S/
Keluhan utama : Sesak napas
Pasien datang dengan keluhan sesak yang dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengatakan sesak
muncul setiap kali pasien batuk. Sesak tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi/istirahat. Selama
sesak juga tidak disertai dengan mengi ataupun nyeri dada. Riwayat asma/alergi disangkal oleh
pasien.
Pasien mengatakan sejak lebih kurang 1 minggu yang lalu mengalami demam yang dirasakan
menetap dan sama setiap hari nya. Selain itu, keluhan juga disertai dengan batuk, pilek, dan hidung
tersumbat. Pasien mengatakan penciuman dirasakan sedikit berkurang. Pasien juga mengeluhkan
lemas, nyeri otot, dan sakit kepala.
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Pasien mengaku tidak pernah
kontak dengan pasien terkonfirmasi covid 19. Dalam 14 hari terakhir, pasien juga menyangkal adanya
bepergian keluar kota. Pasien mengatakan sudah vaksinasi covid 19 sebanyak dua kali, namun belum
booster. Riwayat penyakit yang sama di keluarga disangkal. Namun, pasien mengatakan di tempat
kerjanya terdapat beberapa orang yang saat ini sedang mengalami demam, batuk dan pilek juga.
O/
Pemeriksaan fisik
KU : TSS, CM
TD : 90/71 N: 80 RR:20
TB : 165 cm BB: 50 kg
Kepala : dbn
Leher : KGB tidak teraba membesar
Toraks : Bentuk dan gerak simetris. Retraksi (-) Wh (-/-) Rh(-/-)
Abdomen :dbn
Ekstrimitas : dbn
Pemeriksaan Penunjang
Covid-19 antigen test : (+)
A/
Diagnosis :
Covid 19 (B34.2)
Asma (J45.9)
Common cold (J00)
P/
Paket Covid 19
Vitamin C
Vitamin D
Antivirus Favipiravir 2x600mg
Paracetamol 3x500mg (bila demam)
Edukasi :
1. Isolasi mandiri di rumah/fasilitas isolasi terpantau selama maksimal 10 hari sejak muncul gejala
ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan. Jika gejala lebih dari 10 hari, maka
isolasi dilanjutkan hingga gejala hilang ditambah dengan 3 hari bebas gejala.
2. Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat berinteraksi dengan anggota keluarga
3. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering mungkin.
4. Jaga jarak (physical distancing) dengan keluarga
5. Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
6. Menerapkan etika batuk
7. Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun
8. Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya antara jam 09.00 sampai jam 15.00
9. Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong plastik/wadah tertutup yang
terpisah dengan pakaian kotor keluarga yang lainnya sebelum dicuci dan segera dimasukkan mesin
cuci
10. Segera beri informasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga jika terjadi peningkatan suhu
tubuh > 38oC
11. Pastikan ventilasi udara dan pencahayaan baik
12. Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP
Pemeriksaan Penunjang
Covid-19 antigen test : (+)
Diagnosis :
Covid 19 (B34.2)
Obat pulang
Asam mefenamat 500 mg/ 8 jam
Amoxicillin 500 mg/ 8 jam dihabiskan
Edukasi :
Pasien diberikan edukasi untuk sementara ibu jari kaki kanan tidak boleh terkana air, menjaga
kebersihan ibu jari kaki kanan, kontrol ulang dalam 3 hari.
HECTING
Tn. D datang ke IGD puskesmas jatisampurna dengan keluhan terdapat luka robek pada ibu jari
tangan kanannya setelah terkena batu. Pasien datang dengan membalut luka tersebut menggunakan
kain. Pasien mengatakan belum melakukan penanganan dan mengobati lukanya sendiri. Setelah
dilakukan pemeriksaan, pasien kemudian dijelaskan mengenai kondisi yang dialami serta tindakan
yang akan dilakukan. Setelah pasien setuju, kemudian dilakukan tindakan penjahitan luka.
Obat Pulang :
Asam mefenamat 500 mg/ 8 jam
Amoxicillin 500 mg/ 8 jam dihabiskan
Data Penatalaksanaan
S/
Keluhan utama : Bintil berisi air
Pasien mengeluhkan terdapat bintil berisi air berwarna kemerahan pada belakang leher pundak,dan
lengan atas kiri. Keluhan ini dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengatakan awalnya bintil
muncul di belakang leher, lalu menyebar ke lengan atas kiri pasien dan terasa sedikit perih. Keluhan
gatal disangkal oleh pasien. Keluhan ini juga disertai dengan pasien meriang, lemas, dan pegal-pegal
di tubuh. Pasien mengaku dalam beberapa minggu ini sering kecapean dan kurang tidur. Riwayat
cacar air diakui pasien pernah dialami saat masih kecil. Pasien menyangkal adanya benjolan yang
muncul ditubuh. Riwayat kencing manis dan darah tinggi disangkal. Riwayat alergi disangkal oleh
pasien. Riwayat menggunakan sabun yang berbeda dari sebelumnya disangkal. Saat ini tidak ada
keluarga yang mengalami keluhan serupa. Riwayat tergigit serangga, beraktivitas di alam terbuka
disangkal. Riwayat vaksin varisela disangkal oleh pasien.
Pemeriksaan fisik
KU : CM
TD : 128/80. N : 77. R : 20. BB 51,9. TB : 157 LP : 80
Status internal dbn
Pembesaran KGB : (-)
Status lokalis : terdapat bintil kemerahan pada belakang leher, pundak, dan lengan atas kiri. distribusi
regioner, unilateral, segmental, setinggi saraf CN C4-5
A/
Diagnosis : Herpes Zoster (B02)
DD : Dermatitis alergi (L23)
Insect bite (s40.86)
P/
Asiklovir 5x800 mg 7 hari
Ibuprofen 2x400 mg
Vitamin b12 3x1
Asiklovir salep 6x1
edukasi :
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa:
- Penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan oleh teraktivasinya kembali virus penyebab cacar air
yang dahulu pernah diderita pasien
- Faktor yang dapat mencetuskan penyakit ini adalah usia dan daya tahan tubuh yang turun
2. Pasien dapat menularkan virus cacar air kepada orang lain terutama anak-anak yg belum pernah
terkena cacar air, ibu hamil, dan orang-orang dengan sistem imun yang lemah, sehingga sebisa
mungkin pasien dapat mengurangi kontak langsung dengan populasi tesebut.
3. Pasien istirahat cukup, makan-makanan yang bergizi cukup, tetap jaga
kebersihan diri dengan mandi teratur 2 kali sehari.
4. Terdapat kemungkinan timbulnya komplikasi: nyeri yang bertahan walaupun keluhan kulit sudah
sembuh.
Pemeriksaan fisik
Status lokalis : terdapat bintil kemerahan pada belakang leher, pundak, dan lengan atas kiri. distribusi
regioner, unilateral, segmental, setinggi saraf CN C4-5
Diagnosis
Herpes Zoster (B02)
Tatalaksana
Asiklovir 5x800 mg 7 hari
Ibuprofen 2x400 mg
Vitamin b12 3x1
UKM VCT
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan masalah besar di Indonesia. Indonesia
sudah menjadi negara urutan ke 5 di Asia paling berisiko HIV/ Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS). Infeksi HIV merupakan salah satu penyakit menular yang dikelompokkan sebagai
faktor yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak (Kemenkes RI, 2014). Pertumbuhan epidemi
HIV-AIDS di Indonesia sebagian besar adalah kaum laki-laki yaitu mencapai 66,8 % selanjutnya
wanita 32,9%. Sumbangan terbesar melalui dua modus penularan: (1) penggunaan jarum suntik tidak
steril, (2) hubungan seksual tidak aman terutama di kalangan pekerja seks, pelanggan, waria dan
kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL). Namun demikian jika tidak dilakukan intervensi yang
intensif, bukan tidak mungkin modus penularan lain akan terus meningkat, seperti penularan prenatal
(Komisi Penanggulangan AIDS, 2014).
VCT merupakan program pencegahan penyakit HIV/AIDS sekaligus jembatan untuk mengakses
layanan manajemen kasus serta perawatan, dukungan dan pengobatan bagi orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) melalui layanan Care, Support and Treatment (CST). Program layanan VCT dimaksudkan
membantu masyarakat terutama populasi beresiko dan anggota keluarganya untuk mengetahui status
kesehatan yang berkaitan dengan HIV dimana hasilnya dapat digunakan sebagai bahan motivasi
upaya pencegahan penularan dan mempercepat mendapatkan pertolongan kesehatan sesuai
kebutuhan.
Ringkasan pelaksanaan
Hari/tanggal : Sabtu, 26 November 2022
Waktu : 20.00 s/d selesai
Tempat : Tiffaney Karaoke dan karaoke daerah cibubur
Peserta : 15 karyawan tiffaney karaoke dan 25 karyawan karaoke daerah cibubur
Kegiatan :
Kegiatan kali ini dimulai dari penjaringan karyawan yang bersedia untuk dilakukan tes kesehatan.
Karyawan tersebut di edukasi (pra konseling) mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
manfaatnya. Karyawan yang bersedia tersebut kemudian melakukan pendaftaran dengan melampirkan
KTP dan nomor hp. Setelah itu, kegiatan dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel darah
untuk rapid test HIV dan Sifilis. Karyawan diminta untuk menunggu hasil selama 10-15 menit.
Setelah hasil keluar, karyawan diberikan surat hasil pemeriksaan dan diberikan edukasi dan
penjelasan terkait dengan kondisinya. Karyawan juga diperbolehkan melakukan konsultasi atau
bertanya kepada dokter. Hasil dari pemeriksaan VCT ini tidak didapatkan yang terdeteksi (+) HIV/
Sifilis. Apabila didapatkan hasil positif ketika pemeriksaan, selanjutnya akan dilakukan konseling
hasil ditempat.
UKM PENAPISAN TB
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dunia.
Penyakit ini menimbulkan masalah yang kompleks baik dari segi medis maupun sosial, ekonomi, dan
budaya. Berdasarkan Global TB Report WHO 2020, Indonesia merupakan negara dengan beban
Tuberkulosis (TBC) tertinggi kedua di dunia. Diestimasikan terdapat 845.000 kasus TBC baru setiap
tahunnya dengan angka kematian mencapai 98.000 kasus atau setara dengan 11 kematian/jam.
Penularan dan perkembangan penyakit TBC semakin meluas karena dipengaruhi oleh faktor sosial
seperti kemiskinan, urbanisasi, pola hidup yang kurang aktif, penggunaan tembakau, dan alkohol
(WHO, 2020).terutama di Indonesia. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang di
sebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau
pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes
RI, 2015). Untuk menemukan dan mengobati kasus tersebut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI
berencana melakukan skrining besar-besaran. Upaya penemuan kasus sedini mungkin, pengobatan
secara tuntas sampai sembuh merupakan salah satu upaya yang terpenting dalam memutuskan
penularan TBC di masyarakat. Oleh karena itu program penapisan TB sebagai salah satu
upaya/strategi eliminasi TB merupakan hal yang sangat penting dilakukan terutama di faskes primer.
Ringkasan Pelaksanaan
Hari/tanggal : Senin, 21 November 2022
Waktu : 08.00 s/d selesai
Tempat : Poli Umum Puskesmas Jatisampurna
Peserta : Tn. A usia 48 tahun
Kegiatan :
Pasien datang ke Poli umum Puskesmas Jatisampurna dengan keluhan batuk berdahak sejak lebih
kurang 3 hari yang lalu. Batuk dirasakan terus menerus disertai dengan sesak setiap kali batuk.
Keluhan batuk darah (-), keringat malam (-), dan lemas (-). Pasien mengatakan sempat demam 1
minggu yang lalu namun tidak terlalu tinggi. Pasien merupakan seorang perokok aktif. Pasien
mengatakan ingin dilakukan pemeriksaan dahak. Sebelumnya pasien memiliki anggota keluarga yang
sedang batuk lama dan sedang dalam pengobatan. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan oleh
pasien. Pasien tidak pernah diperiksa dahak, dan diberi pengobatan pencegahan sebelumnya. Riwayat
alergi/asma disangkal oleh pasien. Riwayat asma pada keluarga juga disangkal. Terkait keluhannya
tersebut, pasien kemudian dilakukan pemeriksaan sputum untuk memastikan diagnosis.
Pemeriksaan Fisik
TD : 117/86, N 97, Lp 80
TB : 170 BB: 55
Diagnosis : Susp.TB
Pemeriksaan TCM dilakukan untuk melakukan screening terhadap pasien TB. Setelah dilakukan
pemeriksaan, pasien diminta untuk datang kembali ke puskesmas untuk dilihat apakah hasilnya
negative atau positif berupa rifampicin sensitive/resisten. Apabila dari hasil pemeriksaan didapatkan
hasil negatif, pasien kemudian akan diberikan pengobatan non OAT (antibiotic spektrum luas) dan
diminta kembali lagi ke puskesmas, apabila keluhan tidak membaik, untuk disarankan melakukan
pemeriksaan radiologi.
Apabila didapatkan hasil rifampicin sensitive, maka pasien dilakukan pengecekan GDS,HIV, dan
sifilis. Kemudian ditatalaksana dengan OAT kategori 1 dengan dosis FDC berdasarkan berat badan.
Apabila didapatkan hasil rifampicin resisten hal yang perlu dilakukan :
1. Konfirmasi hasil kepada laboratorium
2. Apabila memang resisten, pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan TCM kembali
3. Apabila hasilnya tetap resisten, pasien dirujuk ke rumah sakit
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dunia.
Penyakit ini menimbulkan masalah yang kompleks baik dari segi medis maupun sosial, ekonomi, dan
budaya. Berdasarkan Global TB Report WHO 2020, Indonesia merupakan negara dengan beban
Tuberkulosis (TBC) tertinggi kedua di dunia. Diestimasikan terdapat 845.000 kasus TBC baru setiap
tahunnya dengan angka kematian mencapai 98.000 kasus atau setara dengan 11 kematian/jam.
Penularan dan perkembangan penyakit TBC semakin meluas karena dipengaruhi oleh faktor sosial
seperti kemiskinan, urbanisasi, pola hidup yang kurang aktif, penggunaan tembakau, dan alkohol
(WHO, 2020).terutama di Indonesia. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang di
sebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau
pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes
RI, 2015) Sehingga kepatuhan dan ketaatan pasien dalam pengobatan sangat penting untuk
keberhasilan eradikasi tuberculosis.
S/
Keluhan utama : Batuk berdahak
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu dan tidak
kunjung sembuh yang dirasakan makin parah sejak beberapa hari terakhir. Keluhan disertai juga
dengan sesak, keringat malam, demam yang tidak terlalu tinggi, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan sebanyak 4 kg dalam 1 bulan terakhir. Riwayat alergi/asma disangkal oleh
pasien. Pasien sudah pernah berobat sendiri dengan membeli obat batuk, dan sudah ke dokter dan
diberikan paracetamol dan amoxicillin. Setelah mengonsumsi obat tersebut, keluhan demam kadang
membaik, namun batuk berdahak masih tetap dirasakan. Pasien belum pernah diperiksa dahaknya.
Pasien tidak merokok. Namun suami pasien perokok aktif. Riwayat keluhan serupa pada keluarga
disangkal.
O/
Pemeriksaan Fisik :
TD : 102/78. N : 92. RR: 20
BB : 44 kg. TB : 165 cm
Status internus :
Kepala : conjuntiva anemis (-/-) sclera icteric (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks : bentuk dan gerak simetris. Rh(-/-) Wh (-/-)
Abdomen : hepatosplenomegali (-)
Ekstrimitas : dbn
Pemeriksaan Sputum/TCM
Rif Sen (+)
Pemeriksaan Laboratorium
GDN :94
HIV : Negatif
Sifilis : Negatif
A/
Diagnosis : Tuberkulosis (A15)
DD :
Bronkitis Kronis (J42)
Asma (J45)
Pneumonia (J15.9)
P/
OAT KDT 3 Tablet
Vitamin B6 3x2
Edukasi :
1. Edukasi pasien mengenai penyakit TB
2. Penyakit TB dapat disembuhkan secara tuntas dengan minum obat secara rutin dan teratur, minimal
selama 6 bulan dibantu oleh Pengawasan Minum Obat (PMO).
3. Pentingnya ketaatan minum obat dan kontrol secara teratur,
4. Jelaskan efek samping obat seperti perubahan warna kencing, mual.
5. Pentingnya menerapkan pola hidup sehat, etika batuk, dan kebersihan lingkungan tempat tinggal
6. Pasien melakukan pengecekan dahak kembali pada akhir bulan ke2,5, dan 6.
Anamnesis
- Batuk berdahak 1 bulan
- Sesak, keringat malam, demam yang tidak terlalu tinggi, penurunan nafsu makan, dan penurunan
berat badan sebanyak 4 kg dalam 1 bulan terakhir
- Sudah berobat namun tidak kunjung sembuh
Pemeriksaan Fisik
- Underweight
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan TCM Rif Sen (+)
Diagnosis :
Tuberkulosis (A15)
Tatalaksana :
OAT KDT 3 Tablet
Vitamin B6 3x2
Anak bapil
S/
Keluhan utama : Batuk
Pasien datang ke puskesmas jatisampurna dibawa oleh ibunya dengan keluhan batuk. Keadaan umum
pasien baik, tidak terdapat tanda bahaya umum, anak masih bisa minum, tidak terdapat kejang,
sesak/sukar bernapas, pucat dan kebiruan.
Batuk dirasakan sejak tadi malam. Suara napas tambahan disangkal, tidak terdapat napas cepat dan
tarikan pada dinding dada pasien. Keluhan lain seperti diare dan masalah telinga disangkal. Pasien
juga dikeluhakan mengalami adanya demam, dan pilek sejak tadi malam. Riwayat bepergian ke
daerah endemis malaria dalam 2 minggu terakhir disangkal. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya
tidak sakit campak dalam 3 bulan ini, tidak terdapat ruam kemerahan di badan, dan mata merah.
Demam dirasakan muncul setelah anaknya sempat kehujanan satu hari sebelumnya dan tidak terlalu
tinggi. Pasien dikatakan sempat rewel karena keluhannya. Keluhan lain seperti mual, muntah, nyeri
perut, mimisan, gangguan bak dan bab disangkal oleh ibu pasien.
Pasien dikatakan beberapa kali mengalami keluhan serupa namun selalu membaik dengan pengobatan
di puskesmas. Riwayat keluhan serupa pada anggota keluarga tidak ada.
Pasien merupakan anak pertama. Selama kehamilan ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan ke
bidan. Ketika hamil ibu pasien pernah melakukan pemeriksaan HIV dengan hasil negatif.
Riwayat imunisasi dasar BCG, hepatitis B, DPT, polio dan campak lengkap.
Pasien saat ini mengonsumsi makanan keluarga, dan susu formula yang diberikan 3-4 kali sehari.
O/
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Compos mentis, TSR
Tanda Vital :
TD : -
Nadi : 122 x / menit
Respirasi : 30x / menit
Suhu : 37,6 ˚ C
SpO2 : 98% air room
CRT : < 2 detik
Antropometri :
BB : 8,5 kg
PB : 76 cm
LK : 44 cm
Lila : 13,5 cm
Status gizi:
BB/U : normal
TB/U : normal
BB/PB : normal
LK/U : normal
Status Generalis :
Kepala : Bulat, UUB datar, normosepali
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Pernapasan cuping hidung tidak ada, sekret ada
Mulut : kebiruan mulut dan sekitar mulut tidak ada
Leher : KGB tidak membesar
Thorax :
Bentuk dan gerak simetris, tidak ada retraksi dan deformitas
ronki, wheezing, dan crackles tidak ada
Abdomen: dbn
Ekstremitas : dbn
A/
Klasifikasi MTBS : Batuk Bukan Pneumonia
Diagnosis : ISPA (J06)
Diagnosis banding :
Pneumonia J12
Asma J45
P/
Parasetamol 3
CTM 3
GG 3
S mf pulv no. X
S 3.d.d pulvI prn
Edukasi :
1. Makanan dan susu diteruskan
2. Apabila panas dapat dilakukan kompres hangat
3. Apabila batuk tidak membaik, kunjungan ulang 5 hari kemudian
S/
Keluhan Utama : Nyeri pada lutut kanan
Pasien mengalami nyeri pada lutut kanan sejak 2 minggu yang lalu. Namun dirasa semakin memberat
sejak kemarin. Pasien mengeluhkan adanya kaku lutut pada pagi hari kurang lebih 10 menit. Selain itu
nyeri juga dirasakan saat berjalan, berdiri, dan menekuk lutut dan berkurang dengan istirahat. Nyeri
sendi dirasakan mengganggu namun pasien masih bisa melakukan aktivitas rumah tangga seperti
mencuci piring, menyapu, dan memasak. Pasien merasa sedikit kesulitan ketika menaiki maupun
menuruni tangga namun masih sanggup melakukannya. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma.
Rwayat penyakit serupa dikeluarga disangkal. Pasien menyangkal adanya nyeri yang timbul setelah
konsumsi jeroan, emping, sayuran hijau, kacang disangkal.
Pasien merasa kadang terdengar bunyi gemeretak pada lutut kanan pasien. Awalnya, pasien mulai
merasakan nyeri pada lututnya setelah bepergian jauh selama sekitar 2 km . Hingga saat ini pasien
tidak mengonsumsi obat-obatan untuk mengurangi nyeri lututnya dan tidak memiliki riwayat
mengonsumsi obat-obatan lainnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, dan
sering kontrol. Riwayat penyakit dyspepsia, DM, penggunaan obat penurun asam urat dan obatan lain
juga disangkal.
O/
Pemeriksaan Fisik
KU : TSS, CM
TD : 170/100. N : 88. RR: 20
BB : 72 kg
TB : 153 cm
BMI: 30,8 (obese)
Status internus :
Kepala : conjuntiva anemis (-/-) sclera icteric (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks : bentuk dan gerak simetris. Rh(-/-) Wh (-/-)
Abdomen : hepatosplenomegali (-)
Ekstrimitas atas dbn
Ekstremitas Bawah
a.r Lutut
Tanda inflamasi: (-/-)
Edema (-/-), efusi -/-
Tidak teraba perbesaran tulang
Krepitasi (+/-)
Manipulasi: nyeri saat digerakkan (+/-)
Tidak ditemukan tofus pada kedua kaki
A/
Diagnosis : Osteoarthritis (M19)
Diagnosis banding
Fraktur (S82)
Rheumatoid Arthritis (M05)
Gout Arthritis (M1A)
P/
Natrium Diclofenac 3x50mg prn
Amlodipin 10 mg 1x1
Vitamin b comp 1x1
Edukasi :
1. Edukasi pasien terkait penyakit yang berkaitan dengan usia/degeneratif
2. Modifikasi gaya hidup dan penurunan berat badan dengan mengatur nutrisi dan pola makan
3. Anjurkan pasien menghindari berjalan jauh / hal yang memicu gejala, dan melakukan olahraga
terutama aerobic non-weight bearing dengan intensitas rendah
Anamnesis :
- Nyeri lutut kanan
- Kaku lutut pagi hari kurang dari 10 menit
- Nyeri dirasakan saat berjalan dan membaik dengan istirahat
- Nyeri setelah bepergian jauh
- Riwayat hipertensi
Pemeriksaan Fisik
- Obesitas
- Krepitasi
- Nyeri saat digerakkan
Diagnosis
OA (M19)+Hipertensi (I10)
Tatalaksana :
Natrium Diclofenac 3x50mg prn
Amlodipin 10 mg 1x1
Vitamin b comp 1x1
GOUT
S/
Keluhan utama: nyeri pada pergelangan kaki kanan.
Pasien mengeluhkan pergelangan kaki kanannya nyeri sejak 3 hari SMRS. Nyeri dirasakan
semakin bertambah dan terus menerus berlangsung sehingga pasien kesulitan menggerakkan kaki.
Nyeri dirasakan seperti digigit sesuatu. Pasien mengatakan keluhan ini sudah terjadi beberapa kali
sejak 6 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul sehingga pasien tidak langsung ke dokter.
Pasien juga mengatakan keluhannya sedikit membaik ketika meminum obat parasetamol yang dibeli
sendiri. Nyeri tidak menjalar. Namun dirasa bertambah apabila digerakkan.
Nyeri hanya terjadi pada pergelangan kaki kanan. Tidak ada keluhan nyeri sendi pada sendi lainnya,
seperti pergelangan tangan, jari-jari kaki, jari-jari tangan dan lutut. Keluhan tidak disertai dengan
adanya benjolan keras seperti batu pada ibu jari kaki, telinga, siku ataupun jari-jari tangan. Tidak ada
keluhan BAK, seperti nyeri saat BAK, BAK berdarah, ataupun BAK berpasir. Keluhan demam dan
riwayat infeksi disangkal. Pasien mengakui suka memakan jeroan. Istri pasien sering memasak gulai
daging. Pasien pernah merokok 3 tahun yang lalu selama 5 tahun. Pasien tidak pernah mengkonsumsi
alkohol. Pasien jarang berolahraga dengan frekuensi kurang dari 1x dalam sebulan. Riwayat
mengkonsumsi obat-obatan hanya parasetamol.
Riwayat penyakit sistemik seperti DM, hipertensi, gangguan ginjal, penyakit jantung tidak diketahui
oleh pasien. Pasien terakhir periksa TD dan gula darah tahun lalu dan masih dalam batas normal.
Pasien tidak memiliki keluhan sering haus, sering BAK, sering lapar. Tidak terdapat riwayat anggota
keluarga pasien dengan keluhan yang sama.
O/
Pemeriksaan Fisik
KU : TSS, CM
TD : 123/84. N : 66. RR: 20
BB : 75 kg
TB : 165 cm
BMI: 27,6 (obese)
Status internus :
Kepala : conjuntiva anemis (-/-) sclera icteric (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks : bentuk dan gerak simetris. Rh(-/-) Wh (-/-)
Abdomen : hepatosplenomegali (-)
Ekstrimitas atas dbn
A/
Diagnosis
Gout (M1A)
Diagnosis banding
Fraktur (S82)
Rheumatoid Arthritis (M05)
Osteoarthritis
P/
Edukasi
Anamnesis :
- Nyeri pergelangan kaki kanan
- nyeri dirasakan terus menerus seperti digigit sesuatu
- Pasien mengakui suka memakan jeroan. Istri pasien sering memasak gulai daging
- Pasien jarang olahraga
Pemeriksaan Fisik :
- Obesitas
-Ankle joint dextra
Inspeksi
Topus (-) kemerahan (+) deformitas (-)
Hangat (+), nyeri tekan (+)
Pemeriksaan Penunjang
Asam urat : 8,1
Diagnosis
Gout Artritis (M10)
Tatalaksana
Kolkisin 0,5 mg 3x/hari (jika tersedia)
Alternatif : Natrium Diclofenac 3x50mg
Setelah fase akut
Allupurinol 1x100mg
Bayi Diare
Keluahan utama : BAB mencret
Pasien datang ke puskesmas jatisampurna dibawa oleh ibunya dengan keluhan bab mencret.
Keadaan umum pasien baik, tidak terdapat tanda bahaya umum, anak masih bisa minum, tidak
terdapat kejang, sesak/sukar bernapas, pucat dan kebiruan.
Sejak 2 hari SMRS pasien mengalami adanya buang air besar mencret sebanyak 4x dalam
sehari. BAB ini berkonsistensi cair berwarna kuning berbau asam, sedikit ampas dengan
jumlah sekali BAB ½ aqua gelas. Keluhan buang air besar mencret ini tanpa disertai darah dan
lendir. Keluhan juga disertai dengan muntah 2-3 kali perhari berupa susu dan sisa makanan.
Semenjak mencret ini pasien menjadi tampak gelisah, merasa kehausan, nafsu makan sedikit
berkurang namun tidak disertai dengan penurunan berat badan yang signifikan. Selain itu
pasien juga mengalami demam dengan panas badan yang tidak begitu tinggi. Riwayat bepergian
ke daerah endemis malaria dalam 2 minggu terakhir disangkal. Ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya tidak sakit campak dalam 3 bulan ini, tidak terdapat ruam kemerahan di badan, dan mata
merah. Keluhan tidak disertai dengan adanya kejang, perut kembung, batuk, pilek, sesak, nyeri
menelan, kemerahan pada kulit, nyeri telinga, gangguan buang air kecil, dan tidak ada
penurunan kesadaran.
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat keluhan serupa pada
anggota keluarga atau lingkungan di sekitar penderita tidak ada. Terkait keluhannya pasien
belum berobat dan saat ini baru dibawa ke puskesmas. Riwayat alergi makanan atau obat-
obatan pada pasien juga tidak ada.
Pasien merupakan anak pertama. Selama kehamilan ibu pasien tidak pernah sakit dan rutin
melakukan pemeriksaan ke bidan. Ketika hamil ibu pasien pernah melakukan pemeriksaan HIV
dengan hasil negative.
Pasien saat ini sudah bisa duduk, merangkak, bangun dari tempat tidur dan
memindahkan benda dari tangan yang satu ke yang lain. Pasien baru bisa bicara 1 suku kata.
“ma” atau “ba”, pendengaran dan penglihatan dikesankan ibu dalam batas normal. Riwayat
imunisasi BCG, hepatitis B, DPT, polio lengkap.
Pasien masih diberikan ASI 5-7 kali sehari dan disertai MPASI seperti bubur bayi dan biskuit
semenjak berumur 6 bulan. Perubahan jenis makanan yang dikonsumsi oleh pasien akhir-akhir
ini juga tidak ada. Pasien diasuh oleh ibunya sendiri dan seringkali lupa untuk mencuci tangan
saat akan memberi makan pasien. Peralatan makan dan minum dicuci terlebih dahulu sebelum
digunakan menggunakan sabun.
Keadaan Umum : Compos mentis, gelisah, rewel, tampak kehausan
Tanda Vital :
TD : -
Nadi : 122 x / menit
Respirasi: 30x / menit
Suhu : 36,6 ˚ C
SpO2 : 98%
CRT : < 2 detik
Antropometri :
BB : 6,7 kg
PB : 72 cm
LK : 41 cm
Lila : 13 cm
Status gizi:
BB/U : normal
TB/U : normal
BB/PB : normal
LK/U : normal
Status Generalis :
Kepala : Bulat, UUB datar, normosepali
Telinga : CAE Tenang, KGB preaurikular, retroaurikular dan aurikular tidak membesar
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, air mata ada, mata sedikit cekung
Hidung : Pernapasan cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada
Mulut : kebiruan mulut dan sekitar mulut tidak ada, mukosa mulut dan lidah kering
Leher : KGB tidak membesar
Thorax : dbn
Abdomen: datar, lembut, bising usus ada, nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak membesar,
turgor kembali lambat
Ekstremitas : deformitas tidak ada, edema tidak ada, akral hangat
Rash at peri-anal region (-)
Klasifikasi MTBS
Diare dehidrasi ringan/sedang
Diagnosis:
Diare
Disentri
P/
Oralit 75 ml/kgBB dalam 3 jam pertama (500cc oralit dalam 3 jam pertama, dilanjutkan 50-100cc
oralit tiap BAB)
Zinc 1x20 mg/hari per oral selama 10 hari
Edukasi :
1. Berikan cairan lebih dari biasanya untuk mencegah dehidras
2. Makanan/Asi tetap diteruskan
3. Bawa ke fasilitas kesehatan bila ditemukan :
Diare bertambah cair
Muntah – muntah
Panas badan
Sangat haus
Tidak mau makan atau minum
Diare berdarah
Kunjungan ulang 2 hari kemudian bila tidak ada perbaikan
4. Pencegahan
- Berikan konsumsi makanan bergizi berupa susu formula dan makanan pendamping
Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur
Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang cukup
Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar
Membuang tinja bayi dengan benar
Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan
Anamnesis
- Buang air besar mencret sebanyak 4x dalam sehari.
- BAB berkonsistensi cair berwarna kuning berbau asam, sedikit ampas dengan jumlah sekali BAB ½
aqua gelas
- muntah 2-3 kali
- gelisah, kehausan
- demam
- ibu kadang lupa mencuci tangan ketika memberi makan bayi
Pemeriksaan fisik
- Mata sedikit cekung
- Mukosa kering
- Turgor kembali lambat
Klasifikasi MTBS
Diare dehidrasi ringan/sedang
Diagnosis:
Diare (A09)
Tatalaksana
Oralit 75cc/kgbb dalam jam pertama dilanjutkan 50-100cc tiap bab
zinc 1x1 tablet selama 10 hari
Ringkasan Pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat, 09 Desember 2022
Waktu : 08.00 s/d selesai
Tempat : Poli TB Puskesmas Jatisampurna
Peserta : Ny. N usia 26 tahun
Kegiatan :
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk berdarah sejak tadi pagi. Pasien sebelumnya
mengeluhkan batuk berdahak sejak 3 bulan yang lalu dan tidak kunjung sembuh yang dirasakan
makin parah sejak beberapa hari terakhir. Keluhan disertai juga dengan sesak, keringat malam,
demam yang tidak terlalu tinggi, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan sebanyak 4 kg
dalam 1 bulan terakhir. Riwayat alergi/asma disangkal oleh pasien. Pasien sudah pernah berobat
sendiri dengan membeli obat batuk, dan sudah ke dokter dan diberikan paracetamol dan amoxicillin.
Setelah mengonsumsi obat tersebut, keluhan demam kadang membaik, namun batuk berdahak masih
tetap dirasakan. Pasien belum pernah diperiksa dahaknya. Pasien tidak merokok. Namun suami pasien
perokok aktif. Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal. Karena keluhannya ini pasien
dilakukan pemeriksaan fisik dan disarankan melakukan pemeriksaan TCM.
O/
Pemeriksaan Fisik :
TD : 118/92. N : 116. RR: 20
BB : 65 kg. TB : 150 cm
Status internus :
Kepala : conjuntiva anemis (-/-) sclera icteric (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks : bentuk dan gerak simetris. Rh(-/-) Wh (-/-)
Abdomen : hepatosplenomegali (-)
Ekstrimitas : dbn
Pemeriksaan Sputum/TCM
Rif Sen (+)
Kemudian dilakukan pemeriksaan GDS, HIV dan sifilis pada pasien.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
GDN :101
HIV : Non reaktif
Sifilis : Negatif
A/
Diagnosis : Tuberkulosis (A15)
Terkait keluhannya, pasien diberikan OAT yang disesuaikan dengan berat badan.
OAT KDT 4 Tablet
Vitamin B6 3x2
Edukasi pasien :
1. Edukasi pasien mengenai penyakit TB
2. Penyakit TB dapat disembuhkan secara tuntas dengan minum obat secara rutin dan teratur, minimal
selama 6 bulan dibantu oleh Pengawasan Minum Obat (PMO).
3. Pentingnya ketaatan minum obat dan kontrol secara teratur,
4. Jelaskan efek samping obat seperti perubahan warna kencing, mual.
5. Pentingnya menerapkan pola hidup sehat, etika batuk, dan kebersihan lingkungan tempat tinggal
6. Pasien melakukan pengecekan dahak kembali pada akhir bulan ke2,5, dan 6.
7. Menganjurkan keluarga yang kontak erat dengan pasien tb untuk dapat dilakukan pelacakan dan
pemeriksaan. Dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan kader tb untuk melakukan pelacakan
kontak dan pemantauan minum obat pasien tb
8. Terkait kontak erat pasien tb apabila ada dapat dilaporkan kepada pemegang program untuk
kemudian melakukan entri laporan pada siha
Penderita DM di Indonesia meningkat terutama diakibatkan oleh perkembangan pola makan yang
salah. Pada saat ini masih banyak penduduk yang kurang menyediakan makanan berserat, santapan
menu makanan yang kaya kolesterol, lemak, natrium (dalam garam penyedap rasa) muncul sebagai
kecenderungan menu sehari – hari yang juga diperparah dengan meningkatnya konsumsi makanan
dan minuman yang kaya akan gula (Tara, 2002). Prevalensi DM khususnya DM tipe 2 akan
meningkat apabila tidak dilakukan intervensi yang efektif, hal ini disebabkan oleh berbagai hal seperti
bertambahnya umur, meningkatnya kematian akibat infeksi serta meningkatnya faktor resiko seperti
kegemukan, kurang gerak/kegiatan fisik dan pola makan yang tidak baik (Suyono, 1993; Darmono,
2002). Salah satu hal yang terpenting bagi penderita DM adalah pengendalian kadar gula darah, maka
pasien perlu memahami mengenai hal-hal yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah.
Pengendalian kadar gula darah pada penderita DM berhubungan dengan pola hidup seperti faktor diet
atau perencanaan makan dan aktivitas fisik. Pencegahan melalui pembatasan konsumsi makanan
tinggi gula (gula pasir, tepung dll) dan olahraga teratur diharapkan mampu mengendalikan prevalensi
penyakit DM di Indonesia.
PARTUS
G3P2A0 gravida aterm parturien kala II
Ny. Y datang ke puskesmas dengan keluhan kencang-kencang yang dirasakan semakin kuat
dan lama sejak tadi pagi. Selain itu, pasien juga mengatakan keluar lendir bercampur darah
dari jalan lahir. Pasien saat ini merasakan keinginan yang besar untuk meneran. Karena
keluhannya ini dilakukan pemeriksaan dalam VT dan didapatkan pembukaan lengkap pada
pasien. Sehingga, dilakukan persiapan pertolongan persalinan normal.
Langkah-langkah asuhan persalinan normal :
1. Menyiapkan alat, bahan, peralatan dan obat-obatan untuk pertolongan persalinan. kain
bersih, APD dan partus set (Bak instrument, ½ kocher, gunting episiotomy, 2 klem tali pusat,
kateter metal/nelaton, umbilical cord, hecting set, oksitosin)
2. Menggunakan celemek plastik dan sarung tangan
3. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik
4. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
5. Menyiapkan ibu untuk proses persalinan edukasi cara meneran yang benar dan efektif
kepada ibu, berikan dukungan, minta ibu beristirahat diantara kontraksi, berikan asupan
minum, menilai DJJ setiap kontraksi selesai
6. Apabila kepala bayi telah tampak di vulva (5-6cm) lakukan persiapan untuk melahirkan bayi
7. Melahirkan kepala bayi
Membiarkan kepala bayi melakukan putaran paksi luar dan bila perlu, membantu gerakan
putaran tsb
Melahirkan bahu bayi, Melahirkan badan bayi
8 Menjepit tali pusat dengan 2 klem, klem ke-1 sejauh 5 cm dari umbilikus, dan klem ke-2
sejauh 1 cm dari klem ke-1
9 Memotong tali pusat
10. Setelah dilahirkan, keringkan bayi, dan lakukan IMD
11. Persiapan manajemen aktif kala III
12. Memberikan oksitosin 10 unit intramuscular
13. Peregangan tali pusat terkendali Menjepit tali pusat dengan klem dekat dengan perineum
dan meregangnya dengan satu tangan
14. Melakukan gerakan mempertahankan uterus kearah yang berlawanan dengan arah
regangan tali pusat
15. Mempertahankan tarikan pada tali pusat dan menunggu kontraksi uterus yang kuat
16. Bila uterus sudah membulat atau tali pusat sudah memanjang, menarik tali pusat ke bawah
untuk melahirkan plasenta. Melanjutkan merenggangkan dengan tangan yang lain
17. Memeriksa plasenta
18. Masage uterus
19. Terdapat ruptur perineum dilakukan penjahitan sebanyak 7 jahitan
20.. Kala IV (observasi TTV, dan urin output ibu)
Pasien melahirkan bayi perempuan normal pada jam 17.18 WIB. Bayi lahir langsung menangis
kuat aktif, APGAR skor 8/9/10.
Panjang badan : 45 cm
Berat badan :2,9 kg.
Lingkar kepala : 32cm
Lingkar dada : 30cm
Tatalaksana Ibu :
Amoksisilin 500mg/8 jam
Asam Mefenamat 3 x 1
Fe 2 x 1
Tatalaksana bayi
- Vitamin K1 +
- Salep mata +
- Hb 0 (-)
O/
Pemeriksaan Fisik
KU : Cm, TSR
TB : 167cm BB : 54kg
TD : 120/81 N : 74 RR : 20x/m
Status internus dbn
Status Lokalis : Telinga dbn
A/
Diagnosis : Vertigo perifer (BPPV) (H81.10)
Diagnosis banding : Vertigo sentral (H81.4)
Meniere disease (H81.0)
P/
Betahistin mesilate 3x1
Domperidon 3x1
Edukasi :
1. Menjelaskan kepada pasien terkait dengan penyakinya. Karena gejala yang timbul hebat,
pasien menjadi cemas dan khawatir. Oleh karena itu, pasien perlu diberikan penjelasan bahwa
BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan prognosisnya baik serta hilang spontan setelah
beberapa waktu, namun kadang-kadang dapat berlangsung lama dan dapat kambuh kembali.
2. Mengajarkan pasien manuver untuk vertigo dirumah (brand daroff)
Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung, dengan kedua
mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik.
Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan
selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam
hari masing-masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan
latihan pagi dan sore hari.
Anamnesis :
- Pusing berputar timbul mendadak ketika bangun tidur
- Disertai mual
- Pusing dipengaruhi oleh posisi
Tatalaksana :
Betahistin mesilate 3x1
Domperidon 3x1
S/
Keluhan utama : bengkak di depan telinga hingga rahang bawah
Pasien mengeluhkan adanya bengkak pada area depan telinga hingga rahang bawah yang dirasakan
sejak satu hari yang lalu. Pasien mengatakan bengkak muncul tiba-tiba dan terasa sedikit sakit.
Timbul rasa nyeri saat mengunyah dirasakan sesekali. Pasien juga mengeluhkan adanya demam,
lemas dan pusing sejak kemarin. Keluhan bengkak yang dirasakan semakin besar disangkal. Keluhan
batuk, sakit tenggorokan disangkal oleh pasien. Riwayat serupa dikeluarga disangkal. Namun pasien
mengatakan sebelumnya terdapat teman sekolah dengan keluhan serupa. Riwayat keluhan bengkak
sebelumnya disangkal. Riwayat serumah dengan penderita batuk lama disangkal oleh pasien. Pasien
mengatakan belakangan sering kurang tidur dan kecapekan karena sedang ujian sekolah. Ibu pasien
mengatakan waktu kecil imunisasi pasien tidak lengkap, dan saat ini belum diimunisasi covid sama
sekali.
O/
Pemeriksaan Fisik :
KU : CM,TSR
BB : 44,5 TB 160
TD : 116/78 N 94 RR 20
Status internus dbn
Status Lokalis :
a/r angulus mandibula sinistra terdapat benjolan/massa sebesar 4-7 cm, oval, konsistensi lunak, batas
tegas, kemerahan (-), pus (-), hangat (-), nyeri (+)
A/
Diagnosis : Parotitis (Mumps virus) (B26)
DD/
Parotitis Bakteri (B26.7)
Lymphadenitis (I88)
P/
Ibuprofen 2x1
Vitamin C 1x1
Edukasi :
1. Menjelaskan kepada pasien terkait dengan penyakitnya, bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri
dibarengi dengan imunitas yang bagus
2.Gunakan masker untuk mencegah penularan
3. Perbanyak istirahat dan makan bergizi, serta sering minum
4. Hindari makan asam dan pedas
5. Kompres agar benjolan lebih cepat mengecil
Anamnesis :
- Bengkak depan telinga hingga rahang bawah
- Nyeri saat mengunyah
- Demam, lemas
- Teman sekolah dengan penyakit serupa
- Imunisasi tidak lengkap
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis :
a/r angulus mandibula sinistra terdapat benjolan/massa sebesar 4-7 cm, oval, konsistensi lunak, batas
tegas, kemerahan (-), pus (-), hangat (-), nyeri (+)
Tatalaksana :
Ibuprofen 2x1
Vitamin C 1x1
S/
Keluhan utama : Mata merah
Pasien datang dengan keluhan mata merah sejak 2 hari yang lalu yang terjadi pada kedua matanya.
Mata mengeluarkan cairan berwarna kuning yang dirasakan sedikit lengket terutama ketika bangun
tidur. Keluhan juga disertai dengan rasa gatal dan nyeri.
Pasien menyatakan tidak adanya penurunan penglihatan, riwayat penggunaan kacamata dan/atau lensa
kontak serta riwayat alergi disangkal. Keluhan belum pernah diobati. Pasien tidak mengeluhkan
adanya demam, batuk, pilek, atau nyeri tenggorokan. Pasien tidak memiliki riwayat asma atau alergi
lainnya. Pasien mengatakan sering memegang dan mengucek-ngucek mata menggunakan tangannya
tanpa dibersihkan terlebih dahulu. Mata terasa mengganjal, berpasir atau kemasukan sesuatu
disangkal oleh pasien.
O/
Pemeriksaan Fisik :
TB : 185, BB : 77
TD : 130/79. N :72 RR 20
KU : CM
Status internus dbn
Status lokalis
Visus ODS dbn
Posisi bola mata ortotropia
Gerakan bola mata baik ke segala arah
Palpebra ODS dbn
Konjuntiva ODS hiperemis (+/+) sekret mukopurulen (+/+) injeksi konjunctiva (+/+)
Kornea, lensa ODS dbn
A/
Diagnosis :
Konjungtivitis (H10)
DD/
Benda asing konjungtiva (T15)
Mata kering (H04.12)
Keratitis (H16)
P/
Kloramfenikol salep mata 3x1 selama 3 hari
Edukasi :
1. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan
obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
2. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya
3. Hindari memegang/mengucek-ngucek mata dengan tangan
Anamnesis :
- Mata merah berair warna kuning sedikit lengket
- Mata gatal dan nyeri
- Sering mengucek mata
Pemeriksaan Fisik :
Status lokalis :
Konjuntiva ODS hiperemis (+/+) sekret mukopurulen (+/+) injeksi konjunctiva (+/+)
Diagnosis :
Konjungtivitis (H10)
Tatalaksana :
Chloramfenicol salep mata 3x1
Kegiatan
lokasi kantor kecamatan jatisampurna
Kegiatan skrining merupakan bagian dari Program Pemberantasan Tuberkulosis (P2TBC) di Kota
Bekasi.
Kegiatan yang menyasar lebih kurang 200 orang pasien dikecamatan jatisampurna ini bertujuan untuk
menemukan kasus yang tidak tercatat dan tidak terdeteksi. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya
Pemkot Bekasi untuk meningkatkan penemuan kasus TBC di Kota Bekasi sehingga eliminasi TBC
Tahun 2030 dapat terwujud.
Adapun alur yang akan dilalui peserta skrining dan rontgen dada adalah sebagai berikut:
1. Registrasi;
2. Pengisian formulir dan skrining gejala TBC;
3. Pemeriksaan tinggi dan berat badan;
4. Pemeriksaan rontgen dada;
5. Pembacaan hasil rontgen oleh dokter;
6. Pemberian informasi hasil rontgen;
7. Pemeriksaan sputum (dahak).
8. Pemeriksaan Mantoux
Pemeriksaan sputum dilakukan bagi peserta yang terduga TBC berdasarkan hasil skrining gejala TBC
dan hasil rontgen dada. Pengambilan sputum peserta akan dilakukan oleh petugas kesehatan. Sputum
dikemas dan dikirimkan ke fasilitas pelayanan pemeriksaan TCM (tes cepat molekuler). Hasilnya
akan keluar paling lama tiga hari. Semua hasil skrining dan rontgen akan dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kota Bekasi. Pasien anak/ yang tidak dapat melakukan pemeriksaan sputum dan
didapatkan hasil rontgen normal akan diarahkan untuk melakukan pemeriksaan tuberculin. Setelah
tes, pasien diarahkan untuk datang kembali ke puskesmas untuk dibaca hasil tuberkulinnya setelah 72
jam kemudian. Kemudian pasien yang tekonfirmasi diarahkan untuk melakukan pengobatan dan
pemberian TPT di puskesmas.
UKS
Kemitraan antara Puskesmas Jatisampurna dengan SMA 7 Bekasi dalam Kegiatan Usaha Kesehatan
Sekolah.
Pembinaan kesehatan anak usia sekolah merupakan langkah strategis dalam rangka menyiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan. Upaya ini dapat dilakukan melalui program
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan pokok program UKS, dikenal dengan istilah Trias UKS,
meliputi: pelayanan kesehatan di sekolah, penyuluhan pendidikan kesehatan di sekolah, dan
pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat. Kegiatan UKS harus dilakukan di semua
jenjang pendidikan, mulai tingkat taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat
pertama, sampai sekolah menengah umum dan kejuruan. Program UKS merupakan upaya terpadu
lintas sektor dan lintas program dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk
perilaku hidup bersih dan sehat para siswa. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Indonesia sudah ada
sejak jaman penjajahan Hindia Belanda. Pada saat itu kegiatannya berupa higiene sanitasi yang
bertujuan untuk penataan bangunan dan sanitasi sekolah, dan imunisasi sebagai upaya pemberantasan
penyakit menular, khususnya cacar.
Kegiatan itu hanya dilaksanakan di sekolah-sekolah tertentu dan terbatas di beberapa kota saja. Pada
tahun 1950, Pemerintah Republik lndonesia merintis kembali kegiatan UKS yang selama penjajahan
Jepang dihentikan. Kerjasama tersebut disempurnakan lagi pada tahun 2003, dengan dikeluarkannya
Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri
Kesehatan dan Menteri Agama tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah.
Agar program UKS dapat berjalan di semua sekolah diperlukan kerjasama antar instansi yang terkait,
khususnya antara Puskesmas dengan sekolah yang bersangkutan.
Hari/tanggal : Rabu, 14 Desember 2022
Waktu : 08.00 s/d selesai
Tempat : SMA 7 Bekasi
Peserta : 345 siswa kelas 10 SMA 7 bekasi
Kegiatan :
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian program kesehatan anak usia sekolah dan remaja.
Kegiatan penjaringan ini dilakukan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menegah atas.
SMA 7 bekasi merupakan satu dari 8 SMA yang dilakukan penjaringan pada tingkat SMA.
Kegiatan ini memiliki sasaran peserta sebanyak 375 siswa, namun yang berhasil terjaring sebanyak
345 siswa.
Kegiatan ini dilaksanakan dimulai dari penilaian status gizi para siswa dengan melakukan pengukuran
berat badan, tinggi badan dan lingkar perut. Selain itu, para siswa juga dinilai resiko anemia nya.
Siswa yang memiliki status gizi kurang maupun resiko anemia, diberikan edukasi terkait gizi
seimbang dan makanan yang dapat dikonsumsi untuk memperbaiki status gizi nya.
Setelah melakukan penilaian status gizi, para siswa dilakukan skrining penglihatan, pendengaran, dan
gigi. Pasien juga ditanyakan terkait factor resiko penyakit tidak menular. Dan resiko PTM di keluarga.
Pasien dengan resiko PTM di keluarga, dilakukan pengecekan tekanan darah, dan gula darah. Dari
hasil pemeriksaan, hamper keseluruhan hasilnya dalam batas normal. Selanjutnya para siswa
diberikan edukasi terkait pola hidup sehat, dengan rajin konsumsi buah dan sayur serta rutin
melakukan olahraga.
1000 hari pertama kehidupan yaitu periode seribu hari dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai anak
berusia 2 tahun. Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) ini terdiri dari 270 hari masa
kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya. Periode ini disebut
periode emas (golden periode) periode ini termasuk periode sensitif karena masalah yang timbul
selama periode ini sifatnya akan permanen dan tidak dapat diubah. Masalah yang akan timbul antara
lain gangguan pada pertumbuhan fisik, gangguan pertumbuhan mental dan kecerdasan. Dampak dari
periode ini akan terlihat saat usia dewasa yang ditandai dengan tidak optimalnya ukuran fisik, kualitas
kerja yang tidak kompetitif dan mumpuni, akhirnya berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi
(Bappenas, 2012).
Mengacu pada pentingnya 1000 HPK, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah meluncurkan gerakan
Scalling Up Nutrition (SUN Movement) pada tahun 2010. Hal ini merupakan upaya sistematis yang
melibatkan berbagai pemangku kepentingan khususnya yaitu pemerintah, dunia usaha dan masyarakat
untuk memberikan perhatian khusus kepada ibu hamil sampai anak berusia 2 tahun. Keadaan yang
buruk selama kehamilan, seperti difisiensi nutrisi selama kehamilan, stress maternal, olahraga yang
kurang dan perawatan prenatal yang tidak memadai, bisa menyebabkan perkembangan janin yang
tidak optimal. Perkembangan janin yang buruk adalah risiko kesehatan pada kehidupan selanjutnya
(Murti B, 2011).
Menurut Riskesdas tahun (2010) permasalahan 1000 HPK diantaranya angka kematian ibu masih
tinggi yaitu 350/100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 32/1000 kelahiran, bayi BBLR
sebanyak 13%, stunting dibawah usia 5 tahun sebanyak 37%. Asupan gizi memegang peranan penting
pada 1000 HPK anak karena akan mempengaruhi masa depan mereka. Selain asupan gizi, anak juga
perlu mendapatkan stimulasi yang baik dari kedua orangtua dan lingkungannya . Jika ibu
mendapatkan gizi yang cukup, maka janin akan sehat. Sebaliknya apabila ibu sakit, fisik janin akan
cenderung lemah. Untuk mengoptimalkan 1000 HPK anak, ibu harus mengetahui dan mulai
memperhatikan kesehatan, asupan gizi dan gaya hidup sebelum hamil dan selama kehamilan.
VAKSIn
Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam mencegah
penyakit dan menurunkan angka kematian seperti cacar, polio, tubercolosis, hepatitis B, difteri,
campak, rubella dan sindrom kecacatan bawaan akibat rubella (congenital rubella syndrome/CRS),
tetanus, pneumonia
(radang paru) serta meningitis (radang selaput otak) atau disebut dengan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Pelaksanaan imunisasi pada balita menyelamatkan sekitar 2–3 juta nyawa di
seluruh dunia setiap tahun dan berkontribusi besar pada penurunan angka kematian bayi global dari
65 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 29 pada tahun 2018.
Salah satu indikator keberhasilan program imunisasi adalah tercapainya Universal Child
Immunization (UCI). Pencapaian UCI merupakan gambaran cakupan imunisasi pada bayi (0-11
bulan) secara nasional hingga ke tingkat pedesaan. WHO dan UNICEF menetapkan indikator cakupan
imunisasi adalah 90% di tingkat nasional dan 80% di semua kabupaten. Pada tahun 1990, Indonesia
telah mencapai target UCI, dimana paling sedikit 80% bayi di setiap desa telah mendapatkan
imunisasi dasar lengkap sebelum berumur satu tahun. Gambaran cakupan imunisasi dasar lengkap di
Indonesia tahun 2016-2018 yaitu pada tahun 2016 sebesar 91,58%. Pada tahun 2017 cakupan
imunisasi dasar lengkap mengalami penurunan menjadi 85,41%. Pada tahun 2018 cakupan imunisasi
dasar lengkap kembali mengalami penurunan dari tahun 2017 yaitu 57,95%. Penurunan cakupan
pelaksanaan imunisasi dasar lengkap akan menyebabkan tidak terbentuknya kekebalan pada bayi dan
balita sehingga akan menurunkan derajat kesehatan anak, sehingga penggalakkan dan pelaksanaan
imunisasi rutin di setiap desanya harus kembali ditingkatkan
An. A dibawa oleh ibunya ke puskesmas jatisampurna untuk melakukan imunisasi dasar bayi usia 1
bulan. Kemudian dilakukan anamnesis, penimbangan berat badan, dan pengecekan catatan di buku
KMS.Dari pencatatan, anak sudah mendapatkan vaksinasi hepB saat lahir. Kemudiaan saat ini
dilakukan pemberikan suntikan BCG secara intrakutan dengan dosis 0,05 ml pada lengan kanan bayi.
Dan pemberian polio tetes sebanyak 2 tetes.
Kemudian ibu diberikan edukasi :
1. Setelah imunisasi, lanjutkan asi ekslusif seperti biasa
2. Setelah mendapatkan vaksin BCG, akan muncul bekas berupa bisul atau luka bernanah. Namun
orangtua tidak perlu khawatir, karena ini adalah suatu respons alami sistem kekebalan tubuh anak
terhadap vaksin. Orang tua dapat disarankan melakukan kompres pada bekas suntikan.
3. Edukasi bahwa bekas dapat muncul dalam rentang waktu 2-6 minggu, kemudian menyembuh
perlahan dengan menimbulkan jaringan parut.
4. Orangtua perlu membawa si kecil ke dokter apabila terjadi bengkak yang hebat, anak demam
tinggi, atau muncul nanah yang berlebihan dari bisul bekas suntikan.
VAKSIN CAMPAK
Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam mencegah
penyakit dan menurunkan angka kematian seperti cacar, polio, tubercolosis, hepatitis B, difteri,
campak, rubella dan sindrom kecacatan bawaan akibat rubella (congenital rubella syndrome/CRS),
tetanus, pneumonia
(radang paru) serta meningitis (radang selaput otak) atau disebut dengan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Pelaksanaan imunisasi pada balita menyelamatkan sekitar 2–3 juta nyawa di
seluruh dunia setiap tahun dan berkontribusi besar pada penurunan angka kematian bayi global dari
65 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 29 pada tahun 2018.
Salah satu indikator keberhasilan program imunisasi adalah tercapainya Universal Child
Immunization (UCI). Pencapaian UCI merupakan gambaran cakupan imunisasi pada bayi (0-11
bulan) secara nasional hingga ke tingkat pedesaan. WHO dan UNICEF menetapkan indikator cakupan
imunisasi adalah 90% di tingkat nasional dan 80% di semua kabupaten. Pada tahun 1990, Indonesia
telah mencapai target UCI, dimana paling sedikit 80% bayi di setiap desa telah mendapatkan
imunisasi dasar lengkap sebelum berumur satu tahun. Gambaran cakupan imunisasi dasar lengkap di
Indonesia tahun 2016-2018 yaitu pada tahun 2016 sebesar 91,58%. Pada tahun 2017 cakupan
imunisasi dasar lengkap mengalami penurunan menjadi 85,41%. Pada tahun 2018 cakupan imunisasi
dasar lengkap kembali mengalami penurunan dari tahun 2017 yaitu 57,95%. Penurunan cakupan
pelaksanaan imunisasi dasar lengkap akan menyebabkan tidak terbentuknya kekebalan pada bayi dan
balita sehingga akan menurunkan derajat kesehatan anak, sehingga penggalakkan dan pelaksanaan
imunisasi rutin di setiap desanya harus kembali ditingkatkan
An. A dibawa oleh ibunya ke puskesmas jatisampurna untuk melakukan imunisasi dasar bayi usia 9
bulan. Kemudian dilakukan anamnesis, penimbangan berat badan, dan pengecekan catatan di buku
KMS.Dari pencatatan, anak sudah mendapatkan vaksinasi hepB saat lahir. Sudah mendapatkan 3 kali
vaksinasi polio tetes, sudah vaksinasi BCG, dan sudah vaksinasi DPT-hib sebanyak 3 kali. Saat ini
anak mendapatkan vaksinasi campak di lengan kiri dengan dosis 0,5 ml. Serta mendapatkan vaksinasi
IPV di paha kiri dengan dosis 0,5 ml.
Kemudian ibu diberikan edukasi :
1. Asi dan MPASI diteruskan
2. Edukasi bahwa reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi campak dan MMR berupa rasa tidak
nyaman/sakit di bekas penyuntikan vaksin, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air
dingin
3. Dapat muncul demam tidak terlalu tinggi dalam 5-12 hari paska vaksin. jika demam pakailah
pakaian yang tipis, jika demam diberikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila
diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
4. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah
bayi / anak ke dokter.
5. Ibu disarankan untuk membawa anak datang kembali minggu depan untuk vaksinasi PCV 1.
An. V dibawa oleh ibunya ke puskesmas jatisampurna untuk melakukan imunisasi dasar bayi usia 2
bulan. Kemudian dilakukan anamnesis, penimbangan berat badan, dan pengecekan catatan di buku
KMS.Dari pencatatan, anak sudah mendapatkan vaksinasi hepB saat lahir. Sudah mendapatkan
vaksinasi BCG dan polio tetes 1 saat usia 1 bulan. Saat ini, pasien diberikan vaksin DPT-hib 1 pada
paha kanan dengan dosis 0,5 ml, Vaksin PCV 1 paha kiri dengan dosis 0,5 ml, dan polio tetes
sebanyak 2 tetes.
Kemudian ibu diberikan edukasi :
1. Asi ekslusif diteruskan
2. Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi DPT di paha kanan antara lain kemerahan,
pembengkakan dan nyeri pada bekas suntikan. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres
dengan air dingin
3. Reaksi yang dapat terjadi segera juga adalah demam tinggi, rewel, yang akan hilang dalam 2
hari. jika demam pakailah pakaian yang tipis, jika demam berikan parasetamol 15 kg/kgbb
setiap 3 - 4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup
diseka dengan air hangat
4. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah
bayi / anak ke dokter.
5. Ibu disarankan untuk membawa anak datang kembali bulan depan untuk dilakukan vaksinasi
DPT-hib 2, PCV 2, dan polio tetes 3.
An. N dibawa oleh ibunya ke puskesmas jatisampurna untuk melakukan imunisasi lanjutan bayi usia
18 bulan. Kemudian dilakukan anamnesis, penimbangan berat badan, dan pengecekan catatan di buku
KMS.Dari pencatatan, anak sudah mendapatkan vaksinasi hepB saat lahir. Sudah mendapatkan
vaksinasi BCG dan polio tetes 3 kali, dan IPV 2 kali. Anak juga sudah mendapatkan vaksinasi DPT-
HB-HIB 1,2,3, PCV 1,2,3, dan vaksinasi campak. Saat ini anak dijadwalkan untuk mendapatkan
vaksinasi booster DPT-HB-Hib 4. Yang akan dilakukan penyuntikan pada paha kanan dengan dosis
0,5 ml.
Kemudian ibu diberikan edukasi :
1. Makanan diteruskan, anak disarankan minum yang banyak.
2. Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi DPT di paha kanan antara lain kemerahan,
pembengkakan dan nyeri pada bekas suntikan. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres
dengan air dingin
3. Reaksi yang dapat terjadi segera juga adalah demam tinggi, rewel, yang akan hilang dalam 2
hari. jika demam pakailah pakaian yang tipis, jika demam berikan parasetamol 15 kg/kgbb
setiap 3 - 4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup
diseka dengan air hangat
4. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah
bayi / anak ke dokter.
5. Ibu disarankan untuk membawa anak datang kembali minggu depan untuk diberikan
vaksinasi lanjutan MR.
An. F dibawa oleh ibunya ke puskesmas jatisampurna untuk melakukan imunisasi dasar. Kemudian
dilakukan anamnesis, penimbangan berat badan, dan pengecekan catatan di buku KMS.Dari
pencatatan, anak sudah mendapatkan vaksinasi hepB saat lahir. Sudah mendapatkan vaksinasi BCG
dan polio tetes 2 kali, serta vaksin DPT-HB-Hib 1 kali. Ibu pasien mengatakan, anak mengalami
keterlambatan vaksinasi dikarenakan beberapa bulan ini anak sering mengalami sakit dan ibu tidak
sempat membawa anak ke posyandu untuk vaksinasi. Vaksinasi terakhir dilakukan saat anak berusia 2
bulan. Untuk mengejar ketertinggalan, untuk saat ini anak diberikan vaksinasi DPT-HB-hib 2 pada
paha kanan dengan dosis 0,5 ml, PCV 1 pada paha kiri dengan dosis 0,5 ml, dan juga polio tetes 3.
Kemudian ibu diberikan edukasi :
1. Makanan diteruskan, anak disarankan minum yang banyak.
2. Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi DPT di paha kanan antara lain kemerahan,
pembengkakan dan nyeri pada bekas suntikan. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres
dengan air dingin
3. Reaksi yang dapat terjadi segera juga adalah demam tinggi, rewel, yang akan hilang dalam 2
hari. jika demam pakailah pakaian yang tipis, jika demam berikan parasetamol 15 kg/kgbb
setiap 3 - 4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup
diseka dengan air hangat
4. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah
bayi / anak ke dokter.
5. Ibu disarankan untuk membawa anaknya vaksinasi rutin sesuai jadwal. Vaksinasi selanjutnya
dijadwalkan bulan depan untuk vaksinasi DPT-HB-hib 3, IPV 1, dan PCV 2. Selanjutnya, ibu
disarankan kembali juga 1 minggu kemudian untuk vaksinasi MR usia 9 bulan
UKP
S/
Keluhan Utama : Bercak-bercak putih
Pasien datang ke puskesmas jatisampurna dengan keluhan bercak-bercak putih yang gatal sejak 1
minggu yang lalu. Pasien mengeluh bercak-bercak putih disertai sisik pada lengan atas, semakin
bertambah banyak dan meluas hingga leher belakang. Keluhan disertai rasa gatal, terutama saat
berkeringat. Pasien merupakan seorang buruh bangunan. Hampir setiap hari pasien sering berkeringat
terutama pada siang hari. Pasien mengaku terkadang hanya mandi satu kali sehari menggunakan air
dan sabun dan terkadang tidak mengganti pakaian terlebih dahulu. Riwayat keluhan serupa
sebelumnya disangkal. Riwayat keluarga dengan keluhan serupa disangkal. Riwayat batuk-batuk
lama, sering berkeringat malam hari, dan penurunan berat badan pada pasien dan keluarga disangkal.
Riwayat sering memakai pakaian ketat yang kurang menyerap keringat disangkal. Riwayat muncul
bercak-bercak pada kulit yang terasa baal disangkal
O/
KU : TSR, CM
TTV : TD : 127/77 RR : 20 HR : 80
TB : 167 BB 60
Status Internus : dbn
Status lokalis : terdapat macula hipopigmentasi dan skuama halus, berbentuk bulat, batas tegas
ukuran 2x2 cm pada lengan atas, dan leher belakang.
A/
Diagnosis : Pityriasis Versicolor (B36)
Diagnosis banding :
Vitiligo (L80)
Kusta (A30)
P/
Mikonazol krim 2x1
Cetirizine 1x1
Edukasi :
1. Menerangkan kepada pasien untuk menjaga higienitas diri ( mandi 2 kali sehari menggunakan
sabun, mencuci pakaian yang sudah dipakai, dan mengenakan pakaian bersih )
2. Menerangkan kepada pasien untuk menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat
3. Menerangkan kepada pasien tentang penyakitnya yang memiliki resiko kambuh tinggi
sehingga harus diobati dengan tekun
4. Menerangkan cara pemakaian obat dan memberitahukan bahwa butuh waktu yang lama untuk
repigmentasi
5. Memberitahu pasien untuk kontrol kembali jika keluhan tidak membaik, dan dipertimbangkan
pemberian ketokonazol oral 1x200 mg selama 10 hari jika obat topical tidak berhasil
Anamnesis
- Bercak putih di lengan atas dan leher belakang yang gatal saat berkeringat
- Pasien seorang buruh sering berkeringat
- Pasien mandi satu kali sehari, terkadang jarang mengganti pakaian
Pemeriksaan fisik
Status lokalis : terdapat macula hipopigmentasi dan skuama halus, berbentuk bulat, batas tegas
ukuran 2x2 cm pada lengan atas, dan leher belakang.
Diagnosis :
Pityriasis Versicolor (B36)
Tatalaksana :
Mikonazol krim 2x1
Cetirizine 1x1 prn
HORDEOLUM
S/ Keluhan utama : benjolan di kelopak mata kiri bawah
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada kelopak mata kiri bawah dialami sejak 3 hari. Benjolan
tampak kemerahan dan terasa nyeri saat ditekan. Rasa gatal pada benjolan disangkal. Adanya
pandangan kabur disangkal. Riwayat mata merah berair disangkal. Pasien belum pernah mengalami
keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien mengatakan awalnya berupa bintitan kecil di kelopak mata,
kemudian karena dirasa mengganjal dan tidak nyaman pasien mengucek-ngucek mata tanpa mencuci
tangan terlebih dahulu. Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal. Riwayat digigit serangga
maupun kemasukan benda asing disangkal. Riwayat trauma disangkal. Riwayat alergi disangkal.
Riwayat penggunaan kacamata disangkal.
O/
Ku : TSR, CM
TD : 117/74 N: 87 RR: 20
TB : 175 BB : 67
Status internus dbn
Status lokalis :
Visus ODS dbn
Posisi bola mata ortotropia
Gerakan bola mata baik ke segala arah
Palpebra superior dan inferior OD dbn
Palpebra superior OS dbn
Palpebra Hiperemis (+), Edema (+) Sekret (+) Benjolan(+) nyeri(+) Puncta (-)
Konjuntiva ODS hiperemis (-/-) injeksi konjunctiva (-/-)
Kornea, lensa ODS dbn
A/
Hordeolum (H00)
Diagnosis banding
Kalazion (H00.1)
P/
Chloramphenicol salep mata 3 x 1 OS
Edukasi
1. Mata dikompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit setiap kalinya untuk membantu drainase.
Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.
2. Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak
menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Tindakan
dilakukan dengan mata tertutup.
3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius.
4. Hindari pemakaian bahan seperti makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi
penyebab infeksi.
5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.
6. Menggunakan kacamata pelindung/helm saat mengendarai motor.
S/
Keluhan utama : gatal
Pasien datang ke Puskesmas Jatisampurna dengan keluhan gatal dan ruam kemerahan pada sela-sela
jari tangan, badan, dan selangkangan sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengatakan gatal terasa hebat
pada malam hari yang membuat pasien kesulitan tidur. Keluhan ini disertai dengan muncul ruam
ruam dan lentingan yang berbekas saat digaruk terutama pada sela-sela jari. Keluhan gatal ini juga
dirasakan oleh adik pasien yang berusia 5 tahun dan juga berobat ke puskesmas. Ibu pasien
mengatakan sejak lebih kurang 1 minggu yang lalu pasien dan keluarganya datang menginap dirumah
keluarga besarnya di daerah jatisampurna. Beberapa hari setelah itu, orang tua pasien mengalami
gatal-gatal malam hari namun sudah berobat ke puskesmas dan sudah sembuh. Saat ini pasien dan
adiknya yang mengalami keluhan serupa. Keluhan ini baru pertama kali dialami oleh pasien. Terkait
dengan keluhannya pasien belum berobat. Riwayat timbul luka/nanah dari ruam dan bekas garukan
disangkal. Pasien mengatakan mandi 2 kali dalam sehari. Riwayat penggunaan handuk secara
bergantian diakui sejak menginap dirumah keluarganya. Riwayat penggunaan pakaian secara
bergantian disangkal.
O/
TTV :
TD 100/70 Nadi : 80 RR: 18
TB : 130cm BB: 38 kg
Status internus dbn
Status lokalis : lesi berupa papul kemerahan, serta ekskoriasi pada daerah sela-sela jari kedua tangan,
perut, dan selangkangan.
A/
Skabies (B86)
P/
R/ Scabimite (permetrin krim 5%) No.1
S ue (malam hari)
R/ Cetirizine 10 mg 1 x 1 prn
Edukasi :
1. Jaga kebersihan, mandi minimal 2 kali sehari
2. Keluarga lain yang serumah disarankan juga untuk berobat.
3. Menjemur kasur pada saat terik matahari
4. Mencuci pakaian, sprei dan handuk dengan air panas
5. Tidak menggunakan handuk dan pakaian secara bergantian
6. Edukasi cara penggunaan permetrin
Obat dioleskan pada malam hari di seluruh tubuh kecuali bagian muka dan rambut, dibiarkan selama
8-12 jam, dan dibilas pada pagi hari dengan mandi. Pemakaian obat kembali dapat dilakukan pada
hari ke-7
7. Apabila terdapat infeksi sekunder, pasien disarankan untuk ke puskesmas kembali untuk pemberian
antibiotik
Anamnesis :
- gatal dan ruam pada sela-sela jari, perut, selangkangan
- Gatal terutama pada malam hari dan membuat kesulitan tidur
- Gatal dirasakan oleh adik, dan orang tua pasien
- Menginap bersama dengan keluarga besar sejak 1 minggu lalu
- Riwayat penggunaan handuk secara bergantian
Pemeriksaan fisik
Status lokalis : lesi berupa papul kemerahan, serta ekskoriasi pada daerah sela-sela jari kedua tangan,
perut, dan selangkangan
UKM
Suplementasi gizi
Suplementasi Tablet Tambah Darah Pada Remaja Putri di SMP Alfikri Jatisampurna
Identitas ;12 remaja putri kelas 7 smp
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di dunia. Diperkirakan lebih dari 30%
penduduk dunia menderita anemia dan sebagian besar di daerah tropis. World Health Organization
(2011) menyatakan prevalensi kejadian anemia remaja putri di Asia mencapai 191 juta orang dan
Indonesia menempati urutan ke-8 dari 11 negara di Asia setelah Sri Lanka dengan prevalensi anemia
sebanyak 7,5 juta orang pada usia 10-19 tahun. Remaja putri terkena anemia karena keadaan stres,
haid, dan terlambat makan.
Berdasarkan data Depkes RI (2012) prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia pada balita sebesar
40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar
57,1%, dan pada Wanita Usia Subur (WUS) usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Berdasarkan kelompok
usia tersebut yang memiliki risiko paling besar menderita anemia adalah remaja putri usia 10-18
tahun.
Remaja putri diharuskan mengkonsumsi Tablet Tambah Darah karena mengalami menstruasi setiap
bulan. Tablet Tambah Darah berguna untuk mengganti zat besi yang hilang karena menstruasi dan
untuk memenuhi kebutuhan zat besi yang belum tercukupi dari makanan. Zat besi pada remaja putri
juga bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi belajar, menjaga kebugaran dan mencegah
terjadinya anemia pada calon ibu di masa mendatang
Gambran pelaksanaan ;
Hari/tanggal : Jumat, 23 Desember 2022
Waktu : 08.00 s/d selesai
Tempat : SMP AL fikri jatisampurna
Peserta : 12 remaja putri kelas 7 SMP Alfikri
Kegiataan :
Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan pemberian suplementasi TTD (tablet tambah darah) pada
remaja putri di sekolah-sekolah di wilayah kerja puskesmas jatisampurna. Salah satu sekolah
sasarannya yakni sekolah SMP alfikri. Kegiatan ini diawali dengan penyuluhan mengenai anemia dan
pencegahan anemia pada remaja putri. Kemudian remaja putri tersebut di lakukan pemeriksaan HB.
Dari seluruh peserta, keseluruhan peserta memiliki HB normal (dalam rentang 12-14). Setelah
dilakukan pemeriksaan, para remaja putri tersebut diberikan TTD yang dikonsumsi setiap minggu
pada hari yang sama. Remaja putri juga didorong untuk konsumsi TTD secara rutin. Remaja tersebut
juga di edukasi terkait efek samping seperti mual, perubah warna BAK dan sebagainya. Remaja putri
juga diberikan edukasi terkait makanan mengandung zat besi tinggi, minum air putih cukup,
perbanyak konsumsi buah terutama dengan kandungan vitamin c tinggi. Selain itu, para remaja juga
disarankan berobat ke puskesmas apabila mengalami gejala-gejala anemia, maupun terdapat
permasalahan terkait haid nya.
Serumen
Ny. N, 27 tahun
Keluhan utama : Penurunan pendengaran telinga kiri
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan telinga kiri terasa penuh sejak 3 hari yang lalu. Keluhan
terjadi secara bertahap dan menetap. Keluhan ini membuat pasien merasakan pendengarannya
menjadi terganggu. Keluhan lain seperti demam, kepala terasa berputar, telinga terasa berdenging,
terasa nyeri, terasa gatal, atau keluar cairan dari telinga disangkal. Keluhan pada hidung seperti sering
terasa tersumbat, sering keluar ingus, sering bersin-bersin, sering terasa nyeri pada sekitar wajah serta
keluhan pada tenggorok seperti nyeri tenggorok, nyeri menelan, suaru serak, atau sering batuk
disangkal. Pasien mengaku hampir setap hari membersihkan telinganya sendiri dengan korek kuping.
Riwayat suka berenang atau telinga kemasukan air sebelumnya disangkal. Riwayat kemasukan benda
asing dalam telinga disangkal. Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat
serupa dikeluarga disangkal.
O/
KU : TSR, CM
TTV : TD : 112/80. N : 86. RR: 20x.
TB : 160cm BB 57kg
Status internus dbn
Status Lokalis :
Telinga :
Cae tenang (+/+), secret (-/-), serumen (-/+ (keras). MT (Intak/sulit dinilai).
Refleks cahaya (+/Sulit dinilai)
Pembesaran kgb (-)
Hidung : dbn
Tonsilfaring : dbn
A/
Diagnosis
Serumen AS (H61.2)
Diagnosis Banding
Benda asing telinga (T16)
P/
Tatalaksana :
Phenol Glyserol 2x4 tetes selama 3-5 hari.
Edukasi :
1. Menganjurkan pasien untuk tidak membersihkan telinga secara berlebihan, baik dengan
cotton bud atau alat lainnya.
2. Edukasi pasien bahwa kotoran telinga dapat keluar dengan sendirinya tanpa perlu
menggunakan cotton bud
3. Menganjurkan pasien untuk menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga
4. Menganjurkan pasien untuk banyak mengunyah permen karet/lainnya untuk membantu
mengeluarkan kotoran telinga
5. Mengajarkan pasien cara penggunaan tetes telinga yang benar, setelah diteteskan didiamkan
terlebih dahulu selama 5 menit dalam posisi miring agar tetes telinga dapat masuk secara
efektif ke liang telinga
6. Apabil setelah pemberian tetes telinga keluhan dirasa tidak membaik, pasien dianjurkan
control kembali ke puskesmas untuk dilakukan ekstraksi serumen dengan irigasi air hangat.
Anamnesis
- Telinga kiri terasa penuh
- Penurunan pendengaran telinga kiri
- Suka membersihkan telinga dengan korek kuping
Pemeriksaan fisik
Status Lokalis :
Telinga :
Cae tenang (+/+), secret (-/-), serumen (-/+ (keras). MT (Intak/sulit dinilai).
Refleks cahaya (+/Sulit dinilai)
Diagnosis :
Serumen AS (H61.2)
Diagnosis Banding
Benda asing telinga (T16)
Tatalaksana :
Phenol Glyserol 2x4 tetes selama 3-5 hari.
O/
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Compos mentis, TSR
Tanda Vital :
TD : -
Nadi : 132 x / menit
Respirasi : 40x / menit
Suhu : 36,6 ˚ C
SpO2 : 98% air room
CRT : < 2 detik
Antropometri :
BB : 3 kg
PB : 47 cm
LK : 33 cm
Lila : 11,5 cm
Status gizi:
BB/U : normal
TB/U : normal
BB/PB : normal
LK/U : normal
Status Generalis :
Kepala : Bulat, UUB datar, normosepali
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Pernapasan cuping hidung tidak ada, sekret ada
Mulut : kebiruan mulut dan sekitar mulut tidak ada
Leher : KGB tidak membesar
Thorax :
Bentuk dan gerak simetris, tidak ada retraksi dan deformitas
ronki, wheezing, dan crackles tidak ada
Abdomen: dbn
Ekstremitas : dbn
Status lokalis :
Makula dan papula eritematosa serta ekskoriasi berbatas tegas (bentuk mengikuti bentuk popok yang
berkontak)
A/
Diagnosis : Napkin Eczema /Dermatitis popok (diaper Rash) (L22)
Diagnosis banding :
Candidiasis (B37.9)
Eritrasma (L08.1)
P/ Hidrokortison salep 2x1 selama 3-7 hari
Edukasi :
1. Asi ekslusif diteruskan
2. Ganti popok bayi lebih sering, gunakan pelembab sebelum memakaikan popok bayi
3. Dianjurkan pemakaian popok sekali pakai jenis highly absorbent
4. Segera ganti popok apabila basah/sudah penuh
5. Bila gejala tidak menghilang setelah pengobatan standar selama 1 minggu, pasien control
kembali dan pengobatan dapat diulang 7 hari lagi
6. Bila curiga terdapat infeksi jamur dapat diberikan krim azol selama 7 hari.
Anamnesis :
- ruam kemerahan dan gatal berbatas tegas pada lipat paha mengikuti bentuk popok
- Pasien menggunakan popok sekali pakai dan diganti oleh ibu pasien sehari hanya 3 kali
Pemeriksaan Fisik :
Status lokalis :
Makula dan papula eritematosa serta ekskoriasi berbatas tegas (bentuk mengikuti bentuk popok yang
berkontak)
Diagnosis :
Napkin Eczema /Dermatitis popok (diaper Rash) (L22)
Tatalaksana :
Hidrokortison salep 2x1 selama 3-7 hari
Kusta
Pasien datang dengan keluhan jari-jari tangan dirasa kaku dan semakin memendek sejak 1 bulan yang
lalu. Pasien saa
1. UKP
S/
KU : Gatal dan bentol hampir seluruh badan
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan gatal dan bentol-bentol pada
hampir seluruh badan sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengatakan gatal
muncul setelah pasien mengonsumsi ikan asin. Tidak lama setelah itu gatal
dan bentol muncul awalnya pada tangan, kemudian mulai menyebar ke
badan juga kaki. Tidak terdapat sesak/ kesulitan bernapas, mulut dan wajah
bengkak. Pasien mengaku beberapa kali muncul Keluhan serupa ketika
makan makanan laut. Keluhan muncul ketika konsumsi makanan lain
seperti kacang atau telur disangkal. Riwayat alergi dikeluarga diakui ada
penderita alergi dingin. Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal.
Riwayat tergigit sesuatu sebelum muncul gatal disangkal. Riwayat alergi
obat disangkal. Riwayat asma disangkal.
O/
Pemeriksaan Fisik
KU : CM, TSR
Pemeriksaan Fisik :
TD : 121/88
N : 79
BB : 78
TB : 168
T : 36.7
DD :
Dermatitis Kontak alergi
Pitiriasis rosea
P/
Cetirizine tab 10mg 1x1
Deksametason 0,5 mg 3x1
Vitamin B kompleks 1x1
Edukasi :
1. Prinsip pengobatan adalah identifikasi dan eliminasi faktor penyebab
urtikaria.
2. Penyebab urtikaria perlu menjadi perhatian setiap anggota keluarga.
3. Pasien dapat sembuh sempurna terutama apabila sudah menghindari
factor pencetus
Ny. P 34 thn mengeluh gatal diseluruh badan sejak 1 hari yang lalu
Status dermatologis
Tampak lesi papul atau plakat eritematosa dengan peninggian,bentuk linear,
Lesi seperti pulau.
P/
Cetirizine tab 10mg 2x1
Vitamin B-kompleks 2x1
2. DHF
Status internus
● Kepala
Pemeriksaan Laboratorium
HB : 16 (N)
Hematokrit : 50 (N)
Leukosit : 5,37 (N)
Trombosit : 119 (turun)
Diagnosis
Dengue Fever (A90)
DD/
Chikungunya (A92)
Malaria (B50)
Tatalaksana :
Parasetamol 3x1
Vitamin C 1x1
Edukasi :
1. Pasien minum obat, dan istirahat yang teratur
2. Konsumsi cairan yang cukup
3. Makan makanan yang bergizi
4. Penjelasan mengenai faktor risiko dan cara-cara pencegahan yang berkaitan dengan perbaikan
higiene personal, perbaikan sanitasi lingkungan, terutama metode 4M plus seminggu sekali
(menutup, menguras, mengubur, memantau wadah air)
5. Pasien dijadwalkan untuk cek lab kembali keesokan harinya
6. Edukasi apabila terdapat tanda bahaya nyeri ulu hati, muntah, perdarahan dll segera kembali
berobat.
3. Gastritis
Diagnosis
Gastritis (K29.7)
DD/
Gerd (K21.9)
Ulkus peptikum (K27
Tatalaksana
Omeprazol 20 mg 2x1
Antasida tab 3x1
Edukasi :
1. Edukasi pasien untuk menghindari pemicu terjadinya keluhan, antara lain dengan
- makan tepat waktu
- makan sering dengan porsi kecil
- hindari dari makanan yang meningkatkan asam lambung atau perut kembung seperti kopi,
teh, makanan pedas dan kol.
2. Pasien control kembali bila 5 hari pengobatan belum ada perbaikan. 2.
3. Terjadi komplikasi/tanda bahaya seperti muntah darah/ muncul BAB hitam
Hipertensi
Keluhan utama :
Nyeri belakang kepala
Pasien datang dengan keluhan nyeri di belakang kepala semenjak tadi malam. Pasien mengatakan,
bahwa semalam memang sempat kurang tidur. Pasien mengatakan keluhan nyeri kepala ini bukan
yang pertama kali dirasakan oleh pasien. Keluhan nyeri kepala dirasakan hilang timbul terutama
ketika sedang banyak pikiran dan kurang tidur. Keluhan ini dikatakan membaik jika pasien istirahat,
minum air putih, ataupun meminum obat darah tinggi. Keluhannya ini terkadang juga mengganggu
aktivitas sehari-hari pasien.
Keluhan lain seperti demam, batuk, sesak,nyeri dada, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan,
dan kelemahan sesisi tubuh disangkal oleh pasien. Semenjak lebih kurang 2 tahun yang lalu, pasien
mengalami tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi ini terdeteksi ketika pasien melakukan kontrol
kehamilan anak ketiga di trimester ketiga. Pada saat itu, pasien dirujuk ke SP.OG dengan diagnosis
hipertensi gestasional. Setelah 40 hari melahirkan, pasien melakukan pemeriksaan ke bidan dengan
tujuan untuk memasang KB suntik. Namun, ketika dilakukan pemeriksaan didapatkan tekanan darah
pasien masih tinggi. Riwayat keluarga dengan keluhan serupa diakui oleh pasien dialami oleh kedua
orang tua pasien. Riwayat diabetes, kolesterol, asam urat, penyakit jantung, penyakit ginjal, Asma,
Alergi makanan maupun obat-obatan disangkal. Riwayat merokok juga disangkal oleh pasien.
Sampai saat ini, pasien mengaku tidak rutin kontrol dan mengonsumsi obat. Pasien hanya akan
mengonsumsi obat jika merasakan gejala. Pasien juga mengatakan sering lupa karena sibuk mengurus
anak.
KU : CM,TSR
TTV :
TD : 150/90
Nadi : 84x/m
RR : 20x/m
TB : 169
BB : 91
BMI : 31,86 (obese)
● KEPALA :
Sklera ikterik : -/-
Konjungtiva anemis : -/-
● TORAKS
Pergerakan dada simetris, bunyi paru kanan = kiri
Tidak ada suara napas tambahan (wheezing, ronchi)
Bunyi jantung S1-S2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan
● ABDOMEN :
Bising usus (+) dalam batas normal
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
Nyeri tekan tidak ada
● EKSTREMITAS :
CRT < 2 detik
Edema -/-
Diagnosis
Hipertensi (I10)
DD/
TTH (G44.2)
Myalgia (M79.1)
Tatalaksana :
Amlodipin 5 mg 1x1
Vitamin B kompleks 1x1
Edukasi :
1. Edukasi pasien mengenai hipertensi dan komplikasi yang mungkin terjadi
2. Edukasi minum obat secara teratur
3. Edukasi terkait pentingnya menjaga pola makan dan berolahraga secara teratur
4. Penurunan berat badan dengan DASH diet. Diet kaya buah, sayuran, produk rendah lemak
dengan jumlah lemak total dan lemak.
5. Kurangi makan makanan asin
6. Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang. Kontrol pengobatan
dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil pengobatan
- Perdarahan Subkonjunctva
Ny.T 62 tahun
S/
Keluhan utama : Mata merah sebelah kiri
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan mata merah di sebelah kiri secara tiba-tiba.
Keluhan ini muncul saat pasien bangun dari tidur dan tidak bertambah luas. Keluhan tidak
disertai dengan pandangan buram, silau jika melihat cahaya, kotoran mata, gatal, nyeri bola
mata, dan nyeri kepala.
Tidak ada riwayat trauma pada mata, terbentur, kelilipan, batuk, bersin, mengedan, dan
mengucek mata. Tidak ada keluhan yang sama pada keluarga. Tidak ada riwayat kontak
dengan penderita mata merah. Tidak ada keluhan serupa sebelumnya pada pasien.
Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun
lalu. Tekanan darah mencapai 190/100 mmHg pada 2 bulan lalu. Pasien rutin meminum
Amlodipine 1x 10mg.
Tidak ada riwayat penyakit diabetes melitus, batuk, alergi dan asma. Tidak ada riwayat
konsumsi obat pengencer darah.
Pemeriksaan fisik
KU : CM, TSR
TTV : 160/95
N : 88
RR : 20
TB : 155 cm
BB : 52 kg
Status lokalis
OD OS
A/
Diagnosis :
DD/
Konjunctivitis (H10)
Tatalaksana :
Amlodipin 10 mg 1x1
Edukasi :
1. Atasi penyebab.
Kontrol rutin hipertensi setiap bulan.
Menjaga pola makan dan melakukan aktivitas fisik.
2. Meyakinkan pasien bahwa bukan kondisi serius dan tidak menular. Perdarahan akan meluas
dalam 24 jam pertama, namun tidak perlu khawatir karena sebenarnya tidak perlu penanganan
karena darah akan diabsorbsi dengan sendirinya dalam 7-21 hari
3. Sarankan pasien untuk kompres mata.Kompres dingin: untuk menghentikan perdarahan di
tahap awal. Kompres hangat: untuk membantu absorbsi darah di tahap lanjut.
4. Beritahu pasien apabila terdapat perdarahan berulang dan disertai pandangan kabur segera
bawa berobat kembali
Gangguan somatoform
Ny.A
34 tahun
Keluhan utama : sesak
Pasien datang dengan keluhan utama sesak dan tidak nyaman didada. Keluhan sudah dirasakan sejak
beberapa bulan yang lalu. Sebelumnya pasien sudah pernah berobat ke dokter beberapa kali dan sudah
sempat dirujuk untuk pemeriksaan rontgen namun semua hasil pemeriksaan normal. Pasien juga
sudah mengonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter, namun hanya berefek sedikit bahkan
tidak berefek. Selain Keluhan tersebut, Pasien juga sering merasakan sakit kepala, dan ngilu pada
tangan dan kaki terutama ketika kondisi Pasien sedang drop.. Pasien mengatakan awalnya sempat
dirawat di IGD rumah sakit karena penyakit lambung. Saat itu Pasien merasakan nyeri ulu hati dan
sempat muntah darah. Semenjak dirawat tersebut Pasien sering merasakan sesak tidak nyaman di
perut dan dada, serta merasa berdebar-debar. Pasien mengatakan sudah memperbaiki pola makan
sesuai saran dokter, tidak konsumsi makanan instan, asam, pedas namun Pasien masih sering
merasakan sakit dan sesak. Pasien juga sudah konsumsi obat namun Keluhan sering kambuh dan
membuat Pasien merasa cemas dan khawatir mengalami penyakit berat. Pasien mengatakan Keluhan
dirasakan membaik jika Pasien tidak terlalu sering memikirkannya, namun Pasien mengaku kesulitan
menghilangkan kecemasan tersebut. Riwayat hipertensi, dm,asma, alergi dan jantung disangkal.
Riwayat Keluhan serupa di keluarga disangkal. Keluhan batuk lama, bunyi mengi, demam, penurunan
badan, bengkak di kaki disangkal. Riwayat kontak dengan penderita batuk lama disangkal.
O/
Pemeriksaan Fisik
TD : 128/79
N : 76
RR 20
TB 165
BB 55
Status internus dbn
A/
Diagnosis
Gangguan Somatoform (F45)
DD/
Gangguan Cemas (F41.9)
Asma (J45)
P/
Tatalaksana
Omeprazol caps 20mg 2x1
Vitamin b kompleks 1x1
Edukasi :
- Edukasi Pasien untuk meluangkan waktu untuk lebih relaks, santai, dan melepaskan diri
sejenak dari rutinitas.
- Perbaikan pola makan dan teratur sehingga penyakit maag pasien tidak kambuh sehingga
pasien tidak perlu cemas akan dirawat kembali
- Badan dan pikiran merupakan satu kesatuan. Ketika badan tidak enak, maka perasaan menjadi
tidak enak, dan sebaliknya.
- Terdapat sistem saraf yang mengatur hal tersebut, sehingga apabila stres dapat menyebabkan
otot-otot menjadi kaku, sakit kepala, gangguan pencernaan dan lain-lain. Sehingga memang
terdapat hubungan antara perasaan dan pikiran terhadap sakit pasien.
- Arahkan pasien kepemikiran yang lebih positif, dan yakinkan pasien bisa melakukan hal
tersebut.
- Jelaskan pemberian terapi farmakologi, dan ingatkan bahwa gejala yang pasien rasakan itu
berhubungan dengan faktor pikiran dan perasaan pasien.
- Furunkel
Tn. I
23 tahun
Pemeriksaan Fisik
Ku : TSR, CM
TTV
TD : 120/70
RR 20
N 88
TB 170
BB 55
Status internus dbn
Status lokalis
Terdapat nodul eritematosa pada dagu, pus (+) edema (+) nt (+)
A/
Diagnosis
Furunkel (L08)
DD/
Dermatitis kontak alergi (L23)
P/
Tatalaksana
Parasetamol 500 mg 3x1
Deksametason 0,5 mg 3x1
Gentamisin salep 3x1
Amoksilin 500 mg 3x1
Edukasi :
1. Edukasi pasien untuk pencegahan penyakit dengan menjaga kebersihan diri
dan stamina tubuh/imunitas
2. Antibiotik dihabiskan
3. Pasien control kembali apabila dalam 5-7 hari tidak membaik dan timbul
komplikasi
- ***Migrain***
Keluhan : nyeri kepala sebelah kanan
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sebelah kanan yang dirasakan sejak 3 hari ini.
Nyeri kepala dirasakan seperti berdenyut dan disertai mual. Nyeri kepala dirasakan terus
menerus selama 3 hari ini, tidak disertai muntah, takut melihat cahaya ataupun takut
mendengar suara. Nyeri kepala berat seperti terikat, mata berair, hidung berair disangkal.
Rasa nyeri semakin terasa berat bila pasien beraktivitas dan sedikit berkurang bila pasien
berbaring atau beristirahat. Pasien mengaku tidak ada tanda-tanda khusus sebelum
serangan nyeri datang. fidak pernah ada riwayat trauma sebelumnya. Tidak ada riwayat
penurunan berat badan dalam waktu singkat. Tidak ada riwayat hipertensi. Pasien
mengaku beberapa kali mengalami hal serupa terutama ketika sedang akan menstruasi
atau ketika kurang tidur. Riwayat penyakit serupa dikeluarga disangkal. Keluhan demam,
kaku kuduk, kelemahan tubuh, penglihatan kabur disangkal.
O/
Pemeriksaa Fisik
TD : 125/79
N : 76
RR 20
BB : 50
TB : 160
A/
Diagnosis : Migrain (G43.9)
DD/
Cluster headache (G44)
Trigeminal neuralgia (G50)
P/
Asam mefenamat 500 mg 3x1
Domperidon 10 mg 3x1
Vitamin B kompleks 1x1
Edukasi
1. Perubahan pola hidup dapat mengurangi jumlah dan tingkat keparahan migren
2. Menghindari pemicu, jika makanan tertentu menyebabkan sakit kepala, hindarilah dan
makan makanan yang lain. Jika ada aroma tertentu yang dapat memicu maka harus
dihindari. Secara umum pola tidur yang reguler dan pola makan yang reguler dapat
cukup membantu.
3. Berolahraga secara teratur, olahraga aerobik secara teratur mengurangi tekanan dan
dapat mencegah migren.
4. Mengurangi efek estrogen, pada wanita dengan migren dimana estrogen menjadi
pemicunya atau menyebabkan gejala menjadi lebih parah, atau orang dengan riwayat
keluarga memiliki tekanan darah tinggi atau stroke sebaiknya mengurangi obatobatan
yang mengandung estrogen.
5. Hindari asap rokok
- ****Insect Bite****
S/
Keluhan utama : gatal tungkai kiri
Pasien datang kepuskesmas dengan keluhan gatal di tungkai kiri disertai panas sejak 1 hari
yang lalu. Pasien mengaku saat sedang berkebun dirumahnya terasa seperti digigit nyamuk
atau serangga tapi tidak terlihat. Di tempat yang terasa gatal awalnya muncul bintil-bintil,
karena tidak tahan pasien terus menggaruk sehingga semakin besar dan menjadi bentol
kemerahan seperti sekarang. Pasien belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya.
Keluhan gatal dan bengkak di tempat lain, sesak disangkal. Riwayat alergi makanan atau
obat disangkal. Anggota keluarga tidak ada yang memiliki rwayat alergi. Pasien belum
melakukan pengobatan terhadap keluhannya. Riwayat pemakaian krim pada tungkai
disangkal. Pasien mengaku setelah berkebun langsung mandi dan berganti pakaian. Tidak
ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama.
Pemeriksaan Fisik
TD: 116/67
N : 80
BB : 52 kg
TB : 150 cm
Status internus dbn
Status lokalis :
Ditemukan papul hiperemis pada tungkai kiri bawah, disertai ekskoriasi bekas garukan.
A/
Insect Bite (T63.4)
DD/
Urtikaria (L50)
Dermatitis kontak alergi (L23)
P/
Tatalaksana :
Cetirizine tab 10 mg 1x1
Deksametasone 0,5 mg tab 3x1
Hidrokortison zalf 2x1
Edukasi :
1. Memberikan informasi kepada pasien bahwa keluhan yang dialaminya adalah akibat
reaksi dari gigitan serangga
2. Makan makanan yang sehat dan bergizi terutama yang banyak mengandung
antioksidan seperti sayur dan buah-buahan. Menjaga kebersihan diri, rumah dan
lingkungan sekitar
3. Minum obat secara teratur.
4. Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, memakai baju berlengan panjang dan
celana panjang, pada beberapa kasus boleh memakai mosquito repellent jika
diperlukan, dan lain-lain agar terhindar dari gigitan serangga.
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis)
Tn. R 64 tahun
Keluhan utama : gatal punggung kaki kanan
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan gatal di punggung kaki kanan sejak satu tahun
yang lalu. Namun beberapa hari ini gatal dirasakan semakin bertambah sehingga pasien tidak
tahan dan menggaruk-garuk daerah yang gatal. Pasien juga mengeluhkan adanya penebalan
pada kulit yang terasa gatal.
Keluhan muncul terutama saat pasien sedang kelelahan atau memiliki beban pikiran. Gatal
tidak diperberat dengan berkeringat ataupun saat malam hari. Gatal juga tidak muncul bila
pasien memakan makanan tertentu (telur, daging, seafood) atau bersentuhan dengan sesuatu
(deterjen, pupuk, sarung tangan karet). Gatal juga tidak dipengaruhi oleh kondisi suhu
maupun cuaca.
Karena gatalnya semakin tidak dapat ditahan, pasien menggaruk-garuk daerah yang gatal
hingga kemerahan bahkan menurut pasien terkadang sampai berair dan berdarah setelah itu
rasa gatal hilang dan digantikan oleh rasa nyeri. Menurut pasien daerah yang digaruk menjadi
merah dan lama kelamaan tebal, kemerahan, dan bersisik. Semula, gatal yang dirasakan hanya
berupa benjolan kecil yang tidak terasa panas dan nyeri, tetapi setelah digaruk semakin meluas
dan melebar.
Terkait keluhannya, pasien belum pernah berobat, sebelumnya pasien mengobati dengan
pengobatan tradisonal dan herbal, namun belakangan dirasakan gatal semakin parah sehingga
pasien ke puskesmas.
Tidak ada riwayat keluarga yang menderita penyakit dengan keluhan yang sama dengan
pasien.
Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus, Hipertensi, asma disangkal.
Pemeriksaan fisik
KU : TSR,CM
TTV : TD 130/85
N; 80
RR : 20
TB 160
BB 54
Tatalaksana :
Cetirizine 10 mg 1x1
Deksametason 0,5 mg 3x1
Krim Betametason 2x1
Edukasi
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
b. Mencegah garukan dan gosokan pada daerah yang gatal
c. Istirahat yang cukup
d. Hindari stres psikologis
c. Menjaga kebersihan kulit dengan mandi teratur, dan mencegah kaki lembab
Dermatitis numularis v
Tn.T 34 tahun
Keluhan Utama : bercak merah yang terasa gatal pada tungkai bawah kanan
Pasien datang ke puskesmas karena keluhan bercak merah gatal pada tungkai kanan yang dirasa
semakin parah 1 minggu ini. Awalnya kelainan kulitnya muncul pertama kali berupa bercak merah
seukuran jarum pentul yang terasa gatal sejak 1 bulan yang lalu. Kemudian keluhannya bertambah
luas hingga kelainan kulitnya menjadi berupa bercak merah sebesar koin dan terasa gatal di tungkai
bawah kanan Kelainan kulitnya terasa gatal terus menerus dan tidak dipengaruhi oleh keringat
maupun pada saat malam hari. Tidak ada keluhan kulit kering, nyeri telinga, keluarnya cairan dari
telinga, dan tidak ada keluhan batuk, sakit tenggorokan, maupun sesak napas.
Pasien mengeluhkan bahwa belakangn ini ia mengalami stres karena kondisi keuangan pada masa
pandemi. Pasien juga mengeluhkan bahwa tidurnya terganggu akibat stress. Pasien juga rutin
membersihkan rumahnya setiap hari. Pasien juga menyangkal adanya riwayat DM, hipertensi, asma
maupun alergi. Pasien mandi dua kali sehari menggunakan sabun. Riwayat penyakit serupa dikeluarga
disangkal. Pasien juga menyangkal sering menggunakan alat pribadi bersamaan seperti handuk
dengan anggota keluarga. Pasien juga tidak memiliki hewan peliharaan seperti anjing dan kucing.
Keluhan terasa saat berkeringat juga disangkal.
Pasien menyangkal adanya nanah, demam, sisik yang tebal, dan bercak bersisik dibagian tubuh lain.
Pasien juga menyangkal pernah mengoleskan sesuatu atau menggunakan aksesori di tungkai bawah
kanan, sebelum kelainan kulitnya muncul.
Pemeriksaan Fisik
KU : TSR, CM
TTV
TD : 120/73
TB : 170
BB : 55
N : 88
RR 20
P/
Tatalaksana :
Cetirizine 10 mg 1x1
Deksametason 0,5 mg 3x1
Betametason cr 2x1
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini dalam bahasa medis adalah Dermatitis
numularis yaitu penyakit peradangan kulit berulang yang gatal dan berbentuk seperti uang
logam.
2. Memberikan edukasi bahwa penyakit ini dapat berulang apabila pasien tidak menjauhi
pencetus yaitu stress psikis dan infeksi gigi, maka disarankan untuk pasien mengendalikan
stress
3. Memberikan edukasi supaya tidak untuk menggaruk kulit yang gatal dan senantiasa menjaga
kuku tangan selalu pendek.
4. Menjelaskan cara pemakaian obat salep yaitu dioleskan pada kulit setelah mandi sebanyak 2x
sehari.
- Tinea cruris v
NY. T 56 tahun
S/
Keluhan utama : bercak dan bruntus kemerahan yang gatal di lipat paha dan bokong.
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan bruntus kemerahan yang gatal lebih kurang sejak
1 bulan yang lalu. Keluhan pertama kali berupa bercak kemerahan sebesar uang logam seribu
rupiah disertai gatal pada lipat paha kanan. Karena awalnya kecil pasien tidak langsung
berobat. Namun belakangan kelainan kulit berupa bercak dan bruntus kemerahan disertai
gatal semakin membesar seukuran celana pendek dan meluas ke lipat paha kiri dan juga
bokong hingga tungkai bawah bagian atas kanan dan kiri. Gatal dirasa lebih hebat ketika
sedang berkeringat. Keluhan ini baru dirasakan pertama kali oleh pasien. Pasien menyangkal
adanya kelainan kulit berupa bercak dan bruntus kemerahan yang gatal di tempat lain, baik di
wajah, di lengan, di punggung kaki, di kuku, di dada, dan di punggung. Pasien tidak
mengeluhkan nanah di area kelainan kulit, sesekeleun, demam, dan keputihan.
Pasien sehari-hari sering berkeringat saat berdagang sayur. Pasien tidak mengganti pakaian
saat berkeringat ketika berdagang. Pasien mandi 1x /hari dengan air sumur dan sabun batang.
Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan produk perawatan kulit pada area lipat paha,
bokong, perut bawah dan tungkai bawah bagian atas kanan dan kiri. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi seperti asma atau bersin-bersin di pagi hari. Riwayat DM, hiperensi disangkal.
Keluhan serupa dikeluarga disangkal. Pasien tidak mempunyai riwayat kontak dengan kucing
liar dengan bulu pitak-pitak di pasar. Pasien selalu menggunakan alas kaki ketika berdagang
maupun kegiatan di sekitar rumah. Pasien tidak mempunyai riwayat berkebun atau bercocok
tanam.
Pemeriksaan FIsik
KU : TSR, CM
TD : 130/79
N : 88
RR : 20
TB : 152
BB 52
Papule dan macula eritem pada lipat paha, bokong, perut bagian bawah dan tungkai bawah bagian atas
kanan dan kiri membentuk pulau-pulau dengan tepi aktif (central healing (+)
A/
Diagnosis :
Tinea Cruris v
DD/
Dermatitis Kontak Alergi (L23)
Psoriasis (L40)
P/
Ketoconazole 2x100 mg
Cetirizine 10 mg 1x1 tab
Mikonazol cream 2x1
Edukasi :
1. Edukasi pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit Tinea kruris dan faktor
predisposisi pada pasien (mandi 1x sehari, menggunakan pakaian berlapis saat
berdagang, tidak mengganti pakaian saat berkeringat)
2. Anjuran penggunaan pakaian yang longgar, menyerap keringat dan tidak berlapis,
mandi 2x sehari dengan sabun bayi. Hindari penggunaan barang pribadi Bersama
anggota keluarga lain
3. Cuci pakaian atau handuk yang diduga terkontaminasi
4. Edukasi pasien dan keluarga pasien apabila ada keluhan serupa perlu dilakukan
pengobatan juga.
5. Hindari untuk menggaruk kelainan kulit karena dapat menyebabkan luka dan infeksi
6. Minta pasien untuk datang kembali 1 minggu kemudian untuk control apabila
keluhan tidak membaik
- Gout v
S/
Tn. A
61 th
Keluhan utama: nyeri pada lutut dan pergelangan kaki kanan
Pasien mengeluhkan lutut dan pergelangan kaki kanannya nyeri sejak 2 hari SMRS. Nyeri
dirasakan semakin bertambah dan terus menerus berlangsung sehingga pasien kesulitan berjalan dan
menggerakkan kaki. Nyeri dirasakan seperti digigit sesuatu. Nyeri dirasakan muncul saat pasien
makan kangkong 1 hari sebelumnya. Pasien mengatakan keluhan ini sudah terjadi beberapa kali sejak
beberapa bulan yang lalu teruama setelah memakan kacang. Nyeri dirasakan hilang timbul sehingga
pasien tidak langsung ke dokter. Pasien juga mengatakan keluhannya sedikit membaik ketika
meminum obat parasetamol yang dibeli sendiri. Nyeri tidak menjalar. Namun dirasa bertambah
apabila digerakkan.
Tidak ada keluhan nyeri sendi pada sendi lainnya, seperti pergelangan tangan, jari-jari kaki, jari-jari
tangan dan lutut. Keluhan tidak disertai dengan adanya benjolan keras seperti batu pada ibu jari kaki,
telinga, siku ataupun jari-jari tangan. Tidak ada keluhan BAK, seperti nyeri saat BAK, BAK berdarah,
ataupun BAK berpasir. Keluhan demam dan riwayat infeksi disangkal. Pasien mengakui memakan
kangkong yang dimasak oleh istrinya, Beberapa kali juga pasien memakan jeroan. Pasien pernah
merokok 3 tahun yang lalu selama 5 tahun. Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Pasien jarang
berolahraga dengan frekuensi kurang dari 1x dalam sebulan. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan
hanya parasetamol.
Riwayat penyakit sistemik seperti DM, hipertensi, gangguan ginjal, penyakit jantung tidak diketahui
oleh pasien. Pasien terakhir periksa TD dan gula darah tahun lalu dan masih dalam batas normal.
Pasien tidak memiliki keluhan sering haus, sering BAK, sering lapar. Tidak terdapat riwayat anggota
keluarga pasien dengan keluhan yang sama.
O/
Pemeriksaan Fisik
KU : TSS, CM
TD : 130/84. N : 66. RR: 20
BB : 75 kg
TB : 170 cm
BMI: 25,9 (obese)
Status internus :
Kepala : conjuntiva anemis (-/-) sclera icteric (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks : bentuk dan gerak simetris. Rh(-/-) Wh (-/-)
Abdomen : hepatosplenomegali (-)
Ekstrimitas atas dbn
A/
Diagnosis
Gout (M1A)
Diagnosis banding
Rheumatoid Arthritis (M05)
Osteoarthritis (M79)
P/
Edukasi
Dengue anak
4. DHF v
Pemeriksaan Fisik
KU : CM, TSS
TTV :
TD : 100/70
N : 66x/m
RR : 20x/m
TB : 130 cm
BB : 41 kg
Status internus
● Kepala
Pemeriksaan Laboratorium
HB : 11 (N)
Hematokrit : 45 (N)
Leukosit : 5,37 (N)
Trombosit : 90 (turun)
Diagnosis
Dengue Fever (A90)
DD/
Chikungunya (A92)
Malaria (B50)
Tatalaksana :
Parasetamol 3x1
Vitamin C 1x1
Pasien dianjurkan untuk segera ke IGD rumah sakit untuk melakukan perawatan lebih lanjut karena
sudah lemas disertai trombosit <100.000
Edukasi :
- Pasien minum obat, dan istirahat yang teratur
- Konsumsi cairan yang cukup
- Makan makanan yang bergizi
- Penjelasan mengenai faktor risiko dan cara-cara pencegahan yang berkaitan dengan perbaikan
higiene personal, perbaikan sanitasi lingkungan, terutama metode 4M plus seminggu sekali
(menutup, menguras, mengubur, memantau wadah air)
- Diare
Langkah-langkah :
1. Jelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan prosedurnya
2. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
3. Desinfeksi tempat abses berada dan jaringan kulit disekitarnya dengan povidone iodine
4. Aspirasi abses dengan membuat sayatan linear menggunakan bisturi
5. Drainase pus
6. Bersihkan sisa pus dengan kassa, dan povidon iodin
7. Tutup dengan menggunakan kassa, dan difiksasi dengan plester
Obat pulang
Parasetamol 3x1
Deksametason 3x1
Siprofloksasin 2x1
Pemberdayaan Masyarakat :
Judul : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Posyandu Balita Rangga Asih
Identitas Pasien : Kader dan Ibu Balita di Posyandu Balita Rangga Asih
Latar Belakang :
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi (Kemenkes, 2013). Kegiatan posyandu tidak terbatas hanya pemberian
imunisasi saja, tetapi juga memonitor tumbuh kembang bayi dan balita melalui kegiatan penimbangan
dan pemberian makanan tambahan. Pencegahan dan penanganan gizi buruk juga dapat segera
ditangani sedini mungkin jika posyandu berjalan baik, karena pada dasarnya anak balita bergizi buruk
tidak semua lahir dalam keadaan berat badan tidak normal (Soegianto, 2005).
Pelaksanaan kegiatan posyandu memerlukan peran serta masyarakat, khususnya kader posyandu.
Kader posyandu berasal dari anggota masyarakat yang mau bekerjasama secara ikhlas, mau dan
sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta sanggup menggerakkan masyarakat untuk
melaksanakan kegiatan posyandu, sehingga keaktifan kader sangat diperlukan dalam kegiatan ini.
Gambaran Pelaksanaan :
Hari/tanggal : Jumat, 13 Januari 2023
Waktu : 09.00 s/d selesai
Tempat : Posyandu Rangga Asih
Peserta : Kader Posyandu : 9 orang
Ibu Balita : 50 orang
Kegiatan :
Pelaksanaan kegiatan posyandu di bagi menjadi 5 meja, dimana pada meja 1 dilakukan pendaftaran
dan pendataan nama balita, meja 2 dilakukan penimbangan dan pengukuran TB, meja 3 dilakukan
pengisian KMS pada buku KIA, meja 4 dilakukan konseling dan penyuluhan mengenai hasil data
KMS anak berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu
dari anak yang bersangkutan, kemudian meja 5 dilakukan pelayanan imunisasi sesuai usia anak.
Keberlangsungan kegiatan Posyandu ini berjalan dengan lancar karena kontribusi berbgai pihak yaitu
dari Kader Posyandu Rangga Asih, Ibu balita yang datang ke posyandu juga dari tenaga Kesehatan
yang terlibat seperti dokter, bidan dan tim gizi.
ASI EKSLUSIF
Hari/Tanggal : Rabu/11 Januari 2023
Tempat : Puskesmas Jatisampurna
Pukul : 08.00 sd selesai
Peserta : Ibu bayi A usia 4 hari
Kegiatan :
Ibu pasien membawa bayi A untuk dilakukan vaksinasi hepatitis B. Ibu pasien mengatakan
pasien lahir dirumah sakit, namun belum mendapatkan vaksinasi sehingga diminta untuk
membawa bayinya ke puskesmas.
Ibu pasien kemudian ditanyakan mengenai masalah pada bayi muda dan ASI ekslusifnya.
Anak A, tampak aktif. Tidak tampak tanda tanda adanya penyakit sangat berat/infeksi
bakteri/infeksi local.
Tidak terdapat kebiruan, sesak, gangguan pernapasan (suara merintih, napas cepat) gangguan
BAB, muntah, lemas, kembung maupun kejang.
Tidak terdapat tanda infeksi seperti mata bernanah, pusar kemerahan, atau muncul nanah.
Tidak tampak kuning pada badan bayi, tidak ada diare. . Selama kehamilan ibu pasien rutin
melakukan pemeriksaan ke bidan. Ketika hamil ibu pasien pernah melakukan pemeriksaan HIV
dengan hasil negatif
Ibu mengatakan pasien ASI, menyusu kuat 8 kali sehari.
Kemudian ibu diajarkan mengenai asuhan dasar bayi muda yaitu :
1. Mencegah Infeksi
2. Menjaga bayi tetap hangat
3. Imunisasi
4. Memberi Asi sesering mungkin
- Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
- Minta ibu untuk memberi ASI saja sesering mungkin minimal 8 x sehari, siang
ataupun malam
- Menyusui dengan payudara kiri dan kanan secara bergantian · Berikan ASI dari
satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara lainnya
- Jika bayi telah tidur selama 2 jam, minta ibu untuk membangunkannya dan
langsung disusui
- Minta ibu untuk meletakkan bayi di dadanya sesering mungkin dan tidur bersama
ibu
- Ingatkan ibu dan anggota keluarga lain untuk membaca kembali hal-hal tentang
pemberian ASI di Buku KIA
- Minta ibu untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami
Mengajari ibu cara meningkatkan produksi ASi
1. Cara untuk meningkatkan ASI adalah dengan menyusui sesering mungkin
2. Menyusui lebih sering lebih baik karena merupakan kebutuhan bayi
3. Menyusu pada payudara kiri dan kanan secara bergantian · Berikan ASI dari satu
payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara lainnya. Jika bayi telah tidur
selama 2 jam, bangunkan dan langsung disusui
Cara menyusui yang benar
1. Sanggalah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja
2. Kepala dan tubuh bayi lurus
3. Hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu
4. Dekatkan badan bayi ke badan ibu
5. Menyentuhkan puting susu ke bibir bayi
6. Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar
7. Segera mendekatkan bayi ke arah payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah
bayi terletak di bawah puting susu
8. Cara melekatkan yang benar ditandai dengan:
- Dagu menempel pada payudara ibu
- Mulut bayi terbuka lebar
- Bibir bawah bayi terputar keluar
- Areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada di bagian bawah
9. Bayi mengisap dengan efektif jika bayi mengisap secara dalam, teratur, dan kadang
diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI, hanya terdengar suara bayi menelan
Penapisan TB
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dunia.
Penyakit ini menimbulkan masalah yang kompleks baik dari segi medis maupun sosial, ekonomi, dan
budaya. Berdasarkan Global TB Report WHO 2020, Indonesia merupakan negara dengan beban
Tuberkulosis (TBC) tertinggi kedua di dunia. Diestimasikan terdapat 845.000 kasus TBC baru setiap
tahunnya dengan angka kematian mencapai 98.000 kasus atau setara dengan 11 kematian/jam.
Penularan dan perkembangan penyakit TBC semakin meluas karena dipengaruhi oleh faktor sosial
seperti kemiskinan, urbanisasi, pola hidup yang kurang aktif, penggunaan tembakau, dan alkohol
(WHO, 2020).terutama di Indonesia. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang di
sebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau
pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes
RI, 2015). Untuk menemukan dan mengobati kasus tersebut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI
berencana melakukan skrining besar-besaran. Upaya penemuan kasus sedini mungkin, pengobatan
secara tuntas sampai sembuh merupakan salah satu upaya yang terpenting dalam memutuskan
penularan TBC di masyarakat. Oleh karena itu program penapisan TB sebagai salah satu
upaya/strategi eliminasi TB merupakan hal yang sangat penting dilakukan terutama di faskes primer.
Ringkasan Pelaksanaan
Hari/tanggal : Sabtu, 14 Januari 2023
Waktu : 08.00 s/d selesai
Tempat : Poli Umum Puskesmas Jatisampurna
Peserta : Ny. N, 34 tahun
Kegiatan :
Pasien datang ke Poli umum Puskesmas Jatisampurna dengan keluhan batuk berdarah sejak 1 hari
yang lalu. Pasien mengatakan sejak lebih kurang 1 bulan yang lalu pasien batuk berdahak hilang
timbul. Pasien membeli obat batuk di warung namun dikatakan batuknya masih sering kambuh.
Keluhan juga disertai sesak setiap kali batuk. Pasien mengatakan sempat demam 1 minggu yang lalu
namun tidak terlalu tinggi disertai keringat malam. Pasien tidak merokok. Keluhan ini baru pertama
kali dirasakan oleh pasien. Pasien tidak pernah diperiksa dahak, dan diberi pengobatan/pencegahan
sebelumnya. Riwayat alergi/asma disangkal oleh pasien. Riwayat asma pada keluarga juga disangkal.
Riwayat kontak dengan penderita batuk lama disangkal. Terkait keluhannya tersebut, pasien
kemudian dilakukan pemeriksaan sputum untuk memastikan diagnosis.
Pemeriksaan Fisik
TD : 117/86, N 97, Lp 80
TB : 160 BB: 55
Diagnosis : Susp.TB
Pemeriksaan TCM dilakukan untuk melakukan screening terhadap pasien TB. Setelah dilakukan
pemeriksaan, pasien diminta untuk datang kembali ke puskesmas untuk dilihat apakah hasilnya
negative atau positif berupa rifampicin sensitive/resisten. Apabila dari hasil pemeriksaan didapatkan
hasil negatif, pasien kemudian akan diberikan pengobatan non OAT (antibiotic spektrum luas) dan
diminta kembali lagi ke puskesmas, apabila keluhan tidak membaik, untuk disarankan melakukan
pemeriksaan radiologi.
Apabila didapatkan hasil rifampicin sensitive, maka pasien dilakukan pengecekan GDS,HIV, dan
sifilis. Kemudian ditatalaksana dengan OAT kategori 1 dengan dosis FDC berdasarkan berat badan.
Apabila didapatkan hasil rifampicin resisten hal yang perlu dilakukan :
1. Konfirmasi hasil kepada laboratorium
2. Apabila memang resisten, pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan TCM kembali
3. Apabila hasilnya tetap resisten, pasien dirujuk ke rumah sakit
STUNTING
Judul : Deteksi Stunting melalui Kegiatan Posyandu di Puksesmas Jatisampurna
Identitas
An. F, 2 tahun
An. J, 2 tahun
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis
terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)1. Kondisi gagal tumbuh pada anak balita
disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang,
dan kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai terutama
dalam 1.000 HPK2. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan menurut
umurnya lebih rendah dari standar nasional yang berlaku. Standar dimaksud terdapat pada
buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya.
Penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka
panjang yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang anak. Stunting
mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Hal ini
berisiko menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak lebih
rentan terhadap penyakit. Anak stunting berisiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di
masa dewasanya. Bahkan, stunting dan berbagai bentuk masalah gizi diperkirakan
berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2018 menemukan 30,8%
mengalami stunting. Walaupun prevalensi stunting menurun dari angka 37,2% pada tahun
2013, namun angka stunting tetap tinggi dan masih ada 2 (dua) provinsi dengan prevalensi di
atas 40% sehingga pencegahan stunting sangat penting untuk dilakukan.
Hari/ tanggal : Jumat, 13 januari 2023
Tempat : Posyandu Rangga Asih
Waktu 09.00-Selesai
Target : An. J, 2 tahun
Kegiatan
Pasien datang ke posyandu rangga asih untuk melakukan pemantauan tubuh kembang rutin di
posyandu. Setelah mendaftar, anak dilakukan pengukuran tinggi badan. Hasil pengukuran kemudian
dicatat.
Hasil Pengukuran :
BB : 9,7 kg
TB : 81cm (<-2SD) : Pendek (Stunted)
Dari hasil pemeriksaan didapatkan tinggi badan / usia anak dibawah -2SD atau termasuk
kategori stunted. Kemudian orang tua diberikan edukasi untuk pencegahan stunting dan gizi
seimbang.
10 Langkah Pencegahan Stunted :
1. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan
2. Pemberian makanan tambahan ibu hamil
3. Pemenuhan gizi
4. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli
5. IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
6. Berikan ASI ekslusif pada bayi hingga usia 6 bulan
7. Berikan makanan pendamping ASI untuk bayi diatas 6 bulan hingga 2 tahun
8. Berikan imunisasi lengkap dan vitamin A
9. Pantau pertumbuhan balita di posyandu terdekat
10. Lakukan perilaku hidup bersih dan sehat
BPPV**
O/
Pemeriksaan Fisik
KU : Cm, TSR
TB : 160cm BB : 54kg
TD : 120/81 N : 74 RR : 20x/m
Status internus dbn
Status Lokalis : Telinga dbn
A/
Diagnosis : Vertigo perifer (BPPV) (H81.10)
Diagnosis banding : Vertigo sentral (H81.4)
Meniere disease (H81.0)
P/
Betahistin mesilate 3x1
Domperidon 3x1
Edukasi :
1. Menjelaskan kepada pasien terkait dengan penyakinya. Karena gejala yang timbul hebat,
pasien menjadi cemas dan khawatir. Oleh karena itu, pasien perlu diberikan penjelasan bahwa
BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan prognosisnya baik serta hilang spontan setelah
beberapa waktu, namun kadang-kadang dapat berlangsung lama dan dapat kambuh kembali.
2. Mengajarkan pasien manuver untuk vertigo dirumah (brand daroff)
Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung, dengan kedua
mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik.
Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan
selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam
hari masing-masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan
latihan pagi dan sore hari.
Anamnesis :
- Pusing berputar timbul mendadak ketika bangun tidur
- Disertai mual
- Pusing dipengaruhi oleh posisi
Diagnosis :
Vertigo perifer (BPPV) (H81.10)
Diagnosis banding : Vertigo sentral (H81.4)
Meniere disease (H81.0)
Tatalaksana :
Betahistin mesilate 3x1
Domperidon 3x1
Anak bapil
S/
An. A, 2 tahun 3 bulan
Keluhan utama : Batuk
Pasien datang ke puskesmas jatisampurna dibawa oleh ibunya dengan keluhan batuk. Keadaan umum
pasien baik, tidak terdapat tanda bahaya umum, anak masih bisa minum, tidak terdapat kejang,
sesak/sukar bernapas, pucat dan kebiruan.
Batuk dirasakan sejak tadi malam. Suara napas tambahan disangkal, tidak terdapat napas cepat dan
tarikan pada dinding dada pasien. Keluhan lain seperti diare dan masalah telinga disangkal. Pasien
juga dikeluhakan mengalami adanya demam, dan pilek sejak tadi malam. Riwayat bepergian ke
daerah endemis malaria dalam 2 minggu terakhir disangkal. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya
tidak sakit campak dalam 3 bulan ini, tidak terdapat ruam kemerahan di badan, dan mata merah.
Demam dirasakan muncul setelah anaknya tertular kakaknya yang sakit satu hari sebelumnya dan
tidak terlalu tinggi. Pasien dikatakan sempat rewel karena keluhannya. Keluhan lain seperti mual,
muntah, nyeri perut, mimisan, gangguan bak dan bab disangkal oleh ibu pasien.
Pasien dikatakan beberapa kali mengalami keluhan serupa namun selalu membaik dengan pengobatan
di puskesmas. Riwayat keluhan serupa pada anggota keluarga yakni kakak korban namun sudah
membaik.
Pasien merupakan anak kedua. Selama kehamilan ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan ke bidan.
Ketika hamil ibu pasien pernah melakukan pemeriksaan HIV dengan hasil negatif.
Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap. Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai usia.
Pasien saat ini mengonsumsi makanan keluarga, dan susu yang diberikan 2 kali sehari.
O/
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Compos mentis, TSR
Tanda Vital :
TD : -
Nadi : 100 x / menit
Respirasi : 28x / menit
Suhu : 37,6 ˚ C
SpO2 : 98% air room
CRT : < 2 detik
Antropometri :
BB : 12 kg
TB : 89 cm
LK : 49 cm
Lila : 14 cm
Status gizi:
BB/U : normal
TB/U : normal
BB/PB : normal
LK/U : normal
Status Generalis :
Kepala : Bulat, UUB datar, normosepali
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Pernapasan cuping hidung tidak ada, sekret ada
Mulut : kebiruan mulut dan sekitar mulut tidak ada
Leher : KGB tidak membesar
Thorax :
Bentuk dan gerak simetris, tidak ada retraksi dan deformitas
ronki, wheezing, dan crackles tidak ada
Abdomen: dbn
Ekstremitas : dbn
A/
Klasifikasi MTBS : Batuk Bukan Pneumonia
Diagnosis : ISPA (J06)
Diagnosis banding :
Pneumonia J12
Asma J45
P/
Parasetamol 4
CTM 4
GG 4
S mf pulv no. X
S 3.d.d pulvI prn
Edukasi :
- Makanan dan susu diteruskan
- Apabila panas dapat dilakukan kompres hangat
- Apabila batuk tidak membaik, kunjungan ulang 5 hari kemudian
GERD
Tn. P, 29 tahun
S/
Pasien datang ke poli umum dengan keluhan utama adanya rasa panas / terbakar di daerah dada.
Pasien mengatakan dalam 1 minggu ini, keluhan sudah dirasakan selama 2-3 hari. Keluhan ini juga
disertai dengan rasa tidak nyaman pada tenggorokan yang membuat pasien sering berdeham. Pasien
juga sering merasakan mulutnya terasa pahit/asam dan nyeri pada ulu hati yang sudah dirasakan
selama 2-3 hari dalam minggu ini. Keluhan ini terutama muncul pada malam hari atau ketika pasien
makan dalam jumlah yang banyak. Hal ini terkadang membuat pasien kesulitan tidur. Kesulitan tidur
ini baru dirasakan sejak kemarin. Keluhan diperberat apabila pasien terlambat makan, mengonsumsi
teh, makan pedas maupun asam. Keluhan muncul saat makan makanan berlemak disangkal. Pasien
mengatakan mulai merasakan mual hari ini. Riwayat berobat ataupun konsumsi obat-obatan yang
dibeli sendiri disangkal oleh pasien.
O/
Ku : TSR, CM
TTV : TD 127/92. N : 88, RR : 18
BB : 65 TB 170 LP 90
Status internus : tonsil dan faring dbn. Lainnya dbn
A/ :
Gastroesofagel reflux disease
P/ :
Omeprazol 20 mg 1x1 ac
Antasida doen 3x1 ac
Edukasi
1. Modifikasi gaya hidup, kurangi berat badan
2. Hindari makan pedas, asam, teh/kopi
3. Tidur 2-4 jam setelah makan
4. Makan porsi kecil dan hindari lemak
5. Jadwal makan yang teratur
Anamnesis
- Rasa panas/terbakar di dada (2-3 hari dalam 7 hari terakhir, gerdQ skor 2)
- Nyeri ulu hati (2-3 hari dalam 7 hari terakhir, gerdQ skor 1)
- Rasa pahit dan tidak nyaman di tenggorokan (2-3 hari dalam 7 hari terakhir, gerdQ skor 2)
- Kesulitan tidur di malam hari (1 hari dalam 7 hari, gerdQ skor 1)
- Mual (1 hari dalam 7 hari, gerdQ skor 2)
Pemeriksaan Fisik
- GerdQ skor : 8
Diagnosis : GERD
Tatalaksana : Omeprazol 1x1, antasida 3x1
OE
Ny. O, 32 tahun
S/
Keluhan utama : nyeri telinga kanan
Keluhan nyeri telinga kanan ini dirasakan oleh pasien sejak 1 hari yang lalu. Keluhan nyeri ini
terutama dirasakan saat pasien mengunyah/ buka mulut. Pasien juga mengatakan sempat meriang,
namun saat ini sudah membaik. Keluhan lain seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan disangkal oleh
pasien. Pasien menyangkal adanya gatal, telinga berdenging, dan penurunan pendengaran. Benjolan
ditelinga maupun dibelakang telinga disangkal. Keluhan pusing juga disangkal oleh pasien. Pasien
mengatakan sering mengorek-ngorek telinga dengan menggunakan cotton bud terutama setelah
mandi. Riwayat suka berenang/telinga kemasukan air disangkal oleh pasien. Riwayat keluhan serupa
sebelumnya disangkal. Riwayat alergi disangkal oleh pasien.
O/
Pemeriksaan Fisik
TD : 114/92. N:104. RR: 20
BB : 75 TB : 158 LP 100
Status lokalis
Telinga :
Nyeri tekan tragus (+/-)
Liang telinga : hiperemis (+/-)
edema (-/-)
Sekret (-/-) serumen (-/-)
MT : intak (+/+) refleks cahaya (+/+)
Pembesaran KGB (-/-)
Status internus lain dbn
A/
Diagnosis : Otitis Eksterna Auricularis Dekstra (H60.9)
DD : Otomikosis (B36.9)
OMA (H66.9)
P/
Ibuprofen 2x400mg prn
Gentamisin tetes telinga 3x2 tetes
Edukasi :
1. Tidak mengorek telinga baik dengan cotton bud atau alat lainnya
2. Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang
3. Penyakit dapat berulang sehingga harus menjaga liang telinga agar dalam kondisi kering dan tidak
lembab
Anamnesis
- nyeri telinga kanan
- nyeri terutama saat makan/buka mulut
- riwayat mengorek telinga dengan cotton bud
Pemeriksaan fisik :
Nyeri tekan tragus (+/-)
Liang telinga : hiperemis (+/-)
Ny. T 37 tahun
-Apabila lupa, minum pil yang terlupa begitu ingat, dan lanjutkan jadwal berikutnya
seperti biasa. Kamu mungkin akan butuh minum 2 pil dalam waktu bersamaan atau hari
yang sama.
- Bila terlambat tiga jam makan pil, maka daya lindung pil hilang. Lanjutkan makan pil,
tetapi jangan lakukan hubungan seksual selama tujuh hari berikutnya atau gunakan
kondom.
- Jika berhubungan seksual dalam lima hari terakhir, gunakan pil KB darurat.
- Jika muntah dalam dua jam setelah minum pil, perlu minum pil yang lain dari paket
secepatnya. Lalu, lanjutkan pil seperti biasa.
Efek samping yang mungkin muncul :
mual, nyeri payudara, sakit kepala, pendarahan dalam menstruasi, kenaikan berat badan, bercak hitam
pada wajah.
Judul : Pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD di Poli KIA Puskesmas
Jatisampurna
Latar belakanng :
Alat kontrasepsi yang dipasang dalam Rahim (AKDR) dengan menjepit kedua saluran yang
menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik polietilena,
ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Menurut
tambahan obat atau metal dibagi menjadi medicated intrauterine device (IUD), misalnya Cu-T-200,
220, 300, 380A; Cu-7, Nova-T, ML-Cu 250, 375, selain itu ada Copper-T, Copper-7, Multi Load, dan
Lippes Load. AKDR hormonal ada dua jenis yaitu Progestasert-T dan LNG-20 (Setyaningrum, 2016).
Jenis AKDR Cu T-380A adalah jenis AKDR yang beredar di Indonesia. AKDR jenis ini memiliki
bentuk yang kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat
halus yang terbuat dari tembaga (Cu) (Setyaningrum, 2016).
Cara kerja AKDR yaitu mencegah sperma dan ovum bertemu dengan mempengaruhi
kemampuan sperma agar tidak mampu fertilisasi, mempengaruhi implantasi sebelum ovum mencapai
kavum uteri, dan menghalangi implantasi embrio pada endometrium (Rusmini dkk, 2017). AKDR
mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi inflamasi steril, toksik buat
sperma sehingga tidak mampu untuk fertilisasi (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Alat kontrasepsi dalam rahim dapat dipasang setiap waktu dalam siklus haid/menstruasi, yang
dapat dipastikan klien tidak hamil dalam hari pertama sampai ke-7 siklus haid. Segera setelah
persalinan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan. Setelah menderita abortus
(segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi, dan selama 1 sampai 5 hari setelah
senggama yang tidak terlindungi (Affandi, 2011). Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat
dipasang dalam beberapa waktu diantaranya selama siklus menstruasi. Pada saat tersebut pemasangan
akan mudah karena canalis servisis sedikit melebar dan kemungkinan terjadi kehamilan sangat kecil,
rasa nyeri kurang dan perdarahan tidak begitu banyak. AKDR juga dapat dipasang pasca persalinan.
AKDR pasca persalinan dibagi menjadi tiga waktu yakni secara dini dimana pemasangan AKDR
dilakukan sebelum ibu dipulangkan dari rumah sakit, secara langsung yaitu pemasangan dilakukan
setelah lebih dari 3 bulan setelah ibu dipulangkan, dan secara tidak langsung yaitu pemasangan
dilakukan lebih dari 3 bulan pasca persalinan atau pasca keguguran (Sofian, 2012)
Gambaran Pelaksanaan :
Hari/tanggal : Selasa, 17 Januari 2023
Waktu : 08.00 s/d selesai
Tempat : Poli KIA Puskesmas Debong Lor
Peserta : Ny.T usia 42 tahun
Kegiataan :
Data pelaksanaan : Ny. K datang ke Poli KIA puskesmas Jatisampurna untuk melakukan Pemasangan
IUD. Kemudian dilakukan anamnesa terkait jumlah anak, keluhan saat menstruasi, riwayat penyakit
lain. Didapatkan semua dalam batas normal. Kemudian dilakukan Pemeriksaan Tanda-tanda vital
didapatkan hasil RR 20 x /mnt, HR : 70 x/mnt, TD 130/80 mmHG dan T 36. Kemudian dilakukan
pemasangan IUD
1. Pastikan ruangan dengan penerangan cukup dan privasi pasien tetap terjaga. Cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir, keringkan tangan dengan kain bersih. Kemudian, pakai sarung tangan steril
3. Anjurkan pasien untuk kencing dan membersihkan alat kelamin. Kemudian, atur posisi pasien
litotomi
6. Bersihkan atau usap vagina dan serviks dengan kasa steril yang diberi larutan antiseptik
8. Masukkan sonde uterus secara hati-hati ke dalam uterus (sekali masuk) tanpa menyentuh dinding
vagina atau spekulum. Tentukan kedalaman uterus dan posisi uterus
9. Keluarkan sonde dan ukur kedalaman uterus pada tabung inserter yang masih berada dalam kemasan
sterilnya dengan menggeser leher biru tabung inserter, kemudian buka seluruh plastik penutup
kemasan
10. Pegang tabung inserter dengan leher biru dalam posisi horisontal (sejajar lengan IUD). Lakukan
tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan inserter sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai
terasa ada tahanan
11. Lepaskan lengan IUD dengan menarik keluar tabung inserter dengan tetap menahan pendorong
12. Keluarkan pendorong IUD dan tabung inserter didorong kembali ke serviks secara hati-hati sampai
batas leher biru
13. Keluarkan sebagian benang IUD kurang lebih 3-4 cm dari tabung inserter kemudian digunting
14. Keluarkan seluruh tabung inserter
15. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, pastikan tidak ada perdarahan pada tempat bekas penjepitan
tenakulum. Jika ada perdarahan, tekan dengan kasa steril yang diberi povidone iodine selama 30-60
detik
17. Rendam tenakulum dan spekulum yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
untuk tindakan dekontaminasi
18. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan) ke tempat sampah
terkontaminasi
19. Cuci tangan dengan air mengalir memakai sabun dan keringkan
20. Evaluasi selama 15 menit dan pastikan pasien tidak mengalami kram hebat
Edukasi : pasien mungkin akan mengalami mules dan tidak nyaman diperut terutama sampai 2-3 hari,
ketika nyeri pasien dapat minum obat Pereda nyeri. pasien datang untuk kontrol kembali minggu
depan, jika ada tanda nyeri hebat, perdarahan masif, keluar keputihan berbau, dan demam segera
datang ke puskesmas.
Cacar
Surveilans campak
Penyakit campak adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak dari famili
Paramixovirus, genus Morbilivius. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan
konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Campak biasanya
menyerang anak berusia 5-10 tahun yang belum pernah mendapatkan imunisasi. Di Indonesia
penyakit campak masih menjadi masalah, karena berdasarkan data jumlah penderita sampai saat ini
masih tinggi. Salah satu program pemerintah untuk memberantas kasus campak yaitu melalui kegiatan
surveilans epidemiologi yang bertujuan untuk memantau kemajuan kegiatan pemberantasan campak.
Sehingga kasus campak yang ada dimasyarakat dapat ditekan. S
Hasil pelaksanaan surveilans campak dapat menjadi penentuan intervensi terutama bagi pelaksanaan
imunisasi. Membangun komunikasi antar petugas surveilans dinas kesehatan dan rumah sakit baik
umum maupun swasta dalam pelaporan kasus campak yang ditangani RS. Disamping itu juga menjadi
sumber informasi mengenaistatus kesehatan masyarakat bagi pihak kelurahan atau kecamatan sebagai
pembuat kebijakan dan pengambilan keputusan bagi masyarakat di lingkungannya, mengingat
campak adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi
dan balita.
Gambaran pelaksaaan
Hari/tanggal : Selasa, 17 Januari 2023
Waktu : 13.00 s/d selesai
Tempat : Jatiraden
Peserta : Balita Campak di jati raden
Pasien an. M datang ke puskesmas jatisampurna dengan keluhan demam dengan ruam sejak 5 hari
yang lalu. Keluhan disertai dengan batuk pilek serta mata merah. Riwayat vaksinasi campak
disangkal. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis mengalami campak. Orang tua
pasien mengatakan keluhan campak ini juga di alami oleh balita serumah dan tetangga dekat rumah.
Terkait hal ini dilakukan kegiatan PE (penyelidikan epidemiologi) melalui kegiatan surveilans
campak ke rumah pasien untuk dilakukan pencatatan pelaporan dan pengambilan sampel darah.
Kegiatan surveilans campak
1. Melakukan penyelidikan epidemiologi bagi populasi berisiko
2. Setiap kasus campak dicatat dalam form C1 (individual report)
3. Setiap kasus dicatat umur, status imunisasi, status gizi, alamat, gejala, tanggal sakit dll
4. Status imunisasi dapat menjadi acuan/masukan kepada pemegang program imunisasi
5. Dilakukan pengambilan darah vena untuk dilakukan tes serologi campak untuk penegakan
diagnosis
6. Lakukan pelaporan kasus kepada dinas kesehatan
7. Penyebarluasan informasi dan Umpan balik
8. Penatalaksanaaan kasus
Dengan pemberian vitamin A pada pasien campak
Judul : Monitoring tumbuh kembang anak di puskesmas jatisampurna
Latar Belakang :
Tumbuh kembang anak merupakan salah satu aspek penting untuk pembentukan karakter dan
kepribadian seseorang dan peningkatan kesehatan dan kualitas hidup anak. Pada fase perkembangan
anak terdapat istilah “Golden Age” ialah merupakan fase emas atau fase penting terhadap anak pada
usia 0-6 tahun dimana mereka mengalami percepatan perkembangan hingga 80%. Oleh karena itu
pertumbuhan dan perkembangan ini perlu di pantau dengan baik. Pemantauan pertumbuhan anak
merupakan alat untuk mengetahui status gizi anak balita. Salah satu status gizi balita yang mudah
diketahui masyarakat yaitu dengan adanya garis merah di Kartu menuju Sehat (KMS) Balita.
Untuk mewujudkan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan di Indonesia, dibutuhkan keaktifan
peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sarana prasarana seperti pelaksanaan
posyandu. Di posyandu anak anak balita dan ibu-ibunya berkumpul, mereka diperiksa kesehatannya,
ditimbang badannya, diberi makanan tambahan dan diimunisasi sesuai dengan tingkat usianya.
Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat, Posyandu sebagai wadah peran serta
masyarakat, yang menyelenggarakan kegiatan meliputi keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak,
imunisasi, penanggulangan diare dan pendidikan gizi masyarakat.
Gambaran Pelaksanaan :
Hari/tanggal: Sabtu/ 21 Januari 2023
Waktu: 08.30 s/d selesai
Tempat: Posyandu Dahlia II
Peserta : An. A, 7 bulan
Kegiatan :
Pasien datang ke posyandu untuk dilakukan pemantauan tumbuh kembang secara rutin setiap
bulannya.
Setelah melakukan pendaftaran, dilakukan pengukuran bb, tb, lk, dan lila pada pasien.
Hasil pengukuran :
BB : 6,7 kg
PB : 72 cm
LK : 41 cm
Lila : 13 cm
Kemudian dilakukan plotting pada kurva didapatkan
Status gizi:
BB/U : normal
TB/U : normal
BB/PB : normal
LK/U : normal
Pertumbuhan pasien baik. Pasien mengalami kenaikan berat badan jika dibandingkan bulan
sebelumnya. ibu diberikan apresiasi, dan didorong untuk dapat mempertahankan pemberian asi dan
mpasi yang cukup untuk bayi nya. Sehingga, pertumbuhan bayi baik setiap bulannya.
Pemantauan perkembangan bayi dengan SDIDTK. Dilakukan pemantauan perkembangan bayi 6-9
bulan.
Hasil perkembangan :
Pasien saat ini sudah bisa duduk, merangkak, bangun dari tempat tidur, dan mulai belajar berdiri
dengan bantuan. Pasien juga dapat memindahkan benda dari tangan yang satu ke yang lain. Pasien
juga dapat memungut benda kecil disekitarnya. Pasien baru bisa bicara 1 suku kata. “ma” atau “ba”.
Pasien senang bermain ciluk ba, sudah dapat memegang makanan sendiri, dan dapat bertepuk tangan.
Pendengaran dan penglihatan dikesankan ibu dalam batas normal.
Perkembangan pasien pasien sesuai usia. Ibu pasien diberikan apresiasi, dan diminta untuk
melanjutkan stimulasi sesuai usia.
Pasien kemudian dijadwalkan untuk pemantauan pertumbuhan perkembangan di posyandu kembali
bulan depan. Dan pemberian kapsul vitamin A pada bulan februari. Serta didorong untuk
melaksanakan imunisasi campak pada usia 9 bulan.
6-9 bulan
Judul : Monitoring tumbuh kembang anak di puskesmas jatisampurna
Latar Belakang :
Tumbuh kembang anak merupakan salah satu aspek penting untuk pembentukan karakter dan
kepribadian seseorang dan peningkatan kesehatan dan kualitas hidup anak. Pada fase perkembangan
anak terdapat istilah “Golden Age” ialah merupakan fase emas atau fase penting terhadap anak pada
usia 0-6 tahun dimana mereka mengalami percepatan perkembangan hingga 80%. Oleh karena itu
pertumbuhan dan perkembangan ini perlu di pantau dengan baik. Pemantauan pertumbuhan anak
merupakan alat untuk mengetahui status gizi anak balita. Salah satu status gizi balita yang mudah
diketahui masyarakat yaitu dengan adanya garis merah di Kartu menuju Sehat (KMS) Balita.
Untuk mewujudkan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan di Indonesia, dibutuhkan keaktifan
peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sarana prasarana seperti pelaksanaan
posyandu. Di posyandu anak anak balita dan ibu-ibunya berkumpul, mereka diperiksa kesehatannya,
ditimbang badannya, diberi makanan tambahan dan diimunisasi sesuai dengan tingkat usianya.
Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat, Posyandu sebagai wadah peran serta
masyarakat, yang menyelenggarakan kegiatan meliputi keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak,
imunisasi, penanggulangan diare dan pendidikan gizi masyarakat.
Gambaran Pelaksanaan :
Hari/tanggal: Sabtu/ 21 Januari 2023
Waktu: 08.30 s/d selesai
Tempat: Posyandu Dahlia II
Peserta : An. A, 7 bulan
Kegiatan :
Pasien datang ke posyandu untuk dilakukan pemantauan tumbuh kembang secara rutin setiap
bulannya.
Setelah melakukan pendaftaran, dilakukan pengukuran bb, tb, lk, dan lila pada pasien.
Hasil pengukuran :
BB : 6,7 kg
PB : 72 cm
LK : 41 cm
Lila : 13 cm
Kemudian dilakukan plotting pada kurva didapatkan
Status gizi:
BB/U : normal
TB/U : normal
BB/PB : normal
LK/U : normal
Pertumbuhan pasien baik. Pasien mengalami kenaikan berat badan jika dibandingkan bulan
sebelumnya. ibu diberikan apresiasi, dan didorong untuk dapat mempertahankan pemberian asi dan
mpasi yang cukup untuk bayi nya. Sehingga, pertumbuhan bayi baik setiap bulannya.
Pemantauan perkembangan bayi dengan SDIDTK. Dilakukan pemantauan perkembangan bayi 6-9
bulan.
Hasil perkembangan :
Pasien saat ini sudah bisa duduk, merangkak, bangun dari tempat tidur, dan mulai belajar berdiri
dengan bantuan. Pasien juga dapat memindahkan benda dari tangan yang satu ke yang lain. Pasien
juga dapat memungut benda kecil disekitarnya. Pasien baru bisa bicara 1 suku kata. “ma” atau “ba”.
