Anda di halaman 1dari 55

B.H.

Ralph Kairupan
Bagian Psikiatri FK Unsrat

SKIZOFRENIA
Prof.dr. B.H. Ralph Kairupan, SpKJ,KAR,KAD

 Tempat - Tgl. Lahir: Makassar – 23 Mei 1961 (54 thn)


 Agama: Kristen Protestan
 Keluarga:
 Isteri: Prof.dr. Nova H. Kapantow, DAN,MSc,SpGK
 Anak - anak mantu:
 dr. Tara S Kairupan, M.Kes (27) & dr. Joshua Runtuwene, M.Kes (27)
 dr. Timothy S Kairupan (25) & dr. Natasya T. Rokot (25)
Keempatnya sedang studi S3/PhD di Kagoshima University Graduate School of
Medical & Dental Sciences – Jepang
 dr. Tiffani Sharon Kairupan (21)
S2 PPs Unsrat
Internship di Palu
 Cucu-cucu: Shana Michelle Runtuwene & Kenneth Benjamin Kairupan
Prof.dr. B.H. Ralph Kairupan, SpKJ,KAR,KAD

 Pendidikan & Sertifikasi:


 1979: Masuk FK Unsrat
 Agustus 1985: Drs.Med (Dokter Muda – sekarang S.Ked) – FK Unsrat
 Mei 1987: Dokter Umum – FK Unsrat
 Juli 1996: Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (Psikiater) – FKUI
 Mei 1999: Dokter Sub-spesialis Kedokteran Jiwa Anak & Remaja – FKUI
 Januari 2004: Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Konsultan Bidang Psikiatri Anak &
Remaja – PP PDSKJI – Kolegium Psikiatri Indonesia
 Januari 2004: Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Konsultan Bidang Psikiatri Adiksi -
PP PDSKJI – Kolegium Psikiatri Indonesia
 Desember 2005: Dokter Spesialis Konsultan di Bidang Psikiatri Anak & Remaja –
Kolegium Psikiatri Indonesia
 Juni 2008: Sertifikat Pendidik (Dosen Profesional bidang Ilmu Kesehatan Jiwa) -
Departemen Pendidikan Nasional RI
Prof.dr. B.H. Ralph Kairupan, SpKJ,KAR,KAD

 Ruang Lingkup Kajian:


 Ilmu Kedokteran Jiwa & Perilaku
 Psikologi Perkembangan
 NAPZA
 Pendidikan Kesehatan & Ilmu Perilaku (Promosi Kesehatan)
 Konseling Pastoral
 Manajemen Pendidikan Tinggi
 Kontak:
 bhr.kairupan@unsrat.ac.id &
ralphkairupan@yahoo.com
 Ponsel: 08124307175 & 08114312305
Gambaran Umum Skizofrenia

 Termasuk dalam kelompok Gangguan PSIKOTIK


 Sindrom Klinik dari psikopatologi yang berat dan
sangat mengganggu pada proses pikir, perasaan
dan perilaku;
 Bervariasi antar pasien & waktu
 Biasanya mulai sebelum usia 25 tahun, berlanjut
seumur hidup; bisa pada semua strata sosial;
 Pasien dan keluarganya sering menderita akibat
perawatan yang buruk dan pengasingan sosial;
Gambaran Umum Skizofrenia

 Wp dijelaskan seperti sebagai suatu gangguan


tunggal, namun pada kenyataannya skizofrenia
meliputi suatu kumpulan gangguan yang
heterogen (bervariasi)
 Etiologi
 Manifestasi klinik
 Respons terapi
 Perjalanan penyakit/gangguan
 Diagnosis: hanya berdasarkan riwayat psikiatrik
& pemeriksaan status mental!
Sejarah

 Tugas: Baca
 Benedict Morel (1809 – 1873)
 Emil Kraeplin (1856 – 1926)
 Eugene Bleuler (1857 – 1939)
 Kurt Schneider (1887 – 1967)
Epidemiologi

 Prevalensi 1 %
 Puncak onset : pria 15-25 th; wanita 25 – 35 th
 Gejala negatif : pria > wanita
 Fungsi sosial memburuk : pria > wanita
 Lebih sering lahir pada musim dingin dan awal
semi
 50 % pernah mencoba bunuh diri, dan 10 %
meninggal
 Lebih banyak pada sosial ekonomi lemah, dan
penduduk perkotaan.
Etiologi

 Faktor genetik:
 Prevalensi:
 Populasi umum 1%;
 Non-twin sibling of a sch pt 8%
 Anak dengan salah satu ortu sch 12%
 Kembar dizigotik 12%
 Anak dengan kedua ortu sch 40%
 Kembar monozigotik 47%
Etiologi

