KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULAR
Oleh :
Revita Sari
(183110270)
Kelas : 3C
Dosen Pembimbing :
Ns. Hj. Defia Roza, M. Biomed
b. Breathing (B)
Adanya sumbatan pada jalan napas pasien, menyebabkan bertambahnya
usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh
tubuh. Sesak napas, dada tertekan, pernapasan cuping hidung,
hiperventilasi, penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan diafragma
dan perut meningkat, laju pernapasan meningkat terdengar stridor, ronkhi
pada lapang paru.
c. Ciculation (C)
Pada kasus status acute long oedem ini adanya usaha yang kuat untuk
memperoleh oksigen maka jantung akan berkontraksi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut
nadi lebih dari 110 x / menit. Pembuluh darah vasokontriksi, kualitas
darah menurun, denyut jantung tidak teratur, dan adanya suara jantung
tambahan. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis
yang dikaji pada tahap circulation ini. Pasien dengan status acute long
oedem ini akan merasa keringat dingin karena terjadinya peningkatan
metabolisme.
d. Disability (D)
Pasien dengan status acute long oedem akan gelisah, mengalami
penurunan kesadaran, GCS menurun, reflex menurun/normal, serta latergi.
e. Exposure (E)
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka, dan tempat
suntikan tempat sumber infeksi lainnya.
2. Pengkajian Sekunder
a. Pengkajian AMPLE
1) Alergi : Kaji riwayat pasien tentang alergi yang dimungkinkan
pemicu terjadinya penyakit.
2) Medikasi : Berisi tentang pengobatan terakhir yang diminum sebelum
sakit terjadi (Pengobatan rutin maupun accidental).
3) Past Illnes : Penyakit terakhir yang diderita klien, yang dimungkinkan
menjadi penyebab atau pemicu terjadinya sakit sekarang.
4) Last Meal : Kaji makanan terakhir yang dimakan klien.
5) Environment / Event : Pengkajian environment digunakan jika pasien
dengan kasus trauma dan event untuk pasien trauma.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Bentuk kepala : simetris, penyebaran rambut merata, rambut
bersih, tidak ada lesi, rambut beruban, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada massa dan pembengkakan.
b) ,Mata : bentuk simetris, sklera ikterik -/-, onjungtiva anemis +/+,
refleks cahaya +/+, pupil isokor, tidak ada nyeri tekan.
c) Wajah : bentuk simetris dan tampak pucat.
d) Hidung : septum nasi simetris, sekret -/- sumbatan -/-, PCH (-),
terpasang 02 via nasal canule 4 lpm, tidak ada nyeri tekan.
e) Telinga : telinga simetris, jejas (-), lesi (-), rinorhea (-), nyeri
tekan tidak ada.
f) Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan, sianosis (-),
tonsil tidak kemerahan, gigi dan lidah bersih.
4) Thoraks
a) Paru – Paru
I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, retraksi otot
dada (+), tidak ada lesi, penggunaan otot bantu pernapasan.
P : Nyeri tekan (+), vocal vremitus teraba
P : Terdengar hipersonor pada lapang paru kanan dan kiri
A : Ronkhi
b) Jantung
I : Tidak terlihat pulsasi ictus cordis
P : Nyeri tekan (-), ictus cordis teraba di ICS V midclavicula kiri +
2cm
P : Terdengar dullnes pada ICS IV strenum dextra dan sinistra,
ICS V mid clavicula line sininstra, ICS V di anterior axial line,
sinistra ICS V mid axial line sinistra,
A : Bunyi jantung I dan II tunggal
5) Abdomen
I : Bentuk flat (datar), jejas (-), distensi abdomen (-), asites (-)
A : Bising usus (+), 10 x / menit
P : Tidak ada pembesaran hepar dan lien, nyeri tekan (-)
P : Timpani
6) Ekstremitas
Edema, akral hangat, terpasangIVFD Nacl 0,9% 10 tts/mnt, kekuatan
otot, refleks tidak terkaji, jejas (-), nyeri tekan (+), CRT > 3 detik.
7) Genetalia
Tepasang dolver kateter terhubung dengan urobag, memakai pempers,
PU (+) 400 cc/jam, berwarna kuning jernih, anus tidak terkaji.
8) Integument
Turgor kulit normal, akral hangat, tidak ada kelainan kulit, jejas (-).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d perubahan preload
2. Gangguan pertukaran gas b/d gangguan difusi jaringan.
3. Kelebihan volume cairan b/d adanya cairan di dalam alveolus.
4. Intoleransi aktivitas b/d berkurangnya suplai oksigen.
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Penurunan Setelah dilakukan asuhan Perawatan Jantung
curah jantung keperawatan selama .... x 24 Identifikasi tanda/gejala
b/d perubahan jam diharapkan curah jantung primer penurunan curah
preload meningkat dengan kriteria jantung (meliputi
hasil : dispnea,kelelahan,
Kekuatan nadi perifer edema, ortopnea, PND,
meningkat peningkatan CVP )
Ejection fraction (EF) Identifikasi tanda/gejala
meningkat sekunder penurunan
Cardiac index (CI) curah jantung (meliputi
meningkat peningkatan BB,
Left Ventrikular stroke hepatomegali, distensi
work index (LVSWI) vena jugularis, palpitasi,
meningkat ronkhi basah,
Stroke volume index oliguria,batuk, kulit
(SVI) meningkat pucat)
Palpitasi menurun Monitor tekanan darah
Bradikardia menurun (termasuk tekanan darah
Takikardia menurun ortostatik, jika perlu)
Gambaran EKG aritmia Monitor saturasi oksigen
menurun Monitor EKG 12
Lelah menurun sadapan
Edema menurun Posisikan pasien semi
Pucat menurun fowler atau fowler
Paroxymal nocturnal dengan kaki ke bawah
dyspnea (PND) menurun atau posisi Bnyaman
Ortopnea menurun Berikan diet jantung
Suara jantung S3 yang sesuai
menurun Fasilitasi pasien dan
Suara jantung S4 keluarga untuk
menurun modifikasi gaya hidup
sehat
Berikan dukungan
emosional dan spiritual
Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94 %
Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
Anjurkan berhenti
merokok
Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan, dimana
rencana keperawatan dilaksanakan; melaksanakan intervensi atau aktivitas yang
telah ditentukan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang kontinue
yang penting untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan,
yang dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menentukan keefektifan
rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Tujuan dari evaluasi adalah menilai keberhasilan dari tindakan perawatan, respon
klien terhadap tindakan yang telah diberikan dan mencegah masalah-masalah
yang mungkin timbul lagi. Menurut Nursalam (2001), ada dua evaluasi yang
ditemukan yaitu:
1. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan secara terus menerus
untuk menilai hasil dari tindakan yang telah dilakukan.
Gejala kaki pada ALI berhubungan secara primer terhadap nyeri atau fungsi.
Onset serangan dan waktu nyeri yang tiba-tiba, lokasi dan intensitasnya,
bagaimana perubahan keparahan sepanjang waktu kesemuanya harus digali.
Durasi dan intensitas nyeri adalah penting dalam membuat keputusan medis.
Onset tiba-tiba dapat memiliki implikasi etiologi (seperti, emboli arteri
cenderung muncul lebih mendadak daripada arterial thrombosis), sedangkan
kondisi dan lokasi nyeri dapat membantu menegakkan diagnosis banding.
f. Pengkajian AMPLE
1) Alergi : Kaji riwayat pasien tentang alergi yang dimungkinkan
pemicu terjadinya penyakit.
2) Medikasi : Berisi tentang pengobatan terakhir yang diminum sebelum
sakit terjadi (Pengobatan rutin maupun accidental).
3) Past Illnes : Penyakit terakhir yang diderita klien, yang
dimungkinkan menjadi penyebab atau pemicu terjadinya sakit
sekarang.
4) Last Meal : Kaji makanan terakhir yang dimakan klien.
5) Environment / Event : Pengkajian environment digunakan jika pasien
dengan kasus trauma dan event untuk pasien trauma.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Bentuk kepala : simetris, penyebaran rambut merata, rambut
bersih, tidak ada lesi, rambut beruban, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada massa dan pembengkakan.
b) ,Mata : bentuk simetris, sklera ikterik -/-, onjungtiva anemis +/+,
refleks cahaya +/+, pupil isokor, tidak ada nyeri tekan.
c) Wajah : bentuk simetris dan tampak pucat.
d) Hidung : septum nasi simetris, sekret -/- sumbatan -/-, PCH (-),
terpasang 02 via nasal canule 4 lpm, tidak ada nyeri tekan.
e) Telinga : telinga simetris, jejas (-), lesi (-), rinorhea (-), nyeri
tekan tidak ada.
f) Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan, sianosis (-),
tonsil tidak kemerahan, gigi dan lidah bersih.
4) Thoraks
a) Paru – Paru
I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, retraksi otot
dada (+), tidak ada lesi, penggunaan otot bantu pernapasan.
P : Nyeri tekan (+), vocal vremitus teraba
P : Terdengar hipersonor pada lapang paru kanan dan kiri
A : Ronkhi
b) Jantung
I : Tidak terlihat pulsasi ictus cordis
P : Nyeri tekan (-), ictus cordis teraba di ICS V midclavicula kiri +
2cm
P : Terdengar dullnes pada ICS IV strenum dextra dan sinistra,
ICS V mid clavicula line sininstra, ICS V di anterior axial line,
sinistra ICS V mid axial line sinistra,
A : Bunyi jantung I dan II tunggal
5) Abdomen
I : Bentuk flat (datar), jejas (-), distensi abdomen (-), asites (-)
A : Bising usus (+), 10 x / menit
P : Tidak ada pembesaran hepar dan lien, nyeri tekan (-)
P : Timpani
6) Ekstremitas
Edema, akral hangat, terpasangIVFD Nacl 0,9% 10 tts/mnt, kekuatan
otot, refleks tidak terkaji, jejas (-), nyeri tekan (+), CRT > 3 detik.
7) Genetalia
Tepasang dolver kateter terhubung dengan urobag, memakai pempers,
PU (+) 400 cc/jam, berwarna kuning jernih, anus tidak terkaji.
8) Integument
Turgor kulit normal, akral hangat, tidak ada kelainan kulit, jejas (-).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d obstruksi akibat emboli dan atau trombus pada arteri
2. Perfusi perifert tidak efektif b/d obstruksi emboli
3. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
obstruksi akibat keperawatan selama .... x 24 (SIKI, Hal : 201)
emboli dan atau jam diharapkan tingkat nyeri Identifikasi lokasi,
trombus pada karakteristik, durasi,
arteri menurun dengan kriteria : frekuensi, kualitas,
(SLKI, Hal : 145) intensitas nyeri
Keluhan nyeri menurun Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri
Meringis menurun
non verbal
Sikap protektif menurun Identifikasi faktor yang
Gelisah menurun memperberat dan yang
Kesulitan tidur menurun memperingan nyeri
Anoreksia menurun Berikan teknik
Mual menurun nonfarmakologis pereda
nyeri
Muntah menurun
Kontrol lingkungan yang
Frekuensi nadi membaik memperberat rasa nyeri
Pola napas membaik Fasilitasi istirahat tidur
Tekanan darah membaik Jelaskan penyebab,
Nafsu makan membaik periode, pemicu nyeri
Jelaskan strategi pereda
nyeri
Anjurkan menggunakan
teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Perfusi perifer Setelah dilakukan intervensi Perawatan Sirkulasi :
tidak efektif b/d keperawatan selama ..... x 24 Periksa sirkulasi perifer
obstruksi emboli jam diharapkan perfusi Identifikasi risiko
perifer meningat dengan gangguan sirkulasi
kriteria : Anjurkan program
Kekuatan nadi perifer rehabilitasi vaskular
meningkat Anjurkan program diet
Warna kulit pucat untuk memperbaiki
menurun sirkulasi
Edema perifer menurun
Nyeri ekstremitas
menurun
Kelemahan otot menurun
Pengisian kapiler
membaik
Akral membaik
TD membaik
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang kontinue
yang penting untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan,
yang dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menentukan keefektifan
rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Tujuan dari evaluasi adalah menilai keberhasilan dari tindakan perawatan, respon
klien terhadap tindakan yang telah diberikan dan mencegah masalah-masalah
yang mungkin timbul lagi. Menurut Nursalam (2001), ada dua evaluasi yang
ditemukan yaitu:
3. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan secara terus menerus
untuk menilai hasil dari tindakan yang telah dilakukan.
4. Evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir dari keseluruhan tindakan yang
dilakukan dan disesuaikan dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA