Peran Masyarakat Dalam Pendidikan
Peran Masyarakat Dalam Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peranan pendidikan dalam kemajuan suatu bangsa dan masyarakat merupakan hal yang
sangat penting.Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang harus selalu
ditingkatkan dan dijaga mutunya. Jika mutu pendidikan rendah, maka akan berdampak
pada ketidaktepatan investasi pendidikan, bahkan dapat menimulkan pula masalah
social baru ke depannya.(Furqon,2007)
Pendidikan dikatakan sebuah investasi jangka panjang karena dapat menghasilkan insaninsan terdididk yang akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Hal ini senada
dengan pendapat Alfian,(2008) bahwa pendidikan adalah lahan untuk mencetak insaninsan terdidik yang akan membawa perubahan bagi kehidupan manusia(dengan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya, tentunya). Dengan pendidika, manusia dapat memahami
hakikat diri dan akhirnya mmpu melaksanakan tugas di dunia sebagai khalifah atau
pengelola sumber daya di dunia ini.
Untuk menngkatkan mutu dan kualitas pendidikan selain dengan meningkatkan kualitas
pengajar melalui sertifikasi guru, juga dapat dilakukan melalui penilaian hasil belajar
siswa. Adapun cara penilaian hasil belajar, dapat berupa penilaian kelas, kenaikan kelas,
dan ujian akhir satuan pendidikan.
Hasil belajar siswa data dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya factor internal,
yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dan factor eksternal,
yaitu faktor-faktor yang bersumber dari luar diri siswa, misalnya factor lingkungan, baik
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiman pengembangan pendidikan di Indonesia?
2. Apa bentuk aktualisasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan?
3. Bagaimana peran masyarakat dalam pendidikan?
BAB I I
PEMBAHASAN
1. Pengembangan Pendidikan di Indonesia
Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat. Pendidikan tidak lain
merupakan proses tranmisi pengetahuan , sikap, kepercayaan, ketrampilan dan
aspekperilaku-perilaku lainnya kepada generasi kegenerasi. Dengan pengertian
tersebut,sebenarnya upaya diatas sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatan
masyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari adalah hasil dari hubungan kita
dengan orang lain,baik dirumah, sekolah, tempat bermain, pekerjaan dan lainnya.
Dengan kata laindimanapun kita berada kita pasti akan belajar dan mendapatkan ilmu
pengetahuan. Bagi suatu masyarakat, hakikat pendidikan diharapkan mampu berfungsi
menunjang kelangsungan kemajuan hidupnya, agar masyarakat itu dapat melanjutkan
eksistensinya,maka diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, ketrampilan dan bentuk tata
perilaku lainnya bagi generasi muda. Tiap masyarakat selalu berupaya meneruskan
kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai coraknya masing-masing
periode zamannya kepada generasi muda melalui pendidikan atau secara khusu melalui
interaksi social. Dengan demikian fungsi pendidikan tidak lain adalah sebagai proses
sosialisai {Nasution : 1999}.
Dalam pengertian sosialisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktifitas pendidikan
sebenarnya sudah dimulai sejak ia dilahirkan kedunia yaitu keluarga. Didalam
keluargalah anak pertama menerima pendidikan dan pendidikan yang diperoleh dalam
keluarga ini merupakan pendidikan utama atau terpenting terhadap perkembangan
pribadi anak.Pada didalam kehidupan keluarga memberi corak pola kepribadian anak
yang hidup di dalam keluarga. Alam keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama
sejak timbulnya adapt kemanusiaan hingga sekarang, hidup keluarga itu selalu
mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti dari tiap-tiap manusia { Dewantara dalam
Suwarno, 1972 : 72}.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata masyarakat dunia secara global telah
ikut mempengaruhi iklim pendidikan. Pengaruh modernisasi di berbagai sektor kehidupan
telahmelahirkan karakter pendidikan yang hampir sama di seluruh dunia, memiliki
mempunyai ciri khas tertentu di tiap- tiap Negara. Dalam masyarakat yang sudah maju,
proses pendidikan sebagian dilaksanakan dalam lembaga pendidikan yang disebut
sekolah danpendidikan dalam lembaga tersebut merupakan suatu kegiatan yang lebih
teratur dan terdeferensiasi.Inilah pendidikan formal yang biasa dikenal oleh
masyarakatsebagaiSchooling { Tilaar : 2003 }. Perkembangan teknologi dan informasi
menyebabkan peranan sekolah sebagai lembagapendidikan akan mulai tergeser. Sekolah
tidak lagi menjadi satu-satunya pusatpembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi
terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran gurutidak akan menjadi satu-satunya sumber
belajar karena banyak sumber belajar daninformasi yang mampu memfasilitasi orang
untuk belajar. Oleh karena itu aktualisasipartisipasi masyarakat dalam pengembangan
pendidikan sangat diperlukan.
2. Aktualisasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pendidikan
Bentuk aktualisasi dan pernyataan penyadaran diri masyarakat secara kolektif dapat
berupa partisipasinya dalam proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
kebutuhan dirinya dan kelompoknya dalam komunitas yang melingkupinya. Cara-cara
kolektif berpartisipasi dalam bermasyarakat bisa teraktualisasikan dalam bentuk
musyawarah dan juga terbentuknya institusi lokal oleh masyarakat itu sendiri.
Musyawarah adalah sebuah pendekatan kultural khas Indonesia yang dapat dimasukkan
dalam proses ekplorasi kebutuhan dan identifikasi masalah. Musyawarah juga
merupakanbentuk sarana untuk meningkatkan rasa partisipasi dan rasa memiliki atas
keputusan danrencana pembangunan. Musyawarah dapat merupakan cara analisis
kebutuhan dan tidak sekedar keinginan yang bersifat superfisial demi pemenuhan
kebutuhan sesaat. Oleh karena itu pemilihan orang-orang yang mewakili sebagai peserta
musyawarah untuk suatu keperluan seperti merumuskan kebutuhan masyarakat
haruslah benar-benar yang mampu menyalurkan aspirasi masyarakat yang diwakilinya.
Langkah lain dalam proses partisipasi masyarakat itu adalah pembentukan kelompok.
Melalui kelompok akan dibina solidaritas kerjasama, musyawarah, rasa aman dan
percaya kepada diri sendiri { Karsidi : 2001 }. Salah satu cara yang efektif untuk
membentuk kelompok adalah melalui pendekatan kepentingan yang sama secara
primordial. Dalam kelompok primordial itu, para anggota kelompok akan memperoleh
referensi yang sama, Dengan bertolakbelakang dari kelompok primordial, maka para
anggota akan merasakan adanya hal-hal baru jika mereka bersedia membandingkannya
dengan situasi lama. Ini akan menimbulkan keasyikan dan motivasi sendiri. Melalui
kelompok, para anggota akanmenyusun program, bekerja secara sistematis serta bisa
merasakan adanya perkemabangan dan kemajuan sebagai hasil kegiatan mereka.
Pada dasarnya, partisipasi masyarakat telah terjadi di sekolah dalam praktik
penyelenggaraan musyawarah maupun pembentukan institusi lokal.2 jenis kebijakan
pemerintah tentang MBS disekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah serta Majelis
Wali Amanah di perguruan tinggi BHMN adalah contoh dari bentuk perwujudan
mekanisme dan struktur kelembagaan untuk menyalurkan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan pendidikan.
Cara untuk penyaluran partisipasi dapat diciptakan dengan berbagai variasi cara sesuai
dengan kondisi masing-masing wilayah atau tempat komunitas masyarakat dan lembaga
pendidikan itu berada. Kondisi ini menuntut kesiapan para pemegang kebijakan dan
manajer pendidikan untuk mendistribusi peran dan kekuasaannya agar bisa menampung
sumbangan partisipasi masyarakat.Sebaliknya dari pihak masyarakat juga harus belajar
untuk kemudian bisa memiliki kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam
pengembangan pendidikan.
Sebagai contoh adalah tanggungjawab dunia usaha/ industri. Mereka tidak bisa tinggal
diam menunggu dari suatu lembaga pendidikan/ sekolah sampai dapat meluluskan
alumninya, lalu menggunakannya jika menghasilkan output yang baik dan mengkritiknya
jika terdapat output yang tidak baik. Partisipasi dunia usaha/ industri terhadap lembaga
pendidikan harus ikut bertanggungjawab untuk menghasilkan output yang baik sesuai
dengan rumusan harapan bersama. Demukian juga kelompok masyarakat lain, termasuk
orangtua siswa. Dengan cara demikian, maka mutu pendidikan dalam suatu lembaga
pendidikan menjadi tanggungjawab bersama antara lembaga pendidikan dan komponenkomponen lainnya dimasyarakat.
Tanggungjawab Negara terhadap pengembangan pendidikan bukan bermaksud untuk
mengurangi tanggungjawab pemerintah sebagai penyelenggara Negara dalam bidang
pendidikan. Sebagaimana diamanatkan oleh UU Sisdiknas 2003 bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah juga berhak mengarahkan, membimbing, membantu dan mengawasi
penyelenggaraan pendidikan serta berkewajiban memberikan layanan dan kemudahan
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa diskriminasi.
Pemerintah dan pemerinmtahan daerah juga wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setaip warga Negara dari usia 7-15 tahun. Lebih dari
itu, sebenarnya peluang bagi orang tua / warga dan kelompok masyarakat masih
sangatlah luas.
Untuk itu , maka dalam kondisi kualitas layanan dan output pendidikan sedang banyak
dipertanyakan mutu dan relevansinya, maka pemerintah seharusnya memberikan
peluang yang luas bagi partisipasi masyarakat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Suryadi Prawirosentono { 2002 : 12 } bahwa ada 6 hal yang bisa mempengaruhi produk
dan salah satunya adalah SDM. SDM kita ibaratkan sebagai kelompok masyarakat, yang
mana bisa membawa pengaruh pendidikan yang ada dalam sebuah Negara.Lebih dari
itu, pemerintah perlu menyusun mekanisme sehingga orang tua dan kelompok-kelompok
masyarakat dapat berpartisipasi secara optimal dalam pengembangan pendidikan di
Indonesia.
3. Peran Masyarakat dalam Pendidikan
Di Negara yang menjunjung tinggi demokrasi, diyakini bahwa pemerintah dibuat dari,
oleh, dan untuk rakyat.Kebijaksanaan-kebijaksanaan negaranya, termasuk kebijaksanaan
pendidikannya, sebagai bagian dari perangkat untuk menjalankan pemerintahan di
Negara tersebut, juga berasal dari, oleh, dan untuk rakyat.Selain alasan demokrasi,
kebijaksanaan pendidikan tersebut secara konkrit dimaksudkan untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh rakyat dibidang pendidikan. Rakyat lebih banyak
tahu mengenai masalah mereka sendiri, dan bahkan juga banyak mengetahui
bagaimana cara memecahkannya. Maka, keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan kebijaksanaan tersebut, justru memperkukuh pelaksanaan kebijaksanaan
yang dilakukan oleh pelaksana formal.
Pembangunan yang dilakukan oleh Negara termasuk salah satu wujud dari implementasi
kebijaksanaan yang diformulasikan.Bentuk pembangunan tersebut tidak hanya masalah
fisik dan mental, melainkan juga sekaligus pembangunan partisipasi
masyarakat.Partisipasi masyarakat, dengan demikian termasuk bagian atau objek dari
pembangunan itu sendiri. Masyarakat juga dipandang sebaai modal dasar pembangunan,
yang jika digalakkan akan besar sumbangannya terhadap pembangunan. Keterlibatan
mereka dalam melaksanakan kebijaksanaan kebijaksanaan Negara, termasuk
kebijaksanaan pendidikannya, adalah manifestasi dari pemanfaatan dan pendayagunaan
modal dasar pembangunan.Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan,
tidak saja sekadar dipandang sebagai loyalitas rakyat atas pemerintahnya, melainkan
yang juga tak kalah penting adalah sebagai miliknya. Dengan adanya perasaan memiliki
terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan, masyarakat akansemakin banyak sumbangannya
dalam pelaksanaan-pelaksanaan kebijaksanaan, termasuk kebijaksanaan pendidikan.
Masyarakat selaku pengguna jasa lembaga pendidikan memiliki kewajiban untuk
mengembangkan serta menjaga keberlangsungan penyelenggaraan proses pendidikan,
sebagaimana diamanatkan oleh Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003 BAB IV yang didalamnya memuat bahwasannya pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Peran serta
masyarakat / partisipasi masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta
perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi
kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan
pendidikan .selain itu masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana dan
pengguna hasil.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 BAB III pasal 4 peran serta / partisipasi
maysarakat dapat berbentuk:
a) Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau
jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan,
dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah.
b) Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau
membantu melaksanakan pengajaran, pembimbingan dan/atau pelatihan peserta didik.
c) Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar dan/atau penelitian dan pengembangan.
d) Pengadaan dan/atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan
dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah untuk menunjang pendidikan nasional.
e) Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah,
sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis.
f) Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk melaksanakan
kegiatan belajar-mengajar.
g) Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
h) Pemberian kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja.
i) Pemberian bantuan manajemen bagi penyelenggaraan satuan pendidikan dan
pengembangan pendidikan nasional.
j) Pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan kebijaksanaan
dan/atau penyelenggaraan pengembangan pendidikan.
k) Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan, dan
l) Keikutsertaan dalam program pendidikan dan/atau penelitian yang diselenggarakan
oleh Pemerintah di dalam dan/atau di luar negeri.
Partisipasi merupakan prasyarat penting bagi peningkatan mutu. Partisipasi
merupakanproses eksternalisasi individu, sebagaimana dijelaskan oleh Berger, bahwa
eksternalisasiadalah suatu pencurahan kehadiran manusia secara terus menerus
kedalam dunia, baikdalam aktifitas fisik maupun mental. Pada proses eksternalisasi
menurut Berger, adalahsuatu keharusan karena manusia pada praktiknya tidak bisa
berhenti dari prosespencurahan diri kedalam dunia yang ditempatinya. Manusia akan
bergerak keluarmengekspresikan diri dalam dunia sekelilingnya. Partisipasi sebagai
proses interaksi socialditentukan oleh objektifitas yang ditentukan oleh individu dalam
dunia intersubjektif yangdapat dibedakan oleh kondisi sosiokultural sekolah.
Bagi sekolah partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan adalah
kenyataanobjektif yang dalam pemahamannya ditentukan oleh kondisi subjektif orang
tua siswa.Dengan demikian, partisipasi menuntut adanya pemahaman yang sama atau
objektivasi dari sekolah dan orang tua dalam tujuan sekolah. Artinya, tidak cukup
dipahami oleh sekolah bahwa partisipasi sebagai bagian yang penting bagi keberhasilan
sekolah dalam meningkatkan mutu, karena tujuan mutu menjadi sulit diperoleh jika
pemahaman dalam dunia intersubjektif (siswa, orang tua, dan guru) menunjukkan
kesenjangann pengetahuan tentang mutu.Tujuan partisipasi juga meberi peluang secara
luas peran masyarakat dalam bidang pendidikan ini sekaligus menunjukkan bahwa
Negara bukan satu-satunya penyelenggara pendidikan.
4. Bentuk-bentuk Peran Masyarakat dalam Pendidikan.
masyarakat.
4. Lemahnya dukunngan angggaran, karena kegiatan partisipasi public sering kali hanya
dilihat sebagai proyek, maka pemerintah tidak menjalankan dana secara berkelanjutan
Sedangkan pihak masyarakat, kendala partisipasi muncul karena beberapa hal, antara
lain:
1. Budaya paternalism yang dianut oleh masyarakat menyulitkan untuk melakukan
diskusi cara terbuka.
2. Apatisme karena selama ini masyarakat jarang dilibatkan dalam pembuatan
keputusan oleh pemerintah daerah.
3. Tidak adanya trust masyarakat kepada pemerintah.
Upaya Meningkatkan Masyarakat Dalam Kebijakan Pendidikan.
Pembuatan dan pelasksanaan kebijaksanaan haruslah senantiasa berusaha agar
kebijaksanaan yang digulirkan melibatkan sebangay mungkin partisipasi masyarakat,
terutama dalam hal pelaksanaannya.Inilah perlunya upaya dan rekayasa.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menawarkan sanksi atas masyarakat yang tidak mau berpartisipasi. Sanksi demikian
dapat berupa hukuman, denda, dan karugian-kerugian yang harus diderita oleh si
pelanggar.
2 .Menawarkan hadiah kepada mereka yang mau berpartisipasi. Hadiah yang demikian
berdasarkan kuantitas dan tingkatan atau derajat partisipasinya.
3. Melakukan persuasi kepada masyarakat dalam kebijaksanaan yang dilalaksanakan,
justru akan menguntungkan masyarakat sendiri, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
4. Menghimbau masyarakat untun turut berpartisipasi melalui serangkaian kegiatan.
5. Mengaitkan partisipasi masyarakat dengan layanan birokrasi yang lebih baik.
6. Menggunakan tokoh-tokoh kunci masyarakat yang mempunyai khalayak banyak untuk
ikut serta dalam kebijaksanaan, agar masyarakat kebanyakan yang menjadi pengikutnya
juga sekaligus ikut serta dalam kebijaksanaan yang diimplementasika.
7. Mengaitkan keikutsertaan masyarakat dalam implementasi kebijaksanaan dengan
kepentingan mereka. Masyarakat memang perlu diyakini, bahwa ada banyak
kepentingan mereka yang terlayani dengan baik, jika mereka berpartisipasidalam
kebijaksanaan.
8. Menyadari masyarakat untuk ikut berpartisipasi terhadap kebijaksanaan yang telah
ditetapkan secara sah tersebut, adalah salah satu dari wujud pelaksanaan dan
perwujudan aspirasi masyarakat.
6. Peranan Masyarakat Dalam Pendidikan
Peran serta Masyarakat (PSM) dalam pendidikan memang sangat erat sekali berkait
dengan pengubahan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan .ini tentu saja bukan
hal yang ,mudah untuk dilakukan. Akan tetapi apabila tidak dimulai dan dilakukan dari
sekarang, kapan rasa memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan peran serta aktif
masyarakat dengan tingkatan maksimaldapat diperolah dunia pendidikan.
(Sumber: http://blog.uad.ac.id/muhammad1300001214/2015/01/14/peranmasyarakat-dalam-pendidikan/)
pembelajaran matematika, dll. Dalam konsep MBS hal yang keempat ini harus selalu
terjadi. 5. Memberikan pelayanan tertentu. Misalnya, sekolah bekerja sama dengan mitra
tertentu seperti Komite Sekolah dan orang tua murid mewakili sekolah bekerjasama
dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan tentang perlunya sarapan pagi
sebelum sekolah, atau makanan yang bergizi bagi anak-anak. 6. Melaksanakan kegiatan
yang telah didelegasikan atau dilimpahkan sekolah. Sekolah, misalnya, meminta komite
sekolah dan orang tua murid tertentu untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat
umum tentang pentingnya pendidikan atau hal-hal penting lainnya untuk kemajuan
bersama. 7. Mengambil peran dalam pengambilan keutusan pada berbagai jenjang.
Misalnya orang tua siswa ikut serta membicarakan dan mengambil keputusan tentang
rencana kegiatan pembelajaran di sekolah, baik dalam pendanaan, pengembangan dan
pengadaan alat bantu pembelajarannya.
B. Peran serta masyarakat Dalam UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas. Pada Bab XV Pasal
54 dinyatakan bahwa: 1. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta
perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi
kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. 2.
Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksana dan pengguna hasil
pendidikan. 3. Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah Bentuk-bentuk
peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu sekolah diantaranya: a. Menggunakan
jasa sekolah b. Memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga c. Membantu anak
belajar di rumah d. Berkonsultasi masalah pendidikan anak e. Terlibat dalam kegiatan
ekstra kurikuler dan f. Pembahasan kebijakan sekolah. Dukungan masyarakat terhadap
peningkatan mutu pendidikan sekolah melibatkan peran serta tokoh-tokoh masyarakat
dan tokoh agama, dunia usaha dan dunia industri, serta kelembagaan sosial budaya.
Penyertaan mereka dalam pengelolaan sekolah hendaknya dilakukan secara integral,
sinergis, dan efektif, dengan memperhatikan keterbukaan sekolah untuk menumbuhkan
rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah. C.
Komite Sekolah Menurut UU RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang
tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli
pendidikan. Dari pengertian tersebut, Anda dapat simpulkan bahwa komite sekolah terdiri
atas unsur: orang tua siswa, wakil tokoh masyarakat (bisa ulama/rohaniwan, budayawan,
pemuka adat, pakar atau pemerhati pendidikan, wakil organisasi masyarakat, wakil dunia
usaha dan industri, bahkan kalau perlu juga wakil siswa, wakil guru-guru, dan kepala
sekolah. Tugas utama komite sekolah ialah membantu penyelanggaraan pendidikan di
sekolah dalam kapasitasnya sebagai pemberi pertimbangan, pendukung program,
pengontrol, dan bahkan mediator. Untuk memajukan pendidikan di sekolah, komite
sekolah membantu sekolah dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar,
manajemen sekolah, kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana sekolah, pembiayaan
pendidikan, dan mengkoordinasikan peran serta seluruh lapisan masyarakat.
Kedudukannya sebagai mitra sekolah. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
Ade Suherman
3 comments
Peningkatan mutu pendidikan, tidak dapat terlaksana tanpa pemberian kesempatan sebesarbesarnya pada sekolah yang merupakan ujung tombak terdepan untuk terlibat aktif secara
mandiri mengambil keputusan tentang pendidikan. Sekolah harus menjadi bagian utama
sedangkan masyarakat dituntut partisipasinya dalam peningkatan mutu yang telah menjadi
komitmen sekolah demi kemajuan masyarakat. Peningkatan mutu hanya akan berhasil jikalau
ditekankan adanya kemandirian dan kreativitas sekolah. Proses pendidikan menyangkut
berbagai hal diluar proses pembelajaran, seperti misalnya lingkungan sekolah yang aman dan
tertib, misi dan target mutu yang ingin dicapai setiap tahunnya, kepemimpinan yang kuat,
harapan yang tinggi dari warga sekolah untuk berprestasi, pengembangan diri, evaluasi yang
terus menerus, komunikasi dan dukungan intensif dari pihak orang tua, masyarakat
Hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian,
kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat baikdukungan moral maupun finansial. Masyarakat
di sini meliputi masyarakat setempat dimana sekolah itu berada, orang tua murid, masyarakat
pengguna pendidikan yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan.
Dalam konsep pendidikan diperlukan kerja sama antara sekolah dan masyarakat yang dimulai
dengan komunikasi. Dalam komunikasi satu sama lain diperlukan inisiatif dari kedua belah pihak.
Komunikasi interaktif menempatkan semua pihak sama penting. diharapkan mampu
menyampaikan pesan yang berhubungan dengan kebutuhan belajar anak. Komunikasi yang
interaktif perlu dilanjutkan dengan tindakan partisipatif, yakni mengembangkan hubungan kerja
sama sekolah, orangtua dan masyarakat untuk menjadikan lingkungan kondusif dalam
menunjang efektifitas pembelajaran anak.
Salah satu wujud aktualisasinya dibentuklah suatu badan yang mengganti keberadaan Badan
Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) yakni Komite Sekolah melalui Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 14. Penggantian nama BP3 menjadi Komite Sekolah didasarkan
atas perlunya keterlibatan masyarakat secara penuh dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satu tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah meningkatkan tanggung jawab dan
peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Hal ini berarti
peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya
sekadar memberikan bantuan berwujud material saja, namun juga diperlukan bantuan yang
berupa pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan inovatif demi kemajuan suatu sekolah. Dengan
demikian tujuan pembentukan Komite Sekolah dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalammelahirkan
kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.
2. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan
Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung
peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan
Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan.
Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan
keluaran pendidikan di satuan pendidikan (Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).
Peran masyarakat. di sekolah adalah menerima pelayanan yang berkualitas melalui siswa-siswa
yang menerima pendidikan yang mereka butuhkan. Mereka dapat berpartisipasi dalam proses
sekolah, mendidik siswa secara kooperatif, berusaha membantu perkembangan yang sehat
kepada sekolah dengan memberi sumbangan sumber daya dan informasi, mendukung dan
melindungi sekolah pada saat mengalami kesulitan dan krisis, meningkatkan keterlibatan,
kepedulian, kepemilikan dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial
dalam upaya adalah peningkatan intensitas dan ekstensitasnya Secara kontekstual menurut
Kepmendiknas nomor: 044/U/2002 peran Komite Sekolah sebagai:
1) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanan kebijakan
memasuki era globalisasi, dan jika anak kita tidak terdidik, kita akan kalah bersaing
dengan bangsa lain.
Anak perempuan perlu mendapat pendidikan setinggi anak laki-laki mengingat
mereka akan menjadi ibu dari bayi-bayinya. Ibu lebih dekat kepada anak dan
mendidik anak perlu pengetahuan yang memadai agar anak tidak salah
asuhan/didik;
Masyarakat berhak dan berkewajiban untuk mendapatkan dan mendukung
pendidikan yang baik. Kewajiban mereka tidak sebatas pada bantuan dana, lebih
dari itu juga pemikiran dan gagasan;
Pemerintah berkewajiban membuat gedung sekolah, menyediakan tenaga/guru,
melakukan standarisasi kurikulum, menjamin kualitas buku paket, alat peraga, dan
lain sebagainya. Karena kemampuan pemerintah terbatas, maka peran serta
masyarakat sanga diperlukan;
Kemampuan pemerintah terbatas sehingga mungkin tidak mampu untuk
mengetahui secara rinci nuansa perbedaan di masyarakat yang berpengaruh pada
bidang pendidikan. Jadi masyarakat berkewajiban membantu penyelenggaraan
pendidikan;
Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan bantuan dana, pembuatan gedung,
lokal, pagar, dan lain sebagainya. Masyarakat juga dapat terlibat dalam bidang teknis
edukatif.
Idealnya sekolah bertanggungjawab kepada pemerintah dan juga kepada
masyarakat sekitarnya;
Bantuan teknis edukatif juga sangat mungkin diberikan, seperti: menyediakan diri
menjadi tenaga pengajar, membantu anak berkesulitan membaca, menentukan dan
memelihara guru baru yang mempunyai kualifikasi, serta membicarakan
pelaksanaan kurikulum dan kemajuan belajar.
Jenis-jenis PSM
Ada bermacam-macam tingkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan
pendidikan. Peran serta tersebut dapat diklasifikasikan dalam 7 tingkatan, yang
dimulai dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi. Tingkatan tersebut terinci sebagai
berikut:
1. Peran serta dengan menggunakan jasa yang tersedia. Jenis PSM ini merupakan
jenis paling umum. Masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah dengan
memasukkan anak ke sekolah;
2. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Masyarakat
berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan
Kedua, memiliki kewenangan dalam penerimaan siswa baru sesuai dengan ruang
kelas yang tesedia, fasilitas yang ada, jumlah guru, dan tenaga administratif yang
dimiliki. Berdasarkan sumber daya pendukung yang dimilikinya, sekolah secara
bertanggung jawab harus dapat menentukan sendiri jumlah siswa yang akan
diterima, syarat siswa yang akan diterima, dan persyaratan lain yang terkait. Sudah
barang tentu, beberapa ketentuan yang ditetapkan oleh dinas pendidikan
kabupaten/kota perlu mendapatkan pertimbangan secara bijak.
Ketiga, menetapkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang akan diadakan
dan dilaksanakan oleh sekolah. Dalam hal ini, dengan mempertimbangkan
kepentingan daerah dan masa depan lulusannya, sekolah perlu diberikan
kewenangan untuk melaksanakan kurikulum nasional dengan kemungkinan
menambah atau mengurangi muatan kurikulum dengan meminta pertimbangan
kepada Komite Sekolah. Kurikulum muatan lokal, misalnya dalam mengambil
kebijakan untuk menambah mata pelajaran seperti Bahasa Inggris dan bahasa asing
lainnya, komputer, dsb. Sudah barang tentu, kebijakan itu diambil setelah meminta
pertimbangan dari Komite Sekolah, termasuk resiko anggaran yang diperlukkan
untuk itu. Dalam kaitannya dengan penetapan kegiatan ekstrakurikuler, sekolah juga
harus meminta pendapat siswa dalam menentukan kegiatan ekstrakurikuler yang
akan diadakan oleh sekolah.
Oleh karena itu sekolah dapat melakukan pengelolaan biaya operasio-nal sekolah,
baik yang bersumber dari pemerintah Kabupaten/Kota maupun dari masyarakat
secara mandiri. Untuk mendukung program sekolah yang telah disepakati oleh
Komite Sekolah diperlukan ketepatan waktu dalam pencairan dana dari pemerintah
kabupaten/kota. Oleh kaarena itu praktik birokrasi yang menghambat kegiatan
sekolah harus dikurangi.
Keempat, pengadaan sarana dan prasana pendidikan, termasuk buku pelajaran
dapat diberikan kepada sekolah, dengan memperhatikan standar dan ketentuan
yang ada. Misalnya, buku murid tidak seenaknya diganti setiap tahun oleh sekolah,
atau buku murid yang akan dibeli oleh sekolah adalah yang telah lulus penilaian,
dsb. Pemilihan dan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dapat
dilaksanakan oleh sekolah, dengan tetap mengacu kepada standar dan pedoman
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat atau provinsi dan kabupaten/kota.
Kelima, penghapusan barang dan jasa dapat dilaksanakan sendiri oleh sekolah,
dengan mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah, provinsi, dan
kabupaten. Yang biasa terjadi justru, karena kewenangan penghapusan itu tidak
jelas, barang dan jasa yang ada di sekolah justru tidak pernah dihapuskan, meskipun
ternyata barang dan jasa itu sama sekali telah tidak berfungsi atau malah telah tidak
ada barangnya.
terutama menyangkut berbagai dampak yang sudah atau mungkin terjadi dalam
penerapaan suatu kebijakan baru.
Keempat, akuntabilitas pendidikan, dalam masa orde baru, satu-satunya pihak yang
berwenang untuk meminta pertanggungjawaban pendidikan ke sekolah-sekolah
adalah pemerintah pusat. Pada waktu itu, pemerintah pusat telah menempatkan
kaki tangannya di seluruh pelosok tanah air melalui pemeriksa, pengawas atau
para penilik sekolah untuk mengawasi dan meminta pertanggungjawaban sekolahsekolah menganai proses pendidikan yang berkangsung di sekolah-sekolah. Jika
terdapat penyimpangan adminisgtratif yang dilakukan oleh kepala sekolah atau
guru-guru, maka kepada mereka diberikan sanksi administratif, seperti teguran
resmi, penilaian melalui DPK, penundaan kenaikan gaji berkala, penundaan
kenaikan pangkat dsan sejenisnya. Namun, penilalaian tersebut lebih banyak
diberikan terhadap proses administrasi pendidikan dan hampir tidak pernah ada
sanksi (punishment) atau ganjaran (rewards) kepada guru-guru atau kepala
sekolah atas dasar hasil-hasil yang dicapai dalam pembelajaran murid atau lulusan.
Dalam era demokrasi dan partisipasi, akuntabilitas pendidikan tidak hanya terletak
pada pemerintah, tetapi bahkan harus lebih banyak pada masyarakat sebagai
stakeholder pendidikan. Dewan Pendidikan pada tingkat Kabupaten/Kota perlu
menempatkan fungsinya sebagai wakil dari masyarakat untuk meminta
pertanggungjawaban atas hasil-hasil pendidikan dalam mencapai prestasi belajar
murid-murid pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dewan Pendidikan perlu
diberikan kesempatan untuk menyampaikan masukan bahkan protes kepada Dinas
Pendidikan jika hasil-hasil pendidikannya tidak memuaskan masyarakat sebagai
klien pendidikan. Sama halnya, Komite Sekolah dapat menyampaikan ketidakpuasan
para orangtua murid akan rendahnya prestasi yang dicapai oleh suatu sekolah.
Dewan Pendidikan atau Komite Sekolah tidak perlu melaksanakan kegiatan studi
atau penilaian pendidikan, tetapi cukup dengan menggunakan data-data yang
tersedia atau hasil-hasil penilaian yang sudah ada sebagai bahan untuk
menyampaikan kepuasan atau ketidakpuasan masyarakat terhadap Dinas
Pendidikan atau kepada masing-masing sekolah. Dengan demikian, diperlukan
suatu mekanisme akuntabilitas pendidikan yang dibentuk melalui suatu Peraturan
Daerah di bidang pendidikan
(Sumber: http://awaliamuflihati.blog.com/2012/06/12/peran-serta-masyarakatdalam-pendidikan/)