Tn.IM laki – laki 26 tahun, belum menikah, pendidikan tamat SLTA, pegawai swasta,
suku jawa, agama Islam. Diagnosa Medis HIV, Toksoplasma Ensefalitis dd ME TB 2. Alasan
klien masuk IGD RS dengan keluhan utama penurunan kesadaran. Riwayat penyakit klien
diketahui positif HIV sejak tahun 2017 dengan faktor resiko hubungan seks beresiko sesama
jenis. Klien sudah mendapatkan terapi ARV selama 2 tahun dengan regimen duviral, neviral
namun putus obat. Pengkajian dilakukan pada 15 Maret 2021. Pengkajian neurologi klien
mengalami penurunan kesadaran dengan GCS E1M5V2, fungsi sensorik dan fungsi kognitif
belum dapat dikaji, kaku kuduk, Babinski positif bilateral. Hasil CT Scan 16 Maret 2021:
multiple lesi dengan mesenphalon, basal ganglia kiri, subkortikal lobus frontal kanan dan kiri,
lobus parietal kiri dd Toksoplasma encephalitis. Kebutuhan makanan dan minuman: terdapat
penurunan nafsu makan: BB 45 kg, TB 170 cm. IMT 15,57 kg/m2. Penurunan BB 25 kg dalam 6
bulan terakhir. Konjungtiva anemis mukosa mulut kering, terdapat kandidiasis oral. Hasil
pemeriksaan laboratorium Hb 9,8 gr/dl. Kebutuhan proteksi dan kebersihan : nilai CD4 69 sel/ul.
Hasil pemeriksaan BTA positif.
I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan 15 Maret 2021
I. Identitas
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn. IM
b. Umur : 26 th
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku Bangsa : Jawa
f. Status Perkawinan : Belum menikah
g. Pendidikan terakhir: SLTA
h. Pekerjaan : Pegawai swasta
i. Diagnosa Medis : HIV, Toksoplasma Ensefalitis dd ME TB 2
II. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengalami penurunan kesadaran
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien menderita HIV Toksoplasma
Ensefalitis dd ME TB 2. Pasien mengalami penurunan berat badan yang drastis
selama 6 bulan sebanyak 25 kg.
c. Riwayat Dahulu
Riwayat penyakit klien diketahui positif HIV sejak tahun 2017 dengan faktor resiko
hubungan seks beresiko sesama jenis. Klien sudah mendapatkan terapi ARV selama 2
tahun dengan regimen duviral, neviral namun putus obat.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, DM ataupun
Hipertensi.
1. Sistem Pernafasan
Gejala (Subyektif) :
a. Inspeksi
1) Kelainan Tulang Belakang : Tidak ada
2) Warna Kulit : Tidak sianosis
3) Lesi pada Dinding Dada : Tidak ada
4) Terdapat Luka Post Operasi : Tidak ada
5) Terpasang WSD ( kateter ) : tidak terpasang WSD
6) Clubbing Finger : Tidak ada
7) Dada : Simentris
8) Pergerakan Dada : Simetris
9) Frekuensi dan Irama Pernapasan : 24 x/menit
10) Penggunaan otot bantu nafas : tidak ada
b. Palpasi
1) Taktil Fremitus : Teraba
2) Nyeri Tekan : Tidak ada
3) Massa Abnormal : Tidak ada
c. Perkusi : Normal
d. Auskultasi
1) Suara napas : vesikuler
2) Friction Rub : Tidak ada
2. Sistem Kardiovaskuler
Gejala (Subyektif) :
a. Inspeksi
1) Sklera : Tidak ikterik
2) Konjungtiva : Anemis
3) Ictus cordis : Tidak tampak
b. Palpasi
1) Heart Rate
Frekuensi : 100 x/menit
Irama : Normal
Isi nadi : Normal
2) Ekstremitas : Tidak terdapat edema ekstremitas
3) Kulit : Hangat
4) Capillary Refill : <2 detik
c. Perkusi
1) Bunyi perkusi jantung : Normal
2) Batas jantung : Normal
d. Auskultasi
1) Gallop : Tidak ada
2) Murmur/Bising Jantung : Tidak ada
3. Sistem Gastrointestinal
Gejala (Subyektif) :
Balance : -200cc/jam
f. Inspeksi : Simetris
g. Auskultasi :
1) Bising usus : 10 x/mnt
2) Pengkajian peristaltic : Normal
h. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
i. Perkusi : Thympani
j. Hemoroid : Tidak ada
4. Sistem Perkemihan
Gejala (Subyektif) :
Riwayat Imunisasi :
7. Sistem Reproduksi
Tidak ada kelainan atau keluhan pada system reproduksi
Perilaku beresiko klien melakukan hubungan seks sesama jenis
8. Sistem Muskuloskeletal
Gejala (Subyektif) :
9. Sistem Endokrin
Gejala (Subyektif) :
GCS E1M5V2
Tingkat kesadaran somnolen
Infeksi oportunistik
Kaku kuduk positif
Reflek Babinski positif bilateral
CT Scan:
Infeksi otak
multiple lesi dengan mesenphalon,
(toksoplasma
basal ganglia kiri, subkortikal lobus
ensefalitis)
frontal kanan dan kiri, lobus parietal
kiri dd Toksoplasma encephalitis
Peradangan otak
Edema serebri
Risiko perfusi
serebral tidak efektif
2. DS : HIV Defisit Nutrisi
Keluarga mengatakan nafsu makan (D.0019)
berkurang, terjadi penurunan berat
badan selama 6 bulan terakhir CD4 rendah
sebanyak 25 kg
DO :
Infeksi oportunistik
HB : 9,5 gr/dl
BB 45 kg
TB 170 cm
Candidiasis oral
IMT 15,57 kg/m2
Terdapat candidiasis oral
Mukosa mulut kering Penurunan nafsu
makan
Asupan nutrisi
berkurang
Defisit nutrisi
BTA positif
menurunnya fungsi
sel limfosit T
Penurunan imunitas
tubuh
Resiko infeksi
1. Perfusi serebral tidak efektif Setelah dilakukan Monitor Neurologis (I.2620) Observasi
berhubungan dengan infeksi tindakan keperawatan Observasi 1. Memonitor status neurologis
otak (toksoplasma ensefalitis) 3x24 jam diharapkan 1. Monitor ukuran, bentuk, seperti tingkat kesadaran, TTV,
reflek pupil serta respon
resiko perfusi serebral kesimetrisan dan reaktifitas pupil Babinski diperlukan untuk
tidak efektif dapat 2. Monitor tingkat kesadaran mengetahui sejauh mana
perkembangan status neurologis
teratasi dengan kriteria 3.Monitor tanda – tanda vital pasien sehingga dapat
hasil : 4. Monitor respon babinski merencanakan intervensi
lanjutan
1. tidak ada penurunan Terapeutik:
Terapeutik:
kesadaran 1.Tingkatkan frekuensi
1. Frekuensi pemantauan
2. tidak ada gelisah, pemantauan neurologis, jika perlu neurologis diperlukan untuk
kecemasan, sakit kepala 2. Hindari aktivitas yang dapat mengetahui apakah ada
peningkatan status neurologis
dan agitasi meningkatkan tekanan intracranial ataupun perburukan
3. Refleks saraf membaik 3. Atur interval waktu pemantauan 2.Aktivitas yang dapat
sesuai dengan kondisi pasien meningkatkan tekanan
intracranial dapat berdampak
4. Dokumentasi hasil pemantauan pada perfusi serebral tidak
efektif sehingga menurunkan
Edukasi: tingkat kesadaran pasien
1.Jelaskan tujuan dan prosedur 3.Mengatur interval waktu
pemantauan pemantauan serta dokumentasi
diperlukan untuk mengetahui
2. Informasikan hasil pemantauan, perkembangan status neurologis
jika perlu pasien
Edukasi :
1. Pemberian informasi kepada
pasien dan keluarga dapat
mengurangi kecemasan dan
ketakutan akan prosedur
pemantauan yang dilakukan
2. Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119) Observasi :
dengan kurang asupan nutrisi tindakan keperawatan Observasi : 1. Observasi perlu dilakukan
(nafsu makan menurun) selama 3x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi untuk mengetahui kondisi pasien
diharapkan deficit nutrisi 2. Identifikasi perlunya
2. Identifikasi perlunya
dapat teratasi dengan penggunaan NGT
penggunaan NGT diperlukan
kriteria hasil: 3. Monitor asupan makanan
pada pasien dengan kesadaran
1.Berat badan membaik 4. Monitor berat badan
somnolen
2.Indeks Masaa Tubuh 5. Monitor hasil pemeriksaan
membaik laboratorium 3. Asupan makanan, berat badan
2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet Terapeutik :
Edukasi : 1. Oral hygiene digunakan untuk
1. Ajarkan posisi duduk jika menjaga kebersihan mulut
mampu pasien sebelum makan
2. Anjurkan diet yang
2. Pasien dan keluarga dapat
diprogramkan
menentukan pedoman diet yang
Kolaborasi
tepat untuk pasien
1. Kolaborasi dengan ahli
Edukasi:
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis 1. Keluarga dan pasien diajarkan
untuk duduk tegak jika mampu
nutrient yang dibutuhkan selama proses pemberian
makanan melalui NGT
2. diet yang diprogramkan
diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi dilakuakn untuk
menentukan nutrisi yang sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan
pasien
3. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (1.14539) Pencegahan Infeksi
Observasi Observasi
dengan penyakit kronis (HIV) tintdakan keperawatan
1. Monitor tanda dan gejala 1. Monitor tanda dan gejala
selama 3x24 jam, infeksi local dan sistemik
infeksi dilakukan karena pasien
Terapeutik
diharapkan resiko infeksi
1. Pertahankan teknik aseptic pada rentan terkena infeksi
dapat teratasi dengan pasien resiko tinggi
kriteria hasil: 2. Batasi jumlah pengunjung Terapeutik
Edukasi
1. Infeksi berulang 1. Jelaskan tanda gejala infeksi 1.Teknik aseptic dapat
menurun 2. Anjurkan meningkatkan meminimalisir pasien terkena
asupan cairan
2. Tidak ada penurunan 3. Anjurkan meningkatkan infeksi karena imunitas tubuh
berat badan asupan nutrisi yang rendah
Kolaborasi
3. Kadar CD4 1. Kolaborasi pemberian
Edukasi
meningkat imunisasi, jika perlu
1. Tanda gejala infeksi perlu
diinformasikan kepada pasien
dan keluarga sehingga jika
terjadi tanda gejala infeksi dapat
segera diinformasikan ke tenaga
kesehatan
Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia