Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN HASIL DISKUSI

“Silabus, RPP, dan Model-Model Pembelajaran Kelas 4 Semester 2”

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

“Pendidikan Kewarganegaraan 2”

Dosen Pengampu :

Dr. Hj. Asniwati, M.Pd

Disusun Oleh :
KELOMPOK 8
Kelas 4B

Hennie Ananda 1910125120027


Melly Wati 1910125220092
Mira Erdianti 1910125320022
Misnadi Mahrussalam 1710125310110
Siti Firda Anggraini 1910125220042

Siti Uswatun Khasanah 1910125320062

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PGSD
BANJARMASIN
2021
Hari / Tanggal : Senin, 12 April 2021
Waktu : 10.50-12.30
Tempat : Via Google Meet

Pelaksanaan Diskusi
Penyaji : Kelompok 8
Moderator : Rahimah (1910125220007)
Notulen : Wulan Maulidasari (1910125220052)
Daftar Hadir : 61 Hadir

ACARA
1. Pembukaan
Moderator membuka diskusi dan mempersilahkan penyaji untuk
mempresentasikan hasil diskusi materi kelompok 8 yaitu tentang
Silabus, RPP, dan Model-model Pembelajaran kelas 4 semester 2
2. Penyajian
Penyaji menyampaikan materi mengenai “Silabus, RPP, dan Model-model
Pembelajaran kelas 4 semester 2” melalui powerpoint yang ditampilkan di
Google Meet.
Tanya Jawab
Pertanyaan:
1) Harmina (1910125220022)
Apa saja Tips mudah dalam mengimplementasi Model PBL (Model
Problem Based Learning) pada anak SD ?
2) Rini Wahyuni (1910125120042)
Bagaimana cara kita untuk mengetahui keberhasilan dalam
mengimplementasikan model pembelajaran make a match pada mata
pelajaran PKN di SD?

Jawaban:
1) Pertanyaan Harmina dijawab oleh:
Melly Wati (1910125220092) – Pemateri
Siti Uswatun Khasanah (1910125320062) – Pemateri
Misnadi Mahrussalam (1710125310110) – Pemateri

Jawaban dari Melly Wati (1910125220092):


Tips yang dapat diperhatikan dan dilakukan guru dalam
implementasi model PBL (model problem based learning), antara
lain:
1. Pusat Pembelajaran adalah Pada Siswa (Student Centered)
Guru harus selalu ingat posisinya. Guru adalah fasilitator
yang bertugas mensupport kegiatan pemecahan masalah yang
dilakukan siswa. Guru bukanlah pemberi solusi dari permasalahan
tersebut. Jadi, apapun yang dilakukan di kelas oleh guru, semata-
mata adalah untuk tujuan membantu pembelajaran atau proses
belajar siswa. Ketika pusat pembelajaran di kelas adalah siswa,
maka akan terlihat bahwa segala aktivitas belajar jelas-jelas
nampak pada siswa.
2. Arahkan Pertanyaan-Pertanyaan
Pada saat proses pembelajaran di kelas di mana guru
menerapkan model problem based learning, maka guru harus
mengarahkan siswa melalui pertanyaan-pertanyaan, bukan
penjelasan. Pertanyaan-pertanyaan dari guru, ataupun pertanyaan-
pertanyaan dari siswa akan mengarahkan kegiatan pembelajaran
siswa untuk menemukan informasi baru. Pertanyaan-pertanyaan siswa
tidak dijawab oleh guru, tetapi akan diarahkan sedemikian rupa
sehingga siswa berusaha mencari tahu tentang jawaban pertanyaan
itu, yang akan bernilai penting apabila jawaban-jawaban atas
pertanyaan itu nantinya akan membantu mereka menemukan solusi
untuk masalah yang disajikan. Melalui pertanyaan-pertanyaan
inilah siswa akan dimotivasi untuk mempelajari pengetahuan baru.
Jawaban dari Siti Uswatun Khasanah (1910125320062):
1. Fasilitasi Siswa Melakukan Penyelidikan untuk Menyelesaikan
Masalah

Ketika siswa atau kelompok siswa dihadapkan pada suatu


masalah, mereka akan membutuhkan penyelidikan untuk
menyelesaikannya. Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan
informasi yang mereka perlukan. Pada saat inilah mereka
sebenarnya sedang membangun pengetahuannya. Mereka dapat
menelusuri beragam bahan bacaan yang telah disediakan melalui
fasilitasi guru. Mereka dapat melakukan percobaan-percobaan dan
merancangnya sendiri sesuai dengan tujuan mereka. Guru harus
memfasilitasi keberlangsungan kegiatan penting dalam model
problem based learning ini.

2. Berikan Otonomi pada Siswa

Ketika kelompok siswa atau siswa telah mampu berinisiatif


untuk melakukan penyelidikan, mempelajari sesuatu yang mereka
rasa akan dibutuhkan untuk penyelesaian masalah, maka guru harus
memberikan otonomi kepada siswa. Guru memberikan kebebasan cara-
cara apa yang akan siswa tempuh untuk memecahkan masalah, tetapi
tentu tetap dengan pengarahan agar penyelesaian masalah yang
dilakukan akan lebih efektif. Memberikan otonomi kepada siswa
diharapkan akan menumbuhkan motivasi intrinsik di dalam diri
mereka untuk belajar berdasarkan kebutuhan mereka. Ini akan
membentuk siswa menjadi pmebelajar yang mandiri.
3. Masalah Berasal dari Dunia Nyata

Ketika guru menghadirkan masalah untuk dipecahkan oleh


siswa dalam model PBL, maka masalah itu haruslah datang
dari real worls situation alias dari dunia nyata.ini penting
agar apa-apa yang akan dipelajari siswa dalam model pembelajaran
problem based learning ini bermanfaat bagi kehidupan mereka baik
saat ini maupun nanti ketika mereka terjun ke masyarakat. Prinsip
belajar dalam model problem based learning tidak hanya
ditujukan untuk menjawab soal-soal tes semata, tetapi yang jauh
lebih penting mereka belajar menghadapi dunia nyata dengan
melatihkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam
pemecahan masalah (problem solving).
Jawaban dari Misnadi Mahrussalam (1710125310110):
Tips mudah Guru untuk memudahkan model PBL (Problem Based
Learning) dalam proses pembelajaran. Sebelum memulai proses
belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu
diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Untuk fenomena ini apabila guru menggunakan media gambar,
gambar harus terlihat jelas, cerah, dan berwarna agar perserta
didik lebih tertarik. Dengan ketertarikan peserta didik maka
semangat untuk belajar dan mengobservasi menjadi meningkat.
Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang
muncul.
Setelah itu guru meransang peserta didik untuk berpikir secara
kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru disini hanya
sebagai fasilitator dimana mengarahkan peserta didik untuk
bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang
berbeda dari peserta didik yang lainnya.

2) Pertanyaan Rini Wahyuni dijawab oleh:


Hennie Ananda (1910125120027) – Pemateri
Misnadi Mahrussalam (1710125310110) – Pemateri

Jawaban dari Hennie Ananda (1910125120027):


Menurut Tarmizi dalam Novia (2015 : 12 ) menyatakan bahwa model
pembelajaran make a match artinya siswa mencari pasangan setiap
siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban) lalu
secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia
pegang.

Dari pengertian tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa untuk


dapat mengetahui tingkat keberhasilan dalam mengimplementasikan
model ini bisa dilihat dari ketepatan siswa dalam mencocokkan
jawaban. Jika siswa mampu menentukan pasangan yang tepat pada
semua kartu maka hal itu dapat dijadikan sebagai indikator untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah
diajarkan. Tetapi kita juga tidak bisa berpatokan pada hal
tersebut karena bisa saja ada beberapa siswa yang asal menebak
jawaban. Jadi alangkah baiknya dilakukan evaluasi kembali
mengenai materi pada hari itu.

Jawaban dari Misnadi Mahrussalam (1710125310110):


Untuk mengetahui Keberhasilan dalam mengimplementasikan model
pembelajaran make a match dilihat dari aspek proses belajar peserta didik,
yang dimana disini kalau peserta didik mengalami peningkatan motivasi dan
aktivitas belajar, contohnya seperti didik juga ikut turut serta bermain dalam
model pembelajaran, maka dapat dikatakan penerapan atau implementasi
model pembelajaran make a match dikatakan dapat berhasil. Karena dalam
model ini ditekankan pada proses bekerja sama antar peseta didik dan
membangun kognitif berpikir peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai