Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULAR

“Konsep Asuhan Keperawatan pada Kegawatdaruratan dengan


Acute Long Oedem (ALO) dan Acute Lung Injury (ALI)”

Oleh :
Revita Sari
(183110270)
Kelas : 3C

Dosen Pembimbing :
Ns. Hj. Defia Roza, M. Biomed

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2020/2021
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Askep Kegawatdaruratan Teoritis Acute Long Oedem (ALO)


A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Airway (A)
Pada pasien dengan Acute Long Oedem (ALO) ditemukan adanya
penumpukan sputum pada jalan napas. Hal ini menyebabkan
penyumbatan jalan napas sehingga status acute long oedem ini
memperlihatkan kondisi pasien yang sesak arena kebutuhan akan oksigen
semakin sedikit yang diperoleh, serta batuk (produktif/nonproduktif).

b. Breathing (B)
Adanya sumbatan pada jalan napas pasien, menyebabkan bertambahnya
usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh
tubuh. Sesak napas, dada tertekan, pernapasan cuping hidung,
hiperventilasi, penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan diafragma
dan perut meningkat, laju pernapasan meningkat terdengar stridor, ronkhi
pada lapang paru.

c. Ciculation (C)
Pada kasus status acute long oedem ini adanya usaha yang kuat untuk
memperoleh oksigen maka jantung akan berkontraksi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut
nadi lebih dari 110 x / menit. Pembuluh darah vasokontriksi, kualitas
darah menurun, denyut jantung tidak teratur, dan adanya suara jantung
tambahan. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis
yang dikaji pada tahap circulation ini. Pasien dengan status acute long
oedem ini akan merasa keringat dingin karena terjadinya peningkatan
metabolisme.
d. Disability (D)
Pasien dengan status acute long oedem akan gelisah, mengalami
penurunan kesadaran, GCS menurun, reflex menurun/normal, serta latergi.

e. Exposure (E)
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka, dan tempat
suntikan tempat sumber infeksi lainnya.

2. Pengkajian Sekunder
a. Pengkajian AMPLE
1) Alergi : Kaji riwayat pasien tentang alergi yang dimungkinkan
pemicu terjadinya penyakit.
2) Medikasi : Berisi tentang pengobatan terakhir yang diminum sebelum
sakit terjadi (Pengobatan rutin maupun accidental).
3) Past Illnes : Penyakit terakhir yang diderita klien, yang dimungkinkan
menjadi penyebab atau pemicu terjadinya sakit sekarang.
4) Last Meal : Kaji makanan terakhir yang dimakan klien.
5) Environment / Event : Pengkajian environment digunakan jika pasien
dengan kasus trauma dan event untuk pasien trauma.

b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Bentuk kepala : simetris, penyebaran rambut merata, rambut
bersih, tidak ada lesi, rambut beruban, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada massa dan pembengkakan.
b) ,Mata : bentuk simetris, sklera ikterik -/-, onjungtiva anemis +/+,
refleks cahaya +/+, pupil isokor, tidak ada nyeri tekan.
c) Wajah : bentuk simetris dan tampak pucat.
d) Hidung : septum nasi simetris, sekret -/- sumbatan -/-, PCH (-),
terpasang 02 via nasal canule 4 lpm, tidak ada nyeri tekan.
e) Telinga : telinga simetris, jejas (-), lesi (-), rinorhea (-), nyeri
tekan tidak ada.
f) Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan, sianosis (-),
tonsil tidak kemerahan, gigi dan lidah bersih.

2) Tenggorokkan : tidak ada nyeri tekan.

3) Leher : Trakea simetris, rigiditas (-), pembesaran vena juguralis + 3


cm, nyeri tekan elenjar limfe.

4) Thoraks
a) Paru – Paru
I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, retraksi otot
dada (+), tidak ada lesi, penggunaan otot bantu pernapasan.
P : Nyeri tekan (+), vocal vremitus teraba
P : Terdengar hipersonor pada lapang paru kanan dan kiri
A : Ronkhi
b) Jantung
I : Tidak terlihat pulsasi ictus cordis
P : Nyeri tekan (-), ictus cordis teraba di ICS V midclavicula kiri +
2cm
P : Terdengar dullnes pada ICS IV strenum dextra dan sinistra,
ICS V mid clavicula line sininstra, ICS V di anterior axial line,
sinistra ICS V mid axial line sinistra,
A : Bunyi jantung I dan II tunggal

