Abstrak
Mekanisme proteksi otak hipotermi adalah mengurangi kebutuhan metabolik, cerebral metabolic rate for
oxygen (CMRO2), eksitotoksisitas, menurunkan pelepasan glutamat, menurunkan pembentukan radikal bebas,
mengurangi pembentukan edema, stabilisasi membran, memelihara adenosine triphosphate (ATP), menurunkan
influx Ca, dan tekanan intrakranial. Sedangkan komplikasi hipotermi berat adalah pneumonia, sepsis, disritmia
jantung, hipotensi, masalah perdarahan dan menggigil. Temperatur ideal untuk hipotermia terapeutik adalah 35
0
C. Pertanyaan untuk terapi hipotermik (HT) adalah bagaimana mekanisme terapi hipotermi sebagai protektor
otak? Berapa derajat C penurunan suhu tubuhnya? Bagaimana cara melakukan penurunan suhu? Berapa cepat
hipotermia harus dicapai? Berapa lama hipotermi dipertahankan? Bagaimana memulihkan ke normotermi
(rewarming)? Bagaimana hasilnya? Apakah ada penelitian yang sedang berlangsung? Untuk menggunakan
hipotermia sebagai neuroprotektor, diperlukan mencapai keadaan hipotermi secepat mungkin setelah cedera dan
pertahankan pada level aman. Metode hipotermi terapeutik adalah pendinginan permukaan tubuh, pendinginan
endovaskuler, pendinginan kepala. Selama penghangatan kembali pasien dengan hipertensi intrakranial telah
diketahui bisa terjadi peningkatan tekanan intrakranial selama pemanasan yang cepat. Dianjurkan pemanasan
lambat lebih dari 12 jam dengan kecepatan 0,1 0C/jam. Sebagai simpulan, hipotermi terapeutik masih
kontroversi, tapi dalam situasi klinik pertahankan suhu pasien 35 0C dan harus dihindari temperatur lebih
dari 37 0C. Untuk mencapai suhu inti 35 0C dianjurkan digunakan metode pendinginan permukaan tubuh.
Kata kunci: cedera otak traumatik, terapi hipotermia, proteksi otak, resusitasi otak
JNI 2014;3 (3): 189‒98
Abstract
The mechanism of hypothermia as neuro protector are by reducing metabolic demand of the brain, cerebral
metabolic rate of oxygen (CMRO2), excitotoxicity, decrease the glutamate release, reduction of free radical
formation, edema formation, membrane stabilization, maintains adenosine triphosphate (ATP), decrease in Ca
influx, and intracranial pressure. In the order hand, complication of deep hypothermia are pneumonia, sepsis,
cardiac dysrrhythmia, hypotension, bleeding problem and shivering. The ideal temperature for therapeutic
hypothermia is 35 0C. Question arised for hypothermic therapy (HT) are what is the therapeutic mechanism of HT
as neuroprotective? What is the proper degree for hypothermia? What can we do to induce hypothermia? How soon
should we do the HT? How long hypothermia should be maintain? How to restore normothermia (rewarming)?
What is the result? Is there any ongoing research?. For the use hypothermia as one of neuroprotective therapy, it
is necessary to implement it as soon as possible after the insult and to maintain it at the lowest safe level. Methods
of therapeutic hypothermia are surface cooling, endovascular cooling, as well as selective head cooling. During
rewarming, patients with intracranial hypertension are known to have reflex that would increase ICP during rapid
rewarming. Slow rewarming over a period of 12 hrs at the rate of 0.1 0C/hr is desirable. As conclusion, therapeutic
hypothermia still controversial, but in clinical situation keep the patient 35 0C is desirable and temperature more
than 37 0C should be avoided. To reach core temperature 35 0C, surface cooling is recommended.
Key words: brain protection, brain resuscitation, hypothermia therapy, traumatic brain injury
189
190 Jurnal Neuroanestesi Indonesia
yang diprediksi dengan model linier. Dibawah 17 hipotensi, dan perfusi jaringan yang tidak adekuat.
