Disusun Oleh :
Alfira Rahmatul Karimah : T20193115
Tarisa Lailatul Ikromah : T20193109
Nur Asiah : T20193143
Muhammad Umar Alfaruq : T20193130
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya
dengan segala rahmat-Nyalah akhirnya kami bisa menyusun makalah dengan judul
“Kategori Keputusan dan Pengambilan Keputusan Perseorangan juga Kelompok”
ini tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak H.
Moh. Anwar, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing kami yang telah memberikan
tugas ini sehingga kami mendapatkan banyak tambahan pengetahuan.
Kami selaku penyusun berharap semoga makalah ini bisa memberikan
banyak manfaat serta menambah pengetahuan terutama untuk para pelajar
Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
yang membutuhkan perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta
kritikan dari para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
JUDUL
A. Kesimpulan ..................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kategori Keputusan
Pengambil keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses
mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalut Tindakan diantara
beberapa aternatif yang tersedia.1 Setiap proses pengambilan keputusan selalu
menghasilkan keputusan final. Menurut Supranto Keputusan dapat dikategorikan
menjadi empat (4) macam, yaitu2.
1. Keputusan dalam keadaan kepastian (certainty)
Apabila semua informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan
lengkap, maka keputusan dikatakan dalam keadaan yang pasti (terdapat kepastian).
Dengan kata lain dalam keadaan ada kepastian, kita dapat meramalkan secara tepat
hasil dari tindakan (action). Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali keputusan
yang kita ambil dalam keadaan ada kepastian. Kita tahu dengan pasti arah untuk
berangkat ke sekolah, dll. Hal-hal semacam itu sudah rutin kita laksanakan sehingga
tidak perlu pemikiran yang mendalam. Dalam kondisi pasti, proses pengambilan
keputusan yang dilakukan adalah berlangsung tanpa ada banyak alternatif, keputusan
yang diambil sudah jelas pada fokus yang dituju.
2. Keputusan dalam keadaan resiko (risk)
Resiko terjadi bila hasil pengambilan keputusan walaupun tidak dapat
diketahui dengan pasti, tetapi dapat diketahui nilai kemungkinannya. (probabilitas).
Risiko terjadi bilamana seorang manajer tidak dapat meramalkan hasil alternatif secara
pasti, namun kita justru memiliki informasi cukup untuk meramalkan kemungkinan
(probabilitas) bahwa alternatif tersebut bisa mengarahkan sampai pada keadaan yang
diinginkan Misalnya, anda ingin memutuskan membeli barang. Setiap barang
dibungkus dengan rapi sehingga anda tidak dapat membedakan barang yang dalam
keadaan bagus maupun cacat. Seandainya penjual tersebut jujur dan anda diberitahu
bahwa barang tersebut berjumlah 100 buah dan barang yang dalam keadaan rusak
1
James Reason 1990
2
Prof. J. Supranto. Teknik Pengambilan Keputusan. Jakarta. 2005. Rineka Cipta
berjumlah 99 buah. Kemudian anda harus memutuskan apakan membeli barang
tersebut atau tidak. Bila anda termasuk orang yang normal, mungkin anda tidak akan
membeli barang tersebut, sebab resikonya terlalu besar. Kemungkinan memperoleh
barang rusak sebesar 99%. Namun jika sebaliknya, jumlah barang yang rusak hanya
ada 1 buah. Kemungkinannya adalah anda akan membeli barang tersebut, sebab
kemungkinan untuk mendapatkan barang rusak hanya 1%.
4
adanya tindakan pihak lawan yang bisa mempengaruhi hasil keputusan. Faktor-faktor
yang dipertimbangkan menjadi lebih banyak. Keputusan dalam keadaan konflik dalam
kondisi yang pasti, beresiko dan tidak pasti tujuan akhirnya jelas. Dalam kondisi
konflik, tujuan akhir malah bisa tidak jelas. Konflik juga terjadi bila kondisi lingkungan
sendiri tiba-tiba berubah atau tidak pasti.
Sedangkan menurut Stoner et al. (1995: 245-246), ada dua kategori dalam
pengambilan keputusan yaitu keputusan terprogram dan keputusan tidak
terprogram yang akan dipaparkan sebagai berikut:
Pengambilan keputusan ini dibuat dalam kaitan dengan kebijakan, prosedur, atau
peraturan tertulis dan tidak tertulis yang menyederhanakan pembuatankeputusan
kedalam situasi yang terjadi berulang kali dengan membatasi atau mengeluarkan
alternatif. Keputusan terprogram digunakan untuk menangani masalah yang terjadi
berulang kali, apakah kompleks atau sederhana. Bila masalah terjadi berulang-
ulang, dan bila komponen elemen dapat ditentukan, diramalkan dan dianalisis,
dapat dipastikan masalah tersebut perlu diatasi oleh pengambilan keputusan
terpogram. Pengambilan keputusan terprogram sebenarnya dimaksudkan untuk
melaksanakan peraturan, atau prosedur yang kita gunakan agar membuat keputusan
yang tepat dan cepat, sehingga kita dapat lebih mengerjakan kegiatan lain, yang
lebih penting.
Berkaitan dengan masalah yang tidak biasa atau merupakan pengecualian. Apabila
suatu masalah jarang muncul untuk dicakup oleh suatu kebijakan atau demikian
penting yang memerlukan perlakuan khusus, maka harus ditangani sebagai
keputusan tidak terprogram. Contoh dari masalah untuk ditangani dengan
pengambilan keputusan terprogram yaitu seperti cara mengalokasikan suatu sumber
daya organisasi, apa yang harus dilakukan mengenai jenis produk yang gagal, cara
memperbaiki hubungan dengan masyarakat, hampir semua masalah signifikan yang
akan dihadapi oleh manajer biasanya memerlukan keputusan tidak terprogram.
5
Keputusan biasanya terbagi menjadi menjadi dua jenis yaitu keputusan
perorangan dan keputusan Kelompok3
3
Ferry Suwanto. Ayo Belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Kanisius. 150
6
Nilai-nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang
digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil
suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses
belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan individu
bahkan tidak berfikir untuk menyusun / menilai keburukan dan lebih ditarik oleh
kesempatan untuk menang.
2. Kepribadian
Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti
kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan
yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus obyektivitas.
Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang
berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip
tertentu. Beberapa pengambil keputusan kadang kala emosionalnya mempengaruhi
keputusan yang diambilnya. Emosional tersebut dapat berupa kecenderungan
kepribadian seseorang atau emosional yang berasal dari kebutuhan akan
perlindungan. Emosional dapat mempengaruhi cara suatu permasalahan dianalisis,
jenis informasi dan alternatif yang dipertimbangkan dalam proses pengambilan
keputusan. Informasi yang obyektif diabaikan, dan keputusan hanya didasarkan
pada perasaannya saja. Sementara itu beberapa pengambil keputusan yang lain
lebih obyektif, dimana mereka menghindari adanya kekeliruan persepsi tentang
permasalahan maupun informasi yang berkaitan dengannya.
3. Kecenderungan terhadap pengambilan resiko
Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan, sedangkan resiko
adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan menganggap bahwa si pengambil
keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan walaupun ia tidak dapat
mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dibawah ketidakpastian
dibanding dibawah kondisi bahaya. Dibawah ketidakpastian si pengambil
keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas strategi
lainnya. Dalam mengambil suatu keputusan ada orang yang senang dengan resiko
dan ada orang yang tidak senang. Ada juga orang yang dikatakan netral terhadap
resiko. Orang yang senang dengan resiko akan berbeda dalam mengevaluasi
7
serangkaian alternatif maupun memilih suatu alternatif dengan mereka yang tidak
senang dengan resiko. Dalam keputusan investasi misalnya, orang yang senang
dengan resiko akan memilih investasi yang memberikan hasil yang besar sekalipun
resikonya juga besar. Sebaliknya, orang yang tidak senang dengan resiko akan
memilih alternatif investasi yang resikonya paling kecil sekalipun hasilnya juga
rendah.
Pengambilan keputusan oleh individu memiliki kelebihan dalam hal
kecepatan. Artinya pengambilan keputusan dapat dilakukan relative lebih cepat
tidak perlu menunggu persetujuan dari orang lain. Pengambilan keputusan indiviu
dalam prosesesnya tidak melalui pertentangan pendapat bila keputusan diambil
individu yang memiliki kemampuan tinggi dan pengalaman yang luas maka
keputusan yang diambil cenderung lebih tepat. Disisi lain pengambilan keputusan
individu memiliki kekurangan salah satunya bila individu yan mengambil
keputusan kurang cakap keputusan yang diambilpun kurang tepat. Kelemahan
lainnya meski pengambilan keputusan cepat tetapi kecepatan tersebut menjadi celah
kelemahan bagi kurangnya pertimbangan mengakibatkan keputusan tidak tepat dan
resiko, tanggung jawab dari pengambilan keputusan individu ditanggung oleh
individu itu sendiri.
C. Pengambilan Keputusan Kelompok
Pengambilan keputusan dalam kelompok adalah pengambilan keputusan
oleh kelompok terkait isu-isu yang dianggap penting oleh kelompok. Keputusan
organisasi berupa usaha organisasi menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi. Penyesuaian ini bisa bersifat rutin bisa inovatif. Dalam hal pertama
organisasi bisa memiliki program atau rencana. Bila terjadi perubahan yang
mempengaruhi sistem, maka sistem tersebut mengadakan tanggapan terhadap sifat
perubahan dan mengadakan pilihan program yang sudah ada untuk bertindak agar
menanggulangi perubahan tersebut. Pada situasi penyesuaian inovatif organisasi
dihadapkan pada situasi dimana organisasi tidak memiliki program untuk
menghadapi perubahan, sehingga harus menemukan cara baru untuk
menanggulangi perubahan tersebut. Dalam hal ini organisasi perlu mencari
informasi tambahan agar dapat sampai pada keputusan untuk menanggulangi
8
perubahan yang ada. Oleh karena itu sistem komunikasi dan informasi yang baik
akan dapat lebih cepat membantu memperlancar proses adaptasi organisasi.
Selanjutnya di dalam organisasi harus ada sistem pengingat informasi yang baik
agar organisasi dapat memperoleh data yang diperlukan dengan mudah.
Kelebihan Pengambilan Keputusan Kelompok
4
Hamdan Mansoer, Pengantar Manajemen. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Dirjen Dikti. 1989. 69
9
mengambil kebijaksanaan untuk memberi kesempatan kepada orang lain
yang ahli untuk turut mengambil kebagian dalam pengambilan keputusan,
adalah merupakan upya meningkatkan legistimasi orang lain.
10
D. .Perbedaan Keputusan-Keputusan Pribadi dan Organisasi
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
3. Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama
yaitu nilai individu, kepribadian dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.
4. Jika dilihat dari tingkat keefektifan dan efisiensi antara pengambilan keputusan
kelompok dengan keputusan individu, maka hal ini tergantung pada kriteria apa
yang dipakai sebagai ukuran efektif. Bila diukur dengan derajat akurasi, barangkali
keputusan kelompok lebih akurat. Fakta membuktikan keputusan kelompok lebih
baik daripada keputusan individu. Tetapi tidak berarti bahwa kelompok lebih
bermutu dari perseoranganPengambilan keputusan bentuk mana yang akan dipakai
bergantung kepada aspek mana yang dipentingkan, efektivitas atau efisiensi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Aspizain .2017.Chaniago Teknik Pengambilan Keputusan. Jakarta: Lentera
Ilmu cendikia.
13