Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

RUANG LINGKUP AJARAN AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4
DOSEN PENGAMPU ;MUSLIM M.Ag

1.ANGGUN DESRA DINATA (2114201004)

2.ELSI OKTAVIANI (2114201015)

3.IKE INDRIANI (2114201022)

4.SYARAH OLETHA NABILAH (2114201048)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN STIKES ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN 2021


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………...i

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………...i


1.2 Rumusan masalah …………………………………………….……..i

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………..…....1

TEMA 1…………………………………………………………………………..1

2.1 Pengertian Aqidah ,Iman dan Tauhid ………………………………..1


2.2 Hal-Hal yang Merusak Aqidah,Iman ,dan Tauhid …………………..2
2.3 Upaya Memelihara Aqidah ,Iman ,dan Tauhid ……………………..11

TEMA 2………………………………………………………………………….14

3.1 Pengertian Ruang Lingkup Syari’ah dan Fiqih……………………...14


3.2 Hukum Takhlifi dan Wadhi …………………………………………16
3.3 Ibadah Mahdah dan Ghairi Mahdah…………………………………20

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..21
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan sangat diperlukan sebagai proses yang mampu


membangun potensi manusia menuju kemajuan dalam segala aspek.
Pendidikan menurut Islam atau Pendidikan Islami, yakni pendidikan
yang dipahami dan yang dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai
fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-qur’an
dan Al-Sunnah.

Kemajuan ilmu dan teknologi yang makin canggih dewasa ini


telah menimbulkan berbagai macam perubahan dalam kehidupan
manusia, termasuk perubahan dalam tatanan sosial dan moral. Dibalik
kemajuan yang demikian pesat itu, mulai terasa pengaruh yang kurang
menggembirakan, yaitu mulai tampak dan terasa nilai-nilai luhur
agama, adat dan norma sosial yang selama ini sangat diagungkan
bangsa indonesia mulai menurun bahkan kadangkala diabaikan,
karena ingin meraih kesuksesan dalam karier dan kehidupan.

Adapun yang akan di jelaskan di dalam makalah ini sebagai


berikut.

Rumusan Masalah

1.Menjelaskan Pengertian Aqidah ,Iman ,dan Tauhid

2. Menjelaskan Hal-hal yang Merusak Aqidah,Iman ,dan Tauhid

3. Menjelaskan Upaya Memelihara Aqidah Iman,dan Tauhid

4. Menjelaskan Pengertian Ruang Lingkup Syariah dan Fiqih

5. MenjelaskanHukum Takhlifi dan Wadhi

6.Menjelaskan Ibadah Mahdah dan Ghairi Mahdah


BAB II PEMBAHASAN

TEMA 1

Ruang Lingkup Ajaran Islam

A . AQIDAH
Pengertian :

1.Pengertian Aqidah

Aqidah arti bahasanya ikatan atau sangkutan. Bentuk


jamaknya ialah aqa’id. Arti aqidah menurut istilah ialah
keyakinan hidup atau lebih khas lagi iman. Sesuai dengan
maknanya ini yang disebut aqidah ialah bidang keimanan dalam
islam dengan meliputi semua hal yang harus diyakini oleh
seorang muslim/mukmin. Terutama sekali yang termasuk
bidang aqidah ialah rukun iman yang enam, yaitu iman kepada
Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya,
kepada Rasul-rasul-Nya, kepada hari Akhir dan kepada
qada’dan qadar.1

2.Pengertian Iman

Iman secara etimologis berasal dari kata amana-yu’minu


berarti tasdiq yaitu membenarkan mempercayai. Dan menurut
istilah Iman ialah “Membenarkan degan hati diucapkan dengan
lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.” Dengan
demikian, iman itu bukan sekedar pengertian dan keyakinan
dalam hati; bukan sekedar ikrar dengan lisan dan bukan
sekedar amal perbuatan saja tapi hati dan jiwa kosong. Imam
Hasan Basri mengatakan “Iman itu bukanlah sekedar angan-
angan dan bukan pula sekedar basa-basi dengan ucapan akan
tetapi sesuatu keyakinan dalam hati dan dibuktikan dengan
amal perbuatan.2

3.Pengertian Tauhid
1
https://soleha-okee.blogspot.com/2013/01/ruang-lingkup-ajaran-islam.html

2
https://asngariyusuf24.blogspot.com/2016/12/apa-itu-iman-tauhid-dan-syirik.html
T a u h i d ( A r a b :C‫د‬C‫ي‬C‫ح‬C‫و‬C‫ )ت‬, a d a l a h k o n s e p d a l a m a q i d a h i s l a m
yang menyatakan keesaan Allah. Tauhid diambil kata :Wahhada
Yuwahhidu Tauhidan yang artinya mengesakan. Satu suku kata
dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang
berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan
akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid ialah kalimat La Illaha
Illallah yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah. 3

HAL-HAL YANG MERUSAK AQIDAH ,IMAN ,DAN


TAUHID

A . Hal yang Merusak Aqidah


1. Kufur Dan Kafir

Dari segi bahasa kufur berasal dari kata Arab: kufr, yang
berarti menutupi sesuatu, atau menyembunyikan sesuatu
kebaikan yang telah diterima, dan atau tidak berterima kasih
atas kebaikan yang diterima. Orangnya disebut kafir, bentuk
jamaknya adalah kafirun atau kuffar. Dalam perkataan sehari-
hari, kata kafir agaknya lebih lazim dipakai dari kata

kufur, meskipun kata kafir sering disebut untuk menunjuk


sesuatu yang bermakna kufur.

Sedangkan dari segi istilah kufur sering diartikan sebagai


sikap atau perbuatan yang menolak, menentang, mendstkan dan
mengingkari kebenaran dari allah yang disampaikan oleh rasul-
Nya. Dalam al-Qur’an kata kufur mengacu kepada perbuatan
yang ada hubungan dengan Tuhan. Dengan demikian, sikap
atau perbuatan yang termasuk dalam kategori kufur ini, antara
lain dapat diidentifikasi seperti:

a) Mengingkari nikmat dan beberapa karunia Tuhan dan tidak


berterima kasih kepada-Nya. Ini ditemukan dalam QS An-Nahl:
55 dan QS ar-Rum: 34.

b) Lari dari tanggung jawab atau berlepas diri dari suatu


perbuatan. Ini ditemukan dalam QS Ibrahim:22.

3
https://asngariyusuf24.blogspot.com/2016/12/apa-itu-iman-tauhid-dan-syirik.html
c) Pembangkangan atau penolakan terhadap hukum-hukum
Tuhan. Ini ditemukan dalam QS al-Maidah:44.

d) Meninggalkan amal salih yang diperintahkan Tuhan. Ini


ditemukan dalam QS ar-Rum: 44.

2. Syirik

Kata syirik berasal dari kata Arab syirk yang berarti


sekutu atau persekutuan. Dalam istilah ilmu tauhid, syirik
digunakan dalam arti mempersekutukan tuhan lain dengan
Allah, baik persekutuan itu mengenai zat-Nya, sifat-Nya atau
af’al-Nya, maupun mengenai ketaatan yang seharusnya
ditujukan hanya kepada-Nya saja. Ini dapat dilihat dalam QS
az-zumar: 38, Al-Ankabut: 63, dan al-zukhruf: 87.

Percaya kepada Allah tidaklah dengan sendirinya berarti


iman atau tauhid. Sebab iman kepada Allah itu tidaklah cukup
dalam arti hanya percaya kepada-Nya saja, melainkan
mencakup pengertian yang benar tentang siapa Allah yang kita
percayai itu dan bagaimana kita bersikap kepada-Nya serta
kepada obyek-obyek selain Dia. Oleh karena itu orang-orang
Arab sebelum Islam, kendati mereka sudah percaya kepada
Allah, bahwa yang menciptakan alam raya, yang menurunkan
hujan dan bahkan yang menciptakan manusia seluruh jagat
tersebut adalah Allah swt, mereka tidak bisa disebut sebagai
orang yang beriman, karena kepercayaan mereka kepada Allah
masih mengandung kemungkinan percaya kepada yang lain
selain Allah dalam keilahian-Nya. Oleh sebab itulah mereka
disebut sebagai kaum musyrik sebagai anti tesis dari kaum
yang bertauhid.

3.Hal yang ketiga adalah Riddah dan Murtad

Kata riddah, makna asalnya kembali (ke tempat atau jalan


semula). Sedangkan kata murtad adalah untuk menyebut
pelakunya. Pengertian ini mencakup keluar dari iman dan
kembali kepada kekafiran. Secara istilah murtad didefinisikan
sebagai seseorang yang secara sadar (tanpa paksaan) keluar
dari agama Islam dalam bentuk niat, perkataan, atau perbuatan
yang menyebabkanya menjadi kafir, pindah kepada agama lain
atau tidak beragama sama sekali.

Dalam hubungan ini, bila seseorang yang mulutnya


menyatakan keluar dari agama Islam karena dipaksa oleh orang
lain – seperti diancam hendak dibunuh – sementara hatinya
tetap beriman, maka ia tidak termasuk golongan yang murtad.
Ini dapat dilihat dalam QS An-Nahl: 106.

4. Bid’ah

Arti bid’ah menurut bahasa ialah segala macam apa saja


yang baru, atau mengadakan sesuatu yang tidak berdasarkan
contoh yang sudah ada. Sedangkan arti bid’ah secara istilah
adalah mengada-adakan sesuatu dalam agama islam yang tidak
dijumpai keteranganya dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.

5.Hal yang kelima adalah Khurafat

Kata khurafat berasal dari bahas arab: al-khurafat yang


berarti dongeng, legenda, kisah, cerita bohong, asumsi,
dugaan, kepercayaan dan keyakinan yang tidak masuk akal,
atau akidah yang tidak benar. Mengingat dongeng, cerita, kisah
dan hal-hal yang tidak masuk akal di atas umumnya menarik
dan mempesona, maka khurafat juga disebut “al-hadis al-
mustamlah min al-kidb”, cerita bohong yang menarik dan
mempesona.

Sedangkan secara istilah, khurafat adalah suatu


kepercayaan, keyakinan, pandangan dan ajaran yang
sesungguhnya tidak memiliki dasar dari agama tetapi diyakini
bahwa hal tersebut berasal dan memiliki dasar dari agama.
Dengan demikian, bagi umat Islam, ajaran atau pandangan,
kepercayaan dan keyakinan apa saja yang dipastikan
ketidakbenaranya atau yang jelas – jelas bertentangan dengan
ajaran al-qur’an dan Hadis nabi, dimasukan dalam kategori
khurafat.

6. Tahayul
Kata tahayul berasal dari bahasa Arab, al-tahayul yang
bermakna reka-rekaan, persangkaan, dan khayalan. Sementara
secara istilah, tahayul adalah kepercayaan terhadap perkara
ghaib, yang kepercayaan itu hanya didasarkan pada kecerdikan
akal, bukan didasarkan pada sumber Islam, baik al-Qur’an
maupun al-hadis.

7. Nifaq Atau Munafiq

Nifaq secara bahasa berasal dari kata Arab na-fi-qa-u,


yaitu salah satu lubang tempat keluarnya yarbu (hewan sejenis
tikus) dari sarangnya. Nifaq juga dikatakan berasal dari kata
na-fa-qa, yaitu lubang tempat bersembunyi. Sementara menurut
syara, nifaq berarti menampakan Islam dan kebaikan, tetapi
menyembunyikan kekufuran dan kejahatan.

Nifaq dibedakan dalam dua jenis yaitu nifaq I’tiqadiy


dan nifaq ‘amaliy.

Pertama: Nifaq I’tiqadiy (keyakinan) atau nifaq besar,


dimana pelakunya menampakan keislaman, akan tetapi
menyembunyikan kekufuran. Orang yang termasuk nifaq ini
berarti ia keluar dari agama dan dia berada di dalam kerak
neraka.

Kedua, Nifaq Amaly (perbuatan), yaitu melakukan


sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafik, akan
tetapi masih ada iman di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak
membawa pelakunya keluar dari agama, akan tetapi bisa
menjadi wasilah (perantara) bagi pelakunya keluar dari agama
jika dia melakukan perbuatan nifaq secara terus menerus. 4

B.Hal yang Merusak Iman


1. RIYA

Riya’ artinya perbuatan pura-pura. Menurut istilah dalam


al-qur’an surat an-nisa’ ayat 142, riya’ adalah melakukan
sesuatu amal tidak untuk mencari keridhan Allah tetapi untuk
cari pujian dimasyarakat
4
Sumber : diadaptasi dari Majalah Hidayatullah
Firman Allah:“Dan apabila mereka berdiri untuk solat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksudnya riya (dengan
solat) dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali. (An-nisa’ : 142).

Macam-Macam Riya

 Riya’ dalam niat

Niat itu letaknya dalam hati. Benar atau tidaknya. Tulus atau
tidaknya suatu niat hanya dia sendiri yang tahu dan juga allah
yang maha mengetahui.

Maksudnya apabila merencanakan sesuatu tidak karena Allah,


maka amal ibadahnya tidak diterima sebagai ibadah.

 Riya’ dalam perbuatan

Dalam perbuatanpun juga sama maksudnya yaitu mengamalkan


suatu niat dilakukan tidak karena Allah. Segala gerak geriknya
hanya semata dilakukan untuk mendapat pujian dari orang lain.

Bahaya Riya

Ditinjau dari firman Allah surat An-nisa’ 142 paling


tidak terdapat 3 perkara yang membahayakan iman,
akibatnya:Hilangnya sikap kontinuitas atau keistiqomahan diri
dalam melakukan suatu kegiatan karena frekuensi zikir
berkurang, sehingga ketenangan dan ketentraman hidup
terancam dan akhirnya jatuhlah pada perbuatan sesat.

Hilangnya keikhlasan dalam melaksanakan perintah Allah


karena merasa tidak ada orang yang memperhatikan akhirnya
malas terhadap tugas dan kewajiban.Mendapat siksa yang besar
bagi orang yang lalai dari solatnya.

2.TAKABUR

Menurut bahasa takabur artinya sombong atau besar


membesarkan.Sifat takabur selalu menganggap mudah dan
meremehkan dalam menghadapi masalah tapi jika gagal mudah
pula kecewa.Ia menilai bahwa kegagalan itu disebabkan
kesalahan orang lain. Sifat takabur tidak mau disalahkan.

Macam-Macam takabur
 Takabur dalam sikap

Orang takabur memiliki sifat yang enggan minta tolong pada


orang lain walau sebenarnya ia butuh pertolongan bahkan
kehadapan Allahpun enggan berdoa dengan angkuhnya ia
mengira semua persoalan dapat diselesaikan sendiri.

 Takabur dalam perbuatan

Apabila sifat takabur sudah tertanam dalam hatinya akan


ingkar kepada kebenaran yang datang dari Allah. Ia
mengatakan bahwa Al-qur’an itu tiada lain hanyalah dongeng.
Dan dalam perbuatan sehari-hari ia angkuh dan riya. Bila
berpapasan dengan orang lain enggan menegur.

 Bahaya takabur

Ia tidak mempercayai dan meyakini adanya hari akhir


sebagai hari sebab akibat. Ia menyangka bahwa semua
perbuatannya benar dan tidak berdampak apa-apa.Ia membenci
oleh Allah dengan diganjar masuk neraka jahanam dalam
keadaan hina dina.Ia ingkar kepada kebenaran yang datang dari
Allah sebab kebenaran yang dapat diterima hanya dari dirinya

3.NIFAQ

Nifaq artinya suatu sikap yang berbeda antara apa yang


diucapkan dengan apa yang ada dalam hati.Jadi, lain dibibir
lain pula dihati. Dibibir mengaku beriman sedangkan hatinya
ingkar kepada allah.

Contoh Perbuatan Nifaq

 Bermuka dua

Dalam kehidupan sehari-hari bermuka ganda mengandung


maksud agar memperoleh keamanan diri untuk mencapai
keuntungan pribadi, dalam kehidupan bermasyarakat dapat
disebut sebagai penjilat.

 Mulut manis berbisa

Orang nifaq atau munafiq pandai bersilat lindah. Bermanis


dibibir berbisa dihati.
Bahaya nifaq

Orang munafiq sangat membahayakan banyk pihak


terutama pada dirinya sendiri, nanti dihri kiamat akibatnya dia
dimasukkan ke neraka yang paling bawah.Karena dimasa
hidupnya selalu berusaha untuk menipu Allah dan orang
beriman dengan sikap dan ucapan yang menyesatkan.Selain itu
orang munafiq juga membahayakan bagi orang lain karena ia
selalu berusaha mengadu mengucapkan iman orang-orang
mukmin dan selalu mengadakan pengacauan, baik aqidah,
ibadah, mu’amalah.

4.FASIQ

Orang yang fasiq ialah orang yang berpaling dari apa


yang telah diterima sebagai kewajiban atau tidak
mengindahkan perintah Allah. Karena melalaikan untuk
mengingat-Nya.Oleh karena itu, dalam al-qur’an digambarkan
bahwa orang yang fasiq itu ialah orang yang lupa kepada
Allah.

Bahaya Fasiq

Tidak bisa dijadikan saksi, maksudnya orang fasiq tidak


dapat diterima kesaksian orang lain teeutama nama baiknya
meeugikan diri sendiri dan orang lain terutama nama
baiknya.Bila meninggal dunia tidak boleh disolatkan.Mendapat
azab atau siksa dari langitBahaya bagi orang lain adalah suka
menyuruh yang munkar dan melarang berbuat ma’aruf serta
tidak memenuhi janji.

5.PERBUATAN DOSA

Perbuatan dosa adalah melakukan sesuatu perbuatan yang


melanggar peraturan Allah, rasulnya baik yang menyangkut
diri sendiri terhadap manusia lain maupun Allah.Ada beberapa
perbuatan dosa manusia terhadap diri sendiri, orang lain dan
kepada Allah:

 Terhadap diri sendiri

Perbuatan menganiaya diri sendiri artinya melakukan dosa


yang mana mudaratnya hanya menimpa diri sendiri baik yang
besar maupun yang kecil. Seperti bunuh diri, minum-minuman
keras.

 Terhadap orang lain

Berbuat dosa pada orang lain termasuk perbuatan keji yang


mudaratnya tidak hanya mwnimoa diri sendiri juga orang lain,
seperti zina, membunuh, saksi palsu menganiaya dan lainnya.

 Terhadap Allah

Dosa terhadap Allah ialah suatu pelanggaran hukum yang


langsung berkaitan dengan Allah. Seperri syirik, durhaka
kepada orangtua.

 Bahaya perbuatan dosa

Terhadap diri sendiri, bila kita bunuh diri maka bahaya


yang diperoleh adalah dimasukkan ke neraka kekal untuk
selmanya. Karena tidak sempat menyebut nama allah.Terhadap
orang lain, dalam perbuatan zina berakibat harga diri orng
tersebut menurun. Tidak percaya diri dan merusak moral
masyarakat karena sulitnya menenurukan keturunan dan sulit
menentukan rumah tangga dan sebagainya.

Ketiga hal diatas sesuatu yang dapat merusak tauhid atau


kesempurnaan tauhid, maka yang harus kita lakukan:

Bertaubat dari syirik, bid’ah dan kema’siatan masa lalu.

C‫ ا‬C‫ح‬C‫و‬ Cُ CَC‫ ن‬CC‫ ًة‬CC‫ َب‬C‫و‬Cْ CَC‫ت‬


Cً C‫ص‬ Cِ ‫ هَّللا‬C‫ ى‬CC‫ ِإ َل‬C‫ا‬C‫ و‬CُC‫ب‬C‫ و‬CC‫ ُت‬C‫ا‬C‫ و‬CC‫ ُن‬C‫م‬Cَ ‫ َآ‬C‫ن‬C‫ي‬ Cِ C‫ل‬C‫ ا‬C‫ ا‬CC‫ َه‬C ُّC‫ َأ ي‬C‫ ا‬CC‫ َي‬. . .
Cَ C‫َّذ‬

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah


dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). . .
(Qs. At Tahrim 66: 8)

Cِ‫ ة‬CCC‫ َم‬C‫ح‬ Cَ C‫ن‬Cْ C‫م‬Cِ C‫ا‬C‫ و‬CCC‫ط‬


Cْ C‫ر‬ Cِ CC‫ ُف‬C‫ن‬Cْ ‫ َأ‬C‫ ى‬CC‫ َل‬CَC‫ ع‬C‫ا‬C‫ و‬CC‫ ُف‬C‫ر‬
ُ CَC‫ ن‬C‫ق‬Cْ CَC‫ اَل ت‬C‫م‬Cْ C‫ه‬Cِ CC‫س‬ Cَ CC‫س‬Cْ ‫ َأ‬C‫ن‬C‫ي‬
Cَ C‫َّذ‬
Cِ C‫ل‬C‫ ا‬C‫ي‬ Cَ C‫د‬C‫ا‬
Cِ CCC‫ َب‬C‫ع‬ Cْ CCC‫ُق‬
Cِ C‫ ا‬CCC‫ َي‬C‫ل‬
Cُ‫م‬C‫ ي‬C‫ح‬
Cِ َّC‫ر‬C‫ل‬C‫ ا‬C‫ر‬C‫و‬ ْ
Cُ CC‫ ُف‬CَC‫ غ‬C‫ل‬C‫ا‬
C C‫و‬Cَ CُC‫ ه‬CُC‫َّه‬C‫ ِإ ن‬C‫ ا‬CًC‫ع‬C‫ ي‬C‫م‬Cِ C‫ج‬
Cَ C‫ب‬C‫و‬ ُّ
Cَ CC‫ ُن‬CC‫ذ‬C‫ل‬C‫ ا‬C‫ر‬ ‫هَّللا‬
Cُ CC‫ ِف‬C‫غ‬Cْ CC‫ َي‬Cَ C‫ن‬ َّ ‫ ِإ‬Cِ ‫هَّللا‬

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas


terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (Qs. Az Zumar 39: 53).
 Menghindari dan menjauhi perbuatan-perbuatan itu.
 Membangun rasa takut, malu, khusyu’ dan berusaha
menjaga cahaya bathin.

C.Hal yang Merusak Tauhid.

1. Kesyirikan.

Firman Allah swt.

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan


iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk. (Qs. Al-An’am 6: 82).Makna zhalim dalam
ayat ini adalah syirik.

Firman Allah swt

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,


di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar”. (Qs. Lukman 31: 13).

“Katakanlah: “sesungguhnya aku ini hanyalah seorang


manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: ‘bahwa
sesungguhnya sesembahan kamu adalah sesembahan yang Esa’,
maka barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya
hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia berbuat
kemusyrikan sedikitpun dalam beribadah kepada Rabbnya.”
(Qs. Al Kahfi 18: 110).

2. Mengada-ada dalam urusan agama.

Firman Allah swt: Hai orang-orang yang beriman,


janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui. (Qs.Al Hujurat 49: 1).

3. Kemaksiatan.

Firman Allah swt.


Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya
(dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat. (Qs. Al Insan 76: 2).

Diantara ujian terhadap manusia adalah kemaksiatan.


Maksiat adalah lawan ketaatan, baik itu dalam bentuk
meninggalkan perintah maupun melakukan suatu larangan.
Maka hilang rasa takut, khusyu’ dan cahaya dalam hatinya.

Maka pengaruh kemaksiatan bagi manusia.

 Hatinya akan seperti kuali yang terbalik (sulit menerima


kebenaran).
 Tidak akan mengerti yang baik.
 Tidak akan menginkari kemungkaran.
 Hanya memperturutkan hawa nafsunya.
 Akhirnya hilanglah rasa takut, malu, khusyu’ dan cahaya
dalam hatinya.

UPAYA MEMELIHARA AQIDAH ,IMAN DAN


TAUHID
A.AQIDAH

1. Mempelajari asas akidah berdasarkan kitab Ahli Sunnah


Wal-Jama'ah yang muktabar, kerana ia dapat membantu
seseorang membezakan antara kebenaran dan kesesatan.

2. Belajar daripada guru yang diiktiraf keilmuan dalam bidang


aqidah.

3. Membina ketahanan akidah dengan berdoa.

4. Menjauhkan diri daripada orang yang mengamalkan ajaran


sesat.

5. Menunaikan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya


kerena ia dapat memantapkan iman dan akidah

B.IMAN
1. Memperbaiki Shalat

Untuk bisa meningkatkan iman dan taqwa salah satu


caranya adalah dengan memperbaiki shalat. Shalat saja tidak
cukup, melainkan membutuhkan shalat khusuk dan berkualitas.
Itulah shalat yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan.

Hal mengenai shalat juga disampaikan dalam ayat sebagai


berikut, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu
Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al Ankabut :
45)

2. Mentadaburi Al-Quran

Untuk itu dalam meningkat iman dan taqwa membaca


sumbernya adalah jalan yang tepat. Dengan membaca Al-Quran
bukan berarti membaca teksnya, melainkan mentadaburi isinya,
dan menjadikannya Fungsi Al-Quran dalam Kehidupan Sehari-
hari serta Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia.

Hal ini sebagaimana Allah sampaikan dalam Surat Yunus


ayat 37, “Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain
Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab
yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah
ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan)
dari Tuhan semesta alam.”.

C.TAUHID
1. Menjauhi Kesyirikan

Syirik merupakan dosa paling besar dan paling berbahaya


karena dapat membatalkan keislaman seseorang serta dosa yang
tidak akan diampuni oleh Allah. Hal ini juga tercantum dalam
sura

t An-Nisa ayat 48 dan 116 yang artinya:


“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS An Nisa: 48).

Melihat besarnya dosa ini, sudah sepantasnya bagi kita


seorang muslim untuk khawatir akan terjerumus ke dalam dosa
ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menjauhi
kepercayaan pada sesuatu yang bertentangan dengan
sunnatullah dan berbau supranatural.

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa sifat ini termasuk


syirik kecil dan menjerumuskan seseorang menuju syirik besar.
Karena itulah, penting menjauhi sifat ini. Rasulullah
mengajarkan kita sebuah doa yang dapat menjauhkan kita dari
kesyirikan.

Cْ ‫ ال َأ‬C‫ ا‬C‫م‬Cَ CC‫ ِل‬C‫ك‬


Cُ‫ م‬C‫ل‬Cَ C‫ع‬ Cُ CC‫ ِف‬C‫غ‬Cْ CَC‫ ت‬CْC‫ َأ س‬C‫و‬Cَ C، C‫م‬Cُ CC‫ َل‬C‫ع‬
Cَ C‫ر‬ Cْ ‫ َأ‬C‫ ا‬CَC‫ َأ ن‬C‫و‬Cَ C‫ك‬
Cَ CC‫ ِب‬C‫ك‬
Cَ C‫ر‬ Cْ ‫ ُأ‬C‫ن‬Cْ ‫ َأ‬C‫ك‬
Cِ C‫ش‬ Cُ CُC‫ َأ ع‬C‫ ي‬CC‫َّ ِإ ِّن‬C‫ م‬CُC‫َّه‬C‫ل‬C‫ل‬C‫ا‬
Cَ CC‫ ِب‬C‫ذ‬C‫و‬

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari


perbuatan syirik kepada-Mu (menyekutukan Allah) di saat aku
mengetahui dan aku memohon ampunan dari syirik kepada-Mu
(riya) di saat aku tidak mengetahui.”

2. Takut Hanya pada Allah

Rasa takut kepada Allah merupakan salah satu sifat yang


harus dipegang teguh karena merupakan elemen penting dalam
merealisasikan sekaligus menjaga tauhid. Allah memerintahkan
manusia agar takut kepada-Nya dan melarang takut kepada
selain-Nya.

”Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi)


takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-
Ku dengan harga yang sedikit“. (QS Al-Maidah : 44)

Rasa takut yang dimaksud dalam hal ini adalah rasa takut
terhadap azab Allah akibat melakukan perbuatan haram atau
meninggalkan kewajiban, serta takut jika Allah tidak menerima
amalan shalehnya. Dengan rasa takut ini, jiwa akan terhalau
dari hal-hal yang diharamkan dan bergegas melakukan
kebaikan.

3. Bertawakal pada Allah


Tawakal artinya berserah diri pada Allah, tidak
bergantung kepada selain-Nya. Kita sebagai manusia hanya
dapat berusaha, sedangkan yang menentukan hasilnya adalah
Allah. Karena itu, kita harus berserah diri dan memohon
pertolongan kepada-Nya. Allah Swt berfirman yang artinya:

“Hai Nabi, cukuplah Allah menjadi Pelindung bagimu


dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.” (Qs Al-
Anfal: 64).

TEMA 2
B. SYARIAH
Pengertian

1.Pengertian Syariah
Syariah secara istilah dapat diartikan sebagai suatu
sistem atau aturan yang bisa jadi mengatur hubungan antara
manusia dengan Allah, atau hubungan manusia dengan
manusia. Imam Abu Muhammad Ali bin Hazm dalam kitab Al-
Hikam fi Ushulil Ahkam membeberkan perbedaan definisi
syariah berdasarkan klasifikasi tadi.
Syariah adalah jika terdapat teks yang tidak multitafsir
dari Alquran, hadis, taqrir Nabi Muhammad SAW, serta para
sahabat, tabiin, tabi’ tabiin, ataupun konsesus ulama. Artinya,
syariah dapat bersumber dari hal-hal tersebut yang dapat
diaplikasikan secara langsung. Semisal perintah shalat atau
hal-hal yang menyangkut akidah, muamalah, ibadah, dan
akhlak.

Ruang Lingkup Syariah

Pada garis besarnya ruang Syari’ah lingkup terbagi


dua bagian besar:
A. Realisasi dari pada keyakinan akan kebenaran ajaran
agama islam kedalam kehidupan di dunia ini disebut
ibadah.[7]Ibadah dalam arti khas (Qa’idah
‘Ubudiyah), yaitu tata aturan Ilahi yang mengatur
hubungan ritual langsung antara hamba dengan
Tuhannya, yang cara , acara, tata-cara dan upacaranya
telah ditentukan secara terperinci dalam al-Quran dan
sunnah rasul.
B. Pembahasan mengenai ‘Ibadah dalam arti khusus ini
biasanya berkisar sekitar: thaharah, shalat, zakat,
shaum, haji.

2. Pengertian Fiqih
Adapun definisi atau pengertian fiqih secara bahasa yaitu
b e r a s a l d a r i k a t a C‫ ا‬CًC‫ ه‬C‫ق‬Cْ CC‫ ِف‬C– CُC‫ ه‬CC‫ َق‬C‫ف‬Cْ CC‫ َي‬C– CC‫ َه‬CC‫ ِق‬CC‫ َف‬y a n g b e r a r t i “ m e n g e r t i ” a t a u
faham. Maka, dari sinilah diambil istilah “Fiqih” tersebut.

pengertian fiqih menurut istilah ialah

Cِ‫َّ ة‬C‫ ي‬CC‫ل‬C‫ي‬


ِ C‫ص‬ ِ C‫ ل‬C‫د‬Cِ ‫ َأ‬C‫ن‬Cْ C‫م‬Cِ C‫ب‬
Cِ C‫ف‬Cْ َّC‫ت‬C‫ل‬C‫ ا‬C‫ ا‬CC‫ َه‬CC‫َّت‬ Cْ C‫ة‬Cِ َّC‫ ي‬CC‫ ِل‬C‫م‬Cَ C‫ع‬Cَ C‫ل‬C‫ا‬
Cَ CَC‫ ت‬C‫ك‬Cْ C‫م‬Cُ C‫ل‬C‫ا‬
Cُ C‫س‬ Cْ C‫َّة‬
Cِ C‫ ي‬C‫ع‬ Cْ ‫ْأل‬C‫ ا‬CC‫ ِب‬C‫م‬Cُ C‫ل‬Cْ C‫ع‬Cِ C‫ل‬C‫ا‬
Cِ C‫ك‬Cَ C‫ح‬
Cِ C‫ر‬Cْ َّC‫ش‬C‫ل‬C‫ ا‬C‫م‬C‫ا‬ Cْ

suatu ilmu yang mempelajari syari’at yang bersifat amaliyah


(perbuatan) yang diperoleh dari dalil-dalil hukum yang terinci
dari ilmu tersebut.

Menurut pengertian ahli fiqih (Fuqaha), fiqih merupakan


pengertian zhanni (dugaan atau sangkaan) tentang hukum
syari’at yang berhubungan dengan tingkah laku manusia. Dalil-
dalil dalam fiqih itu bersifat tafsili (terperinci) sebagaimana
pada pengertian di atas dimana statusnya adalah zhanni maka
hukum yang dihasilkannya pun bersifat zhanni, sedangkan
hukum yangb ersifat zhanni tentunya ada tali penghubungnya,
dan yang dimaksud dengan tali penghubung tersebuta dalah
Ijtiha. Maka, orang yang memiliki berpendapat dalam fiqih itu
sama dengan ijtihad dan orang berijtihad disebut dengan
Mujtahid.5

HUKUM TAKHLIFI DAN WADHI’I

A. Hukum Taklifi.

5
Hukum taklifi adalah berbentuk tuntutan atau pilihan.
Hukum taklifi juga adalah firman Allah Swt yang menuntut
manusia untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu atau
memilih antara berbuat dan meninggalkan.Dari segi apa yang
dituntut, taklifi terbagi dua, yaitu; tuntutan untuk memperbuat
dan tuntutan untuk meninggalkan. Sedangkan dari segi bentuk
tuntutan, taklifi terbagi dua, yaitu; tuntutan pasti dan tuntutan
tidak pasti. Adapun pilihan terletak antara berbuat atau
meninggalkan.

Menurut kalangan Hanafiyah, ada tujuh hukum wadh`i, yaitu


: Fardhu, tuntutan mengerjakan dengan dalil qath`i. Wajib,
tuntutan mengerjakan dengan dalil zhanni. Nadb Mubah
Karahah tanzih, sama dengan pengertian karahah versi jumhur
ulama. Karahah tahrim, yaitu larangan atau tuntutan dengan
dalil zhanni. Contoh, larangan penipuan dalam jual beli.
Tahrim (haram).

Hukum Wadh`i. Hukum wadh’i adalah firman Allah SWT.


yang menuntut untuk menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat
atau penghalang dari sesuatu yang lain. Bila firman Allah
menunjukkan atas kaitan sesuatu dengan hukum taklifi, baik
bersifat sebagai sebab, syarat, aau penghalang maka ia disebut
hukum wadh’i. Di dalam ilmu hukum ia disebut pertimbangan
hukum.

Hukum wadh`i juga bisa di sebut berbentuk ketentuan yang


ditetapkan pembuat hukum sebagai sesuatu yang berkaitan
dengan hukum taklifi atau merupakan akibat dari pelaksanakan
hukum taklifi itu.

Hukum wadh`i ada enam macam :

1. Sabab (sebab)

Pengertian sabab Secara bahasa (lughawi), sabab berarti


sesuatu yang dapat menyampaikan kepada apa yang dimaksud.
Menurut definisi para ahli, sebab adalah sesuatu yang jelas,
dapat diukur, yang dijadikan pembuat hukum sebagai tanda
adanya hukum; lazim dengan adanya tanda itu ada hukum.
Dengan tidak adanya, tidak ada hukum. Contoh, masuknya
bulan Ramadhan menjadi pertanda datangnya kewajiban puasa
Ramadhan. Masuknya bulan Ramadhan disebut sabab,
sedangkan datangnya kewajiban puasa disebut musabbab atau
hukum. Sabab tidak diketahui secara jelas oleh akal mengenai
keserasian hubungan dengan musabbab, dalam hal ini kita
serahkan saja kepada kehendak Allah. Sabab terbagi kepada
dua yaitu;

a. Sabab yang berada di luar batas kemampuan mukallaf,


yaitu sabab yang dijadikan Allah SWT sebagi pertanda atas
adanya hukum. Umpamanya tergelincirnya matahari menjadi
sebab masuknya shalat zhuhur.

b. Sabab yang berada di dalam batas kemampuan mukallaf,


yaitu sebab dalam bentuk perbuatan mukallaf yang ditetapkan
oleh syari` akibat hukumnya. Umpamanya keadaan dalam
perjalanan menjadi sebab bolehnya meng- qashar shalat.

2. Syarath (Syarat)
Pengertian Syarat menurut Abu Zahrah mendefinisikan
syarath sebagai “sesuatu yang tergantung kepadanya adanya
hukum, lazim tidak adanya; tidak ada hukum, tetapi tidaklah
lazim dengan adanya; ada hukum. Contoh syarat umpamanya;
wali dalam perkawinan yang menurut jumhur ulama merupakan
syarat. Dengan tidak adanya wali, pasti nikahnya tidak akan
sah, tetapi dengan adanya wali belum tentu nikah itu sah
karena masih ada syarat lain, seperti; saksi, akad, dan lainnya.

Syarat itu ada tiga macam :

a. Syarat `aqli, seperti kehidupan menjadi syarat untuk


mengetahui adanya paham menjadi syarat untuk adanya taklif
atau beban hukum.

b. Syarat `adi, artinya berdasarkan atas kebiasaan yang


berlaku. Seperti bersatunya api dengan barang yang dapat
terbakar, menjadi syarat berlangsungnya kebakaran.

c. Syarat syar`i, yaitu syarat berdasarkan penetapan syara`,


seperti sucinya badan menjadi syarat untuk shalat.
Syarat dari segi hubungannya dengan masyrut secara hukum
terbagi dua, yaitu :

1.Syarat yang kembali pada hukum taklif, baik disuruh


melakukannya atau dilarang melakukannya. Contoh; syarat
sucinya badan untuk shalat, dilarang adanya suami sementara
(muhallil) menjadi syarat bolehnya suami kembali kepada
isterinya yang telah ditalak tiga. Syarat ini jelas adanya
kesengajaan dari syari`.

2.Syarat yang kembali pada hukum wadh`i, seperti haul


menjadi syarat bagi kewajiban zakat. Syarat ini tidak ada
kesengajaan bagi syari` untuk menghasilkannya ditinjau dari
segi keberadaannya sebagai syarat.

Syarat yang kembali kepada hukum wadh`i itu ada dua :

a.Syarat syar`iyah, yaitu syarat-syarat yang ditetapkan


Allah untuk terjadinya sebab atau terjadinya musabbab.

b.Syarat ja`liyah, yaitu syarat-syarat yang diperbolehkan


oleh syari`. Syarat ja`liyah merupakan perbuatan mukallaf
yang dibolehkan syari`, terbagi dua :

 Syarat yang berhubungan dengan adanya akad. Syarat


ini merupakan sebagai pelengkap bagi sebab.
 Syarat yang melengkapi musabbab, yaitu syarat yang
beriringan dengan akad sehingga menyebabkan
kelazimannya atau mengekalkan kelaziman itu.

3.Mani` (Penghalang) Mani`

Merupakan sesuatu yang dari segi hukum keberadaannya


meniadakan tujuan dimaksud dari sebab atau hukum. Dari
definisi ini, ada dua macam mani` apabila dilihat dari segi
sasaran uyang dikenai pengaruhnya, yaitu :

a. Mani` yang berpengaruh terhadap sebab. Umpamanya


“hutang” menjadi mani` bagi orang yang berhutang meskipun
jumlah kekayaannya mencapai nisab.

b. Mani` yang berpengaruh terhadap hukum, dalam arti


menolak adanya hukum meskipun ada sebab yang
mengakibatkan adanya hukum. Umpamanya ayah menjadi mani`
bagi hukum qishas karena membunuh anaknya, sesuai sabda
Nabi “tidaklah diqishas seorang ayah karena membunuh
anaknya”.

4 . S h a h ( S a h)
Pengertian shah dalam bahasa Indonesia disebut “sah”.
Digunakan secara mutlak dengan dua pandangan :

a. Shah, bahwa perbuatan itu mempunyai pengaruh dalam


kehidupan dunia, yaitu mempunyai arti secara hukum. Ibadah
dikatakan sah, bila telah memadai dan telah melepaskan orang
yang melakukannya dari tanggung jawab terhadap Allah dan
telah menggugurkan dari kewajiban qadha dalam hal yang
dapat diqadha.

b. Shah, bahwa perbuatan itu mempunyai pengaruh arti


untuk kehidupan akherat. Misalnya berhaknya atas pahala dari
Allah, apabila perbuatan sah dilakukan. Jadi sah dalam bidang
ibadah dan muamalah adalah telah tercapainya tujuan. Yaitu
telah sesuai perbuatan yang dilakukan sesuai dengan perintah
(terpenuhi syarat dan rukunnya). Dalam muamalah, sah bila
diakui pembuat hukum dan menghasilkan pengaruh dan juga
terpenuhi syarat dan rukunnya.

5. Bathal (Batal)
Batal adalah kebalikan dari sah. Batal mempunyai dua arti
dilihat dari segi dalam bidang apa kata batal itu digunakan,
yaitu :

a. Batal digunakan untuk arti “tidak berbekasnya


perbuatan bagi si pelaku dalam kehidupan di dunia”. Batal
dalam ibadah adalah ibadah itu belum melepaskan tanggung
jawab serta belum menggugurkan kewajiban qadha. Karena
menyalahi tujuan syari` dalam menetapkan amalan itu.
Muamalah dikatakan batal dalam arti tidak tercapai arti atau
faedah yang diharapkan darinya secara hukum, yaitu
pengalihan hak dan menghalalkan hubungan.

b. Batal digunakan untuk “tidak berbekasnya perbuatan


itu bagi si pelaku di akherat, yaitu tidak menerima pahala”.
Kemungkinannya :
1) Perbuatan itu dilakukan tanpa sengaja, seperti perbuatan
orang tidur.

2) Perbuatan itu dilakukan semata-mata mencari tujuannya


yaitu mencari pahala.

3) Perbuatan itu dilakukan sesuai yang dikehendaki tetapi


dalam bentuk keterpaksaan.

4) Perbuatan itu dilakukan sesuai yang dikehendaki dalam


bentuk ikhtiyari seperti seseorang melakukan sesuatu
perbuatan mubah sesudah itu diketahui itu mubah, hingga kalau
sifatnya tidak mubah tentu tidak akan dilakukannya.

6. Fasid.
Fasid juga kebalikan dari sah. Istilah fasid hanya berlaku
dikalangan ulama Hanafiyah, itu pun berlaku hanya untuk
bidang muamalah. Dalam bidang muamalah atau akad terdapat
kesepakatan dalam penggunaan arti sah, yaitu “suatu akad yang
telah memenuhi syarat-syarat yang melengkapi sebab dan tidak
terdapat padanya mani` apa pun”. Namun dalam menetapkan
hukum tidak sah terdapat perbedaan pendapat.

 Menurut jumhur ulama akad yang tidak sah itu sama


antara batal dan fasid, baik pada rukun maupun pada
syarat atau sifatnya.
 Menurut ulama Hanafiyah, bila kekurangan atau
kesalahan pada rukun maka disebut batal dan tidak
memberi bekas apa-apa; karena tidak terdapat sebab,
dengan sendirinya tidak membawa akibat hukum.

IBADAH MAHDAH DAN GHAIRU MAHDAH

a. Ibadah mahdah

Ibadah mahdah adalah ibadah yang khusus berbentuk


praktik atau perbuatan yang menghubungkan antara hamba dan
Allah melalui cara yang telah ditentukan dan diatur atau
dicontohkan oleh Rasulullah saw.. Oleh karena itu,
pelaksanaan dan bentuk ibadah ini sangat ketat, yaitu harus
sesuai dengan contoh dari Rasulullah seperti, shalat, zakat,
puasa, dan haji.
b. Ibadah Ghairu Mahdah

Ibadah ghairu mahdah adalah ibadah umum berbentuk


hubungan sesama manusia dan manusia dengan alam yang
memiliki nilai ibadah. Ibadah ini tidak ditentukan cara dan
syarat secara detail, diserahkan kepada manusia sendiri. Islam
hanya memberi perintah atau anjuran, dan prinsip-prinsip
umum saja. Misalnya : menyantuni fakir-miskin, mencari
nafkah, bertetangga, bernegara, tolong-menolong, dan lain-
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber : diadaptasi dari Majalah Hidayatullah

https://asngariyusuf24.blogspot.com/2016/12/apa-itu-iman-
tauhid-dan-syirik.html

https://asngariyusuf24.blogspot.com/2016/12/apa-itu-iman-
tauhid-dan-syirik.html

https://www.bacaanmadani.com/2018/02/pengertian-ibadah-
mahdah-ibadah-ghairu.html

https://www.bacaanmadani.com/2016/10/pengertian-hukum-
taklifi-hukum-wadhi.html

Anda mungkin juga menyukai