru getirnya inilah yang membuat
ketagihan ingin mengunyah lagi dan lagi. Tentunya rasa getir ini berasal dari campuran buah
rumbiah dan buah batok di dalamnya racikan rujak. Keduanya digiling halus bersamaan
kacang goreng, kemudian bumbu dan buah yang sudah dipotong kecil-kecil dicampur
sembari diaduk sedikit agar bumbu bisa merata.

Sederhana namun menurut seorang pedagang rujak Aceh, walaupun kedua buah
tersebut, baik rumbiah maupun batok, dikenal banyak orang di tanah Aceh tapi pada
kenyataannya ketersediaannya tak begitu banyak jadi tergolong langka.Keanekaragaman
suku juga mempengaruhi selera lidah, maka jenis makanan yang sama mungkin bisa jadi
agak berbeda disetiap Kota. Jika berada di Tanah Aceh jangan lupa untuk mencicipi keunikan
rasa serta sensasi pedas dan getir yang menggoyang lidah ini.

9. Martabak Aceh

Martabak Aceh adalah makanan Aceh yang dibuat seperti bentuk martabak. Makanan


ini sekilas terlihat mirip dengan telur dadar biasa. Pembuatannya sedikit berbeda dari
martabak telur pada umumnya, karena kocokan telur membungkus kulit martabaknya.
Pembuatan martabak ini diawali dengan menggoreng kulit martabaknya terlebih
dahulu dan dibentuk segi empat, mirip dengan pembuatan roti canai. Kemudian kulit
martabak dilumuri dengan kocokan telur yang telah dicampur dengan rajangan bawang
merah dan daun bawang. Tahap berikutnya, kulit martabak digoreng seperti layaknya
membuat dadar atau omelet, dengan kulit martabak yang berbentuk roti canai segi empat tadi
sebagai intinya. Sebagai pelengkap rasa, martabak Aceh disajikan dengan acar
bawang dan cabe rawit.

10. Ungkot kemamah

Keumamah adalah sebutan populer untuk jenis ikan olahan yang ada di Aceh.
Bentuknya persis seperti kayu dan keras, sehingga dikenal juga dengan istilah ikan
kayu.keumamah ternyata menyimpan perjalanan sejarah yang panjang terkait Perang Aceh.
Sengitnya perjuangan para tokoh Aceh pada masa lalu dalam melawan penjajah, hingga harus
bergerilya di hutan-hutan dalam waktu lama, menuntut pasokan logistik.
Oleh para pejuang Aceh pada masa lalu, ikan kayu diolah sebagai bahan lauk pauk
yang bisa tahan lama hingga berbulan-bulan guna mencukupi kebutuhan gizi pejuang
sekaligus nikmat untuk lauk pauk. Keumamah pun menjadi bekal yang praktis dan berguna
untuk pasukan yang harus berpindah-pindah di hutan dalam waktu lama. Biasanya selain
keumamah ada lagi bahan masakan yang dibawa, yaitu asam sunti atau yang lebih dikenal
dengan asam Aceh. Belimbing wuluh yang dijemur kemudian diasinkan, serta memiliki daya
tahan yang lama juga.
"Keumamah ini selain bisa dinikmati tanpa diolah lagi, juga sering sering diolah
dengan asam sunti. Sehingga menimbulkan selera makan pejuang saat itu. Oleh karena itu,
dua bahan ini tak dapat dipisahkan saat itu," tutur Matang.
Tak hanya jadi bekal pejuang, pada zaman dahulu jemaah haji Aceh yang hendak
berangkat ke Tanah Suci dengan kapal layar yang memakan waktu lama sampai di Mekah,
juga menyiapkan keumamah sebagai salah satu lauk pauknya selama dalam perjalanan.
Bagi orang Aceh, keumamah merupakan jenis lauk pauk yang praktis dan mudah
serta dapat diolah dengan berbagai bahan masakan khas Aceh lainnya, sehingga
menimbulkan selera makan. Meski lahir di medan perang, namun kelestariannya terjaga
hingga sekarang.

11. Kue adee

Bingkang aroma pandan, atau aroma kelapa bahkan beraroma coklat, mungkin biasa.
Bagaimana dengan bingkang aroma bawang goreng dengan rasa manis yang khas? Kue
tradisional sejenis bingkang manis ini, hanya bisa ditemui di Aceh, khususnya di kawasan
kabupaten Pidie Jaya. Namanya pun tak susah untuk dilafal, yakni Adee. Sebelumnya, Adee
memang hanya bisa ditemui di Kabupaten Pidie dan Kabupaten Pidie Jaya. Bahkan sebelum
tahun 2004, kue Adee ini hanya bisa ditemui di pasar pada bulan Ramadhan saja, atau bisa
dicicipi ditempat-tempat pesta perkawinan. Tapi, sejak tahun 2005 lalu, kue Adee sudah bisa
ditemui di daerah-daerah lain, termasuk di Kota Banda Aceh.

Bisnis kue Adee mulai berkembang saat banyaknya organisasi non pemerintah (NGO)
membantu perkembangan bisnis rumahan bagi masyarakat korban bencana gempa dan
tsunami Aceh. "Waktu itu, usai bencana semua masyarakat hidup dari nol lagi, karena di sini
potensi dan kemampuan menggolah kue Adee lebih dominan, maka kue itu dikembangkan
bisnisnya sekaligus untuk membangun ekonomi rakyat kecil,yang kini sudah memiliki
beberapa cabang kedai kue Adee, dengan banyak mempekerjakan remaja putri putus sekolah
di Meureudue.

Di Ibu Kota Provinsi Aceh, Banda Aceh sendiri, Adee, kini begitu mudah ditemui,
bahkan kue dengan tekstur lembut, gurih, legit, manis, dan beraroma bawang goreng ini
sering menjadi penganan sandingan minum kopi di banyak warung kopi di Banda Aceh.

Mengolah Adee, tidaklah sulit. Yang penting paduan adonannya harus pas, kemudian
kue dibakar di oven. Kalau jaman dulu biasanya dibakar di loyang besi atau yang disebut
dengan Neuleuk, yakni pemanggang yang terbuat dari panci tahan api. Neuluek ini kemudian
dimasukkan kedalam baskom pasir sebagai penghantar panas, yang kemudian ditutup dengan
seng, lalu di bagian atasnya diberi bara api. "Adonan Adee yang dimasak dengan Neuleuk ini
akan terasa lebih harum dan lebih gurih. Cuma waktu masaknya lebih lama jika dibandingkan
dengan oven.

12. Kue timpan

Kue Timpan adalah salah satu kue tradisional yang berasal dari daerah Aceh. Kue satu
ini termasuk jenis kue basah yang terbuat dari bahan dasar ketan dan pisang raja. Di
dalamnya biasanya terdapat berbagai varian isi seperti parutan kelapa atau srikaya. Kue
Timpan ini merupakan salah satu makanan tradisional yang cukup terkenal di Aceh, dan
sering disajikan sebagai menu utama saat hari raya.
Salah satu keunikan dari Kue Timpan ini adalah bahannya yang terbuat dari
campuran ketan dan pisang. Perpaduan dua bahan ini tentu akan menghasilkan perpaduan
rasa yang unik dan sangat khas. Selain itu didukung dengan isi kue yang terbuat dari bahan
parutan kelapa atau srikaya tentunya membuat makanan satu ini semakin terasa istimewa.

13. Dalca

Dalca (Aceh), hidangan kari yang biasanya disajikan pada saat hari raya, dalca
disantap bersama dengan ketupat dan menu lainya. Daging yang biasa digunakan untuk
membuat dalca adalah daging sapi nanmun di beberapa daerah juga menggunakan daging
kambing untuk membuat dalca. Dalca adalah menu yang sehat kerena tidak menggunakan
santan dan isianya selain daging juga
14. Bubur kanji rumbi

Konon kuliner ini berumur ratusan tahun. Warga menjaganya sebagai tradisi dan
mudah ditemui saban Ramadan di Aceh, pada seluruh pelosok.

Bubur Kanji diyakini berasal dari Gujarat dan Malabar, dua daerah distrik di India.
Dibawa oleh para pedagang ke Aceh saat menyebarkan Islam abad ke-12. Begitu penuturan
Adli Abdullah, pemerhati sejarah dan budaya Aceh.Selain Bubur Kanji, para pedagang
Gujarat juga mewariskan Ie Bu Peudah kepada warga Aceh. Baca Makanan Warisan Indatu:
Ie Bu Peudah.

Bubur Kanji yang mirip bubur ayam setelah dikenalkan abad ke-12, semakin popular
di Aceh pada abad ke-16. Saat itu, Aceh dalam masa kejayaan dan berpengaruh di dunia,
punya banyak sekutu dagang dan sekutu perang dalam menjaga kedaulatan negeri.

Salah satu wilayah sekutu adalah Malabar, yang membantu Aceh mengusir Portugis
dari Selat Malaka. Banyak pemuda negeri itu yang merantau ke Aceh, bekerja sebagai tentara
dan pembuat kapal-kapal perang, juga pandai senjata. Mereka membawa budayanya ke Aceh,
termasuk makanan.

Kala Ramadan, para pemuda Malabar selalu mengolah Kanji Rumbi sebagai
makanannya. Mereka berbagi dengan warga Aceh, bertukar dengan makanan di sini, seperti
Kuah Belangong dan Sie Reboh. Membangun kebersamaan dalam rasa sosial yang
tinggi.Enak di lidah dan perut, warga Aceh meminta resep dan mulailah diracik Kanji Rumbi
oleh pribumi. Terus menerus sampai menjadi tradisi.

15. Acar belalak


Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke. Dari ujung timur hingga ujung
barat, tentu setiap daerah memiliki suatu hal yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Bisa jadi
letak geografis, bisa juga budayanya, tak terkecuali kulinernya.Bisa dibilang, masing-masing
daerah memiliki ciri khas kulinernya sendiri. Tak hanya bahan bakunya, cara memasaknya
pun mungkin hanya ditemukan di daerah tersebut. Salah satu contohnya tak lain adalah
makanan Aceh.

Berada di kawasan Sumatra, makanan khas Aceh terbilang sebagai makanan yang
kental dengan rasa rempah serta cenderung pedas. Salah satu makanan khas Aceh yang
memiliki cita rasa luar biasa nikmat adalah acar belanak.Mendengar kata acar, yang terlintas
di kepala kita adalah gabungan dari beberapa sayuran seperti wortel, timun, dan bawang yang
diendap di dalam cuka. Tapi, acar satu ini berbeda.

Berbahan Dasar Ikan Seperti yang sudah disebutkan di atas, acar umumnya berbahan dasar
beberapa sayuran yang diendap di dalam air cuka. Tapi, hal ini tak berlaku pada acar belanak.
Acar khas Aceh ini berbahan dasar ikan belanak. Inilah yang membuat makanan ini disebut
acar belanak.

Ikan belanak secara kasat mata terlihat seperti ikan bandeng. Bedanya, ikan satu ini
lebih pipih dan panjang bentuknya. Soal rasa, tak mungkin ikan satu ini dijadikan bahan dasar
makanan jika tidak memiliki rasa yang nikmat.Terlebih ikan ini mengandung omega 3 yang
baik bagi perkembangan otak, khususnya untuk anak-anak. Selain itu, rasa rempahnya yang
nikmat membuat makanan ini sangat cocok dikonsumsi bersama dengan nasi hangat.

Cita Rasa Pedas yang Tinggi Vitamin C Siapa bilang kalau vitamin C hanya bisa
didapatkan melalui buah-buahan seperti jeruk? Nyatanya, acar belanak merupakan makanan
berat yang tinggi kandungan vitamin C. Hal ini tak lepas dari cabai yang digunakan pada
masakan ini.Semakin banyak cabai yang digunakan, tentu rasa masakan satu ini akan
semakin pedas. Hal tersebut pun berbanding lurus dengan semakin tingginya vitamin C pada
acar belanak.Perpaduan asam, gurih, dan pedas pada acar belanak tentu membuat lidah siapa
saja tak sabar untuk menyantapnya.
16. Gulai kepala ikan

Seorang perantau dari Fuzhou, bernama Hoong Ah Kong, bekerja keras menjadi koki
di sebuah kopitiam (warung kopi) di Albert Street, tidak jauh dari Sophia Road. Ah Kong
melihat sukses Gomez dengan tekad baru. Berulang kali ia makan gulai ikan masakan
Gomez. Diam-diam ia sering mengintip bagaimana cara Gomez memasak, sampai Ah Kong
pun dapat meniru masakan gulai ikan itu dengan baik.

Seorang perantau dari Fuzhou, bernama Hoong Ah Kong, bekerja keras menjadi koki
di sebuah kopitiam (warung kopi) di Albert Street, tidak jauh dari Sophia Road. Ah Kong
melihat sukses Gomez dengan tekad baru. Berulang kali ia makan gulai ikan masakan
Gomez. Diam-diam ia sering mengintip bagaimana cara Gomez memasak, sampai Ah Kong
pun dapat meniru masakan gulai ikan itu dengan baik.

Sebagai orang Tionghoa, tentu saja ia mencoba menyelaraskan citarasa gulai ikannya
dengan lidah Tionghoa - dengan menambahkan jeruk nipis agar rasanya lebih asam dan
dengan demikian “menipiskan” rasa gulai khas India yang sangat nonjok alias maachtig. Rasa
asam - dari jeruk nipis dan asam jawa - juga sangat cocok dengan citarasa ikan. Gulai gagrak
India lebih tebal santannya, rasa asam hanya diperoleh dari asam jawa, dengan rasa jintan,
kunyit, dan fenugreek yang tajam.
Tetapi, kalau Ah Kong juga menjual gulai ikan, tentulah ia akan dicap sebagai peniru.
Diam-diam ia memutar akal. Tiba-tiba ia melihat kepala ikan berukuran besar yang selalu
dibuang di pasar. Pada waktu itu, tidak ada orang berpikir untuk dapat memanfaatkan kepala
ikan.

Ah Kong ingat, orang Tionghoa justru sangat suka bagian kepala ikan, khususnya bila
dikukus. Bagian pipi dan rahang ikan adalah bagian yang paling lembut dagingnya. Di
Tiongkok bahkan ada sup bibir ikan dan lidah ikan yang sangat populer. Jadi, kenapa tidak
membuat gulai dari kepala ikan? Ah Kong kemudian memunguti kepala ikan kakap
berukuran besar yang dibuang di pasar, membawanya pulang, dan membersihkannya. Lalu
dimasaknya menjadi gulai kepala ikan. Dicampur dengan bindih (okra = ladies’ fingers) yang
membuatnya khas India.
17. Sie masak puteh

Dari namanya, dapat dibayangkan menu yang satu ini berwarna putih. Sebagian orang
menyebut gulee sie masak puteh ini dengan sebutan gulee puteh atau kari putih. Bahkan, ada
juga yang menyebutnya gulee korma atau gulai masak kurma. Padahal, masakan ini sama
sekali tidak memakai kurma sebagai bahan maupun bumbu.Sekilas, gulee sie masak puteh ini
mirip masakan opor di Jawa. Warnanya pucat. Namun, makanan ini tidak serupa dengan
opor. Sajian kari khas Aceh ini merupakan salah satu masakan yang populer di Serambi
Mekkah. Rasanya yang lemak nian, kian digandrungi siapapun.

Istimewanya, masakan ini juga bisa dipadu dengan bahan baku apa saja; daging sapi,
daging ayam, bebek, dan juga ikan. Uniknya lagi, sekalipun menggunakan bahan baku ikan
atau bebek, tidak ada bau anyir yang menyertai masakan. Banyaknya rempah dan bumbu
aromatik yang dipakai, menutup rasa anyir pada ikan atau bebek, sehingga mengumbar aroma
harum.Aroma yang sangat menonjol pada masakan ini dikontribusikan oleh oen temurui.
Dalam bahasa Indonesia disebut daun kari atau salam koja. Nah... bila menggunakan bebek,
aroma daun pandan yang dipakai untuk mengikat setiap potongan itik, memperkaya
keharuman masakan. Selain itu, aroma harum juga berasal dari ketumbar dan jintan. Dalam
bahasa Aceh disebut jira.

Ada dua varian jintan yang digunakan dalam masakan khas Aceh: jira maneh dan jira
ikan. Biasanya, jira ikan digunakan untuk menghilangkan bau amis atau anyir pada masakan.
Seperti ikan atau bebek. Bau anyir yang khas pada ikan dan bebek sesegera mungkin sirna
dibunuh keharuman jira.

Rempah-rempah yang digunakan sebagai bumbu menjadikan masakan ini terasa


gurih. Bahkan, beberapa peminat kuliner tersebut membikin kuah dengan versi kental. Selain
itu, penggunaan kelapa gongseng menciptakan tekstur yang istimewa pada kuahnya.
Sebenarnya, rempah-rempah yang digunakan pada gulee sie masak puteh ini sama
dengan makanan khas Aceh lain. Bedanya, khusus gulee sie masak puteh, menghindari cabai
dan merica. Untuk menonjolkan kegurihannya, sie masak puteh ditambah kemiri.

18. Sie reuboh cuka

Makanan khas dari Tanah Rencong, Nangroe Aceh Darussallam tidak hanya
Mie Aceh. Banyak makanan lain, yang bahkan memiliki sejarah cukup unik, seperti
Sie Reuboh, panganan berbahan dasar daging sandung lamur.

Zaman Cut Nyak Dien, ini yang dijadikan bekal. Karena asam, berlemak dan
awet. Kalau mau dimakan cukup dihangatkan saja. Makanan yang berbahan dasar
daging sandung lamur dan has luar ini dimasak dengan menggunakan berbagai macam
rempah asli Indonesia, mulai dari bunga lawang, kayu manis, kapulaga, dan cengkeh.
Bumbu tersebut kemudian dibalurkan pada daging dan didiamkan selama 30 menit.

Setelah itu daging dimasak dengan teknik slow cook agar bumbu yang ada
meresap kedalam daging dan daging pun terasa empuk. ada satu bahan khusus yakni
cuka gampong (cuka kampung)

Cuka tersebut memiliki cita rasa asam khas cuka namun sedikit manis. Bahan
ini, menurut Astrid, memang sulit diganti karena akan mengubah rasa khas dari Sie
Reuboh.

19. Sambai udeung

Sambai Asam Udeung adalah masakan khas Aceh yang terbuat dari udang rebus yang


dirajang kecil dan dibumbui dengan bumbu-bumbu bercita rasa asam dan pedas. Di salah satu
rumah makan Aceh di Jakarta, asam udeung ini populer dengan sebutan sambal ganja. Hal ini
disebabkan sama sekali bukan karena makanan ini mengandung ganja, melainkan
karena sambal ini membuat ketagihan orang yang menyantapnya.

Asam udeung ini selain sebagai lauk penyerta untuk disantap dengan nasi hangat, akan


tetapi juga cocok untuk dipakai sebagai lauk penyerta Sie Reuboh (daging rebus) - masakan
khas aceh lainnya. Pilihan dagingnya antara lain adalah kambing atau sapi yang direbus
dengan cuka, lalu dikeringkan dan digoreng garing. Masakan ini bisa disetarakan dengan
sejenis dendeng, tetapi dengan bagian dalam daging yang masih lembap.

20. Beulacan

Beulacan merupakan makanan khas Aceh yang secara turun-temurun diwariskan oleh
setiap keluarga di Aceh. Beulacan biasanya disajikan ketika hari-hari besar seperti pesta
pernikahan, khitanan, maupun hari raya Islam. Namun, banyak juga yang menjadikannya
menu makanan sehari-hari di rumah.

Komposisi bahan untuk membuat Beulacan terdiri atas parutan kelapa, cabe, sereh,
ketumbar, kunyit, bawang putih dan bawang merah. Dan ada juga yang sering menambahkan
ikan asin sebagai penyedap. Namun pada zaman dahulu ada juga yang dibuat menggunakan
udang sabe, terasi, dan ikan Asin.

Ada beberapa macam cara penyajian dan cara memasak Beulacan. Ada yang hanya
dimasak dengan diatasi apai dan diaduk-aduk sampai beberapa menit. Ada yang dibakar di
atas tungku seperti sate. Kemudian Beulacan dibungkus dengan daun pisang dengan ukuran
kecil. Sekilas memang mirip dengan pepes tapi tentunya sangat berbeda. Beulacan biasanya
disantap bersama dengan nasi dan lauk lainnya.
21. Tumeh tirom

Tumeh tirom atau tumis tiram merupakan masakan khas ala Aceh. Masakan ini
terbuat dari olahan daging tiram/skelop yang menjadi ciri khas masakan Aceh dimana
seringnya penggunaan bahan laut sebagai bahan utama masakannya. Makanan ini bercita rasa
pedas gurih khas masakan Aceh yang kaya akan rempah-rempah.

22. Boh rom rom

KUE berbentuk bola pimpong ini memiliki nama yang unik; boh rom-rom. Kudapan
sejenis onde-onde yang dilumuri kelapa parut ini paling khas di Aceh saat bulan puasa.
Hampir semua rumah menyediakannya.

Rasanya yang kenyal dan manis serta bentuknya yang imut, membuat boh rom-rom
digemari semua usia. Kerap menjadi camilan wajib bagi warga Bumi Serambi Mekkah saat
berbuka puasa.

Makan boh rom-rom memang memiliki sensasi tersendiri. Saat camilan imut ini
terkena gigitan, isi di dalamnya bisa muncrat keluar. Jadi bagusnya boh rom-rom dimasukkan
sekalian ke mulut, jangan digigit setengah-setengah.

Nah, karena isinya sering muncrat keluar saat digigit, sebagian orang Aceh menyebut
boh rom-rom sebagai boh meucoet alias buah muncrat.
23. Keukarah

ACEH merupakan salah satu daerah di nusantara yang memiliki tradisi kuliner yang
kuat. Begitu pula dalam hal panganan ringan atau cemilan. Salah satu cemilan tradisional
khas Aceh yang masih bertahan hingga kini adalah keukarah atau kue karah. Kue kering yang
memiliki rasa manis dan renyah ini menjadi teman yang pas saat bersantai sambil menikmati
secangkir kopi khas Tanah Rencong. Kini, kue dimaksud mulai langka. Teksturnya yang
garing dan renyah dipadu bentuknya nan unik menyerupai sarang burung, membuat kue ini
kian diminati.

Jika dilihat dari teksturnya, keukarah memang menyerupai sarang burung. Cuma,
bentuknya lebih beraturan, bisa divariasikan sesuai selera. Ada yang berbentuk bulan sabit,
gulungan, piringan, dan segitiga. Namun, tak ada campuran sarang burung walet dalam
adonannya.

Keukarah adalah penganan terbuat dari campuran tepung dan santan. Ukurannya satu
telapak tangan orang dewasa. Rasanya sangat renyah, manis, garing, dan rapuh. Karena
bentuknya yang unik, kue ini sering dijadikan oleh-oleh yang bisa dibawa ke mana saja.

Untuk membuat kue keukarah ini cukup sulit. Dibutuhkan ketelitian dan kesabaran
khusus menyelesaikannya. Bahan-bahan seperti tepung beras, gula, dan air diaduk satu
menjadi adonan kental dan tidak terputus. Dengan bantuan wadah berlubang atau yang
biasanya dipakai tempurung kelapa yang dibuat khusus, adonan tadi dialirkan ke dalam
minyak goreng yang telah dipanaskan secara pelan-pelan, membentuk lempengan mirip
serabut.Setelah matang, lempengan dilipat membentuk segidua atau segitiga.

Membuat keukarah ini harus dengan kesabaran. Sebab, kue tersebut hanya bisa
digoreng satu-persatu dalam satu penggorengan, sehingga butuh waktu relatif lama.
Kerumitan proses pembuatan menyebabkan keukarah sulit ditemukan di etalase toko kue,
kecuali pada waktu-waktu tertentu, semisal Lebaran.
Tapi, bagi Anda yang tidak mau repot-repot dengan penggorengan, bisa memesannya
atau membeli di toko-toko makanan ringan dan souvenir khas Aceh. Lazimnya, jenis kue ini
bisa dijumpai di pasar tradisional atau penjual kue khas seperti di Lampisang, Aceh Besar,
sekitar objek wisata sejarah Rumah Cut Nyak Dhien, di jalan raya dari Banda Aceh menuju
ke Meulaboh. Sedangkan di supermarket atau toko kue biasa, sulit dijumpai. Meski demikian,
penganan ini bisa dijumpai di berbagai daerah di Serambi Mekkah.

Biasanya, kuliner ini bisa ditemui pada sejumlah perayaan pesta perkawinan. Dari
beraneka jenis kue khas yang dibubuhkan sebagai hantaran pada pesta perkawinan, keukarah
menjadi satu jenis makanan yang diserahkan oleh calon pengantin kepada calon istrinya.

Tidak hanya itu, menjelang hari raya atau acara-acara adat dan kenduri di Aceh,
keukarah ini kerap menjadi salah satu sajian yang sering dijumpai. Dengan secangkir kopi
atau teh, keukarah bisa jadi pilihan tepat untuk menikmati rasa renyahnya.

 SUMATERA UTARA
- Baak Mandailing
1. Arsik

Menurut filosofi Batak, ikan mas arsik melambangkan kemurnian hidup dan panjang
umur. Pemaknaan ini dapat dilihat dari habitat ikan mas arsik yang hidup di air tawar dan
memiliki tubuh yang panjang. Ikan ini juga melambangkan kehidupan damai turun-temurun
seperti halnya ikan mas arsik yang hidup bergerombol (marudur-udur).
Tak heran bila dalam hampir setiap jamuan makan Batak, selalu tersedia masakan dari
bahan Ikan, terutama ikan mas. Dalam upacara adat Batak misalnya, ikan mas arsik yang
sudah matang  disajikan dalam bentuk memanjang seperti berenang. Jumlah ikan mas yang
disajikan dalam setiap peristiwa adat berbeda-beda, satu ekor untuk untuk pasangan yang
baru menikah, tiga ekor disajikan untuk pasangan yang baru memiliki anak, lima ekor
disajikan untuk pasangan yang memiliki cucu, dan tujuh ekor disajikan untuk pemimpin
masyarakat Batak.
2. Sayur Daun Ubi Tumbuk

Bertanya ke beberapa orang tentang filosofi sayur ubi tumbuk? Kenapa daun singkong
tidak direbus kemudian dipotong-potong agar mudah saat disantap? Penjelasannya adalah
Dahulu masyarakat suku Batak mempunyai anak banyak.  Dengan menumbuk daun
singkong, daun yang agak tua pun bisa dimakan.  Proses menumbuk juga membuat proses
memasak sayur menjadi cepat. Biasanya ujung tanaman singkong di patahkan sampai ke
daun yang kira-kira tua tapi masih cukup empuk untuk dimakan.  Dengan begitu hanya
beberapa buah ujung singkong sudah menjadi satu panci besar sayur.

3. Pakkat

Pakkat adalah Makanan tradisional khas Mandailing. Pakkat itu sendiri adalah pucuk
Rotan muda yang dibakar. Makanan ini termasuk dalam jenis Lalapan. Pakkat biasanya ramai
pada saat bulan Ramadhan sebagai menu lalapan saat buka puasa. Di daerah asalnya Tapanuli
Selatan, selain dijadikan makanan pembuka saat berbuka puasa, pakkat merupakan makanan
yang disantap pada upacara-upacara adat.

Cara pengolahan pakkat tidaklah sulit. Pucuk rotan berukuran sekitar satu meter ini
terlebih dahulu dipanggang di atas bara api batok kelapa atau arang yang dibakar. Perlu
waktu sekitar 15 menit sampai pucuk rotan melembek. Kemudian, kulitnya dikupas dengan
pisau, dagingnya berwarna putih itulah yang dinikmati.

Selain bisa disantap langsung sebagai lalapan, pakkat dapat dimakan dengan anyang
atau bumbu khas mandailing atau digulai. Rasa pakkat yang agak pahit lidah ternyata yang
membuat orang ketagihan menikmatinya. Apalagi jika dinikmati bersama cabai, bawang, dan
jeruk nipis yang digiling.
4. Ikan saleh

Ikan sale dikenal dengan sebutan ikan asap. Ikan segar diambil, dibersihkan
jeroannya, kemudian disale atau diasapi. Jadilah, ikan asap yang memiliki cita rasa enak dan
awet. Nah nama ikan sale sendiri berasal dari proses masaknya yang disalai atau diasap.Nah
katanya, Ikan Sale ini muncul secara tidak sengaja loh. Konon, masyarakat melakukan proses
penjemuran daging ikan dengan terik matahari. Sayangnya, terik matahari tidak selalu ada.
Sehingga cara yang ditempuh adalah memanaskannya dengan api melalui asapnya.

Proses ini membuat warna ikan menjadi kecoklatan dengan aroma yang khas. Yang
menarik, cita rasanya menjadi lebih enak lantaran diasapi. Alhasil, metode pengasapan ini
terus dikembangkan sampai hari ini.

Pengasapan ini menjadi solusi utama dikala banyaknya ikan tangkapan di kawasan
tersebut. Bila ikan tidak bisa didistribusikan semuanya, dan dikhawatirkan ikan akan
membusuk, makanya, ikan-ikan ini kemudian diasapi.Untuk ikannya sendiri bisa bermacam-
macam. Bisa ikan tongkol, tengiri, maupun bandeng. Nah, tapi khusus di kawasan Sumatera
Selatan, ikan yang biasanya diasapi adalah ikan patin.

Pengasapan ini diklaim mampu memberikan keawetan pada ikan. Yang terpenting,
ikan ini lebih sehat lantaran tidak dikerumuni bakteri. Hasilnya, ikan tetap berada dalam
keadaan kering dan tidak mudah membusuk.

Supaya ikan bisa terasapi dengan baik, pembuatnya perlu memilih kayu yang pas.
Kayu terbaik untuk pengasapan ikan adalah kayu yang keras. Kemudian memiliki kandungan
phenol dan asam tinggi agar unsur tersebut melekat pada ikan dan membuatnya awet serta
bercita rasa.
5. Rondang Bolut

Rondang bolut artinya rendang belut. Rendang ini biasanya menggunakan belut sale
tetapi ada juga yang menggunakan belut basah. Rondang bolut ini biasanya dipadukan
dengan kentang kecil ataupun kacang merah agar terlihat lebih banyak dan rame.
Belut yang akan dimasak terlebih dahulu dibersihkan lendirnya dan dibakar di atas api
sehingga kering. Secara umum, proses pembuatan rendang belut sama seperti rendang
daging, hanya berbeda pada penggunaan banyak macam daun saat memasak. Bumbu-bumbu
dimasukkan ke dalam santan dan diaduk hingga santal mengental. Setelah itu, belut
dimasukkan bersama daun-daun sambil terus diaduk hingga hingga kuah santan kering dan
warnanya menjadi gelap.
Hidangan rendang belut memiliki tekstur gurih dengan rasa asam dan pedas. Rendang
belut disajikan dengan daun-daun yang digunakan saat memasak. Daun-daun tersebut
dimakan, sedangkan tulang belut tidak dimakan.

6. Rondang Itik

Rondang itik artinya rendang itik (bebek). Sebenarnya rondang itik ini sama dengan
rendang itik dimana pun, hanya saja  bumbu yang dibuat dalam rendang khas mandailing ini
yang berbeda. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menghilangkan bau amis itik.Setelah
itu, itik dibakar untuk menghilangkan lendir serta mengeluarkan minyak dan bulu yang masih
menempel di kulit. Proses pembakaran cukup tiga menit dengan cara dibolak-balik. Dan
jangan lupa mengambil bagian yang amis dari ekor itik.
Kemudian, itik di cuci bersih. Tak hanya menggunakan air tetapi daun tebu.
Tujuannya untuk menghilangkan bau amis dan menambah rasa manis pada daging yang akan
dimasak. Setelah itu itik direbus selama lima jam. Tujuannya untuk mendapatkan tekstur
daging itik yang empuk.

7. Sambal Tutuk

Dari mana asal mula sambal si penggoda selera ini ya? Sambal ternyata sudah ada
dalam manuskrip Serat Centhini yang dibuat tahun 1814. Serat Centhini, sendiri termasuk
manuskrip yang berisi pengetahuan tentang keagamaan, kesenian, ramalan, sulap hingga
makanan dan minuman tradisional Jawa. Sebanyak 46 jenis sambal yang disebutkan dalam
manuskrip tersebut, diantaranya adalah sambal kluwak, sambal gocek, sambal trancam
congor, serta sambal cempaluk.

Selain itu, dalam buku resep lama Groot Nieuw Volledig Oost-Indisch Kookboek
karya J.M.J Catenius van der Meijden (1903) disebut pula resep sambal bajak. Sebagai
informasi,  buku resep lama tersebut merupakan buku pegangan wajib para perempuan
Belanda sebelum datang ke Hindia. Masih dalam buku tersebut, ada pula resep sambal
serdadu alias sambal terasi. Menu sambal serdadu ini khusus disiapkan untuk bekal para
serdadu pada saat ekspedisi atau bertempur. Bisa disimpulkan, ternyata asal mula sambal di
negeri ini sudah ada sejak lama sekali.

8. Sambal kantori joruk


Sambal yang satu ini adalah makan khas suku mandailing yang benar-benar unik.
Sambal kantori joruk ini adalah sambal yang bahan utamanya adalah teri dan durian. Cara
memasak makanan ini sama seperti cara memasak sambal teri pada umumnya, bedanya di
sini ditambahkan buah durian yang sudah difermentasikan. Cara memasaknya durian
dicampur dengan cabe,yang di masak dengan cara di boyom (dimasak dengan menggunakan
daun pisang lalu di bakar).

9. Sayur tauco

Dari mana asal mula sambal si penggoda selera ini ya? Sambal ternyata sudah ada
dalam manuskrip Serat Centhini yang dibuat tahun 1814. Serat Centhini, sendiri termasuk
manuskrip yang berisi pengetahuan tentang keagamaan, kesenian, ramalan, sulap hingga
makanan dan minuman tradisional Jawa. Sebanyak 46 jenis sambal yang disebutkan dalam
manuskrip tersebut, diantaranya adalah sambal kluwak, sambal gocek, sambal trancam
congor, serta sambal cempaluk.

10. Mie Gomak

Mie Gomak adalah makanan yang terkenal sebagai masakan khas daerah dari tanah
Batak Toba, meliputi semua daerah Batak Toba, dan juga menjadi masakan khas di Sibolga
dan Tapanuli. Mengenai asal usul sebutan untuk menu ini beragam versi. Sebagian
menyebutkan, mungkin karena cara penyediaannya digomak-gomak (digenggam pakai
tangan) hingga sampai saat ini disebut mie gomak, meskipun pada akhirnya tidak
menggenggamnya dengan tangan di saat menghidangkannya.
Juga sering disebut Spageti Batak karena mirip dengan spageti dari Itali, bentuknya
mirip seperti lidi. Mie yang sudah direbus biasanya dibuat terpisah dengan kuah dan
sambalnya. Meski banyak ragam untuk membuat menu makanan khas Batak ini, ada yang
menggunakan kuah ada juga dibuat seperti mie goreng. Rasanya sangat unik apabila mie
gomak dicampur dengan bumbu dari tanah Batak yakni andaliman.

11. Lappet

Sekitar 60 tahun silam zaman kemerdekaan Indonesia, gerak perekonomian


masyarakat di Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara mulai Nampak dengan
berbagai kegiatan aktivitas perdagangan, mulai perdagangan hasil pertanian hingga semilan
bahan pokok. Namun disisi lain, kreativitas masyarakat didaerah ini muncul, salah satunya
adalah membuat dan menjual lepat dengan ciri khas tersendiri.
Memang, sebagian besar daerah memiliki ciri khas masakan khas masing-masing dan
hingga saat ini selalu dipertahankan dengan berbagai alasan mulai dari adat, budaya maupun
alas an tertentu lainnya. Demikian halnya di Kecamatan Siborongborong, daerah ini memang
cukup strategis untuk zona kawasan bisnis, karena berada di daerah Jalan Lintas Sumatera
(Jalinsum) Tarutung-Balige. Kawasan ini juga berada dipertengahan daerah Kabupaten
Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Humbahas. Sehingga tak bias
dipungkiri, banyak pedagang dari ketiga kabupaten tersebut melakukan pengembangan usaha
di daerah ini.
Awalnya, sekitar tahun 1940-an, almarhum Musik Sihombing lah yang memulai
usaha berjualan lepat ini yakni di rumahnya, di Jalan Balige Pusat Pasar Kecamatan
Siborongborong. Namun kala itu, Almarhum Musik Sihombing memberi nama lepat tersebut
“Lappet Bulung Tetap Panas”. Usaha tersebut dinilai warga cukup menjanjikan, karena
pembelinya cukup lumayan.
Dinilai berhasil, Almarhum Anggiat Siahaan dating dari Desa Pohan Tonga,
Kecamatan Siborongborong mulai ikut membuat lepat seperti yang dimulai oleh Almarhum
Musik Sihombing. Dibantu sang istri, Almarhum Horlina boru Nababan, akhirnya Almarhum
Anggiat Siahaan pun mulai berjualan lepat dengan cara menganyuh sepeda dari desanya.

12. Lemang

Sejarah lemang ini bukan sahaja menunjukkan asal-usul di Tanah Melayu sahaja
malah di Indonesia juga mempunyai cerita dan sejarah lemang yang tersendiri. Indonesia
mempunyai pelbagai kumpulan etnik yang mengamalkan budaya yang berbeza ini kerana
terdapat pengaruh budaya dari luar seperti budaya Melayu. Budaya Melayu tersebar luas di
Indonesia terutamanya di Sumatera dan Borneo. Budaya Melayu telah mempengaruhi budaya
Indonesia dalam pelbagai aspek terutama sekali dalam aspek makanan. Salah satu hidangan
yang diadaptasi daripada budaya Melayu dan dijadikan sebagai sebahagian daripada makanan
keraian Indonesia ialah Lemang. Beberapa daerah di Indonesia menyediakan lemang di
upacara-upacara tradisi seperti di Bengkulu, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan
Borneo Selatan.

Walaupun setiap daerah menggunakan kaedah yang sama untuk memasak, mereka
mempunyai fungsi, penggunaan dan sebab mengapa mereka menggunakan lemang. Di
Indonesia, memasak lemang dianggap aktiviti merapatkan hubungan silaturrahim kerana
mereka menggunakan cara tradisional yang memerlukan tenaga dan masa yang banyak.
Walaubagaimanapun, kaedah tradisional untuk memasak lemang mengambil masa yang lama
dan kualiti lemang tidak boleh dijangka kerana untuk mendapatkan kualiti yang baik, mereka
hendaklah mempunyai skill yang baik dalam mengawal api yang digunakan.

13. Alame
Alame adalah makanan tradisional Mandailing yang terbuat dari Gula merah,Tepung
beras ketan dan Santan kelapa yang di masak sampai mengental. Alame juga sering
disebut Dodol Mandailing. Tradisi memasak Alame biasanya ramai saat Bulan puasa sebagai
penganan untuk merayakan hari raya idul fitri. Pengrajin Alame di Panyabungan menjadikan
Alame sebagai mata pencaharian yang pemasarannya tembus hingga Malaysia

Dodol atau Alame ini, biasanya saat lebaran selalu ada dan menjadi makanan wajib
disamping Lemang dan hidangan dari daging. Dari pengalaman dan cerita-cerita orang tua,
membuat Alame atau dodol zaman dulu biasanya dilakukan dengan gotong royong atau
saling membantu, biasanya para muda-mudi, karena memasaka Dodol atau Alame tersebut
membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar enam atau delapan jam lebih untuk dua liter
beras pulut atau beras ketan yang telah jadi tepung, yang dicampur dengan tepung gandum
satu kilo, Gula merah skitar 6 kilo ditambah dengan gula putih 2 kilo, santan dari enam belas
butir kelapa.

Proses pembuatan Dodol atau Alame tersebut zaman dahulu dilakukan secara
tradisional, tungkunya dibuat ditanah yang dilobangi, lengkap dengan lobang api dan tempat
kayu bakar, beras pulut ditumbuk secara beramai-ramai oleh muda-mudi setempat.
Pembuatan dodol atau alame tersebut dulu sering dilakukan dimalam hari, dan memasaknya
menggunakan kuali yang besar, dan senantiasa  diaduk atau dikacau biar tidak lengket. Api
harus dikontrol, dan tidak boleh didiamkan agar adonan dodol atau alame tersebut tidak
gosong.

- Batek Toba
1. Saksang

Saksang adalah makanan khas batak yang terbuat dari olahan daging B1 dan B2, atau
daging kerbau yang di cincang dan di bumbui dengan rempat-rempah khas batak yang cuma
ada di indonesia dan santan.

Ciri khas rempah-rempah khas kuliner batak ini antara lain adalah : lengkuas,jeruk
purut, ketumbar, daun salam, bawang merah, bawang putih, merica, cabe, jahe, serai, kunyit
dan pamungkasnya andaliman. Andaliman ini lah yang menjadi saksang ini menjadikan cita
rasa yang khas untuk kuliner batak satu ini.

Saksang dapat di masak dengan atau tanpa menggunakan darah hasil sembilih hewan
tersebut, Jika dengan darah di sebut “margota” dan jika hanya olahan rempah biasa tanpan
darah di sebut “na so margota”

Hidangan saksang tampaknya lebih merupakan teknik pengolahan yang di kenal luas
oleh berbagai suku batak. Masakan khas batak ini menjadi legendaris dan kuliner batak satu
ini sering di kaitkan dengan upacara adat tradisional batak toba.

Saksang bersamaan dengan babi panggang karo, ikan arsik, sayur daun ubi tumbuk
merupakan hidangan yang legedaris dan cukup memiliki cita rasa yang khas dalam dunia
kuliner batak dan kuliner nusantara.

2. Kue ombus ombus

Kue Ombus-Ombus berasal dari Siborong-Borong, Tapanuli Utara. Masyarakat


Tapanuli mengenal camilan tersebut dengan nama Lappet Bulung Tetap Panas. Mereka biasa
menikmati kue tersebut ditemani secangkir kopi atau teh.

Pencetus Ombus-Ombus kali pertama, seperti dilansir dari laman dimedan.co, seorang


bernama Musik Sihombing pada tahun 1940. Dia memulai usaha pembuatan Ombus-Ombus
di kediamannya, Jalan Balige Pusat Pasar, Kecamatan Siborong-Borong, Tapanuli Utara.

Siapa sangka camilan manis dengan lumeran gula aren di tengah laris-manis, bahkan
sepeinggal sang perintis, Musik Sihombing, kue Lappet Bulung Tetap Panas tetap jadi
incaran.
3. Kue pohul pohul

Ketika membuat kue pohulpohul, kita akanmenggenggam itak (bahan pohulpohul dari


tepung beras) dan menekannya kuat-kuat. Dengan demikian, kue itu berbentuk serupa
genggaman tangan, lengkap dengan bekas kelima jemari tangan.
Maknanya adalah: meskipun kita merasa tertekan, terjepit atau kesusahan dalam suatu
pesta atau kegiatan adat mulai dari perencanaan hingga acara selesai, tapi semua itu baik dan
bertujuan mempererat kekerabatan dan jalinan kasih sayang, persis seperti pohulpohul yang
menjadi utuh karena ditekan genggaman tangan.
Bekas 5 jari pada pohulpohul juga disimbolkan sebagai konsep 5 waktu dalam tradisi
Batak yang disebut hatiha silima, yaitu: 1.Manogot 2.Pangului 3.Hos Ari 4.Guling Ari 5.Bot
Ari.
Selain itu, lima jari-jari menjadi simbol tentang rasa manusiawi setiap orang yang
terbentuk dari panca indera, yaitu: 1. Parnidaan (penglihatan) 2. Parbinegean (pendengaran)
3. Parnianggoan (penciuman) 4. Pandaian (rasa/cecap) dan 5. Pangkilaan (perasaan/kulit).

Dengan demikian, bekas 5 jari sebagai bentuk dari pohulpohul memiliki makna


bahwa setiap saat, mulai dari pagi hingga malam, kita tidak bisa lupa kepada keluarga dan
kerabat.

- Batak Karo
1. Babi panggang karo

Konon sejarah babi panggang bermula karena dipakainya ranjau pada arena medan
perang . Pada waktu itu belum ditemukan alat canggih deteksi logam yang bisa dipakai untuk
mendeteksi ranjau-ranjau yang ditanam pihak musuh di medan perang. Oleh seorang Jenderal
pemimpin sebuah pasukan tempur elite, dipakailah strategi perang “ Babi Penjinak Ranjau”.

Setiap wilayah yang akan dilintasi oleh pasukannya, jika disinyalir banyak tertanam
ranjau, maka terlebih dahulu dilepas sekawanan babi-babi ke ladang ranjau tersebut. Jika tak
ada ranjau, maka gerombolan babi-babi penjinak ranjau tadi,selamat. Lalu babi-babi
dikandangkan kembali dan seluruh pasukan bisa lewat dengan selamat.

Namun jika wilayah yang akan dilewati banyak ditanami ranjau oleh pihak musuh,
maka ranjau-ranjau itu akan meledak ketika diinjak-injak oleh gerombolan babi-babi penjinak
ranjau. Maka babi-babi penjinak ranjau itupun ikut meledak, melambung dengan tubuh yang
tercabik-cabik dan bergelimpangan terbakar dan terpanggang oleh api yang menyala karena
disulut oleh ledakan ranjau yang terpijak oleh pasukan babi-babi tadi.

Lalu semua anggota pasukan tempur na so parsubang yang posisinya persis berada
dibelakang gerombolan babi-babi penjinak ranjau itu sibuk mengutipi satu persatu potongan -
potongan daging dari tubuh babi-babi yang terkena ledakan ranjau tadi. Merekapun lalu
membubuhinya dengan asam, garam, cabe, andaliman dan kecap manis.
Sambil melepas lelah, sembari merokok,rokok, seluruh pasukan yang bukan parsubang pun
bersantap tambul daging babi panggang penjinak ranjau tadi. Setelah kenyang , pasukan pun
segera melanjutkan perjalanan dengan aman.

Setelah perang usai, ternyata banyak pula tentara dalam pasukan itu yang ketagihan
memakan daging babi yang terpanggang api ledakan ranjau. Maka merekapun memanggang
babi persis seperti babi-babi penjinak ranjau yang menjadi korban ledakan ranjau. Bahkan
ada pula diantara tentara itu yang merantau sampai ke Tanah Karo, disana dibukanya lah
rumah makan BPK. Itulah asal muasal terjadinya masakan daging babi panggang sampai
sekarang ini. 

2. Cipera
Cipera merupakan makanan olahan daging ayam kampung dengan tepung jagung.
Tampilan cipera sangat menggugah selera seperti gulai di masyarakat minang dengan kuah
lebih kental.

Secara tradisional cipera biasa disajikan saat pesta adat masyarakat Karo. Sehingga
makanan ini termasuk makanan istimewa. Saat ini cipera mudah ditemukan di rumah-rumah
makan seperti di Brastagi dan Kabanjahe.

Dalam tradisi aslinya, ayam cipera harus dihidangkan bersama pasangannya yang
disebut tasak telu alias tiga sajian. Potongan ayam biasanya dikeluarkan dari kuah kental, lalu
dimasak lagi dengan gota. Potongan ayam ini disajikan sebagai hidangan utama.
Kuah kentalnya disajikan sebagai hidangan kedua, yang juga boleh disiramkan di atas ayam.
Sajian ketiganya adalah sayur cincang yang terdiri atas daun ubi, kacang panjang, batang
pisang, jantung pisang, daun pepaya, dan tauge.

3. Dengke Na Niura

Dengke Mas na Niura atau Ikan Mas Na Niura ini adalah makanan tradisional khas.


Batak yang berasal dari Tapanuli.Dahulu masakan na niura dikhususkan untuk raja saja,
tetapi karena rasanya yang enake smua orang-orang batak ingin menyantap dan membuatnya.
Dengke Naniura ini awalnya menggunakan ikan mujahir, kemudian digunakan juga untuk
ikan emas yang memang banyak ditemukan di Danau Toba.
Ikan Mas Na Niura dikenal juga dengan makanan yang tidak dimasak, direbus,
digoreng atau tanpa menggunakan api. Na niura dalam bahasa Batak artinya ikan yang tidak
dimasak melalui api namun baik dan enak dimakan. Ikan na niura dimasak oleh fermentasi
bumbu utama yakni asam batak seperti utte sira, atau asam jungga; bisa juga menggunakan
kecombrang. Rasa makanan ini seperti ikan segar namun tanpa bau amis. Na niura menjadi
enak karena bumbu-bumbu khas yang terdapat di dalamnya; termasuk andaliman.
Sebelumnya bumbu-bumbu sudah disangrai dan digiling bersama lalu dioleskan pada ikan.
Untuk mendapatkan hidangan naniura ini dibutuhkan waktu kira-kira 5 jam.

4. Itak Gugur

Itak gurgur dibuat dengan sangat sederhana tanpa dimasak. Bahan utama itak gurgur
yaitu tepung beras. Sebelum ada alat penggilingan, beras hanya ditumbuk sehalus mungkin.
Kini pun sebagian masih mempertahan pengolahan seperti ini karena dianggap rasa itak
gurgur justru terasa lebih enak.

Beras terlebih dahulu direndam. Beras kemudian dicampur dengan garam, gula, dan
kelapa parut. Semua bahan diaduk merata. Setelah itu baru dikepal-kepal hingga padat. Itak
gurgur sudah dapat dinikmati. Kini, ada juga yang kemudian melanjutkan pengolahnnya
dengan cara mengukus. Secara tradisional, itak gurgur cukup dikepal dan bisa langsung
dimakan.

Itak gurgur dibuat dengan sangat sederhana tanpa dimasak. Bahan utama itak gurgur
yaitu tepung beras. Sebelum ada alat penggilingan, beras hanya ditumbuk sehalus mungkin.
Kini pun sebagian masih mempertahan pengolahan seperti ini karena dianggap rasa itak
gurgur justru terasa lebih enak.

Beras terlebih dahulu direndam. Beras kemudian dicampur dengan garam, gula, dan
kelapa parut. Semua bahan diaduk merata. Setelah itu baru dikepal-kepal hingga padat. Itak
gurgur sudah dapat dinikmati. Kini, ada juga yang kemudian melanjutkan pengolahnnya
dengan cara mengukus. Secara tradisional, itak gurgur cukup dikepal dan bisa langsung
dimakan.

5. Manuk Napinadar

Manuk Napinadar atau Ayam Napinadar adalah masakan khas Batak yang biasanya


dihidangkan pada pesta adat tertentu.Untuk mengerjakan resep yang satu ini agak sedikit
rumit, butuh waktu dan kesabaran. Pastinya inti dari masakan ini adalah di saus darah ayam
itu sendiri.

Masak Ayam Napinadar ini, ayamnya harus dipanggang terlebih dahulu, setelah itu
lalu disiram dengan saus spesial yakni darah ayam (manuk) itu sendiri, dan dicampur
dengan andaliman, bawang putih bubuk (yang sudah digiling sampai halus) lalu dimasak.
Sama s eperti kita menuangkan saus ke atas ayam yang sudah dipanggang.

Manuk Napinadar adalah salah satu makanan khas Batak yang biasanya dihidangkan
pada saat acara-acara adat Batak. Untuk mengerjakan resep yang satu ini agak sedikit
rumit, butuh waktu dan kesabaran. Pastinya inti dari masakan ini adalah di saos darah ayam
itu sendiri.

6. Nurung Kerah
Nurung Kerah adalah masakan khas Suku Karo dari Sumatra Utara yang terbuat dari
ikan lele yang telah diasapi atau yang dikenal juga dengan istilah ikan sale. Ikan ini terlebih
dahulu telah mengalami proses pengasapan sehingga menjadi kering. Selain terbuat dari ikan
lele, nurung kerah juga dapat dibuat dari ikan patin dan ikan sejenisnya. Nurung kerah
bisanya diolah dengan cara digulai, digoreng kering, dan juga disambal balado.
Ketika digulai nurung kerah kerap dicampur dengan terung telunjuk, yaitu terung
hijau yang langsing dan menyerupai telunjuk tangan. Selain itu nurung kerah juga kerap
digulai dengan labu kuning dan daun singkong tumbuk.

7. Pagit pagit

 Makanan ini serupa soto. Bahan utamanya, rumput yang diambil dari isi perut besar
sapi, kerbau, atau kambing.Banyak orang yang beranggapan makanan ini berasal dari kotoran
sapi. Tetapi anggapan itu keliru. Karena rumput yang diambil dari perut besar itu masih
segar. Karena ketika kerbau, sapi atau kambing memakan rumput maka rumput yang
baru dimamah itu disimpan di perut besar. Rumput itulah yang kemudian dimamah kembali,
barulah rumput tersebut dicerna. Itu artinya, rumput tersebut belum dicerna. Memang rumput
tersebut berbau, tetapi itu bukanlah kotoran. Rumput yang diambil dari hewan memamah
biak itu dinamakan trites.

Untuk mengurangi bau dan rasa pahit dari rumput tersebut, biasanya juru masak
menambahkan bumbu, seperti rimbang serta sayur-sayuran. Uniknya, makanan ini ampuh
mengobati penyakit maag atau melancarkan sistem pencernaan.Masakan yang satu ini
biasanya dihidangkan pada acara-acara tertentu sepasti Merdang Merdem (syukuran panen
raya) atau pesta kerja tahun, memasuki rumah baru dan memberangkatkan anak merantau.
Syukuran pesta tahun dilangsungkan setelah panen selesai.

Masyarakat Karo meyakini, Tuhanlah yang memberkati usaha petani sehingga hasil
pertanian mereka berhasil. Untuk melengkapi acara syukuran itu, masyarakat menghidangkan
pagit-pagit dan chimpa. Meski sawah-sawah di Karo telah dialihkan menjadi ladang sayur
dan tanaman buah, tradisi Merdang Merdem tetap dipertahankan dan dilestarikan.

8. Tasak Telu

Tasak Telu adalah makanan khas suku Karo berupa ayam kampung yang dipanggang
tanpa bumbu yang kemudian dicincang. Sebagai pelengkap ayam tersebut dihidangkan
bersama sup kaldu, cipera, serta getah dan daun singkong goreng bertabur parutan kelapa.
Ketiga pelengkap itulah alasan kenapa disebut ayam masak tiga.
Kunci dari Tasak Telu adalah getahnya. Ia terbuat dari darah ayam, asam jawa, cabai,
bawang dan garam. Namun Tasak Telu juga bisa disajikan tanpa darah ayam jika penganut
kepercayaan tertentu menghendakinya.
Tasak Telu biasanya disajikan saat perayaan Merdang Merdem atau Kerja Tahun
ketika suku Karo mengadakan hajatan selama satu minggu penuh untuk bersyukur atas
selesainya musim tanam padi. Perayaan ini biasanya diadakan oleh semua kampung di
Kabupaten Karo.
- Nias
1. Gowi nipupu

Pada zaman dahulu terutama di pedalaman, masyarakat Nias kalau makan pagi, siang
dan malam, sebelum memakan nasi telebih dahulu memakan ubi, setelah merasa agak
kenyang baru memakan nasi. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan konsumsi nasi
berhubung karena nasi pada masa itu sangat susah didapatkan dan seringkali tidak terjangkau
sehingga terkadang Gowi Nifufu  digunakan sebagai makanan pokok di sana.
2. Harinake

Harinake merupakan makanan adat tradisional Nias, tepatnya Nias bagian Utara dan
Nias bagian Barat. Harinake berupa daging babi cincang dengan cacahan yang tipis dan kecil
– kecil. Biasanya Harinake disajikan untuk menghormati tamu seperti menghormati mertua
yang datang ke rumah menantunya pada kunjungan pertama. Dalam pesta perkawinan,
biasanya anak – anak memberikan secara adat kepada orang tuanya dan disaksikan oleh
semua famili (keluarga besar). Harinake hampir mirip dengan fakhe nifalogu.

Biasanya harinake disajikan untuk menghormati tamu seperti menghormati mertua


yang datang ke rumah menantunya pada kunjungan pertama, Pesta perkawinan, anak-anak
memberi makan secara adat kepada orang tuanya dan disaksikan oleh semua famili (keluarga
besar) dalam hal anak – anak meminta kepada orang tuanya melaksanakan pembagian harta
warisan dimana setiap anak menyajikan 1 ekor babi yang dilengkapi dengan harinake kepada
orang tua mereka.

3. Kofo Kofo

Kofo-kofo adalah makanan berbahan dasar ikan. Ikan terlebih dahulu dibuang bagian
kulit dan durinya lalu digoreng. Setelah itu diolah lagi dengan dimasak santan.Pengolahan
lain yaitu sebelum digoreng ikan terlebih dahulu dihaluskan atau ditumbuk. Setelah itu
kemudian dicampur telur dan dipadatkan seperti dibuat bulat-bulat, kemudian dikeringkan
atau diasap. Pengalahan ini cukup panjang namun diakui dapat menciptakan sajian yang
sangat istimewa.

Asal makanan tradisional kofo-kofo tepatnya dari Kecamatan Pulau-pulau Batu,


Kabupaten Nias Selatan. Sebuah pulau kecil di sebelah selatan Pulau Nias. Pulau ini
berdekatan dengan pulau lebih besar Pulau Tanahmasa dan Tanahbala.Kofo-kofo disebut
juga gulai ikan. Ikan yang terlebih dahulu digoreng membuat citarasa gula sangat gurih.
Biasanya masyarakat Nias menyajikan kofo-kofo sebagai menu santap siang.

Bumbu pembuatan kofo-kofo tak jauh berbeda dengan pembuatan gulai. Seperti
bawang merah, cabai, kunyit, dan lainnya. Jika kamu melancong ke Nias, belum lengkap
kalau belum menikmati sajian kulinernya. Salah satu makanan tradisional Nias wajib kamu
coba yaitu kofo-kofo. 

4. Lehedaho Nifange

Lehedalo nifange. Makanan khas Nias ini berbahan utama daun talas yang diolah
menjadi rendang. Lehedalo nifange disebut-sebut sebagai rendang talas. Masyarakat Nias
biasa menyajikan lahedalo nifange sebagai teman menikmati sagu atau nasi. Pengolahannya
sebagai rendang menjadikan lahedalo nifange cocok dijadikan lauk.

Meski bukan dibuat dari daging atau bahan lauk, lahedalo nifange diakui sangat enak.
Teksturnya sangat lembut. Bumbu-bumbunya menyerap tak ubahnya pada rendang daging
khas Sumbar. Tampilannya hitam mengguah selera makan.

Daun talas muda pertama-tama direbus sebentar. Setelah itu dicampurkan ke dalam
sangrasi kelapa. Setelah itu baru dimasukkan bumbu rempah seperti bawang merah dan putih,
kemiri, cabai, dan lainnya. Dimasak hingga bumbu meresap dengan cara ditumis.

Dalam masyarakat Nias, selain sebagai makanan sehar-hari, lehedalo nifange juga
merupakan sajian dalam pesta-pesta adat. Selain disajikan bersama nasi, lahedalo nifange
sebagai makanan utama dengan sajian pesta lain seperti olahan daging.
5. Ni’owuru

Proses mengasinkan daging dan ikan memang terbukti bisa membuat daging dan ikan
bisa tahan lama. Kalau di daerah lain di Indonesia hanya ikan saja yang diasinkan, tapi di
Nias berbagai daging biasa diasinkan agar awet.Ni’owuru sendiri merupakan istilah untuk
asinan daging babi. Tapi banyak juga daging lain yang diasinkan seperti ayam, sapi, atau
kerbau. Jadi, jika wisatawan ingin mencicipi kuliner yang satu ini lebih baik bertanya terlebih
dahulu dengan penjual tentang jenis daging yang diasinkan.

Ni’owuru adalah metode pengawetan makanan berbahan dasar daging (biasanya


daging babi) dengan cara pengasinan atau diberi garam dalam jumlah banyak. Daging yang
telah di treatment  dengan metode Ni’owuru memiliki tekstur yang sedikit keras dan agak
kering. Rasanya sangat asin, tetapi aroma daging yang khas masih terasa. Metode
pengawetan Ni’owuru sudah sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Nias, khususnya di
Nias Barat dan Nias Utara. Selain karena cara pembuatannya relatif mudah, rasanya juga
nikmat dan praktis dihidangkan sewaktu-waktu ketika tamu tak terduga datang berkunjung.

Metode pengawetan Ni’owuru dahulu acap digunakan pada daging yang berlebih.


Daging yang tidak habis dimasak dalam acara-acara besar tentu akan mubazir jika dibuang,
sehingga pengawetan ini menjadi alternatif terbaik. Posisi daging Ni’owuru dalam
masyarakat Nias adalah sebagai makanan adat, sekaligus makanan sehari-hari.
Daging Ni’owuru juga merupakan makanan ikonik, hanya ada di Nias dan merupakan resep
yang sudah diturunkan dari generasi ke generasi.

Dalam sejarah, metode pengawetan dengan menggunakan garam sudah dilakukan


sejak berabad lalu, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di belahan dunia lainnya. Metode
pengawetan dengan menggunakan garam tidak hanya digunakan pada makanan, tetapi juga
pada proses mumifikasi terhadap jasad manusia. Peradaban pertama yang menggunakan
garam sebagai media pengawetan adalah peradaban Mesir Kuno. Informasi ini terungkap
ketika para peneliti melakukan penelitian pada jasad Firaun Seth I yang telah meninggal
selama ribuan tahun yang lalu.

Rahasia dari metode pengawetan dengan menggunakan garam adalah proses osmosis
atau proses peresapan cairan. Daging yang ditaburi garam sebanyak 25% dari berat daging
tersebut dapat menyebabkan berpindahnya cairan dari dalam daging menuju ke butiran garam
yang ditaburkan. Sisa darah yang ada pada daging mengering karena kehilangan cairan,
begitu juga dengan bakteri yang menyusut dan kehilangan kemampuan untuk melakukan
proses pembusukan pada daging atau bahkan langsung mati karena dehidrasi.

Sebelum masyarakat Nias mengenal Ni’owuru, mereka melakukan proses pengawetan


daging dengan cara pengasapan secara intensif selama tiga hari tiga malam. Metode ini
dinamakan Ni’unage. Metode ini diterapkan di seluruh pulau Nias. Menurut salah seorang
sumber, metode ni’unage digunakan jauh sebelum orang Nias mengenal garam.
Selengkapnya, metode Ni’unage akan diulas pada form pencatatan tersendiri.

Pengetahuan tentang metode Ni’owuru adalah warisan budaya yang sangat tinggi nilai


sejarahnya, sebab ia bisa menjawab tentang bagaimana hubungan peradaban masyarakat Nias
pada masa lalu dengan peradaban dunia yang lebih luas pada masa sebelum masehi, pada
abad pertengahan, hingga masa-masa sebelum kemerdekaan. Apakah masyarakat Nias di
masa lalu menggunakan garam untuk proses mumifikasi atau hal lain? Kesemua hal itu masih
menjadi misteri sejarah yang belum terpecahkan. Generasi yang ada saat ini hanya
mengetahui metode pengawetannya, tetapi tidak tahu dari mana pengetahuan itu berasal.

6. Silio Guro

Bisa dibilang Silio Guro adalah hidangan yang mirip dengan pepes bakar karena Silio
Guro biasanya disajikan dengan dibungkus daun pisan dan di panggang di atas bara api yang
membara. Isiannyayang sendiri daging giling dan kelapa yang telah dibumbui. Yang
membedakan kuliner ini dengan pepes adalah isi Silio Guro adalah berupa daging udang.
Silio giro biasa disajikan sebagai lauk. Sangat cocok dimakan bersama nasi putih.
Rasanya sangat gurih dan sangat wangi. Pasti dapat menggugah selera makan kamu di Nias.

7. Hambae Nititi

Hambae nititi berbahan utama daging kepiting. Pertama-tama kepiting direbus.


Setelah itu daging kepiting dipisahkan dari cangkangnya. Daging kepiting kemudian
dicampur kelapa muda parut. Setelah itu dimasak hingga tercampur dan kering seperti abon.

Olahan hambae nititi tepatnya berasal dari Kepulauan Hinako, Kecamatan Sirombu.
Wilayah dengan pulau-pulau kecil ini berada di sebelah barat Pulau Nias.

Hambae nititi biasanya dijadikan lauk. Rasanya terkenal sangat gurih. Kalau kamu
ingin mencobanya, kepiting biasanya dipanen pada bulan Mei, Juni, dan Juli di daerah
Kepulauan Hinako. Pada saat-saat purnama itu, tangkapan kepiting berlimpah sehingga
sebagian banyak dibikin olahan yang bisa tahan lebih lama.

Hambae nititi tahan cukup lama. Oleh karenanya, hambae nititi cocok dijadikan oleh-
oleh bagi para pelancong ke Kepulauan Nias, terutama ke ketika singgah di Hinako. Ketika
kamu melancong ke Kepulauan Nias, cobalah rasakan sajian tradisionalnya.

8. Babae

Babae adalah makanan khas adat di Nias Bagian Selatanyang merupakan campuran
dari daging babi, kacang hijau, kelapa dan bawang merah untuk menghormati tamuagung,
biasanya digunakan sebagai lauk. Bahan utamanya terbuat dari “harita fakhe”, seukuran
kacang hijau dan berwarna putih. Namun kacang ini sudah tidak dapat kita temukan lagi saat
ini dan digantikan dengan kacang hijau. Bahan-bahan yang digunakan untuk mengolah
kacang ini adalah bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, garam dan santan dan ditambah
telur ayam kampung. Bentuknya seperti bubur dan biasanya dijadikan lauk pauk.

Anda mungkin juga menyukai