Pasien senang bermain ciluk ba, sudah dapat memegang makanan sendiri, dan dapat bertepuk tangan.
Pendengaran dan penglihatan dikesankan ibu dalam batas normal.
Perkembangan pasien pasien sesuai usia. Ibu pasien diberikan apresiasi, dan diminta untuk
melanjutkan stimulasi sesuai usia.
Pasien kemudian dijadwalkan untuk pemantauan pertumbuhan perkembangan di posyandu kembali
bulan depan. Dan pemberian kapsul vitamin A pada bulan februari. Serta didorong untuk
melaksanakan imunisasi campak pada usia 9 bulan.
0-3 bulan
Judul : Monitoring tumbuh kembang anak di puskesmas jatisampurna
Latar Belakang :
Tumbuh kembang anak merupakan salah satu aspek penting untuk pembentukan karakter dan
kepribadian seseorang dan peningkatan kesehatan dan kualitas hidup anak. Pada fase perkembangan
anak terdapat istilah “Golden Age” ialah merupakan fase emas atau fase penting terhadap anak pada
usia 0-6 tahun dimana mereka mengalami percepatan perkembangan hingga 80%. Oleh karena itu
pertumbuhan dan perkembangan ini perlu di pantau dengan baik. Pemantauan pertumbuhan anak
merupakan alat untuk mengetahui status gizi anak balita. Salah satu status gizi balita yang mudah
diketahui masyarakat yaitu dengan adanya garis merah di Kartu menuju Sehat (KMS) Balita.
Untuk mewujudkan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan di Indonesia, dibutuhkan keaktifan
peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sarana prasarana seperti pelaksanaan
posyandu. Di posyandu anak anak balita dan ibu-ibunya berkumpul, mereka diperiksa kesehatannya,
ditimbang badannya, diberi makanan tambahan dan diimunisasi sesuai dengan tingkat usianya.
Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat, Posyandu sebagai wadah peran serta
masyarakat, yang menyelenggarakan kegiatan meliputi keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak,
imunisasi, penanggulangan diare dan pendidikan gizi masyarakat.
Gambaran Pelaksanaan :
Hari/tanggal: Sabtu/ 21 Januari 2023
Waktu: 08.30 s/d selesai
Tempat: Posyandu Dahlia II
Peserta : An. S, 1 bulan
Kegiatan :
Pasien datang ke posyandu untuk dilakukan pemantauan tumbuh kembang secara rutin setiap
bulannya.
Setelah melakukan pendaftaran, dilakukan pengukuran bb, tb, lk, dan lila pada pasien.
Antropometri :
BB : 3 kg
PB : 47 cm
LK : 33 cm
Lila : 11,5 cm
Status gizi:
BB/U : normal
TB/U : normal
BB/PB : normal
LK/U : normal
Pertumbuhan pasien baik. ibu diberikan apresiasi, dan didorong untuk dapat mempertahankan
pemberian asi ekslusif untuk bayi nya. Sehingga, pertumbuhan bayi baik setiap bulannya.
Pemantauan perkembangan bayi dengan SDIDTK. Dilakukan pemantauan perkembangan bayi 0-3
bulan.
Hasil perkembangan :
Pasien saat ini sudah dapat mengangkat kepala 45 deraja. Pasien sudah mulai mengenali ibu dan bisa
melihat wajah ibu nya dan menggerakkan kepala mengikuti ibu. Pasien sudah bisa tertawa jika diajak
berbicara/main. Pasien sudah mulai mengoceh dan tersenyum jika diajak bicara.
Perkembangan pasien pasien sesuai usia. Ibu pasien diberikan apresiasi, dan diminta untuk
melanjutkan stimulasi sesuai usia.
Pasien kemudian dijadwalkan untuk pemantauan pertumbuhan di posyandu bulan depan, dan deteksi
perkembangan usia 3 bulan. Pasien juga dijadwalkan untuk mendapatkan vaksinasi usia 2 bulan yakni
vaksinasi DPT-HB-Hib, polio 2, dan PCV 1.
An. R laki2 2 tahun 4 bulan. 28 bula
Judul : Monitoring tumbuh kembang anak di puskesmas jatisampurna
Latar Belakang :
Tumbuh kembang anak merupakan salah satu aspek penting untuk pembentukan karakter dan
kepribadian seseorang dan peningkatan kesehatan dan kualitas hidup anak. Pada fase perkembangan
anak terdapat istilah “Golden Age” ialah merupakan fase emas atau fase penting terhadap anak pada
usia 0-6 tahun dimana mereka mengalami percepatan perkembangan hingga 80%. Oleh karena itu
pertumbuhan dan perkembangan ini perlu di pantau dengan baik. Pemantauan pertumbuhan anak
merupakan alat untuk mengetahui status gizi anak balita. Salah satu status gizi balita yang mudah
diketahui masyarakat yaitu dengan adanya garis merah di Kartu menuju Sehat (KMS) Balita.
Untuk mewujudkan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan di Indonesia, dibutuhkan keaktifan
peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sarana prasarana seperti pelaksanaan
posyandu. Di posyandu anak anak balita dan ibu-ibunya berkumpul, mereka diperiksa kesehatannya,
ditimbang badannya, diberi makanan tambahan dan diimunisasi sesuai dengan tingkat usianya.
Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat, Posyandu sebagai wadah peran serta
masyarakat, yang menyelenggarakan kegiatan meliputi keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak,
imunisasi, penanggulangan diare dan pendidikan gizi masyarakat.
Gambaran Pelaksanaan :
Hari/tanggal: Sabtu/ 21 Januari 2023
Waktu: 08.30 s/d selesai
Tempat: Posyandu Dahlia II
Peserta : An. R, 28 bulan
Kegiatan :
Pasien datang ke posyandu untuk dilakukan pemantauan tumbuh kembang secara rutin setiap
bulannya.
Setelah melakukan pendaftaran, dilakukan pengukuran bb, tb, lk, dan lila pada pasien.
Hasil pengukuran :
BB : 11 kg
PB : 88 cm
LK : 44 cm
Lila : 13 cm
Status gizi:
BB/U : normal
TB/U : normal
BB/PB : normal
LK/U : normal
Pertumbuhan pasien baik. Pasien mengalami kenaikan berat badan jika dibandingkan bulan
sebelumnya. ibu diberikan apresiasi, dan didorong untuk dapat mempertahankan pemberian makanan
dengan gizi seimbang sehingga berat badan dan tinggi badan mengalami kenaikan setiap bulannya.
Pemantauan perkembangan bayi dengan SDIDTK. Dilakukan pemantauan perkembangan bayi 2-3
tahun.
Hasil pemantauan perkembangan
Anak saat ini sudah dapat berjalan, berlari dan naik tangga sendiri. Pasien senang menendang dan
bermain bola. Pasien dikatakan juga sudah dapat melepaskan celananya sendiri. Selain itu, pasien
sudah dapat diajak berkomunikasi, walau belum dapat berbicara dalam kalimat, namun sudah bisa
berbicara berupa kata-kata yang jelas dan mempunyai makna.
Anak sudah dapat mencoret-coret kertas. Anak pasien juga sudah dapat menunjuk kepala, gigi, lidah,
sepatu, baju dll. Anak sudah dapat memegang sendok, dan belajar makan sendiri.
Perkembangan pasien pasien sesuai usia. Ibu pasien diberikan apresiasi, dan diminta untuk
melanjutkan stimulasi sesuai usia.
Pasien dijadwalkan melakukan pemantauan pertumbuhan di posyandu setiap bulannya, dan
pemantauan perkembangan lagi pada usia 30 dan 36 bulan dan Pemberian vitamin A pada bulan
februari
Anak diingatkan untuk melakukan perawatan gigi dengan sikat gigi. Dan selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan dan bermain.
12-18 bulan
Judul : Monitoring tumbuh kembang anak di puskesmas jatisampurna
Latar Belakang :
Tumbuh kembang anak merupakan salah satu aspek penting untuk pembentukan karakter dan
kepribadian seseorang dan peningkatan kesehatan dan kualitas hidup anak. Pada fase perkembangan
anak terdapat istilah “Golden Age” ialah merupakan fase emas atau fase penting terhadap anak pada
usia 0-6 tahun dimana mereka mengalami percepatan perkembangan hingga 80%. Oleh karena itu
pertumbuhan dan perkembangan ini perlu di pantau dengan baik. Pemantauan pertumbuhan anak
merupakan alat untuk mengetahui status gizi anak balita. Salah satu status gizi balita yang mudah
diketahui masyarakat yaitu dengan adanya garis merah di Kartu menuju Sehat (KMS) Balita.
Untuk mewujudkan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan di Indonesia, dibutuhkan keaktifan
peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sarana prasarana seperti pelaksanaan
posyandu. Di posyandu anak anak balita dan ibu-ibunya berkumpul, mereka diperiksa kesehatannya,
ditimbang badannya, diberi makanan tambahan dan diimunisasi sesuai dengan tingkat usianya.
Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat, Posyandu sebagai wadah peran serta
masyarakat, yang menyelenggarakan kegiatan meliputi keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak,
imunisasi, penanggulangan diare dan pendidikan gizi masyarakat.
Gambaran Pelaksanaan :
Hari/tanggal: Sabtu/ 21 Januari 2023
Waktu: 08.30 s/d selesai
Tempat: Posyandu Dahlia II
Peserta : An. S, 15 bulan
Kegiatan :
Pasien datang ke posyandu untuk dilakukan pemantauan tumbuh kembang secara rutin setiap
bulannya.
Setelah melakukan pendaftaran, dilakukan pengukuran bb, tb, lk, dan lila pada pasien.
Hasil pengukuran :
An. R, 15 bulan
BB : 8,5 kg
PB : 76 cm
LK : 44 cm
Lila : 13,5 cm
Status gizi:
BB/U : normal
TB/U : normal
BB/PB : normal
LK/U : normal
Pertumbuhan pasien baik. Pasien mengalami kenaikan berat badan jika dibandingkan bulan
sebelumnya. ibu diberikan apresiasi, dan didorong untuk dapat mempertahankan pemberian makanan
dengan gizi seimbang sehingga berat badan dan tinggi badan mengalami kenaikan setiap bulannya.
Pemantauan perkembangan bayi dengan SDIDTK. Dilakukan pemantauan perkembangan bayi 12-18
bulan.
Hasil pemantauan perkembangan
Anak saat ini sudah dapat berdiri dan berjalan. Anak sudah dapat memanggil mama dan papa. Anak
sudah dapat memperlihatkan rasa cemburu jika ibunya menggendong bayi lain. Anak senang bermain
kotak dan menumpuk numpuk mainan. Anak sudah dapat merengek meminta sesuatu. Anak sudah
dapat merapikan mainan dengan memasukan pada tempatnya.
Perkembangan pasien pasien sesuai usia. Ibu pasien diberikan apresiasi, dan diminta untuk
melanjutkan stimulasi sesuai usia.
Pasien dijadwalkan melakukan pemantauan pertumbuhan di posyandu setiap bulannya, dan
pemantauan perkembangan lagi pada usia 18 bulan dan Pemberian vitamin A pada bulan februari.
Pasien juga didroong untuk mendapatkan vaksinasi lanjutan usia 18 bulan DPT-hepb -hib dan MR
lanjutan.
3-4 tahun
Judul : Monitoring tumbuh kembang anak di puskesmas jatisampurna
Latar Belakang :
Tumbuh kembang anak merupakan salah satu aspek penting untuk pembentukan karakter dan
kepribadian seseorang dan peningkatan kesehatan dan kualitas hidup anak. Pada fase perkembangan
anak terdapat istilah “Golden Age” ialah merupakan fase emas atau fase penting terhadap anak pada
usia 0-6 tahun dimana mereka mengalami percepatan perkembangan hingga 80%. Oleh karena itu
pertumbuhan dan perkembangan ini perlu di pantau dengan baik. Pemantauan pertumbuhan anak
merupakan alat untuk mengetahui status gizi anak balita. Salah satu status gizi balita yang mudah
diketahui masyarakat yaitu dengan adanya garis merah di Kartu menuju Sehat (KMS) Balita.
Untuk mewujudkan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan di Indonesia, dibutuhkan keaktifan
peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sarana prasarana seperti pelaksanaan
posyandu. Di posyandu anak anak balita dan ibu-ibunya berkumpul, mereka diperiksa kesehatannya,
ditimbang badannya, diberi makanan tambahan dan diimunisasi sesuai dengan tingkat usianya.
Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat, Posyandu sebagai wadah peran serta
masyarakat, yang menyelenggarakan kegiatan meliputi keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak,
imunisasi, penanggulangan diare dan pendidikan gizi masyarakat.
Gambaran Pelaksanaan :
Hari/tanggal: Sabtu/ 21 Januari 2023
Waktu: 08.30 s/d selesai
Tempat: Posyandu Dahlia II
Peserta : An. M, 39 bulan (3 tahun 3 bulan)
Pasien datang ke posyandu untuk dilakukan pemantauan tumbuh kembang secara rutin setiap
bulannya.
Setelah melakukan pendaftaran, dilakukan pengukuran bb, tb, lk, dan lila pada pasien
BB : 11,2
TB : 80
LL : 14
LK : 49
Status gizi:
BB/U : normal
TB/U : normal
BB/PB : normal
LK/U : normal
Pertumbuhan pasien baik. Pasien mengalami kenaikan berat badan jika dibandingkan bulan
sebelumnya. ibu diberikan apresiasi, dan didorong untuk dapat mempertahankan pemberian makanan
dengan gizi seimbang sehingga berat badan dan tinggi badan mengalami kenaikan setiap bulannya.
Pemantauan perkembangan bayi dengan SDIDTK. Dilakukan pemantauan perkembangan anak 3-4
tahun.
Hasil pemantauan perkembangan
Anak sudah dapat berlari, melompat,bermain keluar Bersama teman. Anak mulai diajarkan sepeda
roda tiga. Anak sudah dapat memakai pakain sendiri dan sepatu sendiri. Anak sudah dapat mengerti
perintah, dan sudah dapat bercerita dan mendengarkan cerita.
Perkembangan pasien pasien sesuai usia. Ibu pasien diberikan apresiasi, dan diminta untuk
melanjutkan stimulasi sesuai usia.
Pasien dijadwalkan melakukan pemantauan pertumbuhan di posyandu setiap bulannya, dan
pemantauan perkembangan lagi pada usia 42 dan 48 bulan dan Pemberian vitamin A pada bulan
februari dan obat cacing.
Anak diingatkan untuk melakukan perawatan gigi dengan sikat gigi. Dan selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan dan bermain.
Kegiatan :
Melakukan pembinaan dan evaluasi kegiatan pokok kader di posyandu.
Kader kesehatan adalah orang yang dipilih masyarakat dan dilatih untuk membantu pelayanan
kesehatan perseorangan maupun masyarakat salah satunya melalui kegiatan posyandu.
Hal ini sudah dilakukan dengan baik oleh para kader. Setiap balita yang datang sudah didata dan
dilakukan pencatatan.
Kader sudah melaksanakan kegiatan pengukuran dengan baik dan benar. Kader dapat menggunakan
alat-alat pengukuran di posyandu dengan benar.
Kader posyandu dahlia juga sudah menanyakan perkembangan anak sesuai usia.
Kader sudah melakukan pencatatan KMS balita yang datang ke posyandu. Kader juga diedukasi untuk
melakukan pengecekan status gizi anak dengan media CAKRAM GIZI untuk membantu menentukan
status gizi anak
Setelah diberikan penjelasan dan edukasi, kader sudah mampu memberikan edukasi nutrisi kepada
orangtua balita. Kader diharapkan mampu memberikan edukasi terutama kepada orangtua dengan
balita gizi kurang atau balita yang tidak naik timbangannya.
Kader sudah melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita secara rutin serta
memberikan edukasi gizi kepada orangtua balita yang diharapkan dapat meningkatkan status gizi
balita di posyandu dahlia II.
Minggu akhir januari
1. An. M, 14 tahun
Keluhan utama : bintil kemerahan berisi air pada hamper seluruh tubuh
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan muncul bintil merah berair pada hampir seluruh tubuh.
Keluhan ini berawal dari pasien mengalami demam sejak 3 hari sebelumnya disertai batuk pilek. Lalu
1 hari yang lalu mulai muncul bercak kemerahan pada bagian dada yang kemudian melenting berisi
air. Bercak berisi air ini kemudian menyebar ke kepala wajah, tangan dan kaki. Pasien juga
mengeluhkan rasa gatal pada bintil tersebut. Riwayat seperti ini sebelumnya disangkal. Riwayat
keluhan serupa diakui dialami juga oleh adik pasien. Kemudian pasien tertular dan mengalami
keluhan serupa. Riwayat sakit tenggorokan, mata merah, mimisan/ perdarahan spontan disangkal.
Riwayat alergi disangkal.
Pemeriksaan fisik
KU : TSR, CM
TTV
TD : 110/80
N : 88
RR : 20
TB : 165 cm
BB ; 55 kg
Status intenus dbn.
Pembesaran kgb (-)
Status lokalis : Tampak macula dan vesikel eritematosa berukuran lenticular, batas tegas, tersebar
pada scalp, fasialis, ekstrimitas superior dan inferior bilateral,abdomen. Dan thorax anterior posterior.
Diagnosis :
Varicela (chickenpox) B01
DD/
Campak B05
HFMD B08
Tatalaksana
Asiklovir 5x800 mg 7 hari
Ibuprofen 2x400 mg
Asiklovir salep 6x1
Cetirizine 1x1 prn
edukasi :
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa:
- Penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dapat sembuh sendiri dengan daya
tahan tubuh yang baik
2. Pasien dapat menularkan virus cacar air kepada orang lain terutama anak-anak yg belum pernah
terkena cacar air, ibu hamil, dan orang-orang dengan sistem imun yang lemah, sehingga sebisa
mungkin pasien dapat mengurangi kontak langsung dengan populasi tesebut.
3. Pasien istirahat cukup, makan-makanan yang bergizi cukup, tetap jaga
kebersihan diri dengan mandi teratur 2 kali sehari.
4. Terdapat kemungkinan timbulnya komplikasi seperti infeksi sekunder oleh karena itu harus
menjaga kebersihan tubuh dan tidak memecahkan bintil2 tersebuts
2. Konjungtivitis
S/
Ny. P, 27 tahun
Keluhan utama : Mata merah
Pasien datang dengan keluhan mata merah sejak 2 hari yang lalu yang terjadi pada kedua matanya.
Mata mengeluarkan cairan berwarna kuning yang dirasakan sedikit lengket terutama ketika bangun
tidur. Keluhan juga disertai dengan rasa gatal dan nyeri. Keluhan bintil/benjolan pada mata disangkal.
Pasien menyatakan tidak adanya penurunan penglihatan, riwayat penggunaan kacamata dan/atau lensa
kontak serta riwayat alergi disangkal. Keluhan belum pernah diobati. Pasien tidak mengeluhkan
adanya demam, batuk, pilek, atau nyeri tenggorokan. Pasien tidak memiliki riwayat asma atau alergi
lainnya. Pasien mengatakan sering memegang dan mengucek-ngucek mata menggunakan tangannya
tanpa dibersihkan terlebih dahulu. Mata terasa mengganjal, berpasir atau kemasukan sesuatu
disangkal oleh pasien.
O/
Pemeriksaan Fisik :
TB : 155, BB : 50
TD : 120/79. N :72 RR 20
KU : CM
Status internus dbn
Status lokalis
Visus ODS dbn
Posisi bola mata ortotropia
Gerakan bola mata baik ke segala arah
Palpebra ODS dbn
Konjuntiva ODS hiperemis (+/+) sekret mukopurulen (+/+) injeksi konjunctiva (+/+)
Kornea, lensa ODS dbn
A/
Diagnosis :
Konjungtivitis (H10)
DD/
Benda asing konjungtiva (T15)
Mata kering (H04.12)
Keratitis (H16)
P/
Kloramfenikol salep mata 3x1
Cetirizine 10 mg 1x1 prn
Edukasi :
1. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan
obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
2. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya
3. Hindari memegang/mengucek-ngucek mata dengan tangan
Anamnesis :
- Mata merah berair warna kuning sedikit lengket
- Mata gatal dan nyeri
- Sering mengucek mata
Pemeriksaan Fisik :
Status lokalis :
Konjuntiva ODS hiperemis (+/+) sekret mukopurulen (+/+) injeksi konjunctiva (+/+)
Diagnosis :
Konjungtivitis (H10)
Tatalaksana :
Chloramfenicol salep mata 3x1
Cetirizine 1x1
3.Bayi Diare
An. L, 2 tahun
Keluahan utama : BAB mencret
Pasien datang ke puskesmas jatisampurna dibawa oleh ibunya dengan keluhan bab mencret.
Keadaan umum pasien baik, tidak terdapat tanda bahaya umum, anak masih bisa minum, tidak
terdapat kejang, sesak/sukar bernapas, pucat dan kebiruan.
Sejak 1 hari SMRS pasien mengalami adanya buang air besar mencret sebanyak 3-4x dalam
sehari. BAB ini berkonsistensi cair berwarna kuning berbau asam, sedikit ampas dengan
jumlah sekali BAB ½ aqua gelas. Keluhan buang air besar mencret ini tanpa disertai darah dan
lendir. Keluhan juga disertai dengan muntah 5 kali perhari berupa susu dan sisa makanan.
Semenjak mencret ini pasien menjadi tampak gelisah, merasa kehausan, nafsu makan sedikit
berkurang namun tidak disertai dengan penurunan berat badan yang signifikan. Selain itu
pasien juga mengalami demam dengan panas badan yang tidak begitu tinggi. Riwayat bepergian
ke daerah endemis malaria dalam 2 minggu terakhir disangkal. Ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya tidak sakit campak dalam 3 bulan ini, tidak terdapat ruam kemerahan di badan, dan mata
merah. Keluhan tidak disertai dengan adanya kejang, perut kembung, batuk, pilek, sesak, nyeri
menelan, kemerahan pada kulit, nyeri telinga, gangguan buang air kecil, dan tidak ada
penurunan kesadaran.
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat keluhan serupa pada
anggota keluarga atau lingkungan di sekitar penderita tidak ada. Terkait keluhannya pasien
belum berobat dan saat ini baru dibawa ke puskesmas. Riwayat alergi makanan atau obat-
obatan pada pasien juga tidak ada.
Pasien merupakan anak kedua. Selama kehamilan ibu pasien tidak pernah sakit dan rutin
melakukan pemeriksaan ke bidan. Ketika hamil ibu pasien pernah melakukan pemeriksaan HIV
dengan hasil negative. Riwayat imunisasi dasar pasien dikatakan lengkap. Saat ini, ibu pasien
tidak mengeluhkan adanya gangguan perkembangan pada pasien. Sehari-hari pasien sudah
dapat berjalan, berlari, dan aktif bermain bersama teman dan kakaknya. Pasien dikatakan
juga sudah dapat melepaskan celananya sendiri. Selain itu, pasien sudah dapat diajak
berkomunikasi, walau belum dapat berbicara dalam kalimat, namun sudah bisa berbicara
berupa kata-kata yang jelas dan mempunyai makna.
Riwayat pasien mengonsumsi makanan pedas, jajan sembarangan, dan makan tidak bersih
sebelum diare disangkal. Perubahan jenis makanan yang dikonsumsi oleh pasien akhir-akhir
ini juga tidak ada. Ibu pasien mengatakan sebelum diare dan muntah, pasien sempat dibawa
jalan-jalan oleh pamannya menggunakan sepeda motor pada malam hari tanpa menggunakan
jaket. Keesokan harinya pasien langsung tidak enak badan, muntah serta diare. Sehingga ibu
pasien curiga anaknya sakit karena masuk angin. Pasien diasuh oleh ibunya sendiri dan
mengaku selalu mencuci tangan saat akan memberi makan pasien. Namun, pasien sendiri
masih sering lupa untuk mencuci tangan sebelum makan. Peralatan makan dan minum dicuci
terlebih dahulu sebelum digunakan menggunakan sabun.
Pemeriksaan Fisik
Klasifikasi MTBS
Diare dehidrasi ringan/sedang
Diagnosis:
Diare
Disentri
P/
Oralit 75 ml/kgBB dalam 3 jam pertama (500cc oralit dalam 3 jam pertama, dilanjutkan 50-100cc
oralit tiap BAB)
Zinc 1x20 mg/hari per oral selama 10 hari
Edukasi :
5. Berikan cairan lebih dari biasanya untuk mencegah dehidras
6. Makanan/Asi tetap diteruskan
7. Bawa ke fasilitas kesehatan bila ditemukan :
Diare bertambah cair
Muntah – muntah
Panas badan
Sangat haus
Tidak mau makan atau minum
Diare berdarah
Kunjungan ulang 2 hari kemudian bila tidak ada perbaikan
8. Pencegahan
- Berikan konsumsi makanan bergizi berupa susu formula dan makanan pendamping
Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur
Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang cukup
Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar
Membuang tinja bayi dengan benar
Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan
Anamnesis
- Buang air besar mencret sebanyak 3-4x dalam sehari.
- BAB berkonsistensi cair berwarna kuning berbau asam, sedikit ampas dengan jumlah sekali BAB ½
aqua gelas
- muntah 5 kali
- gelisah, kehausan
- demam
- Keluar malam dengan motor hari sebelumnya
- Anak jarang cuci tangan
Pemeriksaan fisik
- Mata sedikit cekung
- Mukosa kering
- Turgor kembali lambat
Klasifikasi MTBS
Diare dehidrasi ringan/sedang
Diagnosis:
Diare (A09)
Tatalaksana
Oralit 75cc/kgbb dalam jam pertama dilanjutkan 50-100cc tiap bab
zinc 1x1 tablet selama 10 hari
5. Anak R, 13 tahun
S/
Keluhan utama : gatal
Pasien datang ke Puskesmas Jatisampurna dengan keluhan gatal dan ruam kemerahan pada sela-sela
jari tangan, badan, dan selangkangan sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan gatal terasa hebat
pada malam hari yang membuat pasien kesulitan tidur. Keluhan ini disertai dengan muncul ruam
ruam dan lentingan yang berbekas saat digaruk terutama pada sela-sela jari. Keluhan gatal ini juga
dirasakan oleh teman sekamar pasien. Pasien saat ini tinggal di asrama bersama dengan 7 orang
temannya. Keluhan ini baru pertama kali dialami oleh pasien. Terkait dengan keluhannya pasien
belum berobat. Karena Keluhan gatal ini pasien dibawa ibunya berobat. Riwayat timbul luka/nanah
dari ruam dan bekas garukan disangkal. Pasien mengatakan mandi 2 kali dalam sehari. Riwayat
penggunaan handuk secara bergantian diakui terkadang bergantian dengan temannya. Riwayat
penggunaan pakaian secara bergantian disangkal.
O/
TTV :
TD 100/70 Nadi : 80 RR: 18
TB : 130cm BB: 38 kg
Status internus dbn
Status lokalis : lesi berupa papul kemerahan, serta ekskoriasi pada daerah sela-sela jari kedua tangan,
perut, dan selangkangan.
A/
Skabies (B86)
P/
R/ Scabimite (permetrin krim 5%) No.1
S ue (malam hari)
R/ Cetirizine 10 mg 1 x 1 prn
R/ Amoksilin 500 mg 3x1 untuk infeksi sekunder
Edukasi :
1. Jaga kebersihan, mandi minimal 2 kali sehari
2. Teman asrama pasien disarankan juga untuk berobat.
3. Menjemur kasur pada saat terik matahari
4. Mencuci pakaian, sprei dan handuk dengan air panas
5. Tidak menggunakan handuk dan pakaian secara bergantian
6. Edukasi cara penggunaan permetrin
Obat dioleskan pada malam hari di seluruh tubuh kecuali bagian muka dan rambut, dibiarkan selama
8-12 jam, dan dibilas pada pagi hari dengan mandi. Pemakaian obat kembali dapat dilakukan pada
hari ke-7
7. Apabila terdapat infeksi sekunder, pasien disarankan untuk ke puskesmas kembali untuk pemberian
antibiotik
Anamnesis :
- gatal dan ruam pada sela-sela jari, perut, selangkangan
- Gatal terutama pada malam hari dan membuat kesulitan tidur
- Gatal dirasakan oleh teman pasien
- pasien tinggal di asrama
- Riwayat penggunaan handuk secara bergantian
Pemeriksaan fisik
Status lokalis : lesi berupa papul kemerahan, serta ekskoriasi pada daerah sela-sela jari kedua tangan,
perut, dan selangkangan
- MTBM
Bayi An. A, 1 bulan (12/11/2022)
S/
Keluhan utama : Ruam kemerahan
Pasien datang ke puskesmas jatisampurna dibawa oleh ibunya dengan keluhan ruam kemerahan dan
gatal berbatas tegas pada lipat paha mengikuti bentuk popok sejak 3 hari yang lalu.
Anak tampak aktif. Tidak tampak tanda tanda adanya penyakit sangat berat/infeksi
bakteri/infeksi local.
Tidak terdapat kebiruan, sesak, gangguan pernapasan (suara merintih, napas cepat) gangguan
BAB, muntah, lemas, kembung maupun kejang.
Tidak terdapat tanda infeksi seperti mata bernanah, pusar kemerahan, atau muncul nanah.
Tidak tampak kuning pada badan bayi, tidak ada diare.
Pasien menggunakan popok sekali pakai dan diganti oleh ibu pasien sehari hanya 3 kali. Ibu pasien
mengatakan belakangan ini membawa pasien ketika bekerja sebagai penjual jamu, sehingga terkadang
jarang mengganti popok. Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat alergi dikeluarga
disangkal. Pasien merupakan anak pertama. Selama kehamilan ibu pasien rutin melakukan
pemeriksaan ke bidan. Ketika hamil ibu pasien pernah melakukan pemeriksaan HIV dengan hasil
negatif. Riwayat imunisasi dasar hepatitis B saat lahir, BCG dan polio tetes saat usia 1 bulan lengkap.
Pasien saat ini diberikan asi ekslusif oleh ibunya.
O/
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Compos mentis, TSR
Tanda Vital :
TD : -
Nadi : 132 x / menit
Respirasi : 40x / menit
Suhu : 36,6 ˚ C
SpO2 : 98% air room
CRT : < 2 detik
Antropometri :
BB : 3 kg
PB : 47 cm
LK : 33 cm
Lila : 11,5 cm
Status gizi:
BB/U : normal
TB/U : normal
BB/PB : normal
LK/U : normal
Status Generalis :
Kepala : Bulat, UUB datar, normosepali
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Pernapasan cuping hidung tidak ada, sekret ada
Mulut : kebiruan mulut dan sekitar mulut tidak ada
Leher : KGB tidak membesar
Thorax :
Bentuk dan gerak simetris, tidak ada retraksi dan deformitas
ronki, wheezing, dan crackles tidak ada
Abdomen: dbn
Ekstremitas : dbn
Status lokalis :
Makula dan papula eritematosa serta ekskoriasi berbatas tegas (bentuk mengikuti bentuk popok yang
berkontak)
A/
Diagnosis : Napkin Eczema /Dermatitis popok (diaper Rash) (L22)
Diagnosis banding :
Candidiasis (B37.9)
Eritrasma (L08.1)
P/ Hidrokortison salep 2x1 selama 3-7 hari
Edukasi :
1. Asi ekslusif diteruskan
2. Ganti popok bayi lebih sering, gunakan pelembab sebelum memakaikan popok bayi
3. Dianjurkan pemakaian popok sekali pakai jenis highly absorbent
4. Segera ganti popok apabila basah/sudah penuh
5. Bila gejala tidak menghilang setelah pengobatan standar selama 1 minggu, pasien control
kembali dan pengobatan dapat diulang 7 hari lagi
6. Bila curiga terdapat infeksi jamur dapat diberikan krim azol selama 7 hari.
Anamnesis :
- ruam kemerahan dan gatal berbatas tegas pada lipat paha mengikuti bentuk popok
- Pasien menggunakan popok sekali pakai dan diganti oleh ibu pasien sehari hanya 3 kali
Pemeriksaan Fisik :
Status lokalis :
Makula dan papula eritematosa serta ekskoriasi berbatas tegas (bentuk mengikuti bentuk popok yang
berkontak)
Diagnosis :
Napkin Eczema /Dermatitis popok (diaper Rash) (L22)
Tatalaksana :
Hidrokortison salep 2x1 selama 3-7 hari
UKM PENGOBATAN TB
Ringkasan Pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat, 27 Januari 2023
Waktu : 08.00 s/d selesai
Tempat : Poli TB Puskesmas Jatisampurna
Peserta : Tn. D, 23 tahun
Kegiatan :
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk berdarah sejak tadi pagi. Pasien sebelumnya
mengeluhkan batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu dan tidak kunjung sembuh yang dirasakan
makin parah sejak beberapa hari terakhir. Keluhan disertai juga dengan sesak, keringat malam,
demam yang tidak terlalu tinggi, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan sebanyak 4 kg
dalam 1 bulan terakhir. Riwayat alergi/asma disangkal oleh pasien. Pasien sudah pernah berobat
sendiri dengan membeli obat batuk, dan sudah ke dokter dan diberikan paracetamol dan amoxicillin.
Setelah mengonsumsi obat tersebut, keluhan demam kadang membaik, namun batuk berdahak masih
tetap dirasakan. Pasien belum pernah diperiksa dahaknya. Pasien merokok.Riwayat keluhan serupa
pada keluarga disangkal. Karena keluhannya ini pasien dilakukan pemeriksaan fisik dan disarankan
melakukan pemeriksaan TCM.
O/
Pemeriksaan Fisik :
TD : 118/92. N : 116. RR: 20
BB : 53. TB : 170 cm
Status internus :
Kepala : conjuntiva anemis (-/-) sclera icteric (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks : bentuk dan gerak simetris. Rh(-/-) Wh (-/-)
Abdomen : hepatosplenomegali (-)
Ekstrimitas : dbn
Pemeriksaan Sputum/TCM
Rif Sen (+)
A/
Diagnosis : Tuberkulosis (A15)
Terkait keluhannya, pasien diberikan OAT yang disesuaikan dengan berat badan.
OAT KDT 3 Tablet
Vitamin B6 3x2
Edukasi pasien :
1. Edukasi pasien mengenai penyakit TB
2. Penyakit TB dapat disembuhkan secara tuntas dengan minum obat secara rutin dan teratur, minimal
selama 6 bulan dibantu oleh Pengawasan Minum Obat (PMO).
3. Pentingnya ketaatan minum obat dan kontrol secara teratur,
4. Jelaskan efek samping obat seperti perubahan warna kencing, mual.
5. Pentingnya menerapkan pola hidup sehat, etika batuk, dan kebersihan lingkungan tempat tinggal
6. Pasien melakukan pengecekan dahak kembali pada akhir bulan ke 2,5, dan 6.
7. Menganjurkan keluarga yang kontak erat dengan pasien tb untuk dapat dilakukan pelacakan dan
pemeriksaan serta rencana pemberian TPT
****TIFOID*****
Ny. D, 34 tahun
Sabtu 4/2/23
S/
Pasien datang dengan keluhan utama demam sejak 1 minggu yang lalu. Demam dirasakan terutama
pada sore/malam hari. Keluhan ini juga disertai dengan mual dan nafsu makan berkurang. Pasien juga
mengeluhkan sakit kepala, lemas, dan pegal-pegal. Keluhan konstipasi disangkal. Namun pasien
mengatakan sejak tadi pagi BAB nya sudah mulai cair. Pasien mengatakan belakangan ini sering
makan diluar karena sibuk dan tidak sempat masak. Sebelum makan pasien selalu mencuci tangan.
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Keluhan batuk, penurunan berat
badan, dan keringat malam hari disangkal. Keluhan badan/mata kuning disangkal. Riwayat keluarga
dan lingkungan sekitar dengan keluhan serupa disangkal. Riwayat lingkungan tinggal pasien
mengalami banjir disangkal. Riwayat bepergian ke daerah endemis disangkal. Pasien juga tidak
memiliki riwayat kontak dengan penderita batuk lama/batuk darah.
O/
KU : Pasien tampak sakit sedang. KS : CM
TTV Suhu 37,8. TD: 120/70. Nadi 80. RR 20x/m TB : 160. BB 58
Status internus :
Kepala
: Konjunctiva anemis (-/-) Sclera ikterik (-/-)
Lidah kotor (typhoid tongue+), tremor lidah -,halitosis (+)
Leher : pembesaran KGB -
Toraks : dbn
Abdomen : hepatosplenomegali -
Ektrimitas : dbn
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap : dbn
Widal tes : titer aglutinin O 1/160. H 1/160
Edukasi :
1. Tirah baring total
2. Perbanyak minum
3. Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, rendah serat
4. Minum obat teratur
Anamnesis :
- Demam 7 hari terutama sore/malam hari
- Mual, nafsu makan berkurang, sakit kepala, pegal, lemas
- Sering jajan sembarangan
Pemeriksaan Fisik
Suhu febris 37,8
Lidah kotor (tifoid tongue) halitosis +
Pemeriksaan Penunjang
titer o dan h : 1/160
Serumen
Ny. L, 28 tahun
Keluhan utama : Penurunan pendengaran telinga kiri
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan telinga kiri terasa penuh sejak 3 hari yang lalu. Keluhan
terjadi secara bertahap dan menetap. Keluhan ini membuat pasien merasakan pendengarannya
menjadi terganggu. Keluhan lain seperti demam, kepala terasa berputar, telinga terasa berdenging,
terasa nyeri, terasa gatal, atau keluar cairan dari telinga disangkal. Keluhan pada hidung seperti sering
terasa tersumbat, sering keluar ingus, sering bersin-bersin, sering terasa nyeri pada sekitar wajah serta
keluhan pada tenggorok seperti nyeri tenggorok, nyeri menelan, suaru serak, atau sering batuk
disangkal. Pasien mengaku hampir setap hari membersihkan telinganya sendiri dengan korek kuping.
Riwayat suka berenang atau telinga kemasukan air sebelumnya disangkal. Riwayat kemasukan benda
asing dalam telinga disangkal. Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat
serupa dikeluarga disangkal.
O/
KU : TSR, CM
TTV : TD : 112/80. N : 86. RR: 20x.
TB : 160cm BB 57kg
Status internus dbn
Status Lokalis :
Telinga :
Cae tenang (+/+), secret (-/-), serumen (-/+ (keras). MT (Intak/sulit dinilai).
Refleks cahaya (+/Sulit dinilai)
Pembesaran kgb (-)
Hidung : dbn
Tonsilfaring : dbn
A/
Diagnosis
Serumen AS (H61.2)
Diagnosis Banding
Benda asing telinga (T16)
P/
Tatalaksana :
Phenol Glyserol 2x4 tetes selama 3-5 hari.
Ear toilet
Edukasi :
1. Menganjurkan pasien untuk tidak membersihkan telinga secara berlebihan, baik dengan
cotton bud atau alat lainnya.
2. Edukasi pasien bahwa kotoran telinga dapat keluar dengan sendirinya tanpa perlu
menggunakan cotton bud
3. Menganjurkan pasien untuk menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga
4. Menganjurkan pasien untuk banyak mengunyah permen karet/lainnya untuk membantu
mengeluarkan kotoran telinga
5. Mengajarkan pasien cara penggunaan tetes telinga yang benar, setelah diteteskan didiamkan
terlebih dahulu selama 5 menit dalam posisi miring agar tetes telinga dapat masuk secara
efektif ke liang telinga
6. Apabil setelah pemberian tetes telinga keluhan dirasa tidak membaik, pasien dianjurkan
control kembali ke puskesmas untuk dilakukan ekstraksi serumen dengan irigasi air hangat.
Anamnesis
- Telinga kiri terasa penuh
- Penurunan pendengaran telinga kiri
- Suka membersihkan telinga dengan korek kuping
Pemeriksaan fisik
Status Lokalis :
Telinga :
Cae tenang (+/+), secret (-/-), serumen (-/+ (keras). MT (Intak/sulit dinilai).
Refleks cahaya (+/Sulit dinilai)
Diagnosis :
Serumen AS (H61.2)
Diagnosis Banding
Benda asing telinga (T16)
Tatalaksana :
Phenol Glyserol 2x4 tetes selama 3-5 hari.
Ear toilet
Hipertensi
Tn. S, 51 tahun
Keluhan utama :
Nyeri belakang kepala
Pasien datang dengan keluhan nyeri di belakang kepala semenjak tadi malam. Pasien mengatakan,
bahwa semalam memang sempat kurang tidur. Pasien mengatakan keluhan nyeri kepala ini bukan
yang pertama kali dirasakan oleh pasien. Keluhan nyeri kepala dirasakan hilang timbul terutama
ketika sedang banyak pikiran dan kurang tidur. Keluhannya ini terkadang juga mengganggu aktivitas
sehari-hari pasien.
Keluhan lain seperti demam, batuk, sesak,nyeri dada, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan,
dan kelemahan sesisi tubuh disangkal oleh pasien. Sejak lebih kurang 6 bulan lalu, pasien pernah
berobat ke puskesmas jatisampurna untuk cabut gigi. Namun, ketika dilakukan pengecekan tekanan
darah, didapatkan tekanan darah pasien tinggi sehingga disarankan untuk melakukan pengobatan.
Semenjak saat itu, pasien tidak pernah control kembali dan tidak mengonsumsi obat darah tingginya.
Riwayat keluarga dengan darah tinggi diakui pasien dialami kedua orangtuanya.
KU : CM,TSR
TTV :
TD : 170/100
Nadi : 84x/m
RR : 20x/m
TB : 172
BB : 91
BMI : 30,8 (obese)
● KEPALA :
Sklera ikterik : -/-
Konjungtiva anemis : -/-
● TORAKS
Pergerakan dada simetris, bunyi paru kanan = kiri
Tidak ada suara napas tambahan (wheezing, ronchi)
Bunyi jantung S1-S2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan
● ABDOMEN :
Bising usus (+) dalam batas normal
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
Nyeri tekan tidak ada
● EKSTREMITAS :
CRT < 2 detik
Edema -/-
Diagnosis
Hipertensi (I10)
DD/
TTH (G44.2)
Myalgia (M79.1)
Tatalaksana :
Amlodipin 5 mg 1x1
Vitamin B kompleks 1x1
Edukasi :
- Edukasi pasien mengenai hipertensi dan komplikasi yang mungkin terjadi
- Edukasi minum obat secara teratur
- Edukasi terkait pentingnya menjaga pola makan dan berolahraga secara teratur
- Penurunan berat badan dengan DASH diet. Diet kaya buah, sayuran, produk rendah
lemak dengan jumlah lemak total dan lemak.
- Kurangi makan makanan asin
- Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang. Kontrol
pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil
pengobatan
S/
tn J, 34 tahaun
KU : Gatal dan bentol hampir seluruh badan
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan gatal dan bentol-bentol pada hampir seluruh badan sejak
1 hari yang lalu. Pasien mengatakan gatal muncul setelah pasien mengonsumsi udang. Tidak lama
setelah itu gatal dan bentol muncul awalnya pada tangan, kemudian mulai menyebar ke badan juga
kaki. Tidak terdapat demam, sesak/ kesulitan bernapas, mulut dan wajah bengkak. Pasien mengaku
beberapa kali muncul Keluhan serupa ketika makan makanan laut. Keluhan muncul ketika konsumsi
makanan lain seperti kacang atau telur disangkal. Riwayat alergi dikeluarga diakui ada penderita
alergi dingin. Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal. Riwayat tergigit sesuatu sebelum
muncul gatal disangkal. Riwayat alergi obat disangkal. Riwayat asma disangkal.
O/
Pemeriksaan Fisik
KU : CM, TSR
Pemeriksaan Fisik :
TD : 121/88
N : 79
BB:67
TB : 175
T : 36.7
Diagnosa :
Dermatitis Alergi (L30)
DD :
Skabies B86
Insect bite (T63.4)
P/
Cetirizine tab 10mg 1x1
Deksametason 0,5 mg 3x1
Vitamin B kompleks 1x1
Edukasi :
1. Prinsip pengobatan adalah identifikasi dan eliminasi faktor penyebab alergi
2. Jaga kebersihan diri
3. Pasien dapat sembuh sempurna terutama apabila sudah menghindari factor pencetus
Tindakan
Tn. I 27 tahun
Tn. I datang ke Poli umum Puskesmas Jatisampurna dengan keluhan terdapat bisul di depan
telinganya.. Pasien mengatakan awalnya bisulnya berupa jerawat kecil namun menjadi
bengkak, sakit, dan kemerahan, serta ukurannya dirasa semakin membesar dan bernanah
sejak 4 hari yang lalu. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien. Riwayat batuk
lama disangkal oleh pasien. Riwayat kontak dengan pasien batuk lama/batuk darah disangkal.
Penurunan berat badan dan keringat malam (-). Riwayat benjolan pada leher dan tempat lain
disangkal oleh pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan benjolan.
Status lokalis : Terdapat furunkel berukuran 2x3 cm. Nyeri (+) merah (+) pus (+)
Setelah dilakukan pemeriksaan, kemudian dilakukan penjelasan kepada pasien mengenai
kondisi dan tindakan yang akan dilakukan. Setelah pasien setuju, kemudian dilakukan
tindakan insisi dan drainase abses pasien.
Langkah-langkah :
1. Jelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan prosedurnya
2. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
3. Desinfeksi tempat abses berada dan jaringan kulit disekitarnya dengan povidone iodine
4. Aspirasi abses dengan membuat sayatan linear menggunakan bisturi
5. Drainase pus
6. Bersihkan sisa pus dengan kassa, dan povidon iodin
7. Tutup dengan menggunakan kassa, dan difiksasi dengan plester
Obat pulang
Asam mefenamat 3x1
Deksametason 3x1
Amoksilin 3x1
A/ Diagnosis
Abses (L02)
DD/
Lymphadenitis (L04)
P/
Asam mefenamat
Deksametason
Amoksilin
Tindakan insisi drainase abses
Edukasi :
1. Edukasi pasien untuk pencegahan penyakit dengan menjaga kebersihan diri
dan stamina tubuh/imunitas
2. Antibiotik dihabiskan
3. Bersihkan dan ganti verban secara berkala mengompres hangat area bekas abses
untuk mendorong evakuasi pus
4. Jangan memencet sendiri bisul, apalagi dengan menggunkan tangan ataupun
alat tidak bersih
Penjahitan Robekan
1. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan
2. Jika ada perdarahan vagina yang menutupi luka robekan perineum pasang tampon berekor
atau kassa ke dalam vagina
3. Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum
4. Pasang benang jahit pada mata jarum
5. Lihat dengan jelas batas luka perineum
6. Lakukan penjahitan + klem di atas ujung luka di dalam vagina ibu
7. Peganglah pemegang jarum dengan tangan lainnya. Gunakan pemegang jarum atau pinset
untuk menarik jarum melalui jaringan.
8. Ikat jahitan pertama dengan simpul mati, potong ujung benang yang bebas hingga tersisa 1cm
9. Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur hingga tepat di belakang lingkaran
hymen
10. Jarum kemudian akan menembus mukosa vagina, sampai ke belakang lingkaran hymen dan
tarik keluar pada luka perineum. Perhatikan seberapa dekatnya jarum ke puncak lukanya
11. Gunakan tekhnik jahitan jelujur sat menjahit lapisan otot. ketika sudah mencapai jung luka
berarti anda telah menutup lapisan otot yang dalam
12. Setelah mencapai ujung luka yang paling akhir dari luka, putarlah arah jarum dan mulailah
menjahit ke arah vagina dengan menggunakan jahitan subcuticular
13. Sekarang pindahkan jahitannya dari bagian luka perineal kembali ke vagina di belakang
cincin hymen untuk di amankan diikat dan dipotong benanatorebenangnya.
14. Ikatlah benangnya dengan simpul mati.
15. Potong kedua ujung benang dan hanya disisakan masing-masing lem
16. Masukan jari anda kedalam rectum, rabalah puncak dinding rektum untuk mengetahui apakah
ada jahitan
17. Periksa ulang kembali untuk memastikan bahwa tidak ada kassa, tampon dan instrumen
didalam vagina ibu
18. Cucilah vagina ibu dengan air DTT
19. Keringkan dan buat ibu merasa nyaman
Obat Pulang :
Asam mefenamat 500 mg/ 8 jam
Amoxicillin 500 mg/ 8 jam dihabiskan
Fe 2x1
P/
TD : 120/80
N : 88
RR : 20
Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar
I.Fundus uteri : 29 cm
ii. Letak anak : Memanjang
iii. Kontraksi uterus : 3x10’20”
iv. Bunyi jantung anak : 132 x/menit
v. Taksiran berat janin : 2.635 gr
b. Pemeriksaan Dalam
i. Vulva/vagina : tidak ada kelainan
ii. Portio : tipis, lunak
iii. Pembukaan : 10 cm
iv. Ketuban : (-)
v. Presentasi : Kepala, station 0
A/
Diagnosis
G3P2A0 gravida aterm parturien kala II
P/
Melakukan asuhan persalinan normal
-Observasi keadaan umum, tanda vital, HIS, BJA, kemajuan persalinan
Informed consent pasien dan keluarga
Observasi perdarahan paska salin. Apabila terdapat robekan perineum dilakukan penjahitan.
Tatalaksana Ibu paska salin :
Amoksisilin 500mg/8 jam
Asam Mefenamat 3 x 1
Fe 2 x 1
Tatalaksana bayi
- Vitamin K1
- Salep mata
- Hb 0
An. CAMPAK
H, 4 tahun
S/
Keluhan utama : Ruam kemerahan seluruh tubuh
Pasien datang ke puskesmas jatisampurna dibawa oleh ibunya dengan keluhan muncul ruam
kemerahan seluruh tubuh. Keadaan umum pasien baik, tidak terdapat tanda bahaya umum, anak masih
bisa minum, tidak terdapat kejang, sesak/sukar bernapas, pucat dan kebiruan.
Ruam muncul sejak kemarin. Ruam awalnya muncul dari belakang telinga dan wajah lalu menyebar
ke tangan kaki dan seluruh badan. Keluhan juga disertai dengan demam sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan juga disertai dengan batuk, pilek, dan mata merah. Nanah pada mata dan luka pada mulut
disangkal. Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam 2 minggu terakhir disangkal. Suara
napas tambahan disangkal, tidak terdapat napas cepat dan tarikan pada dinding dada pasien. Keluhan
lain seperti diare dan masalah telinga disangkal. Pasien dikatakan menjadi kesulitan tidur karena
keluhannya. Keluhan lain seperti mual, muntah, nyeri perut, mimisan, gangguan bak dan bab
disangkal oleh ibu pasien.
Pasien pertama kali mengalami Keluhan ini. Riwayat keluhan serupa pada anggota keluarga tidak ada.
Namun, dilingkungan sekitar rumah pasien terdapat beberapa anak yang mengalami campak.
Pasien merupakan anak pertama. Selama kehamilan ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan ke
bidan. Ketika hamil ibu pasien pernah melakukan pemeriksaan HIV dengan hasil negatif.
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak diimunisasi campak, karena kepercayaan di keluarganya untuk
tidak melakukan imunisasi, Pasien saat ini mengonsumsi makanan keluarga. Namun selama sakit
pasien kesulitan untuk makan. Pasien juga jarang dibawa oleh ibunya ke posyandu.
O/
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Compos mentis, TSR
Tanda Vital :
TD : -
Nadi : 90 x / menit
Respirasi: 18x / menit
Suhu : 37,6 ˚ C
CRT : < 2 detik
Antropometri :
BB : 17 kg
PB : 95 cm
Lila : 14,5 cm
Status gizi:
BB/U : normal
TB/U : normal
BB/PB : normal
LK/U : normal
Status Generalis :
Kepala : Bulat, UUB datar, normosepali
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, injeksi konjunctiva (+)
Hidung : Pernapasan cuping hidung tidak ada, sekret ada
Mulut : kebiruan mulut dan sekitar mulut tidak ada. Koplik spot (+)
Leher : KGB tidak membesar
Thorax :
Bentuk dan gerak simetris, tidak ada retraksi dan deformitas. ronki, wheezing, dan crackles tidak ada
Abdomen: dbn
Ekstremitas : dbn
Status lokalis
Ruam maculopapular seluruh tubuh
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Serologi Campak
A/
Klasifikasi MTBS : Campak
Diagnosis : Campak (B05.9)
Diagnosis banding :
Rubella (B06)
Varicella (B02)
Dermatitis (L30)
P/
Parasetamol 5
CTM 5
GG 5
S mf pulv no. X
S 3.d.d pulvI prn
Vitamin A 200.000 IU Hari ke-1
Edukasi :
- Pasien disarankan untuk makan dan minum cukup
- Penyakit campak adalah penyakit yang menular, sehingga perlu untuk selalu menjaga
daya tahan tubuh
- Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang dapat sembuh sendiri
- Melakukan vaksinasi campak pada usia 9 bulan, dan campak lanjutan pada usia 18 bulan,
dan pada usia 5-7 tahun disekolah.
- Pastikan nutrisi cukup untuk mencegah komplikasi
- Apabila Keluhan memberat pasien disarankan untuk berobat kembali ke puskesmas
- Kunjungan ulang hari apabila terdapat komplikasi pada mata/mulut
1. GOUT
S/
TN. N, 61 tahun
Keluhan utama: nyeri pada telapan dan pergelangan kaki kiri
Pasien mengeluhkan telapak dan pergelangan kaki kirinya nyeri sejak 5 hari SMRS. Nyeri
dirasakan semakin bertambah dan terus menerus berlangsung sehingga pasien kesulitan
menggerakkan kaki. Pasien mengatakan keluhan ini sudah terjadi beberapa kali sejak beberapa bulan
yang lalu. Nyeri dirasakan muncul semakin berat setelah pasien mengonsumsi gado-gado dan
kangkong beberapa hari yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul sehingga pasien tidak langsung ke
dokter. Pasien juga mengatakan keluhannya sedikit membaik ketika meminum obat parasetamol yang
dibeli sendiri. Nyeri tidak menjalar. Namun dirasa bertambah apabila digerakkan.
Tidak ada keluhan nyeri sendi pada sendi lainnya, seperti pergelangan tangan, jari-jari kaki, jari-jari
tangan dan lutut. Keluhan tidak disertai dengan adanya benjolan keras seperti batu pada ibu jari kaki,
telinga, siku ataupun jari-jari tangan. Tidak ada keluhan BAK, seperti nyeri saat BAK, BAK berdarah,
ataupun BAK berpasir. Keluhan demam dan riwayat infeksi disangkal. Pasien mengakui suka
memakan kangkong, kacang-kacangan, emping serta jeroan. Pasien seorang perokok namun dikatakan
sudah mulao berhenti sejak 1 tahun lalu. Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Pasien jarang
berolahraga dengan frekuensi kurang dari 1x dalam sebulan. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan
hanya parasetamol.
Riwayat penyakit sistemik seperti DM, hipertensi, gangguan ginjal, penyakit jantung tidak diketahui
oleh pasien. Pasien tidak memiliki keluhan sering haus, sering BAK, sering lapar. Tidak terdapat
riwayat anggota keluarga pasien dengan keluhan yang sama.
O/
Pemeriksaan Fisik
KU : TSS, CM
TD : 135/84. N : 66. RR: 20
BB : 67 kg
TB : 170 cm
BMI: 23,1 (normal)
Status internus :
Kepala : conjuntiva anemis (-/-) sclera icteric (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks : bentuk dan gerak simetris. Rh(-/-) Wh (-/-)
Abdomen : hepatosplenomegali (-)
Ekstrimitas atas dbn
A/
Diagnosis
Gout (M1A)
Diagnosis banding
Fraktur (S82)
Rheumatoid Arthritis (M05)
Osteoarthritis
P/
Edukasi
Pemeriksaan Fisik :
-Ankle joint sinistra
Inspeksi
Topus (-) kemerahan (+) deformitas (-)
Hangat (+), nyeri tekan (+)
Pemeriksaan Penunjang
Asam urat : 9,1
Diagnosis
Gout Artritis (M10)
Tatalaksana
Kolkisin 0,5 mg 3x/hari (jika tersedia)
Alternatif : Natrium Diclofenac 3x50mg
Setelah fase akut
Allupurinol 2x100mg
2. DM
Ny. I, 55 tahun
S/
Keluhan utama : Kebas/kesemutan pada tangan
Pasien datang ke Poli Umum Puskesmas Jatisampurna dengan keluhan utama kebas/kesemutan pada
tangan. Keluhan ini sudah dirasakan sejak beberapa bulan yang lalu, namun makin dirasa menggangu
beberapa hari lalu sehingga pasien berobat ke puskesmas. Keluhan ini juga disertai dengan rasa gatal
pada badan dan sekitar kemaluan pasien. Keluhan gampang lelah, dan mata kabur disangkal oleh
pasien. Keluhan gampang haus, lapar, dan sering kencing serta penurunan berat badan sempat
dirasakan oleh pasien beberapa bulan yang lalu. Pasien mengaku terkait keluhannya pasien
mengonsumsi herbal dan jamu. Karena dirasa membaik, pasien tidak mengobati penyakitnya ke
puskesmas. Riwayat DM pada keluarga diakui dimiliki oleh orangtua pasien. Orangtua pasien
dikatakan meninggal karena penyakit diabetes dan jantungnya. Terkait keluhannya pasien belum
pernah dilakukan pengecekan darah dan meminum obat.
O/
KU : Composmentis
TTV
RR : 20 x / menit, Nadi : 78 x/menit, TD : 135/75 mmHg LP 86
BB : 65 kg
TB : 156 cm
BMI : 26,7 (overweight)
Pemeriksaan Penunjang :
GDN : 314
A/
Diabetes Mellitus type II
P/
Metformin tab 500 mg 2 x 1 PO pc
Cetirizine 1 x 1 PO pc
Vitamin B12 1 x 1 PO pc
Edukasi
1. Konsumsi obat secara teratur
2. Lakukan pemeriksaan gula darah secara berkala, kontrol rutin minimal 1 bulan sekali
3. Pola makan pasien diabetes mellitus yaitu rendah gula
4. Edukasi mengenai komplikasi
5. Olahraga teratur
Anamnesis
- Kebas/kesemutan pada tangan
- Gatal pada badan dan sekitar kemaluan
- Keluhan gampang haus, lapar, dan sering kencing serta penurunan berat badan
- Riwayat DM pada keluarga (+)
Pemeriksaan fisik
BMI : overweight
Pemeriksaan Penunjang
GDN 314
Diagnosis : DM tipe 2
Tatalaksana : Metformin 2x1, cetirizine 1x1, vitamin b12 1x1
3. Konjungtivitis
Ny. L, 32 tahun
S/
Keluhan utama : Mata merah
Pasien datang dengan keluhan mata merah sejak 2 hari yang lalu yang terjadi pada mata kirinya. Mata
mengeluarkan cairan berwarna kuning yang dirasakan sedikit lengket terutama ketika bangun tidur.
Keluhan juga disertai dengan rasa gatal dan nyeri. Pasien mengatakan awalnya matanya terasa gatal,
kemudian pasien mengucek menggunakan tangannya. Kemudian beberapa hari ini matanya menjadi
merah, lengket, dan nyeri.
Pasien menyatakan tidak adanya penurunan penglihatan, riwayat penggunaan kacamata dan/atau lensa
kontak serta riwayat alergi disangkal. Keluhan belum pernah diobati. Pasien tidak mengeluhkan
adanya demam, batuk, pilek, atau nyeri tenggorokan. Pasien tidak memiliki riwayat asma atau alergi
lainnya. Pasien mengatakan sering memegang dan mengucek-ngucek mata menggunakan tangannya
tanpa dibersihkan terlebih dahulu. Mata terasa mengganjal, berpasir atau kemasukan sesuatu
disangkal oleh pasien.
O/
Pemeriksaan Fisik :
TB : 155, BB : 50
TD : 120/79. N :72 RR 20
KU : CM
Status internus dbn
Status lokalis
Visus ODS dbn
Posisi bola mata ortotropia
Gerakan bola mata baik ke segala arah
Palpebra ODS dbn
Konjuntiva OS hiperemis (+/+) sekret mukopurulen (+/+) injeksi konjunctiva (+/+)
Kornea, lensa ODS dbn
A/
Diagnosis :
Konjungtivitis (H10)
DD/
Benda asing konjungtiva (T15)
Mata kering (H04.12)
Keratitis (H16)
P/
Ibuprofen 2x1
Kloramfenikol salep mata 3x1 selama 3 hari
Edukasi :
1. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan
obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
2. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya
3. Hindari memegang/mengucek-ngucek mata dengan tangan
Anamnesis :
- Mata merah berair warna kuning sedikit lengket
- Mata gatal dan nyeri
- Sering mengucek mata
Pemeriksaan Fisik :
Status lokalis :
Konjuntiva OS hiperemis (+/+) sekret mukopurulen (+/+) injeksi konjunctiva (+/+)
Diagnosis :
Konjungtivitis (H10)
Tatalaksana :
Ibuprofen 2x1
Chloramfenicol salep mata 3x1
- Furunkel
Ny. M
27 tahun
S/
Keluhan utama : bisul di kaki kiri
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan terdapat benjolan berisi nanah sebesar
kacang hijau sejak 3 hari yang lalu pada kaki kirinya. Benjolan di rasakan nyeri dan
kemerahan.
Awalnya muncul kemerahan dan bintik kecil, kemudian bertambah bertambah besar
kemudian terdapat nanah dan terasa bengkak, panas, dan nyeri. Ketika membengkak
pasien sempat merasa badannya lemas, serta demam. Keluhan batuk, pilek, sakit
tenggorokan disangkal. Riwayat tergigit sesuatu disangkal. Pasien mengatakan sempat
mencukur bulu kakinya 1 minggu lalu. Ketika mencukur pasien sempat merasakan
sedikit lecet, namun dibiarkan. Beberapa hari kemudian timbul bisul yang nyeri. Pasien
menyangkal adanya penggunaan alat cukur bersamaan. Pasien mengatakan selalu
mencuci bersih alat cukurnya namun digunakan berulang kali. Pasien selalu mandi 2
kali sehari. Riwayat alergi disangkal. Keluhan serupa sebelumnya disangkal. Riwayat
penyakit serupa pada keluarga juga disangkal. Riwayat batuk lama, penurunan berat
badan disangkal. Penggunaan krim/lotion yang berbeda disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Ku : TSR, CM
TTV
TD : 120/70
RR 20
N 88
TB 160
BB 55
Status internus dbn
Status lokalis
Terdapat nodul eritematosa pada kaki kiri, pus (+) edema (+) nt (+)
A/
Diagnosis
Furunkel (L08)
DD/
Dermatitis kontak alergi (L23)
P/
Tatalaksana
Parasetamol 500 mg 3x1
Deksametason 0,5 mg 2x1
Gentamisin salep 2x1
Amoksilin 500 mg 3x1
Edukasi :
- Edukasi pasien untuk pencegahan penyakit dengan menjaga kebersihan diri dan
stamina tubuh/imunitas
- Hindari penggunakan alat cukur yang tidak bersih, atau penggunaaan berulang
- Antibiotik dihabiskan
- Pasien control kembali apabila dalam 5-7 hari tidak membaik dan timbul komplikasi
UKM
1. Penyuluhan TB
Nama kegiatan : Penyuluhan Pencegahan Resistensi Obat Tuberkulosis di Puskesmas Jatisampurna
Latar belakang
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dunia.
Penyakit ini menimbulkan masalah yang kompleks baik dari segi medis maupun sosial, ekonomi, dan
budaya. Berdasarkan Global TB Report WHO 2020, Indonesia merupakan negara dengan beban
Tuberkulosis (TBC) tertinggi kedua di dunia. Diestimasikan terdapat 845.000 kasus TBC baru setiap
tahunnya dengan angka kematian mencapai 98.000 kasus atau setara dengan 11 kematian/jam.
Penularan dan perkembangan penyakit TBC semakin meluas karena dipengaruhi oleh faktor sosial
seperti kemiskinan, urbanisasi, pola hidup yang kurang aktif, penggunaan tembakau, dan alkohol
(WHO, 2020).terutama di Indonesia. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang di
sebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau
pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian
Seiring dengan meningkatnya angka penemuan kasus TB di Indonesia, maka perlu menjadi perhatian
adalah munculnya kasus TB-RO diantara kasus kasus TB sebagai akibat dari pengobatan yang tidak
taat dan penularan dari pasien TB-RO. Pengobatan TB-RO ditujukan untuk menyembuhkan pasien
dan mengurangi penularan M.tuberculosis. Akan tetapi masih terdapat rintangan sehingga tujuan
tersebut masih sulit dicapai. Hal ini dapat dikarenakan ketidakpatuhan pasien dalam berterapi, salah
satunya yaitu akibat efek samping obat yang diterima oleh pasien. Sehingga peningkatan kesadaran
masyarakat agar patuh mengonsumsi obat sangat penting untuk pencegahan TB-RO ini.
Hari/tanggal : Kamis, 09 Februari 2023
Waktu : 07.30 s/d selesai
Tempat : Ruang tunggu Pasien Puskesmas Jatisampurna
Peserta : 20 peserta
Kegiatan :
Sasaran penyuluhan kali ini adalah pasien dan keluarga pasien yang berobat ke puskesmas
jatisampurna. Kegiatan penyuluhan ini merupakan bagian dari kegiatan promosi kesehatan rutin yang
dilakukan oleh puskesmas setiap harinya pada pagi hari sebelum kegiatan puskesmas dimulai.
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
tentang tuberculosis terutama mengenai kepatuhan minum obat untuk mencegah resistensi. Materi
penyuluhan menyangkut penyakit tuberculosis, tuberculosis resistensi obat serta pencegahannya.
Output : peserta sangat antusias dengan materi ini dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan terkait
tuberculosis, pengobatan dan pencegahan resistensi. Diharapkan kegiatan ini mampu meningkatkan
kesadaran peserta terutama kepatuhan dalam pengobatan tuberculosis yang membutuhkan jangka
waktu lama, sehingga dapat mencegah terjadinya resistensi obat tb.
Kegiatan :
Melakukan pembinaan dan evaluasi kegiatan pokok kader di posyandu.
Kader kesehatan adalah orang yang dipilih masyarakat dan dilatih untuk membantu pelayanan
kesehatan perseorangan maupun masyarakat salah satunya melalui kegiatan posyandu.
Hal ini sudah dilakukan dengan baik oleh para kader. Setiap balita yang datang sudah didata dan
dilakukan pencatatan.
Kader sudah melaksanakan kegiatan pengukuran dengan baik dan benar. Kader dapat menggunakan
alat-alat pengukuran di posyandu dengan benar.
Kader posyandu dahlia juga sudah menanyakan perkembangan anak sesuai usia.
Kader sudah melakukan pencatatan KMS balita yang datang ke posyandu. Kader juga diedukasi untuk
melakukan pengecekan status gizi anak dengan media CAKRAM GIZI untuk membantu menentukan
status gizi anak
4. Memberikan penyuluhan kesehatan
Setelah diberikan penjelasan dan edukasi, kader sudah mampu memberikan edukasi nutrisi kepada
orangtua balita. Kader diharapkan mampu memberikan edukasi terutama kepada orangtua dengan
balita gizi kurang atau balita yang tidak naik timbangannya.
Kader sudah melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita secara rutin serta
memberikan edukasi gizi kepada orangtua balita yang diharapkan dapat meningkatkan status gizi
balita di posyandu bungur.
Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama di
Negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan . Salah satu
dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan
Kurang Vitamin A pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi Protein
(KEP) atau gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang,termasuk zat gizi mikro dalam hal
ini vitamin A. Anak yang menderita kurang vitamin A mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi
saluran
pernafasan akut,campak,cacar air,diare dan infeksi lain karena daya tahan anak menurun. Namun
masalah kekurangan vitamin A dapat juga terjadi pada keluarga dengan penghasilan cukup. Hal ini
terjadi karena kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu tentang gizi yang baik. Gangguan
Vitamin A/retinol terlibat dalam pembentukan, produksi, dan pertumbuhan sel darah merah, sel
limfosit, antibodi juga integritas sel epitel pelapis tubuh. Vitamin A yang disebut juga Retinol sangat
banyak fungsinya, yaitu: membantu mata menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya dari terang ke
gelap, mencegah kekeringan selaput lendir mata yang disebut xerosis konjungtiva, mencegah
terjadinya kerusakan mata berlanjut yang akan menjadi bercak bitot sampai kebutaan, menjaga
kesehatan kulit dan selaput lendir saluran pernafasan, saluran kemih dan saluran pencernaan terhadap
masuknya bakteri dan virus, membantu pertumbuhan tulang dan sistem reproduksi, membantu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan, pembelahan sel, diferensiasi sel,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan bersifat antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas
Hasil penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa pemberian suplementasi Vitamin A sebanyak
2 kali pertahun pada anak umur 6-59 bulan dapat mencegah kekurangan Vitamin A dan kebutaan
(buta senja), juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga mengurangi kejadian kesakitan dan
Pemerintah dalam menyikapi masalah tentang kekurangan vitamin A melalui suplementasi Vitamin A
Setelah dilakukan pelaksanaan kegiatan posyandu yakni penimbangan dan pengukuran TB, pengisian
KMS pada buku KIA, serta konseling dan penyuluhan. Balita kemudian diberikan vitamin A.
Suplementasi vitamin A merupakan program rutin tiap bulan Februari dan Agustus yang
merupakan Bulan Vitamin A, diposyandu secara gratis untuk anak balita.
Di kedua bulan ini anak bisa mendapatkan berupa suplementasi vitamin A Kapsul
Biru (dosis 100.000 IU) untuk bayi umur 6-11 bulan dan Kapsul Merah (dosis
200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan.
Cara pemberian kapsul pada bayi dan anak balita :
- Jelaskan terkait vitamin yang akan diberikan dan manfaatnya. Vitamin A ini sangat
penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi seperti
campak dan diare. Dan sangat penting untuk kesehatan mata.
- Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah (200.000 SI) untuk
balita
- Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih
- Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul dan tidak membuang
sedikitpun isi kapsul.
- Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat diberikan langsung 1 kapsul untuk
diminum
Minggu 13
1. PARTUS
Ny. A 33 tahun, G3P2A0 gravida aterm parturien kala II
Ny. A datang ke puskesmas dengan keluhan kencang-kencang yang dirasakan semakin kuat
dan lama sejak tadi pagi. Selain itu, pasien juga mengatakan keluar lendir bercampur darah
dari jalan lahir. Pasien saat ini merasakan keinginan yang besar untuk meneran. Karena
keluhannya ini dilakukan pemeriksaan dalam VT dan didapatkan pembukaan lengkap pada
pasien. Sehingga, dilakukan persiapan pertolongan persalinan normal.
Langkah-langkah asuhan persalinan normal :
1. Menyiapkan alat, bahan, peralatan dan obat-obatan untuk pertolongan persalinan. kain
bersih, APD dan partus set (Bak instrument, ½ kocher, gunting episiotomy, 2 klem tali pusat,
kateter metal/nelaton, umbilical cord, hecting set, oksitosin)
2. Menggunakan celemek plastik dan sarung tangan
3. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik
4. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
5. Menyiapkan ibu untuk proses persalinan edukasi cara meneran yang benar dan efektif
kepada ibu, berikan dukungan, minta ibu beristirahat diantara kontraksi, berikan asupan
minum, menilai DJJ setiap kontraksi selesai
6. Apabila kepala bayi telah tampak di vulva (5-6cm) lakukan persiapan untuk melahirkan bayi
7. Melahirkan kepala bayi
Membiarkan kepala bayi melakukan putaran paksi luar dan bila perlu, membantu gerakan
putaran tsb
Melahirkan bahu bayi, Melahirkan badan bayi
8 Menjepit tali pusat dengan 2 klem, klem ke-1 sejauh 5 cm dari umbilikus, dan klem ke-2
sejauh 1 cm dari klem ke-1
9 Memotong tali pusat
10. Setelah dilahirkan, keringkan bayi, dan lakukan IMD
11. Persiapan manajemen aktif kala III
12. Memberikan oksitosin 10 unit intramuscular
13. Peregangan tali pusat terkendali Menjepit tali pusat dengan klem dekat dengan perineum
dan meregangnya dengan satu tangan
14. Melakukan gerakan mempertahankan uterus kearah yang berlawanan dengan arah
regangan tali pusat
15. Mempertahankan tarikan pada tali pusat dan menunggu kontraksi uterus yang kuat
16. Bila uterus sudah membulat atau tali pusat sudah memanjang, menarik tali pusat ke bawah
untuk melahirkan plasenta. Melanjutkan merenggangkan dengan tangan yang lain
17. Memeriksa plasenta
18. Masage uterus
19. Terdapat ruptur perineum dilakukan penjahitan sebanyak 8 jahitan
20.. Kala IV (observasi TTV, dan urin output ibu)
Pasien melahirkan bayi laki-laki normal pada jam 16.50 WIB. Bayi lahir langsung menangis
kuat aktif, APGAR skor 8/9/10.
Panjang badan : 50 cm
Berat badan : 3 kg.
Lingkar kepala : 32cm
Lingkar dada : 30cm
Tatalaksana Ibu :
Amoksisilin 500mg/8 jam
Asam Mefenamat 3 x 1
Fe 2 x 1
Tatalaksana bayi
- Vitamin K1 +
- Salep mata +
- Hb 0 (-)
2.
Ny. A 33 tahun
Ruptur perineum grade 1
Ny. A datang ke puskesmas dengan keluhan kencang-kencang yang dirasakan semakin kuat
dan lama sejak tadi pagi. Selain itu, pasien juga mengatakan keluar lendir bercampur darah
dari jalan lahir. Pasien saat ini merasakan keinginan yang besar untuk meneran. Karena
keluhannya ini dilakukan pemeriksaan dalam VT dan didapatkan pembukaan lengkap pada
pasien. Sehingga, dilakukan persiapan pertolongan persalinan normal. Setelah persalinan,
didapatkan robekan pada jalan lahir yang menyebabkan timbulnya perdarahan. Setelah
dilakukakn pemeriksaan didapatkan ruptur perineum grade I dan dilakukan prosedur
penjahitan.
Prosedur penjahitan luka :
Alat dan bahan
1. Sarung tangan
2. Neddle holder
3. Pinset
4. Jarum jahit
5. Gunting
6. Mangkuk kecil
7. Spuit jarum 3 ml
8. Benang jahit
9. Kasa
10. Plester
11. Larutan Iodin Providon
12. Lidocain
13. Apron
14. Kapas DTT
15. Air DTT
16. Lampu sorot
Langkah-langkah penjahitan luka perineum
Penjahitan Robekan
1. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan
2. Jika ada perdarahan vagina yang menutupi luka robekan perineum pasang tampon berekor
atau kassa ke dalam vagina
3. Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum
4. Pasang benang jahit pada mata jarum
5. Lihat dengan jelas batas luka perineum
6. Lakukan penjahitan + klem di atas ujung luka di dalam vagina ibu
7. Peganglah pemegang jarum dengan tangan lainnya. Gunakan pemegang jarum atau pinset
untuk menarik jarum melalui jaringan.
8. Ikat jahitan pertama dengan simpul mati, potong ujung benang yang bebas hingga tersisa 1cm
9. Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur hingga tepat di belakang lingkaran
hymen
10. Jarum kemudian akan menembus mukosa vagina, sampai ke belakang lingkaran hymen dan
tarik keluar pada luka perineum. Perhatikan seberapa dekatnya jarum ke puncak lukanya
11. Gunakan tekhnik jahitan jelujur sat menjahit lapisan otot. ketika sudah mencapai jung luka
berarti anda telah menutup lapisan otot yang dalam
12. Setelah mencapai ujung luka yang paling akhir dari luka, putarlah arah jarum dan mulailah
menjahit ke arah vagina dengan menggunakan jahitan subcuticular
13. Sekarang pindahkan jahitannya dari bagian luka perineal kembali ke vagina di belakang
cincin hymen untuk di amankan diikat dan dipotong benanatorebenangnya.
14. Ikatlah benangnya dengan simpul mati.
15. Potong kedua ujung benang dan hanya disisakan masing-masing lem
16. Masukan jari anda kedalam rectum, rabalah puncak dinding rektum untuk mengetahui apakah
ada jahitan
17. Periksa ulang kembali untuk memastikan bahwa tidak ada kassa, tampon dan instrumen
didalam vagina ibu
18. Cucilah vagina ibu dengan air DTT
19. Keringkan dan buat ibu merasa nyaman
Obat Pulang :
Asam mefenamat 500 mg/ 8 jam
Amoxicillin 500 mg/ 8 jam dihabiskan
Fe 2x1
UKM KB implant
Output : Setelah dijelaskan mengenai definisi, cara pemasangan, kelemahan, efek samping
dan kelebihan KB implant pasien setuju untuk dilakukan pemasangan implant.
Penyuluhan KB
Latar belakang
Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program sosial dasar yang sangat
penting bagi kemajuan suatu bangsa. Program ini memberikan kontribusi yang besar bagi
pembangunan sumber daya manusia pada masa kini dan masa yang akan datang. Keluarga
berencana adalah program yang dibuat oleh pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk yang meningkat setiap tahunnya. Tujuan dari program KB adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan
kelahiran sekaligus menjamin pertambahan penduduk. Dan 2 tujuan khusus dari program ini adalah
meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi, menurunnya jumlah angka
kelahiran bayi, meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara pengurangan kelahiran.
Sesuai dengan kerangka cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, untuk mencapai cita-cita tersebut disusunlah suatu kerangka pembangunan
termasuk program Keluarga Berencana. Penanggulangan angka kelahiran dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai jenis alat kontrasepsi yang disediakan oleh pemerintah, seperti kondom,
spiral, IUD (intra uterine device), dan sebagainya
Gambaran pelaksanaan
Hari/tanggal : Selasa, 14 Februari 2023
Waktu : 08.00 s/d selesai
Tempat : Ruang tunggu Pasien Puskesmas Jatisampurna
Peserta : 20 peserta
Kegiatan
Sasaran penyuluhan kali ini adalah pasien dan keluarga pasien yang berobat ke puskesmas
jatisampurna. Kegiatan penyuluhan ini merupakan bagian dari kegiatan promosi kesehatan rutin yang
dilakukan oleh puskesmas setiap harinya pada pagi hari sebelum kegiatan puskesmas dimulai.
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
tentang program KB. Materi penyuluhan menyangkut pengertian, manfaat, dan jenis KB.
Output : peserta sangat antusias dengan materi ini dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan terkait kb
dan manfaat berkb. Diharapkan penyuluhan ini dapat meningkatkan kesadaran masnyarakat mengenai
pentingnya KB dalam rangka menekan angka kelahiran yang tidak diinginkan unttuk kesejahteraan
ibu dan anak.
UKP
Tn. D, 33 tahun
S/
Keluhan utama : Nyeri saat buang air kecil
Keluhan nyeri ini dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengatakan buang air kecil nya
sedikit namun sering. Pasien mengatakan setiap kali kencing terasa panas dan nyeri. Keluhan
kencing berdarah/berbusa disangkal oleh pasien. Pasien juga mengeluhkan sempat meriang
beberapa hari sebelumnya. Keluhan demam tinggi sampai menggigil, mual muntah disangkal
oleh pasien. Pasien mengatakan sering merasakan nyeri di perut bawahnya terutama ketika
kurang minum. Nyeri menjalar ke area lipat paha disangkal. Riwayat nyeri pinggang dan
keluar pasir ataupun batu saat berkemih disangkal. Pasien memiliki riwayat sering menahan
kencing. Pasien juga mengatakan sehari-hari hanya minum lebih kurang 1l. Riwayat
penyakit seperti penyakit darah tinggi, penyakit gula, penyakit ginjal disangkal.
Riwayat penyakit serupa pada keluarga disangkal. Pasien baru pertama kali mengalami
keluhan ini.
O/
Pemeriksaan Fisik :
TD : 131/86 N : 86. RR : 20
BB : 60 TB 170 LP 80
Status internus
Kepala dan leher dbn
Toraks dbn
Abdomen : nyeri ketok cva (-/-)
Nyeri tekan suprapubik (+)
Inguinal : pembesaran kgb (-/-)
Ekstrimitas : dbn
Hasil urinalisis :
Warna : Kuning, jernih
Bakteri (+)
Leukosit : 6-10
Protein (-)
Darah samar (-)
P/
Ibuprofen 2x400mg
Ciprofloxacin 2x500 mg
Edukasi :
1. Perbanyak minum air putih 2L/hari
2. Jangan menahan kencing
3. Jaga kebersihan genital, dengan menjaganya tetap kering dan tidak lembab
4. Konsumsi antibiotik sampai habis
5. Apabila keluhan dirasakan semakin memberat segera kontrol kembali
Anamnesis
- Nyeri saat BAK
- Bak sedikit tapi sering
- Demam
- nyeri perut bawah
Pemeriksaan fiisk
Nyeri tekan suprapubik (+)
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis
Bakteri (+)
Leukosit : 6-10
Tifoid
Ny. L, 24 tahun
O/
KU : Pasien tampak sakit sedang. KS : CM
TTV Suhu 37,8. TD: 120/70. Nadi 80. RR 20x/m TB : 160. BB 58
Status internus :
Kepala
: Konjunctiva anemis (-/-) Sclera ikterik (-/-)
Lidah kotor (typhoid tongue+), tremor lidah -,halitosis (+)
Leher : pembesaran KGB -
Toraks : dbn
Abdomen : hepatosplenomegali -
Ektrimitas : dbn
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap : dbn
Widal tes : titer aglutinin O 1/160. H 1/160
P/
Chloarmphenicol 4 x 500 mg (7 hari)
Parasetamol 3 x 500 mg prn
Domperidone 3 x 10 mg prn
Edukasi :
1. Tirah baring total
2. Perbanyak minum
3. Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, rendah serat
4. Minum obat teratur
Anamnesis :
- Demam 7 hari terutama sore/malam hari
- Mual, nafsu makan berkurang, sakit kepala, pegal, lemas
- Sering jajan sembarangan
Pemeriksaan Fisik
Suhu febris 37,8
Lidah kotor (tifoid tongue) halitosis +
Pemeriksaan Penunjang
titer o dan h : 1/160
HORDEOLUM
S/
Tn. M, 61 tahun
Keluhan utama : benjolan di kelopak mata kanan atas
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada kelopak mata kanan atas dialami sejak 3 hari. Benjolan
tampak kemerahan dan terasa nyeri saat ditekan. Rasa gatal pada benjolan disangkal. Adanya
pandangan kabur disangkal. Riwayat mata merah berair disangkal. Pasien belum pernah mengalami
keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien mengatakan awalnya berupa bintitan kecil di kelopak mata,
kemudian karena dirasa mengganjal dan tidak nyaman pasien mengucek-ngucek mata tanpa mencuci
tangan terlebih dahulu. Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal. Riwayat digigit serangga
maupun kemasukan benda asing disangkal. Riwayat trauma disangkal. Riwayat alergi disangkal.
Riwayat penggunaan kacamata disangkal.
O/
Ku : TSR, CM
TD : 117/74 N: 87 RR: 20
TB : 175 BB : 67
Status internus dbn
Status lokalis :
Visus ODS dbn
Posisi bola mata ortotropia
Gerakan bola mata baik ke segala arah
Palpebra superior dan inferior OD dbn
Palpebra superior OD : Palpebra Hiperemis (+), Edema (+) Sekret (+) Benjolan(+) nyeri(+) Puncta (-)
Konjuntiva ODS hiperemis (-/-) injeksi konjunctiva (-/-)
Kornea, lensa ODS dbn
A/
Hordeolum (H00)
Diagnosis banding
Kalazion (H00.1)
P/
Chloramphenicol salep mata 3 x 1 OS
Ibuprofen 2x1 prn
Edukasi
1. Mata dikompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit setiap kalinya untuk membantu drainase.
Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.
2. Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak
menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Tindakan
dilakukan dengan mata tertutup.
3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius.
4. Hindari pemakaian bahan seperti makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi
penyebab infeksi.
5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.
6. Menggunakan kacamata pelindung/helm saat mengendarai motor.
- Faringitis
An. N. 15 tahun
Keluhan utama : Nyeri menelan
S/
An. N datang ke puskesmas Jatisampurna dengan keluhan nyeri menelan. Nyeri menelan
dirasakan sejak kurang lebih 3 hari yang lalu. Keluhan muncul setelah pasien minum air es
setelah olahraga beberapa hari yang lalu. Setelah itu pasien merasakan tidak enak badan dan
tenggorokannya sakit untuk menelan. Keluhan dirasakan lebih ringan jika pasien
meminum air hangat dan semakin berat saat pasien memakan makanan berminyak, pedas
dan minum air dingin. Pasien juga mengeluhkan pilek, demam, dan sakit kepala sejak 3 hari
yang lalu juga, namun tidak terdapat batuk. Pasien senang mengkonsumsi minuman dingin,
gorengan dan makanan pedas. Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya. Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.
Riwayat bepergian keluar kota dan kontak dengan pasien covid disangkal, pasien sudah
vaksin 3 kali. Keluhan lain seperti mual, muntah, nyeri ulu hati disangkal. Riwayat merokok
disangkal oleh pasien.
O/
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : baik
Kesadaran CM
TB : 165 cm
BB : 57 kg
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit, regular, isi cukup
Respirasi : 20 x/ menit
Kepala
Mata : anemis -/-, ikterus -/-, mata cekung -/-
Wajah : sianosis (-), flushing (-)
Telinga : deformitas (-)
Hidung : deformitas (-)
Mulut : sianosis bibir (-), stomatitis (-), faring hiperemis (+), terdapat ptechie pada
faring, tonsil T1-T1 tenang
Leher : pembesaran KGB (-)
Toraks : dbn
Abdomen : dbn
Ekstrimitas : dbn
A/
.Diagnosis
Faringitis akut (J02)
DD/
Tonsillitis (J03)
A/
Penatalaksanaan
a. Amoxicillin 3 x 500 mg
b. Paracetamol 3 x 500 mg
Deksametason 2x1
I. Edukasi
a. Minum air hangat untuk meredakan nyeri menelan.
b. Tidak mengkonsumsi makanan pedas, berminyak dan es.
c. Meminum obat dengan teratur dan kembali ke puskesmas jika gejala belum
membaik.
- Luka bakar
S/
Tn. M, : 60 tahun
S/ keluhan utama : luka bakar pada punggung kaki kanan
PAsien datang ke puskesmas dengan keluhan terdapat luka bakar pada punggung kaki
kanannya setelah terkena minyak panas satu hari sebelumnya. Pasien merasakan nyeri dan
perih serta kemerahan pada lukanya. Keluhan tidak disertai dengan demam, gatal, baal,
muncul bula serta nanah. Keluhan dibagian tubuh lain disangkal. Terkait keluhannya pasien
sudah membersihkan dengan air mengalir. Pasien belum mengoleskan apapun pada luka.
Pasien baru pertama kali mengalami keluhan serupa. Keluhan pada anggota keluarga
disangkal. Riwayat hipertensi diakui oleh pasien. Riwayat gula, alergi, dan penyakit kronis
lain disangkal.
O/
Pemeriksaan Fisik
Ku ; TSR, CM
TB : 170 BB 62
TD : 140/88
N : 90
RR : 20
Status internus dbn
Status lokalis
Pada punggung kaki kanan terdapat macula eritem, nyeri (+), bulla (-) pus (-)
A/
Diagnosis
Burn Injury Derajat 1 (T31)
DD/
DKI (L30)
P/
Tatalaksana
Wound toilet
Levertan salep luka bakar 2x1 ue
Asam mefenamat 3x1
AMoksililin 3x1
Edukasi :
1. Luka dijaga kebesihannya, jangan basah dan lembab
2. Sering membersihkan dan mengganti verban
3. Jangan mengoleskan pasta, atau zat lain selain yang diberikan dokter
4. Antibiotic dihabiskan
5. Berhati-hati sehingga keluhan serupa tidak berulang dikemudian hari