Anda di halaman 1dari 32

Anatomi Fisiologi Tumor

Otak dan Stroke, Meningitis


Dr. Dion Faisal, Sp.B FICS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH IV


SEMESTER VI 2021
Curriculum Vitae
Nama : Dr. Dion Faisal, Sp.B FICS
TTL : Balikpapan, 31 Mei 1985
Istri & anak :
Dr. Dian Manggiasih
Muhammad Nabil
Muhammad Dhafin
Pendidikan :
S1 Kedokteran Umum FK Unmul 2009
Spesialis Bedah Umum FK Unair 2018
Fellow International College of Surgeon 2020
Pekerjaan :
Kepala SMF Bedah, Subkomite Mutu RSUD Tarakan
Staff Pengajar FIKES Universitas Borneo Tarakan
Webinar lecturer in General Surgery
OBJEKTIF
• CP-MK: menjelaskan anatomi fisiologi penyakit pada sistem saraf
pusat
• Materi pembelajaran:
1. Anatomi fisiologi tumor otak
2. Anatomi fisiologi stroke
3. Anatomi fisiologi meningitis
1
ANATOMI OTAK
FISIOLOGI OTAK
TUMOR OTAK
(PNPK Tumor Otak, Kemenkes RI 2017)

• Tumor otak meliputi ± 85-90% dari seluruh kanker susunan saraf pusat
(SSP).
• Insiden di AS 21.42 per 100.000 penduduk per tahun (7.25 per 100.000
penduduk untuk kanker otak ganas, 14.17 per 100.000 penduduk per tahun
untuk tumor otak jinak).
• Insiden tumor otak ganas di seluruh dunia adalah 3.4 per 100.000
penduduk dengan mortalitas 4.25 per 100.000 penduduk per tahun.
Mortalitas lebih tinggi pada pria.
• Astrositoma anaplastik dan glioblastoma multiforme (GBM) meliputi ±
38%, meningioma & tumor mesenkim lainnya 27% dari jumlah keseluruhan.
• Sisanya bervariasi (tumor hipofisis, schwannoma, limfoma SSP,
oligodendroglioma, ependimoma, astrositoma derajat rendah, dan
medulloblastoma).
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala yang timbul tergantung dari lokasi dan tingkat
pertumbuhan tumor.

• Kombinasi gejala yang sering ditemukan adalah


peningkatan tekanan intrakranial (sakit kepala
hebat disertai muntah proyektil), defisit neurologis
yang progresif, kejang, penurunan fungsi kognitif.

• Pada glioma derajat rendah gejala yang biasa ditemui


adalah kejang, sementara glioma derajat tinggi lebih
sering menimbulkan gejala defisit neurologis
progresif dan tekanan intrakranial meningkat.
DIAGNOSTIK
• Keluhan: sakit kepala, mual, penurunan nafsu makan, muntah proyektil, kejang, defisit
neurologik (penglihatan ganda, strabismus, gangguan keseimbangan, kelumpuhan ekstremitas
gerak, dsb), perubahan kepribadian, mood, mental, atau penurunan fungsi kognitif.
• Pemeriksaan fisik: status generalis, lokalis, & neurooftalmologi.
• Pemeriksaan Fungsi Luhur (kognitif, memori, bahasa, emosi, visuospatial): gangguan kognitif
dapat merupakan soft sign, gejala awal pada kanker otak, khususnya pada tumor glioma
derajat rendah, limfoma, atau metastasis. Fungsi kognitif mengalami gangguan baik melalui
mekanisme langsung akibat destruksi jaras kognitif oleh kanker otak, maupun mekanisme
tidak langsung akibat terapi, seperti operasi, kemoterapi, atau radioterapi.
• Laboratorium: darah lengkap, hemostasis, LDH, fungsi hati dan ginjal, gula darah, serologi
hepatitis B dan C, dan elektrolit lengkap.
• Pemeriksaan sitologi dan flowcytometry cairan serebrospinal.
• Radiologi: CT scan, MRI dan PET scan
TATALAKSANA
• Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK): deksametason bolus 10 mg iv dilanjutkan
dosis rumatan 16-20mg/hari iv lalu tappering off 2-16 mg (dalam dosis terbagi)
bergantung pada klinis.
• Pembedahan: bertujuan untuk menegakkan diagnosis, menurunkan TIK, mengurangi
kecacatan, dan meningkatkan efektifitas terapi lain. Reseksi tumor direkomendasikan
untuk hampir seluruh jenis kanker otak yang operabel.
• Radioterapi: diberikan pada pasien dengan keadaan inoperabel, sebagai adjuvan pasca
operasi, atau pada kasus rekuren yang sebelumnya telah dilakukan tindakan operasi.
• Kemoterapi Sistemik dan Terapi Target (Targeted Therapy): memperpanjang angka
kesintasan dari pasien terutama pada kasus astrositoma derajat ganas.
• Tatalaksana Nyeri: nyeri kepala akibat kanker otak disebabkan akibat traksi langsung
tumor terhadap reseptor nyeri di sekitarnya. Pilihan obat nyeri adalah analgesik yang tidak
menimbulkan efek sedasi atau muntah, Parasetamol 20mg/berat badan per kali dengan
dosis maks 4000 mg/hari per oral atau iv. Jika komponen nyeri neuropatik yang lebih
dominan, maka golongan antikonvulsan menjadi pilihan utama, seperti gabapentin 100-
1200mg/hari, maksimal 3600mg/hari.
• Tatalaksana Kejang: alternatif antikonvulsan mencakup levetiracetam, sodium valproat,
lamotrigin, klobazam, topiramat, atau okskarbazepin. Levetiracetam lebih dianjurkan (Level
A) dan memiliki profil efek samping yang lebih baik dengan dosis antara 20-40 mg/kgBB,
serta dapat digunakan pasca operasi kraniotomi.
• Psikiatri: gangguan psikiatri hingga 78%, bersifat organik akibat tumornya atau fungsional
yang berupa gangguan penyesuaian, depresi, dan ansietas. Oleh karena itu, diperlukan
pendampingan mulai dari menyampaikan informasi tentang diagnosis dan keadaan pasien
(breaking the bad news) melalui pertemuan keluarga (family meeting) dan pada tahap
pengobatan selanjutnya. Pasien juga diberikan psikoterapi suportif dan relaksasi yang akan
membantu terutama pada perawatan paliatif.
• Gizi: Bila asupan memenuhi 75-100% dari kebutuhan lalu dilakukan konseling gizi. Bila
asupan memenuhi 50-75% dari kebutuhan, dilakukan pemberian oral nutrition support.
Bila asupan <50%, dilakukan pemasangan jalur enteral (pipa nasogastrik/ orogastrik/
gastrostomi). Bila terdapat kontraindikasi nutrisi enteral (ileus, perdarahan saluran cerna),
diberikan nutrisi parenteral.
PENCEGAHAN
• Pencegahan primer: upaya agar tumor otak tidak terjadi dilakukan
dengan penelusuran beberapa faktor risiko, masih sulit dilakukan karena
beberapa faktor risiko bersifat tidak dapat diubah (unmodifiable).
Faktor risiko meningioma: kelainan genetik (kehilangan kromosom 22 dan
neurofibromatosis tipe 2) serta riwayat radiasi kranial, trauma kepala.
Faktor risiko schwannoma: neurofibromatosis, pemberian dosis tinggi
sinar radiasi, dan paparan kebisingan.
• Pencegahan sekunder: upaya untuk menemukan tumor otak dalam
stadium dini, dapat dilakukan dengan uji penapisan pada pasien-pasien
yang faktor risiko tinggi terjadinya tumor otak.
2
STROKE
• Stroke disebut juga CVA (cerebro vascular accident): gangguan
fungsi otak, fokal atau global, timbul mendadak, berlangsung lebih
dari 24 jam (atau kadang-kadang berakhir dengan kematian
sebelum 24 jam), yang disebabkan karena gangguan peredaran
darah otak (penyumbatan/ ischemik stroke atau perdarahan/
haemorhagic stroke).
• Stroke adalah penyebab kematian ketiga setelah penyakit
jantung dan kanker. Di AS 700.000 kasus stroke setiap tahunnya,
600.000 stroke infark dan 100.000 lainnya stroke perdarahan
FAKTOR RISIKO STROKE

• Tidak dapat dimodifikasi: ras negro >


ras kulit putih, wanita > laki-laki, Berat
Badan Lahir Rendah <2500 gram,
Riwayat keluarga menderita penyakit
vaskuler
• Dapat dimodifikasi: Hipertensi,
Dislipidemia, Diabetes, Sindroma
metabolik, Merokok, Menderita TIA
atau stroke sebelumnya, Oral
kontrasepsi, Inaktifitas fisik.
TANDA PERINGATAN STROKE
STROKE MENURUT PATOLOGINYA
• Stroke Non Hemoragik (iskemik):
Stroke infark trombotik
Stroke infark emboli
• Stroke Hemoragik:
Stroke Perdarahan Intraserebral
Stroke Perdarahan Sub Arachnoid
PENATALAKSANAAN UMUM STROKE
• Prinsip penanganan stroke:
 Meminimalkan cedera otak akut
 Memaksimalkan pemulihan pasien
• Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat:
 Anamnesis, pemeriksaan fisik (respirasi, sirkulasi, oksimetri dan suhu tubuh).
 Pemeriksaan neurologis dan skala stroke
 Infus kristalloid
 Optimalisasi tekanan darah
 Oksigenasi
• Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, kimia darah, gula darah, lumbal punksi,
EKG (30% kasus infark miokard diikuti atrial fibrilasi)
• Pemeriksaan imaging: CT scan kepala
TERAPI STROKE ISKEMIK
• Trombolisis dan revaskularisasi: melisis trombus &
menghilangkan hambatan aliran darah ke otak. t-PA intravena
(onset < 3 jam), t-PA intra-arterial (onset 3-6 jam)  urokinase,
prourokinase
• Antikoagulan: mencegah terjadinya stroke emboli pada arteri
kolateral  Heparin, warfarin, LMWH
• Antiplatelet: mencegah terjadinya thrombus  asetosal,
clopidogrel, cilostazol, dipiridamol
• Neuroprotektan: menghambat proses sitotoksik yang
merusak sel saraf dan sel glia pada area penumbra  Citicholin
TERAPI STROKE HEMORAGIK
• Terapi 6 B (Blood, Brain, Breathing, Bladder, Bowel, Bone)
• Terapi Khusus:
Hipertensi
Peningkatan TIK: Manitol 0,25-1 gr/kgBB bolus, selama 20 menit
dilanjutkan 0,25-0,50 gr/kgBB diulang setiap 4-6 jam sekali.
Kejang
Terapi operatif: evakuasi ICH, Drainase ventrikular pada
hidrocefalus
PENCEGAHAN STROKE
• Primer:
• Mengatur pola makan yang sehat
• Penanganan stres dan istirahat cukup
• Pemeriksaan kesehatan berkala & dan taat anjuran dokter dalam
hal diet dan obat
• Lain-lain: hindari merokok, kontrasepsi oral, lakukan aktifitas
fisik
• Sekunder:
• Pengendalian faktor risiko
• Modifikasi gaya hidup (merokok, konsumsi alkohol, aktifitas
fisik)
• Pendekatan intervensional
• Riwayat TIA atau stroke
3
MENINGITIS
• Meningitis merupakan infeksi pada meninges. Meninges
adalah membran yang melapisi otak dan sumsum tulang
belakang.
• Meningitis merupakan infeksi yang menular yang
disebabkan oleh:
 Mikroorganisme; virus, bakteri (Hemophilus
influenzae, Streptococcus pneumoniae dan Neisseria
meningitidis), jamur, atau parasit)
 Trauma/ pembedahan
 Kanker atau obat-obatan tertentu
• Meningitis dapat menyebabkan gangguan motorik,
kesadaran menurun dan bahkan kematian.
• Agen penyebab  invasi ke SSP melalui aliran darah 
migrasi ke lapisan subarachnoid  respon inflamasi di
piamatter, arahnoid, CSF dan ventrikuler  exudat
menyebar di seluruh saraf kranial dan saraf spinal 
kerusakan neurologis
• Amerika Serikat: meningitis bakteri dialami sekitar 3 dalam 100.000 orang
setiap tahun, dan meningitis virus dialami sekitar 10 di 100.000.
• Afrika (1996): wabah meningitis, 250.000 orang penderita dengan 25.000
korban jiwa.
• Eropa: penyebab terbanyak bakteri N. Meningitides Group B dan C,
• Group A meningococci lebih sering terjadi di Cina dan para peziarah Haji.
• Indonesia (1987): tercatat 99 jamaah haji meninggal akibat meningitis.
Sejak periode 1998-2005 tidak ada lagi dilaporkan jamaah haji yang
meninggal, setelah penggunaan vaksin.
• Sebagian besar (sekitar 70%) kasus meningitis terjadi pada anak-anak di
bawah usia 5 atau pada orang yang berusia di atas 60.
GEJALA DAN TANDA KLINIS
• Gejala paling sering: demam, sakit kepala,
kaku kuduk (neck stiffness). Gejala lain
perubahan status mental atau penurunan
kesadaran, muntah, dan ketidak mampuan
mentoleransi cahaya atau suara bising.
• Pada anak-anak gejalanya seringkali tidak
spesifik seperti rewel, mengantuk, dan sulit
diberi makan.
• Ruam kulit muncul pada meningitis spesifik
disebabkan oleh bakteri meningokokus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium:
Darah lengkap
CRP
Kultur
• Radiologi: CT Scan atau MRI
• Lumbal pungsi
TERAPI
• Meningitis bakterial:
• Terapi antibiotik yang digunakan harus dapat menembus sawar darah otak, contohnya
rifampicin, chloramphenicol, dan quinolones (konsentrasi serum sekitar 30%-50%)
• Pada orang dewasa, Benzyl penicillin G dengan dosis 1-2 juta unit diberikan secara
intravena setiap 2 jam. Ampicillin dapat ditambahkan dengan dosis 300-400
mg/KgBB/hari untuk dewasa dan 100-200 mg/KgBB/ untuk anak-anak.
• Terapi meningitis TB: OAT dan Prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 4 minggu
kemudian tapering-off selama 8 minggu sehingga pemberian prednison keseluruhan
tidak lebih dari 2 bulan.
• Terapi meningitis viral: acyclovir, diberikan secepatnya ketika didiagnosis herpetic
meningoencephalitis, dosis dewasa 30 mg/kg IV tiap 8 jam
• Terapi meningitis jamur: jika pasien intoleran dengan flukonazol dapat digunakan
amfoterisin B
• Terapi suportif: infus elektolit, oksigenasi, anti kejang, anti emetic, nutrisi
SEMOGA
BERMANFAAT

Life only has one rule: Never quit. – Unknown


@dionfaisal31

Anda mungkin juga menyukai