Anda di halaman 1dari 10

Terapi Hipotermi setelah Cedera Otak Traumatik

Dewi Yulianti Bisri, Tatang Bisri


Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin – Bandung

Abstrak

Mekanisme proteksi otak hipotermi adalah mengurangi kebutuhan metabolik, cerebral metabolic rate for
oxygen (CMRO2), eksitotoksisitas, menurunkan pelepasan glutamat, menurunkan pembentukan radikal bebas,
mengurangi pembentukan edema, stabilisasi membran, memelihara adenosine triphosphate (ATP), menurunkan
influx Ca, dan tekanan intrakranial. Sedangkan komplikasi hipotermi berat adalah pneumonia, sepsis, disritmia
jantung, hipotensi, masalah perdarahan dan menggigil. Temperatur ideal untuk hipotermia terapeutik adalah 35
0
C. Pertanyaan untuk terapi hipotermik (HT) adalah bagaimana mekanisme terapi hipotermi sebagai protektor
otak? Berapa derajat C penurunan suhu tubuhnya? Bagaimana cara melakukan penurunan suhu? Berapa cepat
hipotermia harus dicapai? Berapa lama hipotermi dipertahankan? Bagaimana memulihkan ke normotermi
(rewarming)? Bagaimana hasilnya? Apakah ada penelitian yang sedang berlangsung? Untuk menggunakan
hipotermia sebagai neuroprotektor, diperlukan mencapai keadaan hipotermi secepat mungkin setelah cedera dan
pertahankan pada level aman. Metode hipotermi terapeutik adalah pendinginan permukaan tubuh, pendinginan
endovaskuler, pendinginan kepala. Selama penghangatan kembali pasien dengan hipertensi intrakranial telah
diketahui bisa terjadi peningkatan tekanan intrakranial selama pemanasan yang cepat. Dianjurkan pemanasan
lambat lebih dari 12 jam dengan kecepatan 0,1 0C/jam. Sebagai simpulan, hipotermi terapeutik masih
kontroversi, tapi dalam situasi klinik pertahankan suhu pasien 35 0C dan harus dihindari temperatur lebih
dari 37 0C. Untuk mencapai suhu inti 35 0C dianjurkan digunakan metode pendinginan permukaan tubuh.

Kata kunci: cedera otak traumatik, terapi hipotermia, proteksi otak, resusitasi otak
JNI 2014;3 (3): 189‒98

Hypothermia Therapy after Traumatic Brain Injury

Abstract

The mechanism of hypothermia as neuro protector are by reducing metabolic demand of the brain, cerebral
metabolic rate of oxygen (CMRO2), excitotoxicity, decrease the glutamate release, reduction of free radical
formation, edema formation, membrane stabilization, maintains adenosine triphosphate (ATP), decrease in Ca
influx, and intracranial pressure. In the order hand, complication of deep hypothermia are pneumonia, sepsis,
cardiac dysrrhythmia, hypotension, bleeding problem and shivering. The ideal temperature for therapeutic
hypothermia is 35 0C. Question arised for hypothermic therapy (HT) are what is the therapeutic mechanism of HT
as neuroprotective? What is the proper degree for hypothermia? What can we do to induce hypothermia? How soon
should we do the HT? How long hypothermia should be maintain? How to restore normothermia (rewarming)?
What is the result? Is there any ongoing research?. For the use hypothermia as one of neuroprotective therapy, it
is necessary to implement it as soon as possible after the insult and to maintain it at the lowest safe level. Methods
of therapeutic hypothermia are surface cooling, endovascular cooling, as well as selective head cooling. During
rewarming, patients with intracranial hypertension are known to have reflex that would increase ICP during rapid
rewarming. Slow rewarming over a period of 12 hrs at the rate of 0.1 0C/hr is desirable. As conclusion, therapeutic
hypothermia still controversial, but in clinical situation keep the patient 35 0C is desirable and temperature more
than 37 0C should be avoided. To reach core temperature 35 0C, surface cooling is recommended.

Key words: brain protection, brain resuscitation, hypothermia therapy, traumatic brain injury

JNI 2014;3 (3): 189‒98

189
190 Jurnal Neuroanestesi Indonesia

I. Pendahuluan mengurangi produksi radikal bebas dan


juga mengurangi kerusakan oksidatif DNA,
Cedera otak traumatik (COT) merupakan menurunkan influks Ca2+, menurunkan pelepasan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada exitatory amino acids (EAA) glutamat, mencegah
usia muda. Di Amerika Serikat kejadian COT peroksidasi lipid, menurunkan pembentukan
kira-kira 1,5 juta orang setiap tahunnya dengan edema. Pada umumnya diterima efek
50.000 orang meninggal dan 70 ribu sampai neuroproteksi hipotermia pada iskemia global
90 ribu pasien yang selamat dari cedera otak dan pada iskemia fokal seperti setelah COT.
berat akan berkembang kearah terjadinya defisit Hipotermia juga dipercaya dapat digunakan untuk
fungsional serius yang memerlukan pengobatan mengendalikan peningkatan ICP dan memotong
dan perawatan terus menerus.1 Pengelolaan pasien kaskade biokimia dalam proses terjadinya cedera
COT harus komprehensif, dimulai dari tempat otak sekunder.4
kecelakaan, selama transportasi, kamar operasi, Ada 4 konsekuensi negatif dari hipotermia pada
dan pengelolaan pascabedah (pengelolaan pasien COT berdasarkan patofisiologi serebral
perioperatif).1 spesifik pasien-pasien ini, yang menerangkan
Pasien dengan risiko hipertensi intrakranial, kenapa hipotermia belum menunjukkan
seperti pasien COT, secara nyata dipengaruhi efektivitasnya untuk outcome atau memperburuk
oleh perubahan suhu tubuh karena aliran outcome pada pasien COT yaitu: 1) efek
darah otak (cerebral blood flow/CBF) akan hipotermia memicu stres pada mikrosirkulasi
meningkat seiring dengan peningkatan suhu zona penumbra, 2) efek samping dari penggunaan
tubuh. Peningkatan volume darah otak yang vasokonstriktor disebabkan penurunan tekanan
dihubungkan dengan kenaikan suhu tubuh akan darah setelah cooling, 3) risiko perdarahan karena
meningkatkan tekanan intrakranial (intracranial hipotermi memicu koagulopati, 4) bahaya akibat
pressure/ICP) dan menyebabkan otak berisiko peningkatan ICP selama rewarming pada pasien
terkena cedera lain. Karena itu, hipertermia dengan peningkatan ICP.4
meningkatkan resiko kerusakan sel neuron dan Satu penelitian meta-analysis RCT mendukung
menempatkan pasien beresiko terjadinya cedera bahwa hipotermia tidak menguntungkan dalam
otak sekunder melalui adanya peningkatan ICP.1 pengelolaan cedera otak traumatika berat, akan
Hipertermia postiskemik dihubungkan dengan tetapi, karena hipotermia terus digunakan untuk
peningkatan ukuran infark dan outcome yang terapi cedera otak, maka diperlukan penelitian
lebih buruk. Walaupun pengendalian yang segera untuk memastikan tentang kegunaan
ketat kearah suhu tubuh yang normal telah dan kerugian terapi hipotermi pada pengelolaan
dicatat sebagai strategi terapi yang penting pada cedera otak traumatika berat.
Guideline for Management Severe Head Injury,
akan tetapi, strategi managemen terapi klinis II. Apakah yang disebut terapi hipotermi?
untuk praktisi sering tidak efektif dan mungkin
merupakan kontraindikasi pada pasien COT.2 Pendinginan (cooling) setelah cedera otak
Pengendalian normotermia (pencegahan panas traumatik pertama kali disampaikan pada tahun
dengan pendinginan intravaskuler) efektif dalam 1945. Akhir tahun 50-an dilakukan pendinginan
mengurangi panas dan beratnya cedera otak setelah henti jantung dan akhir tahun 1990
sekunder setelah cedera kepala berat akibat dari ketertarikan akan terapi hipotermi muncul kembali.
penurunan tekanan intrakranial dan panas.3 Terapi hipotermia adalah kondisi dimana suhu
Telah lama diketahui dari beberapa penelitian tubuh menurun dibawah temperatur tubuh yang
eksperimental bahwa hipotermia adalah normal yang diperlukan untuk berlangsungnya
neuroprotektif setelah iskemia otak. Mekanisme metabolisme yang normal. Dengan demikian,
bagaimana hipotermia mempunyai efek proteksi ada 8 pertanyaan untuk terapi hipotermi yaitu5:
otak, belum jelas. Kemungkinan karena 1. Bagaimana mekanisme terapi hipotermi
menurunkan metabolisme otak, mencegah sebagai protektor otak?
apoptosis, mengurangi disfungsi mitokhondria, 2. Berapa derajat Celcius penurunan suhu
Terapi Hipotermi setelah Cedera Otak Traumatik 191

tubuhnya? pembengkakkan neuron, edema vasogenik,


3. Bagaimana cara melakukan penurunan suhu? dan pembengkakkan otak dapat meningkatkan
4. Berapa cepat hipotermia harus dicapai? tekanan intrakranial dan menurunkan tekanan
5. Berapa lama hipotermi dipertahankan? perfudi otak (cerebral perfusion pressure/CPP).9
6. Bagaimana memulihkan ke normotermi Terapi hipotermi telah digunakan pada pasien
(rewarming)? dengan henti jantung, asfiksia perinatal, cedera
7. Bagaimana hasilnya? otak traumatik, oprasi jantung, bedah saraf,
8. Apakah ada penelitian yang sedang bedah vaskuler.9 Komplikasi dari hipotermia
berlangsung? dalam (profound/deep hypothermia) adalah
pneumonia, sepsis, disritmia jantung, hipotensi,
Penelitian cedera otak traumatik pada model masalah perdarahan karena adanya koagulopati.
hewan coba menunjukkan bahwa penggunaan Komplikasi kardiovaskuler adalah depresi
hipotermi dalam (profound hypothermia) miokardial, disritmia termasuk ventricular
memberikan hasil yang tidak konsisten. fibrilasi, hipotensi, perfusi jaringan tidak
Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa adequat, iskemia. Gangguan koagulasi berupa
hipotermi sedang (moderate hypothermia) thrombositopenia, fibrinolisis, disfungsi platelet,
memperlihatkan efek neuroproteksi pada tikus peningkatan perdarahan. Gangguan metabolisme
dengan model cedera otak traumatik.6 Penelitian berupa melambatnya metabolisme anestetika,
cedera otak traumatik pada manusia menunjukkan memanjangnya blokade neuromuskuler,
bahwa terapi hipotermi mempunyai pengaruh meningkatnya katabolisme protein. Adanya
memulihkan autoregulasi serebral, memperbaiki komplikasi menggigil akan meningkatkan
neuro-electrofisiologi dan oksigenasi otak, konsumsi oksigen, meningkatkan produksi
mengurangi kadar lipid dan kolesterol pasien TBI CO2, desaturasi O2 arterial, ketidakstabilan
di area perikontusio,7 serta mengurangi tekanan hemodinamik.
intrakranial sebesar 3–10 mmHg.8 Penggunaan
hipotermia selalu terlambat pada saat resusitasi III. Bagaimana mekanisme terapi hipotermi
awal, optimalisasi CPP/CBF, evakuasi bedah, sebagai protektor otak?
pemantauan ICP, pengendalian perdarahan
pasien cedera otak traumatik. Padahal cedera Hipotermia menurunkan aktivitas metabolik
otak sekunder dapat terjadi akibat temperatur, dan fungsional dari otak. Koefisien temperatur
diperberat oleh demam, dan dihambat oleh (Q10) menunjukkan faktor dengan mana CMRO2
hipotermi. Panas setelah cedera otak traumatik berubah setiap perbedaan temperatur 10 derajat.
dapat menimbulkan hipertensi intrakranial dan Untuk kebanyakan reaksi biologis, Q10 nilainya
memperburuk prognosis.3 kira-kira 2 (penurunan 50% CMRO2 untuk setiap
penurunan temperatur 10 0C). Jadi otak yang
Pada cedera otak traumatik dapat terjadi cedera normotermik (37 0C) dapat mentolerir iskemia
otak primer dan cedera otak sekunder. Kekuatan komplit yang berlangsung selama 5 menit, pada
mekanis dari luar dapat menimbulkan gangguan suhu 27 0C otak dapat mentolerir iskemia yang
menetap atau temporer berupa perubahan berlangsung selama 10 menit.5,10 Walaupun
kesadaran, gangguan fungsi kognitif, fisikal, hipotermi mengurangi CMRO2 sekitar 7% setiap
psikososial. Penyebabnya adalah kontusio otak, derajat C, mekanismenya tidak linier. Aktual
epidural hematoma, perdarahan subarakhnoid, Q10 adalah 2,2 sampai 2,4 antara 37 0C dan 27
perdarahan intraventrikuler, cedera robekan. 0
C menyebabkan penurunan 50% CMRO2 pada
Insult sekunder dapat berupa hipotensi suhu 27 0C. Antara 27 0C dan 17 0C, Q10 kira-kira
arterial, hipoxemia/hiperoxemia, hiperkapnia, 5. Hal ini berkorelasi dengan kehilangan fungsi
hipokapnia, hiperglikemia, hipoglikemia, neuron secara bertahap, seperti ditunjukkan
hipertermia, gangguan keseimbangan air dan dengan EEG isoelektrik (yang terjadi antara
elektrolit, anemia, seizure. Cedera sekunder 18 0C dan 17 0C) dan kemampuan otak untuk
dapat menyebabkan terjadinya iskemia seluler, mentolerir iskemia otak yang lebih berat daripada
192 Jurnal Neuroanestesi Indonesia

yang diprediksi dengan model linier. Dibawah 17 hipotensi, dan perfusi jaringan yang tidak adekuat.
0
C, Q10 kembali ke 2,2 sampai 2,4 lagi.5,10 Gangguan koagulasi antara lain trombositopenia,
Proteksi otak dari hipotermi ringan sampai fibrinolisis, dan disfungsi platelet. Menggigil
sedang telah ditunjukkan dalam model dapat menyebabkan desaturasi oksigen,
laboratorium COT yang berbeda. Mekanismenya ketidakstabilan hemodinamik, peningkatan
multifaktorial dan berhubungan dengan kebutuhan oksigen dan produksi CO2.10 Dalam
penurunan metabolisme, penurunan Ca influx, dekade yang lalu penelitian menunjukkan bahwa
penurunan pelepasan excitatory amino acids hipotermi ringan secara nyata menurunkan
(EAA), preservasi sintesa protein dan sawar darah cedera pada pasien dengan iskemia serebral. Ada
otak, mencegah peroksidasi lipid, menurunkan resiko sistemik yang nyata dan faktor-faktor yang
pembentukan edema, protein substansia alba, harus dipertimbangkan sebelum dilakukan teknik
modulasi respons inflamasi dan kematian sel hipotermi. Hipotermi ringan (sampai suhu 34 oC)
apoptotik.5,10 Secara klinis penggunaan hipotermi mempunyai efek proteksi otak. Terdapat sejumlah
pada pasien pascacedera otak traumatik, stroke, laporan penelitian model binatang percobaan
aneurisma serebral mungkin mempunyai efek pada iskemi serebral global untuk melihat
menguntungkan dalam hal penurunan ICP dan efek proteksi dengan penurunan temperatur
kemungkinan proteksi otak. Akan tetapi, sampai 1–4 oC. Untuk penurunan 3 oC, ada penurunan
saat ini penelitian klinis belum membenarkan cerebral metabolic rate for oxygen (CMRO2)
penggunaan hipotermi untuk proteksi otak pada sebanyak 20%. Akan tetapi, efek proteksi
keadaan-keadaaan tersebut.10 Untuk mencapai otak dengan hipotermia ringan bukan primer
keuntungan maksimum, terapi hipotermi harus pada efeknya menurunkan CMRO2, tetapi juga
diberikan sesegera mungkin, langsung ke target pada mediator cedera iskemik (misalnya dengan
suhu yang diinginkan dan diberikan dalam jangka menurunkan pelepasan EAA). Hipotermia ringan
waktu lama. Pasien yang menunjukkan respons untuk beberapa hari setelah kliping aneurisma,
terhadap teurapetik hipotermia adalah pasien subarachnoid hemorrhage (SAH) atau cedera
usia muda (<15 tahun) dan yang mengalami kepala secara nyata mengurangi konsentrasi
cedera kepala berat dengan GCS 4 sampai 7 saat glutamat pada cairan serebrospinal. Hipotermia
masuk ke rumah sakit. Pada kasus stroke ikemik, ringan juga mempunyai keuntungan lain dengan
hipotermia harus dikombinasi dengan perfusi bekerja pada sintesa ubiqitin dan aktivasi protein
otak yang adekuat. Bukti keuntungan hipotermi C-kinase atau dengan stabilisasi membran dan
ringan tidak ada untuk carotid endarterectomy mengurangi konsentrasi kalsium intraseluler.10
(CEA) dan clipping aneurisma serebral.10 Peningkatan suhu tubuh akan meningkatkan
Walaupun riset klinis tidak menunjukkan CMRO2 yang menyebabkan ketidakseimbangan
perbaikan pada outcome, hipotermi ringan (32– antara kebutuhan dan pasokan oksigen.
35 0C), dan hipotermi sedang (26–31 0C) telah Beberapa penelitian klinis hipotermia ringan
digunakan untuk prosedur jantung. Hal yang selama 24–48 jam setelah cedera kepala berat
sama, hipotermia dalam (deep hypothermia, suhu memperbaiki outcome neurologis. Beberapa
18-25 0C) selama henti sirkulasi juga digunakan pusat pendidikan anestesi menggunakan teknik
pada repair penyakit jantung kongenital, aorta hipotermia ringan (33–35 0C) pada operasi
torakalis pada dewasa, dan giant atau serebral dimana jelas ada resiko cedera iskemi susunan
aneurisma kompleks.10 Ada beberapa komplikasi saraf pusat, misal cliping aneurisma serebral.
serius dari hipotermia yang membatasi efek Pengaturan temperatur pasien yang dirawat di
menguntungkan dalam memelihara fungsi ICU adalah konsep “low normothermia” yaitu
neuron. Keadaan ini kebanyakan terjadi pada pasien dipertahankan dalam temperatur 36 oC.
hipotermia berat dan sedang. Komplikasi yang Pada penelitian invitro menunjukkan bahwa
terjadi dapat mengenai sistem kardiovaskuler, hipotermia akan memelihara ATP, mengurangi Ca
gangguan koagulasi, perlambatan metabolisme influks, memperbaiki pemulihan elektrofisiologis
obat, dan menggigil. Komplikasi kardiovaskuler dari hipoksia sedangkan hipertermi akan
antara lain depresi miokardium, disritmia, menghabiskan ATP, meningkatkan Ca influks dan
Terapi Hipotermi setelah Cedera Otak Traumatik 193

mengganggu pemulihan. Adanya demam pada otak saja pada binatang kecil. Sayangnya, tidak
pasien neuro dan jantung akan memperburuk berhasil dilakukan pada binatang yang lebih besar.
outcome, sebagai contoh 90% pasien SAH akan Penelitian lain menunjukkan kelambatan teknik
mengalami hipertemi selama perawatan di ICU ini yaitu ketidak mampuan mencapai bagian otak
dan dihubungkan dengan buruknya outcome.5,10 yang dalam. Sebaliknya, extracorporeal cerebral
Penelitian pada pasien yang diberikan moderat bypass hypothermia efektif untuk melakukan
hipotermi (33 0C) 11 dari 24 pasien meninggal pendinginan otak secara selektif, akan tetapi,
akibat herniasi yang disebabkan peningkatan teknik ini memerlukan heparin yang menjadi
ICP sekunder setelah rewarming dan 10 sulit pada pasien trauma pembuluh darah,
dari 25 pasien (40%) menderita pneumonia. embolisasai, edema serebral idiopatik dan telah
Kalau keuntungan hipotermi ringan terbatas ditinggalkan karena tidak praktis dan tidak aman.
pada mencegah hipertermi, keuntungan yang Satu penelitian dengan melakukan pendinginan
lebih baik adalah mempertahankan pasien intravaskuler dikarenakan kegagalan mencapai
dalam low normothermia.5,10 Terdapat bukti- hipotermia ringan pada pasien cedera kepala
bukti neuroproteksi dari profilaksis hipotermi berat. Penelitian ini ditekankan pada kebutuhan
ringan. Data yang baru yang membandingkan mendapatkan cara yang lebih aman, efektif untuk
normotermi dengan hipotermi (35,5–36,5 lawan mencapai keadaan serebral hipotermia. Mack
28–30 0C) pasien bypass kardiopulmonal, gagal melakukan katerisasi vena no 10 F melalui vena
menunjukkan keuntungan dari hipotermi. Akan femoralis dan ujungnya mencapai vena cava
tetapi sampai bukti-bukti empiris ada, dianjurkan inferior. Dilakukan pendinginan dengan kecepatan
untuk melakukan hipotermi ringan intraoperatif. 6,3(0,8) 0C, dan temperatur otak 32,2(0,2) 0C
Mekanisme proteksi otak dengan hipotermi adalah dicapai dalam waktu 47,7 (6,32) menit.5 Cedera
menurunkan metabolisme otak, memperlambat otak akibat cedera merupakan penyebab penting
depolarisasi anoksik/iskemik, memelihara dari kematian dan disabilitas pada personil sipil
homeostasis ion, menurunkan eksitatori maupun militer. Dengan sistem pengorganisasian
neurotransmisi, mencegah atau mengurangi trauma care dan critical care yang baik dan
kerusakan sekunder terhadap perubahan adekuat, mortalitas dari cedera kepala berat
biokimia. Efek proteksi serebral dari hipotermia telah menurun dari kira-kira 50% pada tahun
telah diketahui dengan baik. Teknik yang aman 70-an menjadi 30% pada tahun 2001. Lebih
dan efektif untuk melakukan hipotermi, masih penting, penurunan mortalitas ini dihubungkan
sulit ditentukan. Untuk mencapai hipotermi dengan peningkatan proporsi yang hidup dengan
ringan dengan pendinginan permukaan tubuh fungsi otak yang relatif normal. Bagaimanapun,
berlangsung lambat karena adanya vasokontriksi pencapaian yang luar biasa ini tidak diketahui
perifer dan pada umumnya gagal untuk secara luas. Perbaikan ini dianggap disebabkan
mendinginkan otak mencapai temperatur inti. karena lebih cepatnya transportasi pasien ke
Selain itu, prosedur pendinginan permukaan UGD, menghindari terjadinya hipotensi dan
tubuh sulit dengan adanya fenomena rewarming hipoksia, metode resusitasi yang lebih efektif,
afterdrop dan dapat menyebabkan pembengkakan brain imaging yang segera, intervensi bedah yang
otak selama periode rewarming. Hal ini ditambah segera, ICU yang baik, dan pemantauan serta
dengan adanya efek buruk akibat hipotermi pengelolaan tekanan intrakranial.
pada seluruh tubuh, termasuk terjadinya aritmia
jantung, koagulopati, hemolisis, disfungsi hepar Beberapa dari cedera neurologis dapat terjadi
dan renal dan penekanan fungsi imun. pada saat terjadinya kecelakaan dan mungkin
Untuk menghindari komplikasi sistemik akibat bersifat ireversibel. Tetapi, kemudian terjadi
pendinginan seluruh tubuh (total body cooling) proses biokimia yang memperburuk outcome.
peneliti-peneliti mencoba melakukan pendinginan Menghambat atau melawan proses ini menjadi
secara selektif hanya pada serebralnya saja. target neuroscientist dalam banyak tahun.
Alat-alat pendinginan eksternal telah terbukti Sebagai data, terdapat lusinan penelitian
efektif dalam mendinginkan secara selektif pada klinis dari obat seperti free radical scavenger,
194 Jurnal Neuroanestesi Indonesia

antagonis glutamat, Ca chanel blocker yang menurunkan metabolisme otak, menurunkan


mungkin mengurangi cedera pada otak pelepasan excitatory amino acids (EAA),
pasien dengan cedera kepala. Walaupun telah pencegahan apoptosis, mengurangi disfungsi
dipelajari tentang patofisiologi cedera otak dan mitokhondria, mengurangi produksi radikal bebas,
faktor-faktor yang mempengaruhi outcome, mengurangi oksidatif DNA, mempertahankan
tidak ada satupun obat yang terbukti efektif. ATP, menurunkan Ca influx, memelihara
Pendekatan non-farmakologi untuk pengobatan sintesa protein dan sawar darah otak, mencegah
pasien dengan cedera otak trauma difokuskan peroksidasi lipid, mengurangi pembentukan
pada pencegahan hipertensi intrakranial dan edema, memodulasi respons inflamasi dan
mempertahankan perfusi otak yang adekuat. kematian sel secara apptotik. Terapi hipotermi
Penelitian klinis multisenter dari hipotermia dapat mengendalikan tekanan intrakranial.11
pada pasien dengan cedera kepala berat
telah dilaporkan oleh Clifton dkk, walaupun IV. Berapa derajat celcius penurunan suhu
mengecewakan, menggambarkan hasil yang tubuhnya?
penting. Penelitian Clifton dimulai tahun 1994
dengan harapan ada bukti definitif keuntungan Banyak definisi tentang hipotermia dan tidak
hipotermi pada pasien cedera kepala. Akan semuanya sama. Sebagai contoh, ada yang
tetapi, pada bulan Mei 1998, penelitian tersebut menyebut hipotermia ringan bila suhu 32-34
dihentikan oleh Patient Safety and Monitoring 0
C, hipotermia sedang 28–32 0C. Hipotermia
Board setelah dilakukan pada 392 pasien dari ringan: 32–33 0C. Hipotermia sedang: 33–34 0C.
500 pasien yang direncanakan, karena ternyata Hipotermia dalam (deep hypothermia): 27 0C
terapi hipotermi tidak efektif. Pendinginan pasien atau lebih rendah. Hipotermia ringan 33–35 0C.
dengan target suhu kandung kencing 33 0C dalam Hipotermia ringan 34–360 C, sedang 32–34 0C,
8 jam setelah cedera dan dipertahankan hipotermi berat <32 0C . Yang lainnya mengatakan bahwa
selama 48 jam tidak efektif dalam memperbaiki disebut ringan bila suhu 32–35 0C, sedang 28–
outcome klinik pada 6 bulan kemudian. Dalam 32 0C, berat 20–28 0C, profound <20 0C. Lebih
kenyataannya, pasien yang berumur >45 tahun. rendah temperatur, lebih dalam proteksi otak
Mild hypothermia-core temperatur tubuh 32–34 dengan hipotermia, tapi dengan lebih rendahnya
0
C dapat memproteksi tubuh efek inflamasi setelah temperatur, efek samping akan meningkat.
cedera otak, henti jantung, atau infark miokardial Kedalaman optimal dari hipotermia terapeutik
acut. Tujuan terapi hipotermi pada keadaan– harus seimbang antara proteksi otak maksimal
keadaan tersebut adalah untuk mengurangi cedera dan efek samping yang minimal. Dari data
iskemi yang disebabkan karena proses biokimia. eksperimental dan pengalaman klinis, temperatur
Mekanisme proteksi dari hipotermi belum optimal adalah dalam rentang 340 dan 350C.5
dimengerti dengan jelas. Pada iskemi serebral
akibat stroke atau henti jantung, hipotermi V. Bagaimana cara melakukan penurunan
mengurangi metabolisme otak dan kebutuhan suhu?
oksigen dan menurunkan kadar EAA. Hipotermi
juga menghambat infark miokard pada AMI, Pengelolaan tradisional hipertermi setelah COT
kemungkinan dengan mekanisme yang sama. adalah dengan memberikan antipiretik, selimut
Hipotermia ringan mungkin rentang terapi pendingin, ice packs, dan beberapa kasus blokade
yang paling aman dan paling efektif, bahkan neuromuskuler. Ada kekurangan dari evaluasi
bila diberikan dalam jangka waktu lama, literatur tentang efektivitas antipiretik tradisional
hipotermia ringan tidak menimbulkan seperti asetaminofen, paracetamol, aspirin, dan
komplikasi seperti hipotermi moderat (28–32 nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)
0
C). Sebaliknya, hipotermi moderat dapat untuk hipertermia akibat COT. Data terbatas
menimbulkan terjadinya aritmia jantung, mendukung bahwa walaupun sering diberikan
fibrilasi ventrikel, koagulopati, dan infeksi. antipiretik untuk mengobati hipertermi setelah
Terapi hipotermia mempunyai efek dalam COT, ternyata tidak mampu (insufficient)
Terapi Hipotermi setelah Cedera Otak Traumatik 195

mengobati pireksia. Satu penelitian menunjukkan dengan kecepatan 0,5 0C setiap 2 jam. Penelitian
bahwa paracetamol tidak bisa menurunkan suhu ini tidak mengkonfirmasikan kegunaan hipotermia
pada 20% anak untuk mengobati hipertermia sebagai strategi neuroprokteksi yang utama pada
setelah COT. Acetaminophen juga jarang pasien dengan cedera otak traumatik berat.4
berhasil dalam mengobati hipertermia pada
pediatrik COT. Antipiretik hanya efektif hanya VII. Berapa lama hipotermi dipertahankan?
pada 7% pasien dewasa yang panas pada COT.
Induksi hipotermi dapat dilakukan dengan Pendinginan harus dimulai sesegera mungkin
pendinginan permukaan (surface cooling), dengan temperatur extracorporeal 30 0C dan
endovascular cooling, selective head cooling. dipertahankan pada temperatur otak 32 0C untuk
Surface cooling dapat dilakukan dengan kantong 48 jam kemudian dilakukan rewarming secara
es, helm, vests, mattresses, intravenous cooling, bertahap untuk 24 jam. Delapan pasien, GCS
intravascular cooling devices, selective brain 4–5 dan hasilnya adalah 5 pasien meninggal
cooling (pharyngeal).12 Pendinginan intravena akibat kelainan intrakranial (n=4) atau akibat
dilakukan dengan memberikan 20–30 mL/kg septik syok setelah pneumonia (n=1). Sebagai
larutan kristaloid (4 0C), diberikan lebih dari 30 simpulannya adalah tidak ada keuntungan
menit dan dengan teknik ini risiko terjadinya terapeutik hipotermia pada outcome. Satu
pneumonia kecil. penelitian melakukan hipotermia untuk mencapai
Surface cooling dilakukan dengan selimut dingin temperatur tubuh 33 0C, yang dimulai 6 jam
dan kantong es merupakan metode yang sangat setelah cedera dan dipertahankan selama 48
sederhana, dan butuh 3 jam untuk mencapai target jam dengan surface cooling. Hasilnya adalah
suhu, kebutuhan obat pelumpuh otot dan intubasi tidak efektip. Peneliti lain melakukan hipotermi
untuk melawan vasokonstriksi dan menggigil. ringan (33–35 0C) dalam jangka lama (long-term
Endovascular cooling membutuhkan waktu yang cooling) dan ternyata secara nyata memperbaiki
lebih singkat untuk mencapai temperatur target, outcome pasien cedera kepala berat dengan
tidak diperlukan pelumpuh otot dan intubasi dan kontusio serebral dan hipertensi intrakranial
pengendalian menggigil. Head cooling adalah tanpa komplikasi yang nyata. Pendinginan selama
selective head cooling dengan hipotermia 5 hari lebih manjur daripada 2 hari (short-term
sistemik ringan dan diberikan pada neonatal cooling).13
ensephalopati.12
VIII. Bagaimana memulihkan ke normotermi
VI. Berapa cepat hipotermia harus dicapai? (Rewarming)?

Untuk penggunaan hipotermia sebagai Pasien dengan hipertensi intrakranial diketahui


neuroprotektif dalam pencegahan kerusakan mempunyai refleks meningkatkan ICP selama
iskemik, itu diperlukan untuk melakukan rewarming yang cepat. Menggigil selama
hipotermi sesegera mungkin setelah insult dan rewarming akan meningkatkan konsumsi
mempertahankannya pada level terendah yang oksigen dan harus dihentikan dengan pemberian
aman. sedasi dan pelumpuh otot. Alat penghangat
Induksi hipotermi sangat segera pada pasien adalah pemanas cairan, sikuit humidifier, selimut
dengan cedera otak traumatik berat (Very early air panas, forced air warming blankets (paling
hypothermia induction in patient with severe cepat), lampu pemanas infrared. Rewarming
brain injury/the NABIS: Hypothermia II). RCT, dilakukan bila ICP <20 mmHg (stabil untuk
penelitian klinis multisenter, menyertakan 232 48 jam). Dianjurkan rewarming yang lambat
pasien cedera otak traumatik berat (119 pasien lebih dari 12 jam dengan kecepatan 0,1 0C/
dilakukan hipotermia terapeutik dalam 2,5 jam jam, ada yang menyarankan rewarming dengan
setelah cedera, 113 pasien lagi normotermia), kecepatan 1 0C setiap 3–4 jam, 1 0C/hari, 0,5 0C
umur 16–45 tahun, segera didinginkan sampai 33 dalam 2 jam. Rewarming yang lambat 0,25 0C/
0
C, dipertahankan untuk 48 jam dan dihangatkan jam memberikan proteksi yang maksimal.14
196 Jurnal Neuroanestesi Indonesia

IX. Bagaimana hasilnya? sebelumnya mungkin disebabkan karena induksi


hipotermi terlalu terlambat setelah cedera. Satu
Bukti klinis tentang hasil dari terapi hipotermia penelitian melakukan pendinginan segera (early
masih kontroversial. Limabelas persen perbaikan cooling) dalam 2–2,5 jam setelah cedera dengan
outcome 6 bulan pada 46 pasien yang mana suhu 33 0C dan dipertahankan selama 48 jam
temperatur tubuhnya diturunkan sampai 32 0C dan dibandingkan dengan normotermia sebagai
selama 48 jam yang dimulai dalam 6 jam setelah kontrol. Penelitian ini tidak mengkonfirmasikan
cedera. kegunaan hipotermia sebagai suatu strategi
Penelitian lain menunjukkan perbaikan outcome neuroproteksi utama pada pasien dengan cedera
yang signifikan secara statistik sebanyak 38% otak traumatika berat.11 Untuk dapat melakukan
pada 46 pasien dengan GCS 5–7 diantara 82 terapi hipotermia diperlukan unit khusus,
pasien yang didinginkan sampai 32 0C. Walaupun personil yang berpengalaman dan protokol
terbatas, bukti terbaik yang tersedia mendukung pelaksanaannya.
bahwa terapeutik hipotermi dapat mengurangi
risiko mortalitas dan memperbaiki neurologik X. Apakah ada penelitian yang sedang
outcome, terutama bila dipertahankan dalam berlangsung?
waktu lebih dari 48 jam dan bila digunakan
pada pasien yang berespon baik terhadap Ada bebeapa penelitian besar yang sedang
tindakan standar untuk mengendalikan ICP berlangsung yaitu di Jepang (clinical trials:
tanpa menggunakan dosis tinggi barbiturat.5,15 NCT00134472), Australia-New Zealand
Satu sistematik review dari 18 penelitian yang (Polar RCT), dan Eropa (Eurotherm Trial).
terdiri dari 13 RCT dan 5 penelitian observasional.
Terapeutik hipotermia 32–4 0C, efektip dalam Japanese trial (clinical trials: NCT00134472).18
mengendalikan hipertensi intrakranial. Sebagai Peneltian RCT tentang terapi hipotermia
kesimpulannya adalah tangguhkan menunggu untuk pasien cedera kepala berat di Jepang.
hasil penelitian multisenter yang besar yang Mereka membagi sampel dalam dua kelompok
mengevaluasi efek terapeutik hipotermia pada yaitu kelompok normotermia 35–37 0C dan
hipertensi intrakranial dan outcome, terapeutik hipotermia ringan 32–34 0C dan dipertahankan
hipotermia harus dimasukkan sebagai opsi terapi selama 72 jam. Pengambilan sampelnya
untuk mengendalikan hipertensi intrakranial pada sudah selesai tapi belum dipublikasikan.
pasien dengan cedera otak traumatik yang berat.16
Sebaliknya, terapi dengan hipotermia dengan Polar RCT 19
suhu tubuh mencapai 33 0C dalam 8 jam Prophylactic Hypothermia Trial to Lessen
setelah cedera, tidak efektif untuk memperbaiki TBI (POLAR-RCT) dilakukan di Australian
outcome pada pasien dengan cedera kepala berat. and New Zealand Intensive Care Research
Penelitian Clifton dkk., dimulai pada tahun 1994, Centre. Penelitian dilakukan pada 500 pasien
akan tetapi pada bulan Mei 1998, penelitiannya dan sampai saat ini masih mengumpulkan
dihentikan oleh Patient Safety and Monitoring pasien. Suhu tubuh diturunkan sampai 33 0C
Board, setelah melakukan penelitian pada 392 selama 3 hari. Rewarming dilakukan dengan
dari 500 pasien yang direncanakan, disebabkan kecepatan 0,17 0C/jam. Penelitian ini dilakukan
terapinya tidak efektip. Satu Cochrane Database untuk menjawab pertanyaan apakah propilaksis
Systematic Review tahun 2009 dengan kriteria early hypothermia memperbaiki outcome
seleksi: penelitian RCT dengam hipotermia pada 6 bulan setelah cedera otak traumatik?
maksimal sampai 35 0C dan dilakukan minimal
12 jam. Dilakukan pada 23 penelitian dengan total The Eurotherm3235Trial 20
1614 pasien. Tidak ada bukti bahwa hipotermia European Society of Intensive Care Medicine
menguntungkan untuk terapi cedera kepala.17 study of HT (32-35°C) for ICP reduction after
Tidak konsistennya efek hipotermia terapi pada TBI (the Eurotherm3235Trial).
cedera kepala berat pada penelitian-penelitian Ini adalah penelitian pragmatis, internasional,
Terapi Hipotermi setelah Cedera Otak Traumatik 197

multisenter RCT yang menguji efek hipotermia 6. Sinclair HL, Andrews PJ. Bench-to-bed
32–35 0C, untuk mengurangi ICP <20 mmHg, side review: hypothermia in traumatic brain
dalam morbiditas dan mortalitas 6 bulan setelah injury. Crit Care 2010;14(1): 204
cedera otak raumatik. Pendinginan dilakukan
dalam 72 jam setelah cedera otak traumatika 7. Masaoka H. Cerebral blood flow and
dan dipertahankan selama 48 jam, untuk melihat metabolism during mild hypothermia in
efek terhadap penurunan tekanan intrakranial. patient with severe traumatic brain injury. J
Jumlah pasiennya direncanakan 1800 pasien dan Med Sci Den 2010;57(2):133–8
penelitian dimulai bulan April 2010.
8. Schreckinger M, Marion DW. Contemporary
X. Simpulan management of traumatic intracranial
hypertension: is there a role for
Hipotermi terapeutik masih kontroversi, akan therapeutic hypothermia? Neurocrit Care
tetapi, dalam situasi klinik pertahankan suhu 2009;11(3):427–36.
pasien 35 0C dan hindari suhu tubuh pasien
lebih dari 37 0C, lakukan terapeutik hipotermi 9. Oddo M, Ribordy V, Feihl F, Rosetti AO,
minimal 5 hari, untuk mencapai suhu 35 0C Schaller MD, Chiolero R, et al. Early
dianjurkan memakai metode surface cooling, predictors of outcome in comatose survivors
tentang outcome masih dipertanyakan, dan belum of ventricular fibrillation and non-ventricular
diketahui, dan sekarang penelitian yang lebih fibrillation cardiac arrest trated with
besar sedang dilakukan. hypothermia: a prospective study. Crit Care
Med 2008;36(8):2296–301
Daftar Pustaka
10. Hou YJ, Cottrell JE, Lei B, Kass IS.
1. Bendo AA. Perioperative management of Improving neurologic recovery from cerebral
adult patient with severe head injury. Dalam: ischemia. Dalam: Newfield P, Cottrell JE,
Cottrell JE, Young WL, eds. Cottrell and eds. Handbook of Neuroanesthesia, 5th ed.
Young’s neuroanesthesia; 2011, 317–25. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2012, 50–69
2. Bullock RM, Povlishock JT. Guideline for the
management severe traumatic brain injury, 11. Clifton GL, Valadka A, Zygun D, Coffey
Brain Trauma Foundation. J Neurotrauma CS, Drever P, Fourwinds S, et al. Very early
2007;24, S21 hypothermia induction in patients with severe
brain injury (the National Acute Brain Injury
3. Puccio AM, Fischer MR, Jankowitz BT, Study: hypothermia II): a randomised trial.
Yonas H, Darby JM, Okonkwo D. Induce Lancet Neurol 2011;10(2):131–39
normothermia attenuate intracranial
hypertension and reduces fever burden after 12. Hoedemaekers CW, Ezzahti M, Gerritsen A,
severe traumatic brain injury. Neurocrit Care van der Hoeven JG. Comparison of cooling
2009;11(1):82–87 method to induce and maintain normo and
hypothermia in intensive care unit patients:
4. Grande PO, Reinstrup P, Romner B. Active a prospective intervention study. Crit Care
cooling in traumatic brain-injured patients: 2007;11(4):R–91
a questionable therapy? Acta Anaesthesiol
Scand 2009;53:1233–38 13. Jiang JY, Xu W, Li WP, Gao GY, Bau YH,
Liang YM, et al. Effect of long-term mild
5. Bisri DY, Oetoro B, Harahap S, Siti Chasnak hypothermia or short-term mild hypothermia
Saleh SC. Hipotermia untuk proteksi otak. JNI on outcome of patients with severe traumatic
brain injury. Journal of Cerebral Blood Flow
198 Jurnal Neuroanestesi Indonesia

& Metabolism 2006;26:771–6 18. Maekawa T, Yamashita S. Therapeutic


hypothermia for severe traumatic brain
14. Povlishock JT, Wei EP. Posthypothermic injury in Japan. Japanese trial (clinical trials:
rewarning consideration following traumatic NCT00134472) cloud.golgbamboo.com/
brain injury. J Neurotrauma 2009;26:333–40 topic-t10163–a1

15. Patterson K, Carson S, Carney N. 19. Cooper D, Myburgh J, Cameron P, Presneill


Hypothermic treatment for traumatic brain J, Bernard S, Nichol A. The Polar RCT. http://
injury: a systematic review and meta- researchdata.ands.org.au/polar-rct
analysis. J Neurotrauma 2008;25(1):62–71
20. Andrews PJD, Sinclair HL, Battison CG,
16. Sadaka F, Veremakis C. Therapeutic Polderman KH, Citerio G, Mascia L, et
hypothermia for the management of al. European society of intensive care
intracranial hypertension in severe traumatic medicine study of therapeutic hypothermia
brain injury: a systematic review. Brain (32-350C) for intracranial pressure
injury 2012;26(7-8):899–908 reduction after traumatic brain injury (the
Eurotherm3235Trial). Trial 2011,12:8 http://
17. Sydenham E, Robert L, Anderson P. www.trialsjournal.com/content/12/1/8
Hypothermia for traumatic head injury.
Cochrane Database Syst Rev 2009, issue 2.

Anda mungkin juga menyukai