0
C, Q10 kembali ke 2,2 sampai 2,4 lagi.5,10 Gangguan koagulasi antara lain trombositopenia,
Proteksi otak dari hipotermi ringan sampai fibrinolisis, dan disfungsi platelet. Menggigil
sedang telah ditunjukkan dalam model dapat menyebabkan desaturasi oksigen,
laboratorium COT yang berbeda. Mekanismenya ketidakstabilan hemodinamik, peningkatan
multifaktorial dan berhubungan dengan kebutuhan oksigen dan produksi CO2.10 Dalam
penurunan metabolisme, penurunan Ca influx, dekade yang lalu penelitian menunjukkan bahwa
penurunan pelepasan excitatory amino acids hipotermi ringan secara nyata menurunkan
(EAA), preservasi sintesa protein dan sawar darah cedera pada pasien dengan iskemia serebral. Ada
otak, mencegah peroksidasi lipid, menurunkan resiko sistemik yang nyata dan faktor-faktor yang
pembentukan edema, protein substansia alba, harus dipertimbangkan sebelum dilakukan teknik
modulasi respons inflamasi dan kematian sel hipotermi. Hipotermi ringan (sampai suhu 34 oC)
apoptotik.5,10 Secara klinis penggunaan hipotermi mempunyai efek proteksi otak. Terdapat sejumlah
pada pasien pascacedera otak traumatik, stroke, laporan penelitian model binatang percobaan
aneurisma serebral mungkin mempunyai efek pada iskemi serebral global untuk melihat
menguntungkan dalam hal penurunan ICP dan efek proteksi dengan penurunan temperatur
kemungkinan proteksi otak. Akan tetapi, sampai 1–4 oC. Untuk penurunan 3 oC, ada penurunan
saat ini penelitian klinis belum membenarkan cerebral metabolic rate for oxygen (CMRO2)
penggunaan hipotermi untuk proteksi otak pada sebanyak 20%. Akan tetapi, efek proteksi
keadaan-keadaaan tersebut.10 Untuk mencapai otak dengan hipotermia ringan bukan primer
keuntungan maksimum, terapi hipotermi harus pada efeknya menurunkan CMRO2, tetapi juga
diberikan sesegera mungkin, langsung ke target pada mediator cedera iskemik (misalnya dengan
suhu yang diinginkan dan diberikan dalam jangka menurunkan pelepasan EAA). Hipotermia ringan
waktu lama. Pasien yang menunjukkan respons untuk beberapa hari setelah kliping aneurisma,
terhadap teurapetik hipotermia adalah pasien subarachnoid hemorrhage (SAH) atau cedera
usia muda (<15 tahun) dan yang mengalami kepala secara nyata mengurangi konsentrasi
cedera kepala berat dengan GCS 4 sampai 7 saat glutamat pada cairan serebrospinal. Hipotermia
masuk ke rumah sakit. Pada kasus stroke ikemik, ringan juga mempunyai keuntungan lain dengan
hipotermia harus dikombinasi dengan perfusi bekerja pada sintesa ubiqitin dan aktivasi protein
otak yang adekuat. Bukti keuntungan hipotermi C-kinase atau dengan stabilisasi membran dan
ringan tidak ada untuk carotid endarterectomy mengurangi konsentrasi kalsium intraseluler.10
(CEA) dan clipping aneurisma serebral.10 Peningkatan suhu tubuh akan meningkatkan
Walaupun riset klinis tidak menunjukkan CMRO2 yang menyebabkan ketidakseimbangan
perbaikan pada outcome, hipotermi ringan (32– antara kebutuhan dan pasokan oksigen.
35 0C), dan hipotermi sedang (26–31 0C) telah Beberapa penelitian klinis hipotermia ringan
digunakan untuk prosedur jantung. Hal yang selama 24–48 jam setelah cedera kepala berat
sama, hipotermia dalam (deep hypothermia, suhu memperbaiki outcome neurologis. Beberapa
18-25 0C) selama henti sirkulasi juga digunakan pusat pendidikan anestesi menggunakan teknik
pada repair penyakit jantung kongenital, aorta hipotermia ringan (33–35 0C) pada operasi
torakalis pada dewasa, dan giant atau serebral dimana jelas ada resiko cedera iskemi susunan
aneurisma kompleks.10 Ada beberapa komplikasi saraf pusat, misal cliping aneurisma serebral.
serius dari hipotermia yang membatasi efek Pengaturan temperatur pasien yang dirawat di
menguntungkan dalam memelihara fungsi ICU adalah konsep “low normothermia” yaitu
neuron. Keadaan ini kebanyakan terjadi pada pasien dipertahankan dalam temperatur 36 oC.
hipotermia berat dan sedang. Komplikasi yang Pada penelitian invitro menunjukkan bahwa
terjadi dapat mengenai sistem kardiovaskuler, hipotermia akan memelihara ATP, mengurangi Ca
gangguan koagulasi, perlambatan metabolisme influks, memperbaiki pemulihan elektrofisiologis
obat, dan menggigil. Komplikasi kardiovaskuler dari hipoksia sedangkan hipertermi akan
antara lain depresi miokardium, disritmia, menghabiskan ATP, meningkatkan Ca influks dan
Terapi Hipotermi setelah Cedera Otak Traumatik 193
mengganggu pemulihan. Adanya demam pada otak saja pada binatang kecil. Sayangnya, tidak
pasien neuro dan jantung akan memperburuk berhasil dilakukan pada binatang yang lebih besar.
outcome, sebagai contoh 90% pasien SAH akan Penelitian lain menunjukkan kelambatan teknik
mengalami hipertemi selama perawatan di ICU ini yaitu ketidak mampuan mencapai bagian otak
dan dihubungkan dengan buruknya outcome.5,10 yang dalam. Sebaliknya, extracorporeal cerebral
Penelitian pada pasien yang diberikan moderat bypass hypothermia efektif untuk melakukan
hipotermi (33 0C) 11 dari 24 pasien meninggal pendinginan otak secara selektif, akan tetapi,
akibat herniasi yang disebabkan peningkatan teknik ini memerlukan heparin yang menjadi
ICP sekunder setelah rewarming dan 10 sulit pada pasien trauma pembuluh darah,
dari 25 pasien (40%) menderita pneumonia. embolisasai, edema serebral idiopatik dan telah
Kalau keuntungan hipotermi ringan terbatas ditinggalkan karena tidak praktis dan tidak aman.
pada mencegah hipertermi, keuntungan yang Satu penelitian dengan melakukan pendinginan
lebih baik adalah mempertahankan pasien intravaskuler dikarenakan kegagalan mencapai
dalam low normothermia.5,10 Terdapat bukti- hipotermia ringan pada pasien cedera kepala
bukti neuroproteksi dari profilaksis hipotermi berat. Penelitian ini ditekankan pada kebutuhan
ringan. Data yang baru yang membandingkan mendapatkan cara yang lebih aman, efektif untuk
normotermi dengan hipotermi (35,5–36,5 lawan mencapai keadaan serebral hipotermia. Mack
28–30 0C) pasien bypass kardiopulmonal, gagal melakukan katerisasi vena no 10 F melalui vena
menunjukkan keuntungan dari hipotermi. Akan femoralis dan ujungnya mencapai vena cava
tetapi sampai bukti-bukti empiris ada, dianjurkan inferior. Dilakukan pendinginan dengan kecepatan
untuk melakukan hipotermi ringan intraoperatif. 6,3(0,8) 0C, dan temperatur otak 32,2(0,2) 0C
Mekanisme proteksi otak dengan hipotermi adalah dicapai dalam waktu 47,7 (6,32) menit.5 Cedera
menurunkan metabolisme otak, memperlambat otak akibat cedera merupakan penyebab penting
depolarisasi anoksik/iskemik, memelihara dari kematian dan disabilitas pada personil sipil
homeostasis ion, menurunkan eksitatori maupun militer. Dengan sistem pengorganisasian
neurotransmisi, mencegah atau mengurangi trauma care dan critical care yang baik dan
kerusakan sekunder terhadap perubahan adekuat, mortalitas dari cedera kepala berat
biokimia. Efek proteksi serebral dari hipotermia telah menurun dari kira-kira 50% pada tahun
telah diketahui dengan baik. Teknik yang aman 70-an menjadi 30% pada tahun 2001. Lebih
dan efektif untuk melakukan hipotermi, masih penting, penurunan mortalitas ini dihubungkan
sulit ditentukan. Untuk mencapai hipotermi dengan peningkatan proporsi yang hidup dengan
ringan dengan pendinginan permukaan tubuh fungsi otak yang relatif normal. Bagaimanapun,
berlangsung lambat karena adanya vasokontriksi pencapaian yang luar biasa ini tidak diketahui
perifer dan pada umumnya gagal untuk secara luas. Perbaikan ini dianggap disebabkan
mendinginkan otak mencapai temperatur inti. karena lebih cepatnya transportasi pasien ke
Selain itu, prosedur pendinginan permukaan UGD, menghindari terjadinya hipotensi dan
tubuh sulit dengan adanya fenomena rewarming hipoksia, metode resusitasi yang lebih efektif,
afterdrop dan dapat menyebabkan pembengkakan brain imaging yang segera, intervensi bedah yang
otak selama periode rewarming. Hal ini ditambah segera, ICU yang baik, dan pemantauan serta
dengan adanya efek buruk akibat hipotermi pengelolaan tekanan intrakranial.
pada seluruh tubuh, termasuk terjadinya aritmia
jantung, koagulopati, hemolisis, disfungsi hepar Beberapa dari cedera neurologis dapat terjadi
dan renal dan penekanan fungsi imun. pada saat terjadinya kecelakaan dan mungkin
Untuk menghindari komplikasi sistemik akibat bersifat ireversibel. Tetapi, kemudian terjadi
pendinginan seluruh tubuh (total body cooling) proses biokimia yang memperburuk outcome.
peneliti-peneliti mencoba melakukan pendinginan Menghambat atau melawan proses ini menjadi
secara selektif hanya pada serebralnya saja. target neuroscientist dalam banyak tahun.
Alat-alat pendinginan eksternal telah terbukti Sebagai data, terdapat lusinan penelitian
efektif dalam mendinginkan secara selektif pada klinis dari obat seperti free radical scavenger,
194 Jurnal Neuroanestesi Indonesia
mengobati pireksia. Satu penelitian menunjukkan dengan kecepatan 0,5 0C setiap 2 jam. Penelitian
bahwa paracetamol tidak bisa menurunkan suhu ini tidak mengkonfirmasikan kegunaan hipotermia
pada 20% anak untuk mengobati hipertermia sebagai strategi neuroprokteksi yang utama pada
setelah COT. Acetaminophen juga jarang pasien dengan cedera otak traumatik berat.4
berhasil dalam mengobati hipertermia pada
pediatrik COT. Antipiretik hanya efektif hanya VII. Berapa lama hipotermi dipertahankan?
pada 7% pasien dewasa yang panas pada COT.
Induksi hipotermi dapat dilakukan dengan Pendinginan harus dimulai sesegera mungkin
pendinginan permukaan (surface cooling), dengan temperatur extracorporeal 30 0C dan
endovascular cooling, selective head cooling. dipertahankan pada temperatur otak 32 0C untuk
Surface cooling dapat dilakukan dengan kantong 48 jam kemudian dilakukan rewarming secara
es, helm, vests, mattresses, intravenous cooling, bertahap untuk 24 jam. Delapan pasien, GCS
intravascular cooling devices, selective brain 4–5 dan hasilnya adalah 5 pasien meninggal
cooling (pharyngeal).12 Pendinginan intravena akibat kelainan intrakranial (n=4) atau akibat
dilakukan dengan memberikan 20–30 mL/kg septik syok setelah pneumonia (n=1). Sebagai
larutan kristaloid (4 0C), diberikan lebih dari 30 simpulannya adalah tidak ada keuntungan
menit dan dengan teknik ini risiko terjadinya terapeutik hipotermia pada outcome. Satu
pneumonia kecil. penelitian melakukan hipotermia untuk mencapai
Surface cooling dilakukan dengan selimut dingin temperatur tubuh 33 0C, yang dimulai 6 jam
dan kantong es merupakan metode yang sangat setelah cedera dan dipertahankan selama 48
sederhana, dan butuh 3 jam untuk mencapai target jam dengan surface cooling. Hasilnya adalah
suhu, kebutuhan obat pelumpuh otot dan intubasi tidak efektip. Peneliti lain melakukan hipotermi
untuk melawan vasokonstriksi dan menggigil. ringan (33–35 0C) dalam jangka lama (long-term
Endovascular cooling membutuhkan waktu yang cooling) dan ternyata secara nyata memperbaiki
lebih singkat untuk mencapai temperatur target, outcome pasien cedera kepala berat dengan
tidak diperlukan pelumpuh otot dan intubasi dan kontusio serebral dan hipertensi intrakranial
pengendalian menggigil. Head cooling adalah tanpa komplikasi yang nyata. Pendinginan selama
selective head cooling dengan hipotermia 5 hari lebih manjur daripada 2 hari (short-term
sistemik ringan dan diberikan pada neonatal cooling).13
ensephalopati.12
VIII. Bagaimana memulihkan ke normotermi
VI. Berapa cepat hipotermia harus dicapai? (Rewarming)?
multisenter RCT yang menguji efek hipotermia 6. Sinclair HL, Andrews PJ. Bench-to-bed
32–35 0C, untuk mengurangi ICP <20 mmHg, side review: hypothermia in traumatic brain
dalam morbiditas dan mortalitas 6 bulan setelah injury. Crit Care 2010;14(1): 204
cedera otak raumatik. Pendinginan dilakukan
dalam 72 jam setelah cedera otak traumatika 7. Masaoka H. Cerebral blood flow and
dan dipertahankan selama 48 jam, untuk melihat metabolism during mild hypothermia in
efek terhadap penurunan tekanan intrakranial. patient with severe traumatic brain injury. J
Jumlah pasiennya direncanakan 1800 pasien dan Med Sci Den 2010;57(2):133–8
penelitian dimulai bulan April 2010.
8. Schreckinger M, Marion DW. Contemporary
X. Simpulan management of traumatic intracranial
hypertension: is there a role for
Hipotermi terapeutik masih kontroversi, akan therapeutic hypothermia? Neurocrit Care
tetapi, dalam situasi klinik pertahankan suhu 2009;11(3):427–36.
pasien 35 0C dan hindari suhu tubuh pasien
lebih dari 37 0C, lakukan terapeutik hipotermi 9. Oddo M, Ribordy V, Feihl F, Rosetti AO,
minimal 5 hari, untuk mencapai suhu 35 0C Schaller MD, Chiolero R, et al. Early
dianjurkan memakai metode surface cooling, predictors of outcome in comatose survivors
tentang outcome masih dipertanyakan, dan belum of ventricular fibrillation and non-ventricular
diketahui, dan sekarang penelitian yang lebih fibrillation cardiac arrest trated with
besar sedang dilakukan. hypothermia: a prospective study. Crit Care
Med 2008;36(8):2296–301
Daftar Pustaka
10. Hou YJ, Cottrell JE, Lei B, Kass IS.
1. Bendo AA. Perioperative management of Improving neurologic recovery from cerebral
adult patient with severe head injury. Dalam: ischemia. Dalam: Newfield P, Cottrell JE,
Cottrell JE, Young WL, eds. Cottrell and eds. Handbook of Neuroanesthesia, 5th ed.
Young’s neuroanesthesia; 2011, 317–25. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2012, 50–69
2. Bullock RM, Povlishock JT. Guideline for the
management severe traumatic brain injury, 11. Clifton GL, Valadka A, Zygun D, Coffey
Brain Trauma Foundation. J Neurotrauma CS, Drever P, Fourwinds S, et al. Very early
2007;24, S21 hypothermia induction in patients with severe
brain injury (the National Acute Brain Injury
3. Puccio AM, Fischer MR, Jankowitz BT, Study: hypothermia II): a randomised trial.
Yonas H, Darby JM, Okonkwo D. Induce Lancet Neurol 2011;10(2):131–39
normothermia attenuate intracranial
hypertension and reduces fever burden after 12. Hoedemaekers CW, Ezzahti M, Gerritsen A,
severe traumatic brain injury. Neurocrit Care van der Hoeven JG. Comparison of cooling
2009;11(1):82–87 method to induce and maintain normo and
hypothermia in intensive care unit patients:
4. Grande PO, Reinstrup P, Romner B. Active a prospective intervention study. Crit Care
cooling in traumatic brain-injured patients: 2007;11(4):R–91
a questionable therapy? Acta Anaesthesiol
Scand 2009;53:1233–38 13. Jiang JY, Xu W, Li WP, Gao GY, Bau YH,
Liang YM, et al. Effect of long-term mild
5. Bisri DY, Oetoro B, Harahap S, Siti Chasnak hypothermia or short-term mild hypothermia
Saleh SC. Hipotermia untuk proteksi otak. JNI on outcome of patients with severe traumatic
brain injury. Journal of Cerebral Blood Flow
198 Jurnal Neuroanestesi Indonesia