Anda di halaman 1dari 12

FORMAT

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas
Dosen Pembimbing :
Ns. Rizkiyani Istifada, M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Disusun oleh:
Kelompok 3

Program Studi Pendidikan S1 Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tangerang
Tahun Akademik 2020/2021
Asuhan Keperawatan Komunitas
1. Hasil data yang didapatkan dari Puskesmas Sumber Indah menunjukkan sebagian besar
pekerja seks di sebuah area lokalisasi tidak menggunakan kondom saat bekerja. Setelah
dilakukan wawancara, mereka tidak mengetahui bahaya yang terjadi jika tidak
menggunakan kondom. Petugas Puskesmas Sumber Indah melakukan skrining kesehatan
kepada para pekerja seks ini. Hasil skrining tersebut menunjukkan 35% wanita menderita
penyakit kelamin dan 15% wanita terdeteksi HIV. Selain melakukan skrining, perawat
juga melakukan pengkajian dengan menyebarkan survei angket:
- 95% pekerja seks kurang pengetahuan mengenai program skrining kesehatan yang
diadakan puskesmas untuk para pekerja
- 80% pekerja seks tidak mengetahui bahaya penyakit menular (penyakit kelamin dan
HIV/AIDS)
- 75% pekerja seks tidak mengetahui pentingnya perawatan kesehatan reproduksi
- 98% pekerja seks merasa terintimidasi oleh masyarakat karena pekerjaannya

Silahkan saudara menyusun asuhan keperawatan sesuai dengan data yang ada (boleh
ditambahkan data tambahan sebagai data pendukung dalam penegakan masalah
keperawatan). Mohon buat askep dengan pendekatan 3 level pencegahan

 Pengkajian data inti komunitas


a. Sejarah :
Wilayah lokalisasi yang berada di daerah bantul Yogyakarta, adalah area yang berada
ditengah kota, mayoritas penduduk bekerja sebagai pedagang, dan sebagian besar
diketahui bekerja sebagai pekerja sex komersial. Di wilayah tersebut terdapat
puskesmasyaity Puskesmas Sumber Indah salah satu dari 27 puskesmas yang ada di
Kabupaten Bantul, terletak di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Letak
puskesmas Kasihan I dengan ibukota Kecamatan berjarak kurang lebih 5 km, dengan
Desa Bangunjiwo berjarak 300 meter dan dengan Desa Tamantirto berjarak 3 km

b. Demografi

 Jumlah penduduk yang ada diwilayah lokalisasi : 231 jiwa


 Jumlah populasi imigrasi penduduk : 89 jiwa
 Jumlah populasi yang bekerja sebagai PSK diwilayah lokalisasi : 45 jiwa
 Antara usia 18-35 tahun berprofesi sebagai PSK
c. Etnis : Mayoritas masyarakat yang ada dipuskesmas sumber indah Yogyakarta
mayoritas bersuku jawa, , bahasa yang digunakan sehari-hari berbahasa jawa.

d. Nilai dan Keyakinan : nilai dan norma masyarakat lokalisasi mayoritas beragama
islam, para PSK sadar bahwa profesi mereka bertentangan dengan nilai-nilai religi

e. Subsistem
a. Lingkungan Fisik
 Kualitas udara diarea lokalisasi PSK: keadaan udara didaerah tempat tinggal
kurang bersih
 Kualitas air: sumber air yang digunakan area lokalisasi sebagaian berasal dari
air tanah
 Pengelolaan jamban: puskesmas sumber indah menggunakan tidak
menggunakan toilet pribadi dan memiliki fasilitas toilet yang cukup baik.
 Tingkat kebisingan: tingkat kebisingan tinggi, karena lingkungan yang dekat
dengan jalan raya.

b. Kesehatan dan Pelayanan Sosial


Diarea lokalisasi di daerah Bantul Yogyakarta Tersedia pelayanan kesehatan seperti
puskesmas sumber indah, masyarakat lokalisasi jarang memanfaatkan pelayanan
kesehatan tersebut,

c. Ekonomi :
Sebagian besar diwilayah lokalisasi bekerja sebagai pekerja seks,

d. Transportasi dan Keamanan


Keadaan penjagaan lingkungan di sekitar tidak adanya siskamling. Serta tidak dijaga
oleh satpam. Transportasi sehari-hari masyarakat menggunakan kendaraan umum.

e. Politik dan Pemerintahan


Pemerintahan belum menyediakan pelayanan social khusus untuk edukasi bahaya
mengenai penyakit menular seksual

f. Komunikasi
Untuk mendapatkan informasi dari luar formal kurang mendapatkan informasi terkait
pendidikan kesehatan seksual
g. Pendidikan
Tidak terdapat sebuah sarana pendidikan untuk mendapatkan ilmu terkait kesehatan
maupun ilmu yang besifat umum seperti komunitas kesehatan desa (PKK, posyandu,
dll)

h. Rekreasi
Masyarakat lokalisasi biasanya melakukan party sex setiap malam tertentu
3. Persepsi
 Penduduk
masyarakat lokalisasi menganggap bahwa sex bebas tidak menyebabkan penyakit yang
serius.
 Persepsi Tenaga Kesehatan
Dari pandangan tenaga kesehatan bahwa para pekerja sex diarea lokalisasi tersebut
banyak yang tidak mengetahui bahaya dari sex bebas yang menimbulkan berrbagai
penyakit menular seksual dan juga kurang mengetahui pentingnya cara menjaga
kesehatan reproduksi ,

4. Kajian Masalah Kesehatan Terfokus (disusun berdasarkan hasil angket yang


disusun)

Selain melakukan skrining, perawat juga melakukan pengkajian dengan menyebarkan


survei angket:
- 95% pekerja seks kurang pengetahuan mengenai program skrining kesehatan yang
diadakan puskesmas untuk para pekerja
- 80% pekerja seks tidak mengetahui bahaya penyakit menular (penyakit kelamin dan
HIV/AIDS)
- 75% pekerja seks tidak mengetahui pentingnya perawatan kesehatan reproduksi
- 98% pekerja seks merasa terintimidasi oleh masyarakat karena pekerjaannya

 Data Sekunder (Laporan data Puskesmas, Profil Tahunan, dll)


Hasil skrining tersebut menunjukkan 35% wanita menderita penyakit kelamin dan 15%
wanita terdeteksi HIV

FORMAT ANALISA DATA

Masalah
No. Analisis Data
Keperawatan
1. Wawancara:
 Dengan dilakukan wawancara terhadap 20 pekerja sex Defisit pengetahuan
bebas, sebanyak 80% masyarakat lokalisasi belum
mengatahui bahaya dari sex bebas
 Sebagian besar pekerja sex bebas tidak mengetahui
pentingnya perawatan kesehatan reproduksi
 Sebagian besar pekerja sex komersial kurang terpapar
informasi mengenai bahaya sex bebas
 Sebagian besar Ketidaktahuan menemukan sumber
informasi terkait bahaya sex bebas.
Hasil Angket/Data Sekunder:
- 95% pekerja seks kurang pengetahuan mengenai program
skrining kesehatan yang diadakan puskesmas untuk para
pekerja
- 80% pekerja seks tidak mengetahui bahaya penyakit menular
(penyakit kelamin dan HIV/AIDS)
- 75% pekerja seks tidak mengetahui pentingnya perawatan
kesehatan reproduksi
- 98% pekerja seks merasa terintimidasi oleh masyarakat
karena pekerjaannya
Observasi
 Hasil skrining tersebut menunjukkan 35% wanita
menderita penyakit kelamin dan 15% wanita terdeteksi
HIV

2. Wawancara
 Masyarakat lokalisasi (psk) tidak mengetahui bagaimana Defisit kesehatan
cara pencegahan penyakit menular seksual komunitas
 Masyarakat lokalisasi tidak mengetahui bahaya sex bebas

Angket/Data Sekunder
- 95% pekerja seks kurang pengetahuan mengenai program
skrining kesehatan yang diadakan puskesmas untuk para
pekerja
- 80% pekerja seks tidak mengetahui bahaya penyakit menular
(penyakit kelamin dan HIV/AIDS)
-
Observasi
 Adanya masalah kesehatan yang dialami yaitu dari Hasil
skrining tersebut menunjukkan 35% wanita menderita
penyakit kelamin dan 15% wanita terdeteksi HIV
 Terdapat faktor resiko yaitu sex bebas yang menyebabkan
masyarakat lokalisasi menjalani perawatan pada pekerja
sex yang menderita penyakit kelamin dan terdeteksi HIV
 Tidak tersedia program untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kesehatan terhadap penyakit menular
seksual
 Tidak tersedia program untuk mencegah masalah
kesehatan reproduksi
 Tidak tersedia program untuk mengurangi masalah
kesehatan reproduksi
3 
SKORING PENAPISAN MASALAH
Menurut Stanhope dan Lancaster (2016) prioritas masalah dilakukan dengan membuat skoring menggunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel Skoring Masalah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) Total Jumlah skor
No Diagnosa keperawatan
Skor x 4 Skor x 5 Skor x 8 Skor x 8 Skor x 7 Skor x 4 (1)+(2)+(3)+(4)+(5)+(6)
Defisit pengetahuan pada para 2x4 = 8 2x5 = 10 5x8= 40 5x8=40 8x7=56 6x4=24 178
1 pekerja sex komersial di wilayah
lokalisasi

Defisit kesehatan komunitas 2x4=8 2x5=10 3x8=24 2x8=16 5x7=35 2x4=8 101
2 pada para pekerja sex komersial
di wilayah lokalisasi

Skor 1 (terendah) – 10 (tertinggi)

Keterangan:

(1) Kesadaran masyarakat mengenai masalah


(2) Motivasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah
(3) Kemampuan perawat dalam memngaruhi penyelesaian masalah
(4) Ketersediaan ahli/pihak terhadap solusi masalah
(5) Beratnya konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan
(6) Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Manajemen kesehatan tidak efektif

2.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan Kode Hasil Kode Intervensi
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan 3x kunjungan Prevensi Primer
pada para pekerja diharapkan defisit pengetahuan pada para
pekerja sex komerisl teratasi dengan i.12383 Edukasi kesehatan
sex komersial di
kriteria hasil: Observasi
wilayah lokalisasi - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Prevensi Primer menerima informasi
- Identifikasi factor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
L.12111 Tingkat pengtahuan
hidup bersih dan sehat
- Perilaku sesuai anjuran meningkat Terapeutik
- Verbalisasi minat dalam belajar
meningkat - Sediakan materi dan media Pendidikan
- Periaku sesuai dengan Kesehatan
pengetahuan meningkat - Jadwalkan penkes sesuai kesepakatan
- Persepsi yang keliru terhadap - Berikan kesempatan untuk bertanya
masalah menurun
Edukasi
L.09080 Prevensi Sekunder
Motivasi - Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi
- Pikiran berfikus ke masa depan Kesehatan
meningkat - Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Upaya menyusun rencan - Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
tindakan meningkat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Keyakinan positif meningkat
- Harga diri positif meningkat Prevensi Sekunder
I.07214
- Upaya mencari dukungan sesuai Konsultasi
kebutuhan meningkat
- Perilaku bertujuan meningkat Observasi
-
- Identifikasi tujuan konsultasi
- Identifikasi masalah yang menjadi focus
Prevensi Tersier
konsultasi
L.12110 Tingkat kepatuhan
- Identifikasi model konsultasi yang sesuai
- Perilaku menjalankan anjuran
membaik - Identifikasi harapan sesuai pihak yang terlibat
- Verbalisasi mengikuti anjuran Terapeutik
meningkat
- Perilaku mengikuti program - Fasilitasi kontrak tertulis untuk menentukan
perawatan/pengobatan membaik kesempatan jadwal konsultasi
- Verbalisasi kemauan mematuhi - Berikan tanggapan sesuai professional terhadap
program atau pengobatan penerimaan atau penolakan ide
meningkat - Fasilitasi memutuskan pilihan alternatif solusi

Edukasi

- Jelaskan masalah yang sedang di hadapi pasien


- Jelaskan alternatif solusi yang dapat dilakukan
oleh pasien/keluarga
- Jelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing
solusi
- Anjurkan meningkatkan kemandirian
menyelesaikan masalah
Prevensi Tersier
I.12360 Bimbingan System Kesehatan
Observasi

- Identifikasi masalah Kesehatan individu,


keluarga, dan masyarakat
- Identifikasi inisiatif individu, keluarga dan
masyatakat
Terapeutik

- Fasilitasi pemenuhan kebutuhan Kesehatan


- Fasilitasi pemenuhan kebutuhan Kesehatan
mandiri
- Libatkan kolega/teman untuk membimbing
pemenuhan kebutuhan Kesehatan
- Siapkan pasien untuk mampu berkolaborasi dan
bekerjasama dalam pemenuhan kebutuhan
Kesehatan
Edukasi

- Bimbing untuk bertangguang jawab


mengidentifikasi dan mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah Kesehatan
secara mandiri

Wawancara : Prevensi Primer Prevensi Primer


-
Prevensi Sekunder
Prevensi Sekunder
Angket/Data
Sekunder :

Prevensi Tersier

Prevensi Tersier
Observasi :
.

PLANNING OF ACTION (POA)

Masalah Tujuan Waktu dan Bentuk Kegiatan Sumber


Sasaran Kegiatan PJ
Keperawatan Umum tempat (daring/luring) Dana

Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut


No Tanggal Implementasi Evaluasi Analisis Rencana Tindak
Faktor Pendukung Faktor Penghambat Lanjut
1 1. Evaluasi Struktur   Diagnosa Keperawatan
Kriteria evaluasi struktur
meliputi laporan Kriteria Hasil
pendahuluan, persiapan
Rencana Kegiatan
materi intervensi yang
diberikan, persiapan alat Waktu/Tempat
dan bahan, tempat yang
kondusif, serta rangkaian PJ
waktu intervensi yang
efisien.

2. Evaluasi Proses
mencakup rangkaian
kegiatan sesuai dengan
waktu yang
direncanakan,
keterlibatan kelompok,
jumlah kehadiran
masyarakat, serta
kemampuan mahasiswa
untuk mengarahkan
masyarakat

3. Evaluasi Hasil
Meliputi peningkatan
status kesehatan yang
diambil dari NOC/SLKI

Anda mungkin juga menyukai