Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

Praktikum I:
Praktikum II:
Praktikum III:
Tes Penala
Audiometri
Percobaan Keseimbangan Pada Manusia
A. Percobaan dengan Kursi Barany 1
B. Tes Penyimpangan Penunjukkan (Pas Pointing Test of Barany)
C. Kesan Sensasi
Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis
Praktikum IV:
Pengecapan
Penghidu
Tes Buta Warna

PENGECAPAN
A. Dasar Teori
Reseptor adalah ujung perifer khusus neuron-neuron aferen; reseptor berespon
terhadap rangsangan tertentu, mengubah bentuk-bentuk energi rangsangan menjadi sinyal
listrik serta bahasa sistem saraf. Reseptor untuk pengcapan adalah kuncup pengecap,
yaitu suatu kemoreseptor yang terletak terutama di lidah tetapi juga terdapat pada palatum
lunak dan epiglotis. Kuncup pengecap terdapat pada tonjolan mukosa lidah yang disebut
papilla. Masing-masing kuncup pengecap merupakan sekumpulan sel penunjang dan sel
sensorik yang memiliki rambut dan menonjol membentuk pori-pori pengecap serta
dibasahi oleh saiva.
Pada papilla didapatkan taste buds yang berfungsi untuk menerima rangsangan bahan
kimia dari luar. Pada sisi atas dan sisi samping lidah banyak dijumpai papilla pengecap,
yang jumlahnya ditaksir 2000 buah dan terletak tersebar diatas lidah.
Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir lidah adalah kumpulan
otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan
mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki
struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.
Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa
latin lingua atau glossal dari bahasa yunani. Sebagian besar lidah tersusun atas otot
rangka yag terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus
di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan instrinsik.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang diseut papilla.
Papilla terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi
sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang. Terdapat tiga jenis
papilla yaitu :
1. Papilla filiformis (fili = benang) :
berbentuk
seperti benang halus
2. Papilla sirkumvalata (sirkum = bulat) :
berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V
dibelakang lidah
3. Papilla fungiformis (fungi = jamur)
:
berbentuk seperti jamur
Pengecapan merupakan fungsi utama dari taste buds, tetapi inder penghidu pun sangat
berperan dalam persepsi pengecapan. Indera pengecapan memungkinkan kita merasakan
tekstur lembut atau kasar, at-zat yang terkandung dalam makanan, serta rasa makanan itu
sendiri. Makna pentingnya adalah bahwa pengecapan memungkinkan manusia memilih
makanan sesuai keinginannya. Sensasi pengecapan terjadi karena rangsangan terhadap
berbagai reseptor pengecapan, ada sedikitnya 13 reseptor kimia yang ada pada sel-sel
pengecapan, antara lain :
a. 2 reseptor Natrium
b. 2 reseptor Kalium
c. 1 reseptor Klorida
d. 1 reseptor Inosin
e. 1 reseptor Manis
f. 1 reseptor Pahit
g. 1 reseptor Glutamat, dan
h. 1 reseptor Ion hydrogen
Kemampuan reseptor tersebut dikumpulkan menjadi kategori yang umum disebut sensasi
pengecapan utama tentunya disuaikan dengan area saraf, yaitu :
1. Kuncup pengecapan yang sensitif terhadap rasa manis terletak di ujing lidah

2. Substansi asam dirasakan terutama dibagian samping lidah


3. Substansi asin dapat dirasakan hampir seluruh area lidah, tetapi resptornya terkumpul
dibagian samping lidah
4. Susbtansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap dibagian belakang lidah
Rasa umami (bahasa Jepang), artinya lezat, untuk menyatakan rasa kecap yang
menyenangkan secara kualitatif. Rasa ini dominan ditemukan pada L-glutamat (terdapat
pada ekstrak daging dan keju)
B. Alat dan Bahan
1. Empat buah pinggan kecil berisi :
a. Larutan asam cuka
b. Larutan NaCl 10%
c. Larutan kopi
d. Larutan gula 5%
2. Aplikator (batang kecil dengan salah satu ujungnya diberi kapas)
3. Peta rasa
4. Kertas hisap/saring
C. Tata Kerja
1. Meminta pasangan praktikum berkumur, kemudian mengeringkan lidahnya dengan
kertas hisap
2. Mencelupkan aplikator dalam larutan asam. Membuang larutan dengan menekan sisi
pinggang
3. Menyentuh aplikator pada daerah ujung, sepanjang sisi, tengah, dan belakang lidah
pasangan praktikan
4. Menulia (+) pada daerah peta yang sesuai jika praktikan merasakan laruta tersebut.
Menulis (-) pada daerah peta rasa yang sesuai jika daerah tertentu disentuh tidah
sensitif terhadap larutan yang diuji.
5. Mengulangi prosedur diatas dengan menggunakan ketiga larutan lainnya, satu demi
satu.
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p : Akhdan Aufa
Sepanjang sisi
Bahan
Ujung lidah
Tengah lidah Belakang lidah
lidah
Larutan asam
+
cuka
NaCl 10%
+
+
+
Larutan Kopi
+
Larutan gula
+
5%
Rasa klasik yang dapat dirasakan manusia (manis, asin, asam, pahit dan umami) ternyata
melakukan mekanisme transduksi yang berbeda-beda dan terjadi di sel reseptor yang
berbeda pula. 2 dari mekanisme ini merupakan ionotrophic (rasa asin dan asam) dan
sisanya (rasa manis, umami dan pahit) merupakan metabrotropic
Tranduksi Rasa Manis
Rasa manis dimulai dengn melekatnya molekul gula pada porus perasa. Kemudian hal
ini akan mengaktifkan stimulator yang terdapat pada sitoplasma yang terdapat pada
membran. Stimulator (protein G) akan teraktivasi selanjutnya akan mengaktifkan
enzim adenilat siklase. Enzim ini akan mengaktifkan pembentukan Camp dari ATP.
Terjadinya peningkatan camp akan mengakibatkan terstimulasinya enzim sitoplasma
Figure 1 Peta Rasa Lidah

lainnya.
ion K dapat

Hal ini akan membuat


keluar
sehingga
mengakibatkan
depolarisasi
pada puting pengecap.
Hal
ini
akan
mengakibatkan
terlepasnya
neotransmiter ke sinaps
dan
selanjutnya
akan
diteruskan
ke otak.
Tranduksi
Rasa Asin
Rasa asin
disebabkan
masuknya
ion
Na.
Masuknya
ion
Na
mengakibatkan
tertutupnya
saluran keluar ion K.
Depolarisasi mengakibatkan neotransmiter keluar, dan impuls bisa diterima oleh otak.
Tranduksi Rasa Pahit
Transduksi pahit akan berikatan dengan reseptor pada membran. Pelekatan ii akan
mengakibatkan teraktivasinya protein G lainnya yang kemudian akan mengaktifkan
enzim fosfolipase. Enzim ini akan membuat IP3 yang merupan senyawa yang larut
daam sitoplasma yang terdapat dalam RE. Berikatan IP3 dengan reseptor akan
membuat terbukanya ion Ca. Maka ion Ca akan keluar menuju Sitoplasma.
Peningkatan ion Ca akan membuat saluran K terbuka dan terjadi sinaps.
Tranduksi Rasa Asam
Tidak sepeti rasa manis dan pahit, ras asam terjadi karena konsentrasi proteon atau ion
H. Membran sanyat permeable terhadap proton ini. Masuknya proton akan membuat
depolarisasi akibatnya neotransmiter dilepaskan ke sinaps.

E. Menjawab Pertanyaan
Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat
merasakan rasa manis, asam, dan lainnya sebagainya !
Jawab:
Reseptor untuk pengecapan adalah kemoreseptor. Yaitu reseptor yang menghasilkan
sinyal apabila berikatan dengan bahan kimia tertentu. Kemoreseptor terkemas dalam taste
buds. Sebuah taste bud terdiri dari sekitar 50 sel reseptor kecap berbentuk gelendong
panjang yang terkemas bersama sel penunjang. Setiap taste bud memiliki pori kecap.
Melalui pori kecap, cairan di dalam mulut yang melewati pori dapat masuk dan berkontak
dengan sel reseptor untuk menghantarkan sensasi rasa. Sel reseptor kecap adalah sel
epitel modifikasi dengan banyak lipatan di permukaannya, atau mikrovilus. Membran
plasma mikrovilus mengandung reseptor yang berikatan secara selektif dengan molekul

zat kimia di lingkungan. Hanya bahan kimia dalam bentuk terlarut yang dapat melekat ke
sel reseptor dan memicu sensasi rasa.
Sel reseptor memiliki rentang usia 10 hari. Sel epitel yang mengelilingi taste bud pertama
akan berdiferensiasi menjadi sel penunjang, kemudian menjadi sel reseptor.

Tastan (pengikatan bahan kimia pemicu rasa) dengan sel reseptor akan memicu
terjadinya depolarisasi yang selanjutnya akan menimbulkan potensial aksi.
Ada banyak sekali sensasi rasa yang bisa kita bedakan. Rasa-rasa tersebut adalah variasi
dari lima rasa primer: asin, asam, manis, pahit, dan umami. Setiap sel reseptor dapat
merespon kelima rasa tersebut dengan derajat yang bervariasi sehingga satu sel reseptor
akan cenderung lebih responif terhadap satu rasa. Tergantung rasanya, sel reseptor
menggunakan berbagai macam jalur untuk menimbulkan depolarisasi
1. Asin
Dirangsang oleh NaCl. Ion Na akan masuk langsung ke dalam sel melalui
saluran khusus Na di membrane sel reseptor. Perpindahan tersebut akan
menurunkan negativitas di dalam sel. Akan terjadi depolarisasi reseptor dan
akhirnya akan terbentuk potensial aksi.
2. Asam
Dirangsang oleh H (Hidrogen). Contoh zat yang mengadung zat kimia tersebut
antara lain asam sitrat pada lemon. Ion H akan berikatan dengan reseptor.
Ikatan tersebut akan menyebabkan tertutupnya saluran K. ion K akan terjebak
di dalam sel sehingga negativitas di dalam sel turun. Akhirnya terjad
depolarisasi
3. Manis
Dirangsang oleh konfigurasi tertentu glukosa. Glukosa akan berikatan dengan
G-Protein Coupled Receptor, yaitu reseptor yang berikatan dengan protein G.
Saat glukosa berikatan dengan reseptor, protein G akan terlepas dari reseptor
dan akan mengaktifkan pembawa pesan kedua Camp di sel kecap. Jalur
pembawa pesan kedua akhirnya akan menyebabkan fosforilasi dan
penyumbatan saluran K. ion K akan terjebak di dalam sel, dan negativitas di
dalam sel akan menurun sehingga terjadi depolarisasi
4. Pahit
Dirangsang oleh kelompok tastan yang secara kimiawi lebih beragam. Sebagai
contoh, alkaloid (kafein, nikotin, striknin, morfin, dan turunan tumbuhan
toksik lainnya), serta bahan beracun, semua terasa pahit. Hal ini merupakan

bagian dari mekanisme protektif untuk mencegah ingest senyawa-senyawa


yang berpotensi berbahaya tersebut. Sel kecap yang mendeteksi rasa pahit
memiliki 50-100 reseptor pahit yang masing-masing berespon terhadap rasa
pahit yang berbeda.
Zat kimia pemicu rasa pahit akan melalui jalur yang sama dengan jalur pemicu
rasa manis, yaitu melalui pengikatan G-Protein Coupled Receptor. Protein G
yang ditemukan dalam jalur ini adalah gustducin.
5. Umami
Dirangsang oleh asam amino khususnya glutamate. Zat kimia tersebut
merupakan penanda makanan dengan kandungan protein tinggi (daging) dan
MSG (penyedap makanan). Zat kimia akan berikatan dengan G-Protein
Coupled Receptor, sama seperti manis dan pahit.
Ujung terminal saraf aferen beberapa saraf kraniali bersinaps dengan taste bud di berbagai
bagian mulut. Sinyal elektrik sensasi rasa tersebut aka ndisalurkan melalui 3 pathway
(Boroditsky, 1999) :
1. Saraf chorda tympani (cabang N.VII) dari lidah bagian depan dan samping
2. Saraf glosso-pharyngeal (N.IX) dari lidah bagian pangkal
3. Saraf vagus (N.X) dari mulut dan laring
Sinyal sensorik ini dikitim melalui sinaps-sinaps di batang otak dan thalamus ke
gustatory cortex, suatu bagian di lobus parietal di dekat daerah lidah korteks
somatosensorik. Jalur pengecapan umumnya tidak menyilang. Batang otak juga
memproyeksikan serat ke hypothalamus dan system limbik untuk menambah dimensi
afektif, misalnya apakah rasa tersebut menyenangkan atau tidak, dan untuk memproses
aspek prilaku
F. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan tentang sensasi rasa pada reseptor pengecap dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pengenalan rasa oleh otak terjadi karena tranduksi rasa pada lidah
2. Waktu sensasi adalah waktu yang diperlukan oleh reseptor untuk mengenali dan
menanggapi rangsangan dan diteruskan keotak sehingga akan dikenali rasanya.
3. Selsel reseptor untuk pengecapan adalah selsel ephitelium yang telah termodifikasi
yang diorganisasikan menjadi kuncup pengecapan yang tersebar di sejumlah bagian
permukaan lidah dan mulut.
4. Dari tiap rasa makanan dan minuman otak mengintegrasikan input yang berbeda dari
kuncup pengecapan, dan mempersiapkan cita rasa yang kompleks.
5. Reseptor rasa manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi
depan lidah, reseptor rasa asam terletak ditepi belakang lidah dan reseptor rasa pahit
terletak di pangkal lidah.

PENGHIDU
A. Tujuan Percobaan
Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta
membedakan wewangian mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak.
B. Dasar Teori
Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera
penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Reseptor ini merupakan sel saraf
yang berupa benang halus. Pada satu ujung sel saraf berinteraksi dengan zat berbau,
sedangkan ujung yang lainnya berkumpul dalam suatu tulang menuju bagian otak yang
bertugas menerjemahkan sensasi dari indra penciuman. Serangkaian proses terjadi dalam
benang halus, dimulai dari interaksi molekul dengan reseptor sampai dihasilkannya sinyal
listrik.
Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor akan menyebabkan reseptor teraktifkan.
Suatu protein yang berpasangan dengan reseptor (protein G) akan teraktifkan juga.
Protein G yang teraktifkan akan menstimulasi pembentukan cAMP, melalui pembentukan
enzim adnylate cyclase III. cAMP merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat
mengatifkan suatu mekanisme transfer ion, sehingga akhirnya dapat dikirim informasi
mengenai wangi/bau molekul ke otak berupa sinyal listrik.
Setiap satu sensasi wangi terdiri dari beberapa campuran zat berbau yang akan
menstimulasi reseptor. Kemudian dalam otak terdapat suatu system pemetaan yang
menerjemahkan sensai wangi ini. Itulah sebabnya meskipun hanya ditemukan 1000 sel
saraf penciuman, tapi kita dapat mengenal 10000 jenis wewangian. Indra penciuman akan
cepat beradatasi.
Sering kita merasa tidak lagi mencium wangi parfum yang telah kita semprotkan,
padahal orang lain yang baru bertemu dengan kita masih bisa menciumnya. Terjadinya
fenomena ini dapat dijelaskan dengan mekanisme berikut. Saat transfer ion untuk
pengiriman sinyal ke otak, Memungkinkan masuknya ion Ca2+, ion Ca2+ akan mengikat
protein calmodulin (CaM). Kompleks Ca2+/Ca Mini dapat mengaktifkan enzim PDE
yang selanjutnya dapat merusak molekul cAMP (molekul pembawa pesan yang dapat
mengaktifkan transfer ion dan bertanggung jawab dalam pengiriman sinyal ke otak),
akibatnya pengiriman sinyal ke otak yang membawa informasi sensasi wangi terhenti.
Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena
memiliki banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsipprinsip komposisi (komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor
namun dapat membaui lebih dari 600 aroma. Sistem olfaction dapat menerima stimulus
benda-benda kimia sehingga reseptornya disebut chemoreseptor. Sistem olfaction terdapat
di hidung bagian atas (concha nasal superior) yang peka terhadap penciuman dan lebih
dekat ke saraf olfactorius.
Penciuman pada manusia secara umum dipengarui oleh :
Fisik
: Lebih sensitif terhadap bau, hidung mancung lebih peka atau
lebih sensitif
Psikologis
: Wanita yang sedang PMS lebih sensitif
Kemampuan membau makhluk hidup tergantung pada :
1. Susunan rongga hidung :
hidung mancung lebih
baik dalam membaui
2. Variasi fisiologis :
pada wanita PMS dan ibu hamil
muda, penciumannya lebih peka
3. Spesies
:
anjing (karena kemampuan survive
tergantung pada pembauan jadi lebih peka pembauannya)

4. Konsentrasi bau

bau busuk akan lebih tercium

C. Alat dan Bahan


Empat buah zat :
1. Parfum
2. Teh
3. Kopi bubuk
4. Minyak kayu putih
D. Cara Kerja
- Siapkan 4 jenis zat yang mempunyai bau yang berbeda
- Baui atau ciumkan ke empat zat tersebut satu persatu
- Catat hasilnya
E. Hasil Pengamatan
O.P: Annisa Widiautami
Zat Pembau
Respon Penciuman
Kopi

(+)

Tembakau

(+)

Parfum

(+)

Alkohol

(+)

Minyak kayu
(+)
putih
F. Pembahasan
Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air.
Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut
epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong.
Sel resptor olfaktori berbentuk silindris dan mempunyai filamen-filamen seperti rambut
pada permukaan bebasnya. Akson sel olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius pada
sistem saraf pusat.
Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekulmolekul
larutan dalam cairan hidung. Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat
dengan reseptor indera penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Interaksi
molekul dengan sel saraf reseptor akan menyebabkan reseptor teraktifkan. Suatu protein
yang berpasangan dengan reseptor (protein G) akan teraktifkan juga. Protein G yang
teraktifkan akan menstimulasi pembentukan cAMP. cAMP merupakan suatu molekul
pembawa pesan yang dapat mengatifkan suatu mekanisme transfer ion, sehingga akhirnya
dapat dikirim informasi mengenai wangi/bau molekul ke otak berupa sinyal listrik.
G. Menjawab Pertanyaan
Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat
mencium bau!
Jawab:
Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekulmolekul
larutan dalam cairan hidung. Reseptor pembau merupakan reseptor jauh (tele reseptor)
karena lintasan pembauan tidak memiliki hubungan dalam thalamus dan tidak terdapat di
daerah proyeksi pada neocortex penciuman (Ganong, 1979).
Membrana offactoria terletak pada bagian superior rongga hidung. Di bagian medical
ia melipat keatas concana superior dan bahkan ada yang berada di concha media.
Organon olfacus terdapat di dataran medical concha nasalis superior dan pada dataran
septumasi yang berhadapan dengan concha masalis superior. Saat seseorang menarik

nafas maka sesi bili rasa pembaunya akan lebih kuat karena letak organon olfacus
disebelah atasnya. Sensai pembauan tergantung pada konsentrasi penguapan, misalnya
skatol (bau busuk pada facces) karena konsentrasinya pekat maka baunya busuk (Guyton,
1983).
Impulsimpuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan
cabangcabang dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral
meninggalkan bulbus olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir di
dalam area. Pusat pembauan ada di uncus. Neurit beurit sel mitral mempunyai cabang
cabang yang menuju ke sel granula akan mengadakan sinaps di sinopsis axomatis.
Sebagian dari neurit neurit sel mitral berjalan dalam stria lateralis dan berakhir dalam
uncus, sebagian dari neurit tersebut berjalan di dalam stria medialis dan berakhir di dalam
area septialis ( Radiopoetro, 1986), (Ganong, 1979)

Gambar mekanisme impuls penghidu


H. Kesimpulan
1. Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air.
Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut
epitelium olfaktori. Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh
molekulmolekul larutan dalam cairan hidung. Sensasi wangi/ bau terjadi karena
adanya interaksi zat dengan reseptor indera penciuman yang diteruskan ke otak
berupa sinyal listrik.

2. Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena
memiliki banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh
prinsip-prinsip komposisi (komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7
reseptor namun dapat membaui lebih dari 600 aroma
3. Impulsimpuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan
cabangcabang dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral
meninggalkan bulbus olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir
di dalam area. Pusat pembauan ada di uncus. Neurit beurit sel mitral mempunyai
cabang cabang yang menuju ke sel granula akan mengadakan sinaps di sinopsis
axomatis. Sebagian dari neurit neurit sel mitral berjalan dalam stria lateralis dan
berakhir dalam uncus, sebagian dari neurit tersebut berjalan di dalam stria medialis
dan berakhir di dalam area septialis.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC

TES BUTA WARNA

I. Tujuan Percobaan
Mengetahui cara pemeriksaan serta jenis buta warna serta ada tidaknya buta warna pada
o.p.

II. Dasar Teori


Retina mata memiliki hampir tujuh juta sel fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel sel
batang dan sel kerucut yang terkonsentrasi di bagian tengahnya yang disebut makula.
Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya, dan dapat menangkap cahaya yang lemah
seperti cahaya dari bintang di malam hari, tetapi sel itu tidak dapat membedakan warna.
Berkat sel batang kita dapat melihat hal-hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya
dalam nuansa hitam, abu-abu, dan putih. Sel kerucut dapat melihat detail obyek lebih
rinci dan membedakan warna tetapi hanya bereaksi terhadap cahaya terang. Kedua jenis
sel tersebut berfungsi saling melengkapi sehingga kita bisa memiliki penglihatan yang
tajam, rinci, dan beraneka warna.
Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka masing-masing berisi pigmen visual
(opsin) yang berbeda sehingga bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang
berbeda : merah, hijau dan biru. Sel kerucut menangkap gelombang cahaya sesuai dengan
pigmen masing-masing dan meneruskannya dalam bentuk sinyal transmisi listrik ke otak.
Otak kemudian mengolah dan menggabungkan sinyal warna merah, hijau dan biru dari
retina ke tayangan warna tertentu. Karena perbedaan intensitas dari masing-masing warna
pokok tersebut, kita dapat membedakan jutaan warna. Gangguan penerimaan cahaya pada
satu jenis atau lebih sel kerucut di retina berdampak langsung pada persepsi warna di
otak. Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel
kerucut.
KLASIFIKASI BUTA WARNA
Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama), deutros (kedua), dan
tritos (ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru.
1. Anomalous trichromacy
Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan
oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous
trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan
mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut.
Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi
berbeda daripada normal yang paling sering ditemukan adalah:
a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment (blue).
Pigmen biru ini bergeser ke area hijau dari spectrum merah. pasien mempunyai
ketiga pigmen kerucut akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan
dapat terletak hanya pada satu atau lebih pigmen kerucut. Pada anomali ini

perbandingan merah hijau yang dipilih pada anomaloskop berbeda dibanding


dengan orang normal.
b. Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middle-wave lenght
(green). Dengan cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena
terjadi gangguan lebih banyak daripada warna hijau.
c. Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap
long-wavelenght (red) pigmen, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas
warna merah. Artinya penderita protanomali tidak akan mempu membedakan
warna dan melihat campuran warna yang dilihat oleh mata normal. Penderita juga
akan mengalami penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal ini
mengakibatkan mereka dapat salah membedakan warna merah dan hitam.
2. Dichromacy
Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada
atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut,
seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap
warna-warna tertentu.
Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:
a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkanoleh tidak adanya
photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap
warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria.
Keadaan yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau
sehingga sering dikenal dengan buta warna merah hijau.
b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak
adanya photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam
membedakan hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination).
c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki shortwavelength
cone. Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan
warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut juga buta
warna biru-kuning dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.
3. Monochromacy
Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki
sebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya
mempunyai satu pigmen kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat
kerucut hanya dapat membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya
6/30. Pada orang dengan buta warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan
silau dan nistagmus dan bersifat autosomal resesi
Bentuk buta warna dikenal juga :
1. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia di mana
terdapat kelainan pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam
penglihatan kurang dari 6/60, nistagmus, fotofobia, skotoma sentral, dan mungkin
terjadi akibat kelainan sentral hingga terdapat gangguan penglihatan warna total,
hemeralopia (buta silang) tidak terdapat buta senja, dengan kelainan refraksi tinggi.
Pada pemeriksaan dapat dilihat adanya makula dengan pigmen abnormal.
2. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal yang
jarang, tajam penglihatan normal, tidak nistagmus
III.Tata Kerja
Tahapan dalam pemeriksaan buta warna dengan metode ishihara, yaitu :
1. Menggunakan buku Ishihara 38 plate.
2. Yang perlu diperhatikan :

1) Ruangan pemeriksaan harus cukup pencahayaannya


2) Lama pengamatan untuk membaca angka masing-masing lembar maksimum 10
detik.
3. Pada tes pembacaan buku Ishihara dapat disimpulkan :
1) Normal
2) Buta warna Parsial
a. Bila plate no. 1 sampai dengan no 17. hanya terbaca 13 plate atau kurang.
b. Bila terbaca angka-angka pada plate no. 18, 19, 20 dan 21 lebih mudah atau
lebih jelas dibandingkan dengan plate no. 14, 10, 13, dan 17.
c. Bila ragu-ragu kemungkinan buta warna parsial dapat dites dengan:
a) Membaca angka-angka pada plate no. 22, 23, 24, dan 25. Pada orang
normal, akan terbaca dengan benar angka-angka pada plate-plate tersebut
diatas secara lengkap (dua rangkap). Pada penderita buta warna parsial
hanya terbaca satu angka pada tiap-tiap plate tersebut diatas.
b) Menunjuk arah alur pada plate no. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
dan 38. Untuk orang normal bisa menunjuk alur secara benar sedangkan
untuk buta warna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi
yang lainnya.
3) Buta warna total
Pada plate no. 28 dan 29, untuk orang normal, tidak bisa menunjukkan adanya
alur, sedangkan untuk penderita buta warna parsial dapat menunjukkan adanya
alur dari satu sisi ke sisi yang lainnya.
IV. Hasil Percobaan dan Analisa
Nama OP : Annisa Widiautami
o.p. dapat membaca semua plate dan mengikuti alur di buku ishihara, o.p. normal, tidak
buta warna.
V. Kesimpulan
Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel
kerucut. Buta warna memiliki beberapa klasifikasi yang masing-masing bisa diuji melalui
buku ishihara yang memiliki pola warna-warna tertentu yang harus dibaca.
DAFTAR PUSTAKA
repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2801.ppt sabtu, 03 april 2010.
Thianren. 2008. Penurunan Visus Pada Katarak dengan Diabetes Mellitus.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai