Anda di halaman 1dari 20

NEKROSIS dan JEJAS

REVERSIBLE

RATNA DWI KRISMONDANI


1710211004
DEFINISI
Nekrosis merupakan jenis kematian sel yang dihubungkan dengan
• hilangnya integritas membrane
• bocornya isi sel sehingga terjadi kerusakan sel, terutama akibat pengaruh
enzim yang merusak sel ( protease, ATPase, fosfolipase, dan endonuclease ).
• Isi sel yang bocor keluar akan mengakibatkan reaksi lokal pejamu yang
disebut radang yang merupakan upaya untuk menghilangkan sel yang mati
dan memulai proses perbaikan.
• Enzim yang mengakibatkan pencernaan sel berasal dari lisosom sel mati dan
dari lisosom leukosit yang dikerahkan sebagai bagian dari reaksi radang
karena adanya sel yang mati.
Lisosom menghasilkan enzim : RNAase, DNAase, protease, glukosidase
dll
Leukosit fagositosik menghasilkan enzim mieloperoksidase yang
mengubah H2O2 menjadi komponen hipoklorit yang amat reaktif
KARAKTERISTIK
• Nekrosis ditandai dengan adanya perubahan pada sitoplasma dan inti
sel yang mengalami jejas
1. Perubahan sitoplasma.
• Sel nekrotik mengalami peningkatan warna eosin
• Terjadi karena peningkatan ikatan eosin dengan protein sitoplasma
yang mengalami denaturasi dan akibat hilangnya warna basofil yang
biasanya dijumpai pada asam ribonukleat (RNA) pada sitoplasma
• Dibandingkan dengan sel viabel maka sel ini memberikan gambaran
jernih, homogen terutama akibat hilangnya partikel glikogen
• Gambaran mielin lebih mencolok pada sel nekrotik dibandingkan saat
jejas reversibel
• Dengan elektron mikroskop sel nekrotik ditandai dengan
diskontinuitas pada plasma dan membran organel, dilatasi mencolok
pada mitokondria dengan gambaran benda amorf, kerusakan lisosom
dan gambaran mielin dalam sitoplasma.
2. Perubahan inti.
Warna basofil dari kromatin akan memudar (kariolisis), kemungkinan terjadi sekunder
akibat aktivitas deoksiribonuklease (DNase). Gambaran kedua adalah piknosis, berupa
inti yang mengecil dan warna basofil meningkat; DNA berubah menjadi suatu massa
padat melisut. Gambaran ketiga adalah kario reksis, inti piknotik mengalami
fragmentasi. Dalam satu atau dua hari inti sel yang mati akan menghilang

3. Nasib sel nekrotik


Sel mati akan diganti oleh benda mielin yang akan difagositosis oleh sel
lain atau mengalami degradasi menjadi asam lemak. Asam lemak ini akan mengikat
garam kalsium, mengakibatkan sel mati mengalami proses klasifikasi.
Perubahan morfologik pada jejas sel reversibel dan ireversibel (nekrosis). A, Tubulus ginjal
normal dengan sel epitel viabel. B. Jejas dini (reversibel) iskemik menunjukkan tonjolan
permukaan, peningkatan eosinofilia di sitoplasma, dan pembengkakan beberapa sel. C, jejas
nekrotik (ireversibel) sel epitel, dengan hilangnya inti dan fragmentasi sel dan bocornya isi sel.
Gambaran Nekrosis Jaringan
• Nekrosis koagulatifa. Merupakan jenis nekrosis yang arsitektur
jaringannya tetap dipertahankan untuk beberapa hari
• Nekrosis liquefaktifa dijumpai pada infeksi bakteri setempat, atau
kadang-kadang infeksi jamur, karena mikroba akan mengakibatkan
akumulasi sel radang dan enzim leukosit yang mencerna ("liquefy")
jaringan.
• Nekrosis kaseosa, sering dijumpai pada fokus infeksi tuberkulosa.
Kaseosa berarti "mirip keju" menyatakankan gambaran putih
kekuning-kuningan pada daerah nekrosis yang rapuh
• Nekrosis lemak merupakan daerah setempat yang mengalami
destruksi lemak, suatu kelainan khas akibat pelepasan enzim lipase
pankreas yang teraktifkan ke dalam jaringan pankreas dan rongga
peritoneum
• Nekrosis fibrinoid merupakan nekrosis khusus, tampak dengan
mikroskop cahaya, umumnya terjadi pada reaksi imun dimana
kompleks antigen dan antibodi mengendap pada dinding arteri.
Nekrosis koagulativa. A, lnfark bentuk baji pada ginjal (kuning) dengan preservasi batas
luar. B , Gambaran mikroskopik tepi infark, dan ginjal normal (N) dan sel nekrosis dalam
infark (I). Sel nekrosis menunjukkan preservasi batas sel dengan hilangnya inti, dan
infiltrat radang di jumpai (sulit melihatnya pada pembesaran ini).
Nekosis liquefaktif. lnfark di otak
menunjukkan
disolusi jaringan.
Nekrosis kaseosa. Tuberkulosis paru,
dengan daerah nekrosis kaseosa yang
luas mengandungi sisa jaringan
berwarna kuning-keputihan (mirip
keju)
• Nekrosis fibrinoid pada arteri
seorang penderita poliarteritis
nodosa. Dinding arteri
menunjukkan daerah melingkar
merah muda akibat nekrosis
dengan deposisi protein dan
peradangan.
Nekrosis lemak pada pankreatitis akuca.
Daerah yang berwarna putih mirip kapur
menandakan fokus nekrosis lemak den
pembencukan sabun kalsium (saponifikasi)
pada daerah penghancuran lemak di
mesenterium
PERBEDAAN NEKROSIS DAN
APOPTOSIS
GAMBARAN NEKROSIS APOPTOSIS

BESAR SEL MEMBENGKAK MENGECIL

INTI Piknosis → karioreksis → kariolisis Fragmentasi menjadi fragmen


sebesar nukleosom

MEMBRAN PLASMA RUSAK Utuh; struktur berubah, terutama


orientasi lemak

ISI SEL Pencernaan enzimatik bisa Utuh; mungkin ditampilkan pada


menghilangkan sel badan-badan apoptotik

RADANG DI SEKITARNYA SERING TIDAK

PERAN FISIOLOGIS ATAU PATOLOGIS Patologi (diakhiri jejas sel Sering fisiologis; upaya untuk
ireversibel) mengeliminasi sel yang tidak
diinginkan; bisa patologis setelah
berbagai cedera sel, khususnya
kerusakan DNA dan kerusakan
protein
JEJAS REVERSIBLE
Dua kelainan morfologik penting yang berkaitan dengan jejas reversible
pada sel ialah
pembengkakan sel dan
degenerasi lemak.
Mula mula hipoksia menyebabkan hilangnya fosforilasi oksidatif dan
pembentukan ATP oleh mitokondria sehingga merangsang glikolisis
aerobik dan glikogen cepat menyusut sedangkan asam laktat fosfat
anorganik terbentuk sehingga menurunkan Ph intrasel menyebabkan
terjadinya penggumpalan kromatin inti
Jejas hipoksik non-letal ialah pembengkakan sel akut disebabkan oleh
• kegagalan transportasi aktif dalam membrane daripada ion Na+ ion k+
ATPase yang sensitive ouabain mengakibatkan natrium masuk
kedalam sel kalium keluar dari dalam sel dan bertambahnya air secara
isosmotic
• peningkatan beban osmotic intra sel karena penumpukan fosfat dan
laktat anorganik serta nukleosida purin
Penemuan jejas hipoksis awal lainnya ialah termasuk hilangnya
polaritas fungsional pada sel epitel yang berpolarisasi,lepasnya ribosom
dari RE,terbentuknya gelembung membrane,dan gambaran mielin.
Referensi :
Robbins basic pathology eds 9

Anda mungkin juga menyukai