 Faktor biokimia:
 Hipotesis dopamin (hiperdopaminergik)
 Gejala positif
 Serotonin yang berkelebihan:
 Gejala positif & negatif
 Norepinefrin terganggu:
 Anhedonia
 GABA berkurang:
 Hiperdopaminergik
 Neuropeptida, Glutamat, Asetilkolin & Nikotin
tggu
Perjalanan Gangguan

 Kemungkinan:
 Terus menerus tanpa perbaikan temporer
 Episodik dengan defisit yang progresif atau stabil
 Episodik dengan perbaikan (remisi) yang
sempurna atau tak sempurna
 Fase yang khas terdiri dari:
 Fase prodromal
 Fase Aktif
 Fase Residual
Pedoman atau Kriteria diagnostik
• PPDGJ – III – DepKes RI
 (terjemahan ICD-10 - WHO)
• DSM-5 (APA)
Gejala Positif & Negatif

 Gejala Positif: peningkatan atau distorsi


fungsi normal
 Gejala Negatif: pengurangan atau kehilangan
fungsi normal
Gejala Positif

 Waham
 Halusinasi
 Inkoherensi, asosiasi longgar, peningkatan
pembiacaraan
 Perilaku yang sangat kacau
Gejala Negatif

 Ekspresi afektif yang datar


 Alogia ( kemiskinan pembicaraan )
 Avolition ( ketidakmampuan memulai dan
mempertahankan aktivitas yang bertujuan )
 Anhedonia
 Bloking
 Penarikan sosial
 Defisit kognitif
 Defisit perhatian
 Ketidak mampuan merawat diri
4A dari Bleuler

 Gejala Primer atau Fundamental (mayor)


 Gangguan Asosiasi Pikir
 Gangguan Afektif
 Autisme
 Ambivalensi
 Ada juga gejala minor:
 Halusinasi
 Delusi (waham)
Kriteria menurut Kurt Schnieder

 First-rank symptoms:
 Audible thought
 Voices arguing or discussing or both
 Somatic passivity experiences
 Thought withdrawal and other experiences of
influenced thought
 Delusional perceptions
 All other experiences involving volition made
affects, and made impulses
Kriteria menurut Kurt Schnieder

 Second-rank symptoms:
 Other disorders of perception
 Sudden delusional ideas
 Perplexity
 Depressive and euphoric mood changes
 Feeling of emotional impoverishment
 “...and several other as well’’
Pedoman Diagnostik (PPDGJ – III)

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini


yang amat jelas (dan biasanya 2 gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas) :
(a) – “thought echo” = isi pikiran dirinya
sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi
pikiran ulangan walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda; atau -
Pedoman Diagnostik (PPDGJ – III)

“thought insertion or withdrawal” = isi


pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal); dan - “thought broadcasting”
= isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya;
Pedoman Diagnostik (PPDGJ – III)

(b) “delusion of control” = waham tentang


dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar atau
 “delusion of influence” = waham tentang
dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar atau
Pedoman Diagnostik (PPDGJ – III)

 “delusion of passivity” = waham tentang


dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya =
secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh /
anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
pengideraan khusus);
 “delusional perception” = pengalaman
inderawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat
mistik atau mukjizat;
Pedoman Diagnostik (PPDGJ – III)

(c) Halusinasi auditorik :


 suara halusinasi yang berkomentar secara
terus menerus terhadap perilaku pasien atau
 mendiskusikan perihal pasien diantara mereka
sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau
 jenis suara halusinasi lain yang berasal dari
salah satu bagian tubuh
Pedoman Diagnostik (PPDGJ – III)

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang


menurut budaya setempat dianggap tidak wajar
dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan atau politik tertentu, atau kekuatan
di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca atau berkomunikasi
dengan makhluk asing dari dunia lain.
Pedoman Diagnostik (PPDGJ – III)

Atau paling sedikit dua gejala di bawa ini yang


harus selalu ada secara jelas :
(e) halusinasi yang menetap dari panca-indera
apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-
minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
Pedoman Diagnostik (PPDGJ – III)
(f) arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
(g) perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah
(excitement), posis tubuh tertentu (poturing), atau
fleksibilitas cerea, negativisme, dan stupor;
(h) gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis,
bicara yang jarang dan respons emosional yang
menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan
menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika;
Pedoman Diagnostik (PPDGJ – III)

 adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah


berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal);
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan
bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality)
dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap
larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Pedoman Diagnostik (PPDGJ – III)

 Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasi


dengan menggunakan kode lima karakter berikut :
 F20.x0 Berkelanjutan
 F20.x1 Episodik dengan kemunduran progresif
 F20.x2 Episodik dengan kemunduran stabil
 F20.x3 Episodik berulang
 F20.x4 Remisi tak sempurna
 F20.x5 Remisi sempurna
 F20.x8 Lainnya
 F20.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun
• SKIZOFRENIA PARANOID
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Sebagai tambahan :
 halusinasi dan / atau waham harus menonjol;
 suara-suara halusinasi yang mengancam pasien
atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik
tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming) atau bunyi
tawa (laughing);
• SKIZOFRENIA PARANOID
 halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh;
halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
 waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi
waham dikendalikan (delusion of control)
dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity
(delusion of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar
yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;
 gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan, serta gejala katatonik, secara
relative tidak nyata / tidak menonjol
• SKIZOFRENIA HEBREFRENIK
 Memenuhi kriteria umum diagnosis
skizofrenia
 Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali
hanya ditegakkan pada usia remaja atau
dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25
tahun)
 Kepribadian pre-morbid menunjukkan cirri
khas : pemalu dan senang menyendiri
(solitary), namun tidak harus demikian untuk
menentukan diagnosis
• SKIZOFRENIA HEBREFRENIK
 Untuk diagnosis hebefrenia yang
meyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan
lamanya, untuk memastikan bahwa
gambaran yang khas berikut ini memang
benar bertahan :
 perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak
dapat diramalkan, serta manerisme, ada
kecenderungan untuk menyendiri (solitary), dan
perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa
perasaan
• SKIZOFRENIA HEBREFRENIK
 afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar
(inappropriate), sering disertai cekikikan
(giggling) atau perasaan puas diri (self satisfied),
senyum sendiri (self absorbed smiling) atau oleh
sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa
menyeringai (grimaces), mannerlisme, mengibuli
secara bersenda gurau (pranks), keluhan
hipokondriakal dan ungkapan kata yang diulang-
ulang (reiterated phrases)
 proses pikir mengalami disorganisasi dan
pembicaraan tak menentu (rambling) serta
inkoheren.
• SKIZOFRENIA HEBREFRENIK
 Gangguan afektif dan dorongan kehendak,
serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol.
 Halusinasi dan waham mungkin ada tapi
biasanya tidak menonjol (fleeting and
fragmentary delusions and hallucinations).
• SKIZOFRENIA HEBREFRENIK
 Dorongan kehendak (drive) dan yang
bertujuan (determination) hilang serta
sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku
penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu
perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa
maksud (empty of purpose) adanya suatu
preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-
buat terhadap agama, filsafat dan tema
abstrak lainnya, makin mempersukar orang
memahami jalan pikiran pasien.
• SKIZOFRENIA KATATONIK
 Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis
skizofrenia
 Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus
mendominasi gambaran klinisnya :
 stupor (amat berkurangnya dalam reaktifitas
terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta
aktivitas) atau mutisme (tidak berbicara);
 gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik
yang tak bertujuan yang tidak dipengaruhi oleh
stimuli eksternal)
• SKIZOFRENIA KATATONIK
 menampilkan posisi tubuh tertentu (secara
sukarela mengambil dan mempertahankan
posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau
aneh);
 negativisme (tampak jelas perlawanan yang
tidak bermotif terhadap semua perintah atau
upaya untuk menggerakkan, atau pergerakan
kearah yang berlawanan) 
• SKIZOFRENIA KATATONIK
 rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang
kaku untuk melawan upaya untuk
menggerakkan tubuhnya)
 fleksibilitas cerea / “waxy flexibility”
(mempertahankan anggota gerak dan tubuh
dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar, dan
 gejala-gejala lain seperti, command automatism
(kepatuhan secara otomatis terhadap perintah),
dan pengulangan kata-kata serta kalimat-
kalimat.
• SKIZOFRENIA KATATONIK
 Pada pasien yang tidak komunikatif dengan
manifestasi perilaku dari gangguan katatonik,
diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda
sampai diperoleh bukti yang memadai tentang
adanya gejala-gejala lain.
 Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala
katatonik bukan petunjuk diagnostic untuk
skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan
oleh penyakit otak, gangguan metabolic atau
alcohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi
pada gangguan afektif.
Diagnostic Criteria for Schizophrenia
(DSM-5, APA)

 A. Characteristic symptoms: Two (or more) of the following, each present for a
significant portion of time during a 1-month period (or less if successfully treated):
• delusions
• hallucinations
• disorganized speech (e.g., frequent derailment or incoherence)
• grossly disorganized or catatonic behavior
• negative symptoms, i.e., affective flattening, alogia or avolition
Note: Only one Criterion A symptom is required if delusions are bizarre or
hallucinations consist of a voice keeping up a running commentary on the person's
behavior or thoughts, or two or more voices conversing with each other.
Diagnostic Criteria for Schizophrenia
(DSM-5, APA)

 B. Social/occupational dysfunction: For a


significant portion of the time since the onset of
the disturbance, one or more major areas of
functioning such as work, interpersonal relations
or self-care are markedly below the level achieved
prior to the onset (or when the onset is in
childhood or adolescence, failure to achieve
expected level of interpersonal, academic, or
occupational achievement).
Diagnostic Criteria for Schizophrenia
(DSM-5, APA)

 C. Duration: Continuous signs of the disturbance persist


for at least 6 months. This 6-month period must include
at least 1 month of symptoms (or less if successfully
treated) that meet Criterion A (i.e., active-phase
symptoms) and may include periods of prodromal or
residual symptoms. During these prodromal or residual
periods, the signs of the disturbance may be manifested
by only negative symptoms or two or more symptoms
listed in Criterion A present in an attenuated form (e.g.,
odd beliefs, unusual perceptual experiences).
Diagnostic Criteria for Schizophrenia
(DSM-5, APA)

 D. Schizoaffective and Mood Disorder exclusion:


Schizoaffective Disorder and Mood Disorder With
Psychotic Features have been ruled out because
either (1) no major depressive episodes or Manic
Episodes have occurred concurrently with the
active-phase symptoms; or (2) if mood episodes
have occurred during active-phase symptoms,
their total duration has been brief relative to the
duration of the active and residual periods.
Diagnostic Criteria for Schizophrenia
(DSM-5, APA)

 E. Substance/general medical condition exclusion:


The disturbance is not due to the direct
physiological effects of a substance (e.g., a drug of
abuse, a medication) or a general medical
condition.

Source: Diagnostic and Statistical Manual (DSM-V), American Psychiatric Association


Penatalaksanaan
Isu-isu Penatalaksanaan:
Tugas!!!
 Indikasi MRS
 Modalitas Terapi
 Farmakoterapi (Psikofarmaka)
 Fase-fase terapi
 Fase akut
 Fase stabilisasi & fase pemeliharaan
 Bagaimana mengatasi:
 Noncompliance
 Poor Responder
 Efek Samping Obat
 Terapi Psikososial
INDIKASI MASUK RUMAH SAKIT
 Diagnosis
 Stabilisasi dosis obat
 Keamanan pasien & orang lain
 Perilaku yang sangat kacau
 Perawatan diri yang buruk
MODALITAS TERAPI

 Psikofarmaka
 Terapi Psikososial
Pedoman Pemberian Antipsikotik

 Terdapat 5 pedoman dalam penggunaan


antipsikotik pada penderita skizofrenia , yaitu :
 Tentukan “target symtomps” terlebih dahulu
 Antipsikotik yang telah berhasil dengan baik pada
masa lampau sebaiknya tetap dipergunakan
 Pengganti jenis antipsikotik baru dilakukan setelah
jenis antipsikotik sebelumnya telah dipergunakan 4
– 6 minggu
 Hindari polifarmasi
 Dosis pemeliharaan adalah dosis efektif terendah
C. Psikososial

 Terapi perilaku
 Terapi keluarga
 Terapi kelompok
 Psikoterapi individual
MENENTUKAN PROGNOSIS

DUBIA AD BONAM (RAGU-RAGU KE ARAH BAIK):


 Onset akut dengan faktor pencetus yang jelas
 Riwayat hubungan sosial & pekerjaan yang baik
( premorbid )
 Adanya gejala afektif ( depresi )
 Subtipe paranoid
 Subtipe katatonik
 Sudah menikah
 Banyak symptoms positif
 Kebingungan
 Tension, Cemas hostilitas
MENENTUKAN PROGNOSIS
DUBIA AD MALAM (RAGU-RAGU KE ARAH BURUK):
 Onset perlahan-lahan dengan faktor pencetus tidak jelas
 Riwayat hubungan sosial dan pekerjaan buruk (premorbid)
 Menarik diri , tingka laku yang artistik
 Tipe Hebepink dan tipe tak tergolongkan
 Belum menikah
 Riwayat skizofrenia dalam keluarga
 Adanya gejala neurologik
 Banyak symptom negatif
 Tidak ada gejala afektif atau hostilitas yang jelas
Gangguan jiwa dengan gejala Psikotik

Gg. Mental Organik Gg. Non-organik


 Delirium  Skizofrenia
 Dementia  Gg. Waham
 Sind. Amnestik & Halusinasi  Gg. Afektif Berat
Organik
 Gg. Psikotik Non-organik
 Sind. Waham Organik
lainnya
 Sind. Afektif Organik
 Sind. Kepribadian Organik
 Gg. Mental & Perilaku akibat
Penggunaan Zat Psikoaktif
(dg gejala psikotik)
Tuhan Yesus Memberkati!

Anda mungkin juga menyukai