5) Abdomen
I : Bentuk flat (datar), jejas (-), distensi abdomen (-), asites (-)
A : Bising usus (+), 10 x / menit
P : Tidak ada pembesaran hepar dan lien, nyeri tekan (-)
P : Timpani
6) Ekstremitas
Edema, akral hangat, terpasangIVFD Nacl 0,9% 10 tts/mnt, kekuatan
otot, refleks tidak terkaji, jejas (-), nyeri tekan (+), CRT > 3 detik.
7) Genetalia
Tepasang dolver kateter terhubung dengan urobag, memakai pempers,
PU (+) 400 cc/jam, berwarna kuning jernih, anus tidak terkaji.
8) Integument
Turgor kulit normal, akral hangat, tidak ada kelainan kulit, jejas (-).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d perubahan preload
2. Gangguan pertukaran gas b/d gangguan difusi jaringan.
3. Kelebihan volume cairan b/d adanya cairan di dalam alveolus.
4. Intoleransi aktivitas b/d berkurangnya suplai oksigen.

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Penurunan Setelah dilakukan asuhan Perawatan Jantung
curah jantung keperawatan selama .... x 24  Identifikasi tanda/gejala
b/d perubahan jam diharapkan curah jantung primer penurunan curah
preload meningkat dengan kriteria jantung (meliputi
hasil : dispnea,kelelahan,
 Kekuatan nadi perifer edema, ortopnea, PND,
meningkat peningkatan CVP )
 Ejection fraction (EF)  Identifikasi tanda/gejala
meningkat sekunder penurunan
 Cardiac index (CI) curah jantung (meliputi
meningkat peningkatan BB,
 Left Ventrikular stroke hepatomegali, distensi
work index (LVSWI) vena jugularis, palpitasi,
meningkat ronkhi basah,
 Stroke volume index oliguria,batuk, kulit
(SVI) meningkat pucat)
 Palpitasi menurun  Monitor tekanan darah
 Bradikardia menurun (termasuk tekanan darah
 Takikardia menurun ortostatik, jika perlu)
 Gambaran EKG aritmia  Monitor saturasi oksigen
menurun  Monitor EKG 12
 Lelah menurun sadapan
 Edema menurun  Posisikan pasien semi
 Pucat menurun fowler atau fowler
 Paroxymal nocturnal dengan kaki ke bawah
dyspnea (PND) menurun atau posisi Bnyaman
 Ortopnea menurun  Berikan diet jantung
 Suara jantung S3 yang sesuai
menurun  Fasilitasi pasien dan
 Suara jantung S4 keluarga untuk
menurun modifikasi gaya hidup
sehat
 Berikan dukungan
emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94 %
 Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
 Anjurkan berhenti
merokok
 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Respirasi


pertukaran gas keperawatan selama .... x 24 (SIKI, 247) :
b/d gangguan jam diharapkan pertukaran  Monitor frekuensi,
difusi jaringan.
gas meningkat dengan irama, kedalaman, dan
kriteria hasil : upaya napas
SLKI (94)  Monitor pola napas
 Tingkat kesadaran  Monitor kemampuan
meningkat batuk efektif
 Dispnea menurun  Monitor adanya sputum
 Bunyi napas tambahan  Auskultasi bunyi napas
menurun  Monitor saturasi oksigen
 Takikardia menurun  Monitor nilai AGD
 Napas cuping hidung  Monitor hasil x-ray
menurun thoraks
 PCO2 membaik  Dokumentasikan hasil
 PO2 membaik pemantauan
 PH arteri membaik  Jelaskan tuuan dan
 Sianosis membaik prosedur pemantuan
 Pola napas membaik  Informasikan hasil
 Warna kulit membaik pemantuan

3 Hipervolemia Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipervolemia


b/d adanya keperawatan selama .... x 24 (SIKI, 181 ) :
cairan di dalam jam diharapkan  Periksa tanda dan gejala
alveolus.
keseimbangan cairan hipervolemia
meningkat dengan kriteria  Identifikasi penyebab
hasil : hipervolemia
SLKI (41) :  Monitor status
 Output cairan hemodinamik
meningkat  Monitor intake dan
 Edema menurun output cairan
 Tekanan darah  Monitor tanda
membaik peningkatan tekanan
 Frekuensi nadi onkotik plasma
membaik  Monitor efek samping
 Kekuatan nadi diuretik
membaik  Batasi asupan cairan dan
 Tekanan arteri rata – garam
rata membaik  Tinggikan kepala tempat
 Turgor kulit membaik tidur 300 – 40 0
 Kolaborasi pemberian
diuretik

4 Intolerasnsi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi


aktivitas b/d keperawatan selama .... x 24 (SIKI, 176) :
berkurangnya jam diharapkan toleransi  Identifikasi gangguan
suplai oksigen.
aktivitas meningkat dengan fungsi tubuh yang
kriteria hasil : menyebabkan kelelahan
SLKI (149) :  Monitor pola dan jam
 Kemampuan tidur
melakukan aktivitas  Sediakan lingkungan
sehari – hari meningkat yang nyaman dan rendah
 Kekuatan tubuh stimulus
meningkat  Berikan aktivitas
 Keluhan lelah menurun distraksi yang
 Dispnea saat dan menenangkan
setelah aktivitas  Anjurkan tirah baring
menurun  Ajarkan stategi koping
 Aritmia saat dan untuk mengatasi
setelah aktivitas kelelahan
menurun  Kolaborasi dengan ahli
 Sianosis menurun gizi tentang cara
 Perasaan lemah meningkatkan asupan
menurun makanan.
 Frekuensi nadi
membaik
 TD membaik
 Warna kulit membaik
 Saturasi oksigen
membaik
 Frekuensi napas
membaik
 EKG iskemia membaik

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan, dimana
rencana keperawatan dilaksanakan; melaksanakan intervensi atau aktivitas yang
telah ditentukan.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang kontinue
yang penting untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan,
yang dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menentukan keefektifan
rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Tujuan dari evaluasi adalah menilai keberhasilan dari tindakan perawatan, respon
klien terhadap tindakan yang telah diberikan dan mencegah masalah-masalah
yang mungkin timbul lagi. Menurut Nursalam (2001), ada dua evaluasi yang
ditemukan yaitu:
1. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan secara terus menerus
untuk menilai hasil dari tindakan yang telah dilakukan.

2. Evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir dari keseluruhan tindakan yang


dilakukan dan disesuaikan dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan
2.2 Konsep Askep Kegawatdaruratan Teoritis Acute Lung Injury (ALI)
A. Pengkajian Keperawatan
1. Keluhan utama

Gejala kaki pada ALI berhubungan secara primer terhadap nyeri atau fungsi.
Onset serangan dan waktu nyeri yang tiba-tiba, lokasi dan intensitasnya,
bagaimana perubahan keparahan sepanjang waktu kesemuanya harus digali.
Durasi dan intensitas nyeri adalah penting dalam membuat keputusan medis.
Onset tiba-tiba dapat memiliki implikasi etiologi (seperti, emboli arteri
cenderung muncul lebih mendadak daripada arterial thrombosis), sedangkan
kondisi dan lokasi nyeri dapat membantu menegakkan diagnosis banding.

2. Riwayat kesehatan dahulu


Hal ini penting untuk ditanyakan, apakah pasien mempunyai nyeri pada kaki
sebelumnya (seperti, riwayat klaudikasio), apakah telah diintervensi untuk
“sirkulasi yang buruk” pada masa lampau, dan apakah didiagnosis memiliki
penyakit jantung (seperti atrial fibrilasi) maupun aneurisma (seperti
kemungkinan sumber emboli). Pasien juga sebaiknya ditanyakan tentang
penyakit serius yang berbarengan atau factor risiko (hipertensi, diabetes,
penggunaan tembakau, hiperlipidemia, riwayat keluarga terhadap serangan
jantung, stroke, jendalan darah, atau amputasi).

3. Pemeriksaan fisik fokus (ekstremitas bawah)


Bandingkan dengan ekstremitas kanan dengan kiri (yang terkena efek ALI
dengan yang normal)
a. Pulsasi
Apakah defisit pulsasi bersifat baru atau lama mungkin sulit ditentukan
pada pasien penyakit arteri perifer (PAD) tanpa suatu riwayat dari gejala
sebelumnya, pulsasi radialis, dorsalis pedis mungkin normal pada kasus
mikro embolisme yang mengarah pada disrupsi (penghancuran) plak
aterosklerotik atau emboli kolestrol.
b. Lokasi
Tempat yang paling sering terjadinya oklusi emboli arterial adalah arteri
femoralis, namun juga dapat di temukan pada arteri aksila, poplitea iliaka
dan bifurkasio aorta.

c. Warna dan temperature


Harus dilakukan pemeriksaan terhadap abnormalitas warna dan
temperatur. Warna pucat dapat terlihat, khususnya pada keadaan awal,
namun dengan bertambahnya waktu, sianosis lebih sering ditemukan.
Rasa yang dingin khususnya ekstremitas sebelahnya tidak demikian,
merupakan penemuan yang penting.

d. Kehilangan fungsi sensoris


Pasien dengan kehilangan sensasi sensoris biasanya mengeluh kebas atau
parestesia, namun tidak pada semua kasus. Perlu diketahui pada pasien
DM dapat mempunyai defisit sensoris sebelumnya dimana hal ini dapat
membuat kerancuan dalam membuat hasil pemeriksaan.

e. Kehilangan fungsi motoric


Defisit motorik merupakan indikasi untuk tindakan yang lebih lanjut,
limb-thtreatening ischemia. Bagian ini berhubungan dengan fakta bahwa
pergerakkan pada ekstremitas lebih banyak dipengaruhi oleh otot
proximal.

f. Pengkajian AMPLE
1) Alergi : Kaji riwayat pasien tentang alergi yang dimungkinkan
pemicu terjadinya penyakit.
2) Medikasi : Berisi tentang pengobatan terakhir yang diminum sebelum
sakit terjadi (Pengobatan rutin maupun accidental).
3) Past Illnes : Penyakit terakhir yang diderita klien, yang
dimungkinkan menjadi penyebab atau pemicu terjadinya sakit
sekarang.
4) Last Meal : Kaji makanan terakhir yang dimakan klien.
5) Environment / Event : Pengkajian environment digunakan jika pasien
dengan kasus trauma dan event untuk pasien trauma.

g. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Bentuk kepala : simetris, penyebaran rambut merata, rambut
bersih, tidak ada lesi, rambut beruban, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada massa dan pembengkakan.
b) ,Mata : bentuk simetris, sklera ikterik -/-, onjungtiva anemis +/+,
refleks cahaya +/+, pupil isokor, tidak ada nyeri tekan.
c) Wajah : bentuk simetris dan tampak pucat.
d) Hidung : septum nasi simetris, sekret -/- sumbatan -/-, PCH (-),
terpasang 02 via nasal canule 4 lpm, tidak ada nyeri tekan.
e) Telinga : telinga simetris, jejas (-), lesi (-), rinorhea (-), nyeri
tekan tidak ada.
f) Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan, sianosis (-),
tonsil tidak kemerahan, gigi dan lidah bersih.

2) Tenggorokkan : tidak ada nyeri tekan.

3) Leher : Trakea simetris, rigiditas (-), pembesaran vena juguralis + 3


cm, nyeri tekan elenjar limfe.

4) Thoraks
a) Paru – Paru
I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, retraksi otot
dada (+), tidak ada lesi, penggunaan otot bantu pernapasan.
P : Nyeri tekan (+), vocal vremitus teraba
P : Terdengar hipersonor pada lapang paru kanan dan kiri
A : Ronkhi
b) Jantung
I : Tidak terlihat pulsasi ictus cordis
P : Nyeri tekan (-), ictus cordis teraba di ICS V midclavicula kiri +
2cm
P : Terdengar dullnes pada ICS IV strenum dextra dan sinistra,
ICS V mid clavicula line sininstra, ICS V di anterior axial line,
sinistra ICS V mid axial line sinistra,
A : Bunyi jantung I dan II tunggal

5) Abdomen
I : Bentuk flat (datar), jejas (-), distensi abdomen (-), asites (-)
A : Bising usus (+), 10 x / menit
P : Tidak ada pembesaran hepar dan lien, nyeri tekan (-)
P : Timpani
6) Ekstremitas
Edema, akral hangat, terpasangIVFD Nacl 0,9% 10 tts/mnt, kekuatan
otot, refleks tidak terkaji, jejas (-), nyeri tekan (+), CRT > 3 detik.
7) Genetalia
Tepasang dolver kateter terhubung dengan urobag, memakai pempers,
PU (+) 400 cc/jam, berwarna kuning jernih, anus tidak terkaji.
8) Integument
Turgor kulit normal, akral hangat, tidak ada kelainan kulit, jejas (-).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d obstruksi akibat emboli dan atau trombus pada arteri
2. Perfusi perifert tidak efektif b/d obstruksi emboli
3. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
obstruksi akibat keperawatan selama .... x 24 (SIKI, Hal : 201)
emboli dan atau jam diharapkan tingkat nyeri  Identifikasi lokasi,
trombus pada karakteristik, durasi,
arteri menurun dengan kriteria : frekuensi, kualitas,
(SLKI, Hal : 145) intensitas nyeri
 Keluhan nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri
 Meringis menurun
non verbal
 Sikap protektif menurun  Identifikasi faktor yang
 Gelisah menurun memperberat dan yang
 Kesulitan tidur menurun memperingan nyeri
 Anoreksia menurun  Berikan teknik
 Mual menurun nonfarmakologis pereda
nyeri
 Muntah menurun
 Kontrol lingkungan yang
 Frekuensi nadi membaik memperberat rasa nyeri
 Pola napas membaik  Fasilitasi istirahat tidur
 Tekanan darah membaik  Jelaskan penyebab,
 Nafsu makan membaik periode, pemicu nyeri
 Jelaskan strategi pereda
nyeri
 Anjurkan menggunakan
teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
 Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Perfusi perifer Setelah dilakukan intervensi Perawatan Sirkulasi :
tidak efektif b/d keperawatan selama ..... x 24  Periksa sirkulasi perifer
obstruksi emboli jam diharapkan perfusi  Identifikasi risiko
perifer meningat dengan gangguan sirkulasi
kriteria :  Anjurkan program
 Kekuatan nadi perifer rehabilitasi vaskular
meningkat  Anjurkan program diet
 Warna kulit pucat untuk memperbaiki
menurun sirkulasi
 Edema perifer menurun
 Nyeri ekstremitas
menurun
 Kelemahan otot menurun
 Pengisian kapiler
membaik
 Akral membaik
 TD membaik

3 Ansietas b/d Setelah dilakukan intervensi Reduksi Ansietas


keperawatan selama ..... x 24 (SIKI, Hal : 387)
proses penyakit
jam diharapkan tingkat  Identifikasi saat tingkat
ansietas menurun dengan ansietas berubah
 Identifikasi kemampuan
kriteria :
mengambil keputusan
(SLKI, Hal : 132)
 Cipatakan suasana
 Verbalisasi kebingungan terapeutik untuk
menurun meningkatkan
 Verbalisasi khawatir kepercayaan
terhadap akibat kondisi  Pahami situasi yang
yang dialami menurun membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh
 Perilaku gelisan
perhatian
menurun  Gunakan pendekatan yang
 Perilaku tegang menurun tenang dan meyakinkan
 Keluhan pusing menuru  Tempatkan barang pribadi
 Anoreksia menuru yang memberikan
 Palpitasi menurun kenyamanan
 Diskusikan perencanaan
 Diaforesis menuru
realistis tentang peristiwa
 Pucat menurun yanga kan datang
 Konsentrasi membaik  Jelaskan prosedur
 Pola tidur membaik termasuk sensasi yang
 Frekuensi pernapasan mungkin dialami
membaik  Informasikan secara
faktual mengenai
 Frekuensi nadi membaik diagnosis, pengobatan,
 Tekanan darah membaik dan prognosis
 Pola berkemih membaik  Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
 Anjurkan melakukan
tindakan yang tidak
kompetitif
 Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
 Latih teknik relaksasi
 Kolaborasi penggunaan
obat antiansietas
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan, dimana
rencana keperawatan dilaksanakan; melaksanakan intervensi atau aktivitas yang
telah ditentukan.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang kontinue
yang penting untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan,
yang dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menentukan keefektifan
rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Tujuan dari evaluasi adalah menilai keberhasilan dari tindakan perawatan, respon
klien terhadap tindakan yang telah diberikan dan mencegah masalah-masalah
yang mungkin timbul lagi. Menurut Nursalam (2001), ada dua evaluasi yang
ditemukan yaitu:
3. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan secara terus menerus
untuk menilai hasil dari tindakan yang telah dilakukan.
4. Evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir dari keseluruhan tindakan yang
dilakukan dan disesuaikan dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Hariyanto, A. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Acute Long Oedem. Pekanbaru :


Stikes Payung Sekaki
Pratiwi. 2018. Asuhan Kegawatdaruratan Acute Long Injury. Padang : Stikes
Perintis Padang

TIM POKJA DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta


Selatan: DPP PPNI

TIM POKJA DPP PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta


Selatan: DPP PPNI

TIM POKJA DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta


Selatan: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai