Disusun Oleh :
Rachilla Arandita Saraswati
G1A218070
Pembimbing :
dr. Hj. Yulinda Fetritura, M. Kes
Disusun oleh:
Rachilla Arandita Saraswati
G1A218070
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul
“Dermatitis Kontak Iritan”. Laporan ini merupakan bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Tahtul Yaman.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr.Hj.
Yulinda Fetritura, M. Kes selaku pembimbing yang telah memberikan arahan sehingga
referat ini dapat terselesaikan dengan baik dan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian referat ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan oleh penulis guna
kesempurnaan referat ini ke depannya. Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi
kita khususnya dan bagi dunia kesehatan pada umumnya.
Penulis
Masalah Kesehatan
Dermatitis Kontak Iritan (DKI) adalah reaksi peradangan kulit non-imunologik.
Kerusakan kulit terjadi secara langsung tanpa didahului oleh proses sensitisasi. DKI dapat
dialami oleh semua orang tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan ras. Penyebab
munculnua dermatitis jenis ini adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut,
deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu yang biasanya berhubungan dengan
pekerjaan.
Faktor Risiko
1. Ditemukan pada orang-orang yang terpajan oleh bahan iritan
2. Riwayat kontak dengan bahan iritan pada waktu tertentu
3. Pasien bekerja sebagai tukang cuci, juru masak, kuli bangunan, montir, penata rambut
4. Riwayat dermatitis atopik
Faktor Predisposisi
Pekerjaan atau paparan seseorang terhadap suatu bahan yang bersifat iritan.
Pemeriksaan Penujang
Tidak diperlukan
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Klasifikasi
Berdasarkan penyebab dan pengaruh faktor-faktor tertentu, DKI dibagi menjadi:
1. DKI akut:
a. Bahan iritan kuat, misalnya laruan asam sulfat (H2SO4) atau asam klorida (HCl),
termasuk luka bakar oleh bahan kimia
b. Lesi berupa: eritema, edema, bula, kadang disertai nekrosis
c. Tepi kelainan kulit berbatas tegas dan pada umumnya asimetris.
4. Reaksi Iritan
a. Merupakan dermatitis subklinis pada seseorang yang terpajan dengan pekerjaan
basah, misalnya penata rambut dan pekerja logam dalam beberapa bulan pertama,
kelainan kulit monomorfik (efloresensi tunggal) dapat berupa eritema, skuama,
vesikel, pustul, dan erosi.
b. Umumnya dapat sembuh sendiri, namun menimbulkan penebalan kulit, dan kadang-
kadang berlanjut menjadi DKI kumulatif.
5. DKI traumatik :
a. Kelainan kulit berkembang lambat setelah trauma panas atau laserasi.
b. Gejala seperti dermatitis numularis (lesi akut dan basah).
c. Penyembuhan lambat, paling cepat 6 minggu.
d. Lokasi predileksi paling sering terjadi di tangan.
Komplikasi
Infeksi senkunder
Kriteria Rujukan
1. Apabila dibutuhkan, dapat dilakukan patch test
2. Apabila kelainan tidak membaik dalam 4 minggu pengobatan standar dan sudah
menghindari kontak.
Peralatan
Tidak diperlukan peralatan khusus untuk mendiagnosis penyakit dermatitis kontak iritan.
Prognosis
Prognosis pada umumnya bonam. Pada kasus DKI akut dan bisa menghindari kontak,
prognosisnya adalah bonam (sembuh tanpa komplikasi). Pada kasus kumulatif dan tidak bisa
menghindari kontak, prognosisnya adalah dubia.
Referensi
1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
kelima. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical
Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders Elsevier.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. 2011. Pedoman Pelayanan Medik.
Jakarta