Anda di halaman 1dari 41

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Universitas Sulawesi barat


Fakultas Ilmu Kesehatan
Program Profesi Ners

Buku Panduan Kepaniteraan Umum


Keperawatan Maternitas

Tim Penyusun :

Koordinator : Ns. Eva Yuliani, M.Kep., Sp.Kep.An


Anggota : Ns. Immawanti, M.Kep., Sp.Kep.Mat
Ns. Ika Musdalia, S.Kep., M.Kes
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada kita semua, sehingga buku panduan Program Profesi Ners STIKes Marendeng
Majene selesai disusun.

Buku Panduan Program PANUM Profesi Ners ini disusun dengan tujuan agar mahasiswa dapat
memperoleh gambaran umum dan menjadikan panduan untuk pelaksanaan Program PANUM. Buku
panduan ini berisi tentang informasi umum, tujuan dan kompetensi, proses pembimbingan, evaluasi, dan
materi PANUM. Semoga buku panduan ini dapat digunakan dalam proses pencapaian kemampuan
mahasiswa sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang diharapkan.

Wassalam

Koordinator Keperawatan Maternitas


APGAR SKOR

Tujuan
- Mengetahui perlu tidaknya resusitasi dilakukan dengan cepat
- Memantau kondisi hayi

Waktu Pelaksanaan
Dilakukan pada menit pertama dan kelima setelah bayi lahir

Peralatan
- Lembar Apgar Skor atau lembar pengkajian bayi
- Stetoskop
- Jam tangan atau Apgar timers
- Sarung tangan

Implementasi
- Catat waktu kelahiran. Gunakan sarung tangan untuk melindungi diri dari darah dan
cairan tubuh. Keringkan bayi untuk mencegah kehilangan panas.
- Letakkan bayi pada posisi Trendelenburg (15°) untuk meningkatkan drainase mukus.
Lalu posisikan kepala dengan lubang hidung menengadah ke atas, untuk
mempertahankan jalan napas.
- Kaji usaha bayi untuk bernapas. Jika diperlukan, berikan stimulus dengan menggaruk
punggungnya atau menjentikkan jari pada kakinya.
- Jika bayi menunjukkan pernapasan yang abnormal, lakukan resusitasi sesuai standar dan
American Heart Association and The American Academy of Pediatrics. Gunakan Apgars
skor untuk menilai kemajuan dan keberhasilan dari resusitasi. Jika resusitasi gagal, anda
perlu menilai kemungkinan kelahiran mati.
- Jika bayi berespon normal, Lakukan Apgar Skor pada menit pertama setelah kelahiran.
- Ulangi evaluasi pada menit kelima, dan catat hasilnya
APGAR SCORE

TANDA NILAI
0 1 2
Denyut jantung tidak ada < 100 > 100
pernafasan tidak ada lambat, menangis menagis dengan
lemah baik
tonus otot lemah ekstremitas sedikit fleksi dengan baik
fleksi
refleks tidak ada respon menyeringai menangis
warna biru, pucat tubuh merah muda, merah muda
ekstremitas biru seluruhnya

Interpretasi :

7 – 10 normal

4 – 6 asfiksia ringan

0 – 3 asfiksia berat

Menilai Denyut Jantung


Gunakan stetoskop, dengarkan denyut jantung selama 30 detik dan catat
hasilnya. Untuk mengetahui denyut per menit, kalikan dua. Alternatif lain,
palpasi area tali pusat yang berhubungan dengan abdomen, hitung pulsasi selama 6 detik,
dan kalikan 10 untuk mernperoleh denyut permenit. Berikan nilai O jika tidak ada denyut
jantung, 1 untuk nilai di bawah 100 denyut per menit, dan 2 untuk denyut di atas 100.

Menilai Usaha Bernapas


Hitung pernapasan selama 60 detik, catat kualitas dan regularitas (Nilai Normal : 30-50
pernapasan/menit). Berikan nilai O jika tidak bernapas, 1 jika pernapasan lambat, tidak
teratur, lemah atau sesak napas, dan 2 untuk pernapasan yang regular dan menangis kuat.
Menilai Kekuatan Otot
Observasi fleksi pada ekstremitas dan resistensi untuk ekstensi. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengekstensikan lengan/tungkai dan mengobservasi kecepatan kembalinya ke
posisi fleksi (rekoil). Berikan nilai O jika tonus ototnya flaksid, 1 jika beberapa fleksi dan
yang lain ekstensi, dan 2 untuk fleksi normal untuk siku, lutut dan tumit, dengan
resistensi yang baik untuk ekstensi
Menilai Kepekaan Terhadap Rangsangan
Observasi respon bayi terhadap pengisapan hidung atau sentilan pada telapak kaki.
Berikan nilai O jika tidak berespon, 1 untuk menyeringai atau rnenangis lemah, dan 2
untuk menangis kuat.
Menilai Warna
Observasi warna kulit, terutama ekstremitas. Berikan nilai O jika pucat dan sianosis pada
keseluruhan. 1 untuk jika tubuh merah muda sedangkan ekstremitas sianosis
(akrosianosis), dan 2 jika seluruh tubuh merah muda.Untuk mengkaji warna pada bayi
yang berkulit gelap, inspeksi membran mukosa oral dan konjungtiva, bibir, telapak
tangan, telapak kaki.

 Pertimbangan Khusus
- Jika bayi tidak bernapas atau denyut jantung kurang dan 100 dpm setelah
kelahiran, lakukan resusitasi (cari bantuan). Jangan menunggu sampai 1 menit
untuk menilai Apgar skor.
- Jika pasien dan orang terdekat tidak mengetahui tentang Apgar Skor, diskusikan
bersama mereka selama awal kelahiran, ketika mereka lebih siap menerima
pengetahuan baru. Untuk mencegah kesalahpahaman, jelaskan apa yang terjadi
dan mengapa.
- Jika bayi membutuhkan perawatan/tindakan emergensi (darurat/segera), pastikan
tim menyediakan alat yang dibutuhkan.
- Observasi bayi yang ibunya mendapatkan sedasi sebelum melahirkan. Meskipun
jika la memiliki nilai Apgar yang tinggi saat lahir, ia mungkin menunjukkan efek
lanjut ketika telah berada di perawatan. Waspada terhadap depresi pernapasan
atau tidak responsif.
PENGKAJIAN USIA GESTASI (BALLARD SCORE)

 Idealnya, pemeriksaan dilakukan segera setelah lahir, dalam 2 – 8 jam


 Terdiri dari pemeriksaan :
- Kematangan Neuromuscular
- Maturitas fisik

KEMATANGAN NEUROMUSKULAR

TES PENGKAJIAN DESKRIPSI

Postur Dengan bayi tenang dan dalam posisi terlentang, observasi derajat fleksi
lengan dan kaki. Tonus otot dan derajat fleksi meningkat sesuai maturnitas.
Fleksi penuh lengan dan kaki = 4
Square window Dengan ibu jari menopang punggung lengan di bawah pergelangan tangan,
beri tekanan lembut dengan ibu jari dan jari ke tiga pada bagian dorsal
tangan tanpa merotasi pergelangan tangan bayi. Ukur sudut antara dasar
ibu jari dan lengan bawah. Fleksi penuh (tangan bersandar datar pada
permukaan ventral lengan bawah) = 4
Rekoil tangan Dengan bayi terlentang, fleksikan dengan penuh kedua lengan bawah pada
lengan atas, tahan selama 5 detik, dorong kebawah pada tangan untuk
ekstensi penuh dan lepaskan lengan dengan cepat ; observasi kecepatan dan
intensitas rekoil untuk status fleksi. Gerakan kembali yang cepat pada
fleksi penuh = 4
Sudut Popliteal Dengan bayi terlentang dan pelvis datar pada permukaan kertas, fleksikan
kaki ke bawah pada paha dan kemudian fleksikan paha pada abdomen.
Sambil menahan lutut dengan ibu jari dan jari telunjuk, ekstensikan kaki
dengan jari telunjuk tangan yang lain. Ukur derajat sudut di belakang lutut
(sudut popliteal). Sudut kurang dari 900 = 4
Tanda Skarf Dengan bayi terlentang, tahan kepala dalam garis tengah dengan satu
tangan, gunakan tangan yang lain untuk mendorong lengan bayi melewati
bahu sehingga tangan bayi menyentuh bahu yang lain. Tentukan lokasi
siku dalam hubungannya dengan garis tengah. Siku tidak mencapai garis
tengah = 4
Tumit sampai Dengan bayi terlentang dan pelvis datar pada permukaan keras, dorong
telinga kaki sejauh mungkin ke arah telinga pada sisi yang sama. Ukur jarak
telapak kaki dari telinga dan derajat fleksi lutut (sama dengan sudut
popliteal). Lutut fleksi kurang dari 900 = 4
MATURITAS FISIK

SCORE
SIGN
-1 0 1 2 3 4 5
Skin lembab/ merah merah pengusapan pucat dan perkamen, berbulu
lengket, gelatinosa, muda, PD superfisial bersisik sangat bersisik
transparan translusen dapat ruam, PD jarang bersisik, keriput
dilihat beberapa PD tidak tampak
PD
Lanugo tidak ada jarang banyak tipis daerah yg kebanyakan
botak botak
Plantar head-toe > 50 mm tanda hanya garis garis
Surface 40-50mm:-1 tidak ada merah terdapat garis anterior menutupi sel
<40mm:-2 garis pucat transversal 2/3 telapak
anterior tangan
Breast tidak mudah areola areola kecil, areola areola penuh
kelihatan diperiksa datar, tidak tonjolan 1-2 meninggi tonjolan 5-10
ada mm tonjolan mm
tonjolan 3-4 mm
Eye/ear penyatuan pina datar pina agak lekukan pina berbentuk kartilago
pina tetap melipat melekuk, sempurna dan padat, tebal, telinga
longgar: -1 lunak, rekoil rekoil kaku
rapat : - 2 rekoil lengkap cepat
lambat
Genetali skrotum skrotum testis di testis testis testis
(male) datar, kosong, tidak bagian atas, desenden dibawah tergantung
lembut ada rugae sedikit beberapa rugae rugae dalam
rugae rugae baik
Genetal klitoris klitoris klitoris labia minora labia labia mayora
(female) menonjol menonjol menonjol dan mayora mayora menutupi
dan labia dan labia dan minora menonjol besar, labia minora
datar minora kecil lebih luas minora dan klitoris
kecil
MATURITY RATING

TOTAL SCORE
WEEKS
(NEUROMUSCULAR + PHYSICAL
-10 20
-5 22
0 24
5 26
10 28
15 30
20 32
25 34
30 36
35 38
40 40
45 42
50 44
PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL

Pendahuluan

Pemeriksaan fisik ibu hamil dilakukakn melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba
(palpasi), periksa dengar (auskultasi). Dan periksa ketuk (perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari ujung
rambut sampai dengan kaki yang dalam pelaksanaannyadilakukan secara sistemtis atau berurutan. Selain
itu pemeriksaan leopold I sampai IV, pemeriksaan DJJ (denyut jantung janin), perhitungan usia
kehamilan dan perhitungan taksiran berat janin.

Sasaran belajar

Mahasiswa mampu mendemonstrasikan pemeriksaan fisik pada ibu hamil dengan benar serta
mendapatkan data yang tepat dan akurat tentang perkembangan janin dan adaptasi fisiologis ibu terhadap
kehamilan.

Persiapan alat

 Timbangan
 Tensi meter/spygmonometer
 Stetoskop
 Termometer
 Bengkok/tempat sampah
 Pen light
 Meteran/pita
 Laennec/doppler
 Jangka panggul
 Refleks hammer
 Sarung tangan
 Kapas kering dalam tempatnya
 Air desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dalam kom
 Pengalas

Prosedur pemeriksaan
1. Siapkan alat – alat yang diperlukan untuk pemeriksaan fisik dan ruangan dengan pencahayaan
yang cukup
2. Mencuci tangan dengan teknik yang benar
3. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
4. Memberitahu ibu tentang tujuan dan langkah prosedur
5. Menerapkan komunikasi terapeutik selama pemeriksaan
6. Melakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan
Berat badan ibu naik sekitar 9-12 kg selama kehamilan. Bila kenaikan berat badan kurang dari 5
kg pada kehamilan 28 minggu menandakan adanya ketidaknormalan, maka ibu perlu dirujuk
7. Ukur lingkar lengan atas ibu dengan alat ukur
8. Lakukan pengukuran tanda – tanda vital ibu meliputi tekanan darah, frekuensi pernafasan, nadi
dan suhu. Pastikan bahwa ibu sudah beristirahat minimal 30 menit setelah kedatangan atau
sebelum dilakukan pemeriksaan VT
9. Lakukan pengukuran panggul luar dengan menggunakan jangka panggul. Pemeriksaan panggul
pada ibu hamil terutama primigravida untuk menilai keadaan dan bentuk panggul.
Ukuran ukuran panggul yang sering digunakan untuk menilai keadaan panggul adalah sebagai
berikut :
 Distansia spinarum yaitu jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri berukuran
normal 23-26 cm
 Distansi kristarum yaitu jarak antara krista iliaka terjauh kanan dan kiridengan ukuran sekitar
26-29 cm. Bila selisih antara distansia spinarum dengan distansia kristarum kurang dari 16
cm, kemungkinan besar adanya panggul sempit
10. Pemeriksaan inspeksi dimulai semenjak bertemu dengan ibu. Perhatikan bagaimana sikap tubuh,
keadaan punggung dan cara berjalan. Apakah cenderung membungkuk, terdapat lordosis, kifosis,
skoliosis atau pincang.
11. Inspeksi wajah dan leher
 Ibu apakah ada cloasma gravidarum, pucat pada wajah, apakah ada pembengkakan pada
wajah. Bila ibu tampak pucat, periksalah kongjungtiva, sklera dan kuku. Bila terdapat
bengkak di wajah, periksalah apakah ada juga bengkak pada tangan dan kaki.
 Periksalah dasar kulit kepala dan rambut ibu hamil (tekstur, warna, kerontokan dan lesi)
 Inspeksi kongjungtiva dan sklera ibu hamil (menyuruh ibu melihat keatas saat ibu jari
menarik kelopak ke arah bawah)
 Periksa lubang hidung ibu hamil dengan menggunakan spekulum hidung (lihat apakah ada
septum, deviasi, polip, perdarahan dan sekret)
 Periksa lubang telinga ibu dengan menggunakan senter. Lihat kebersihan dan adanya
serumen.
 Periksa rongga mulut, lidah, gigi dan bibir ibu hamil. Perhatikan apakah bibir tampak pucat,
bibir kering dan pecah pecah, stomatitis, gingivitis, gigi yang berlubang serta karies gigi
 Periksa kelenjar getah bening dibawah rahang, leher dan ketiak (apakah teraba pembesaran)
 Periksa kelenjar tiroid dengan 3 jari kedua tangan pada kedua sisi trakhea sambil berdiri
dibelakang ibu. Anjurkan ibu menelan dan rasakan benjolan yang teraba saat ibu menelan.
12. Pengkajian dada dan abdomen
 Dengarkan bunyi jantung dan nafas ibu dengan menggunakan stetoskop
 Periksa payudara ibu. Lihat dan raba payudara, pada kunjungan pertama lakukan
pemeriksaan payudara terhadap kemungkinan adanya benjolan yang abnormal. Lihatlah
payudara apakah simetris atau tidak, putting susu menonjol atau datar atau bahkan masuk
(inverted). Lihatlah kebersihan areola mammae, adakah hiperpigmentasi areola.
 Periksa kolostrum dengan menekan areola mammaesambil memegang puting susu dengan
jari telunjuk dan ibu jari kemudian memencet (dengan menggunakan sarung tangan)
 Letakkan tangan ibu kearah kepala kemudian kelenjar di daerah aksial kanan dan lanjutkan
dengan aksilla kiri dengan teknik yang sama untuk mengetahui pembesaran kelenjar getah
bening
 Memasang pakaian atas dan membuka pakaian daerah perut.
 Lakukan inspeksi dan palpasi pada dinding abdomen. Perhatikan apakah perut ibu simetris
atau tidak , raba adanya pergerakan janin, pakah terjadi hiperpigmentasi pada abdomen/ linea
agra atau tidak dan apakah terdapat luka bekas operasi, varises, jaringan parut atau tidak.
13. Melakukan pemeriksaan Leopold I untuk menentukan bagian janin yang ada difundus
 Pemeriksa berdiri disebelah kanan ibu, menghadap kearah kepala ibu
 Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri
 Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokob atau kepala atau kosong)
 Hasilnya adalah jika kepala janin yang berada di fundus maka palpasi akan teraba bagian
bulat, keras dan ndapat digerakkan. Jika bokong yang terletak difundus, maka pemeriksa
akan meraba suatu bentuk yang tidak spesifik, lebih besar dan lebih lunak dari kepala, tidak
adapat digerakkan, serta fundus terasa penuh. Pada letak lintang, palpasi didaerah fundus
akan teraba kosong.

14. Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.


 Perkiraan tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan
- 22-28 minggu : ± 24-25 cm diatas simfisis
- 28 minggu : ± 26,7 cm diatas simfisis
- 30 minggu : ± 29,5-30 cm diatas simfisis
- 32 minggu : ± 29,530 cm diatas simfisis
- 34 minggu : ± 31 cm diatas simfisis
- 38 minggu : ± cm diatas simfisis
 Mc Donald’s Measurement
- Tfu (cm) x 2/7 = masa gestasi (bulan)
- Tfu (cm) xx 8/7 = masa gestasi (minggu)

 Jelaskan pada ibu bahwa perutnya akan semakin membesar karena pertumbuhan janin. Pada
kunjungan pertama, tinggi fundus dicocokkan dengan perhitungan usia kehamilan dengan
HPHT . jika HPHT tidak diketahui, maka usia kehamilan hanya dapat diperkirakan dari
tinggi fundus uteri. Pada setiap kunjungan tinggi fundus uteri perlu diperiksa untuk melihat
pertumbuhan janin normal, terlalu kecil atau terlalu besar.
15. Melakukan pemeriksaan Leopold II
16. Melakukan pemeriksaan Leopold III untuk menentukan bagian janin yang berada pada bagian
terbawah. Cara melakukannya sebagai berikut :
 Lutut ibu dalam posisi fleksi
 Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati – hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak
nyaman pada ibu. Coba untuk menilai bagian janin mana yanga berada di sana
 Bagian terendah janin di raba di antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan
 Tentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan apakah bagian tersebut mengalami
engagement atau belum
 Hasilnya adalah apabila bagian janin dapat digerakkan ke arah kranial ibu , maka bagian
terbawah janin belum melewati pintu atas panggul. Bila kepala yang berada pada bagian
terbawah, coba untuk menggerakkan kepala. Bila kepala tidak dapat digerakkan lagi, maka
kepala sudah engaged fan bila tidak dapat diraba adanya kepala atau bokong, maka kepala
janin adalah melintang.

17. Melakukan pemeriksaan Leopold IV untuk menentukan presentasi dan engagement (sampai
berapa jauh derajat penurunan janin dan mengetahui seberapa bagian kepala janin masuk pintu
atas panggul). Cara melakukan adalah sebagi berikut :
 Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu. Kedua lutut ibu masih pada posisi fleksi
 Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen dan coba untuk menekan kearah
pintu atas panggul
 Hasil yang didapat pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III, menilaim begian
janinterbawah yang berada dalam panggul dan menilai seberapa jauh bagian tersebut masuk
melalui pintu atas panggul.
18. Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ)
 Mendengarkan denyut jantung janin bisa dilakukan dengan menggunakan doppler elektrik.
Peletakan doppler ini disesuaikan dengan letak punggung bayi, apakah punggung kiri (puki)
atau punggung kanan (puka)
 Auskultasi denyut jantung janin dengan menggunakan fetoskop de lee
 Detak jantung janin terdengan paling keras di daerah punggung janin
 Detak jantung janin dihitung selama 5 detik dilakukan sebanyak 3 kali secara berurutan dan
berselang 5 detik
 Hasil pemeriksaan detak jantung janin 10-12-10 berarti detak frekuensi jantung janin 32 x 4
= 128 kali per menit
 Mendengarkan denyut jantung janin menggunakan stetoskop leannec/ Doppler letak jantung
janin normal 120160 kali per menit

19. Merapikan pakaian atas dan membuka pakaian bawah untuk melihat varises pada ekstremitas
bawah kanan dan kiri. Lihat dan raba bagian belakang betis dan pada, catat adanya tonjolan
kebiruan dari pembuluh darah
20. Pemeriksaan ektremitas atas dan bawah untuk memeriksa adanya edema. Tempat yang paling
mudah untuk pemeriksaan adalah di daerah pretibia dan mata kaki. Dilakukan dengan cara
menekan jari selama beberapa detik . Apabila terjadi cekung yang tidak lekas pulih kembali
berarti edema positif
21. Melakukan pemeriksaan refleks lutut (patella) dengan menggunakan hammer. Mintalah ibu
duduk dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan dilakukan. Rabalah
tendon di bawah lutut/patella. Dengan menggunakan hammer ketuklah tendon pada lutut bagian
depan. Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila refleks lutut negatif,
kemungkinan ibu mengalami kekurangan vitamin B1. Bila gerakannya berlebihan dan cepat,
maka hal ini mungkin merupakan tanda pre eklamsia.
22. Mengatur posisi dorsal recumbent pada ibu hamil, memasang pengalas di bawah bokong ibu,
kemudian perawat memakai sarung tangan untuk melakukan vulva hygiene. Vulva hygiene
dilakukan dengan menggunakan kapas kering yang dibasahi oleh cairan DTT. Dilakukan inspeksi
terhadap genetalia luar (eksterna) ibu meliputi :
 Varises
 Perdarahan
 Luka
 Cairan yang keluar
 Pengeluaran dari uretra
Periksa juga kondisi genetalia interna ibu dengan melakukan pemeriksaan dalam :
 Nilai vagina, luka perut mengindikasi adanya riwayat robekan perineum atau tindakan
episotomi sebelumnya
 Nilai pembukaan dan penipisan serviks
 Perhatikan sarung tangan, apakah ada darah, bau
23. Mencatat hasil pemeriksaan fisik ibu hamil
24. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

INSTRUMEN PENILAIAN
PENGKAJIAN RIWAYAT PADA SAAT ANC

TIDA
LANGKAH KERJA YA
K
PERSIAPAN
1. Memastikan ruangan yang nyaman untuk pemeriksaan fisik
2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan
PEMERIKSAAN
3. Mencuci tangan
4. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
5. Memastikan privaci ibu terjaga
6. Melihat postur dan sikap tubuh
7. Mengukur BB dan TB
8. Melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital
9. Melakukan pemeriksaan kepala dan leher
10. Melakukan pemeriksaan payudara
11. Melakukan pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
12. Melakukan pemeriksaan punggung
13. Melakukan pemeriksaan abdomen
14. Melakukan pemeriksaan genetalia

Yang menilai
( )
SENAM HAMIL

1. Tujuan Senam Hamil


 Persiapan persalinan
 Melatih otot-otot agar berfungsi secara optimal dalam persalinan normal
2. Prosedur
a. Senam Pernapasan
Tujuan : untuk melatih pernapasan yang efektif pada saat persalinan
Berdiri atau sambil berjalan-jalan :
 Mulut tertutup
 Tarik napas sedalam mungkin dan mengeluarkannya secara perlahan-lahan.
 Otot pernapasan yang dilatih adalah otot diafragma dengan mengendorkan dan
rnengencangkan dinding abdomen dan melakukan kontraksi dan relaksasi otot
interkostalis (pernapasan perut)
 Lakukan senam pernapasan ini 10-15 kali.
Berbaring terlentang :
 Dengan mulut tertutup, tarik napas dengan lembut, juga cukup santai serta biarkan
dinding perut naik dengan tarikan napas dan turun dengan pengeluaran napas
(pernapasan perut)
 Lakukan senam pernapasan ini 10-5 kali.
b. Senam Kaki
Tujuan : untuk menghilangkan nyeri pada tungkai dan melancarkan peredaran darah
 Duduklah di kursi dengan kaki bebas bergantung atau berbaring dengan kaki
ditekuk pada lutut
 Regangkan dan kendorkan pergelangan kaki, bengkokkan dan regangkan jari kaki
 Putar pergelangan kaki keluar dan ke dalam. Tegangkan dan kendorkan ke depan,
ke belakang dan samping sehingga otot betis dapat berkontraksi dan relaksasi
c. Senam Relaksasi
Tujuan : melancarkan peredaran darah, menghilangkan ketegangan pikiran,
memudahkan proses persalinan
 Atur posisi agar lebih rileks
- Tidur miring di tempat tidur atau lantai sehingga rahirn bebas dari menekan
tulang punggung dan pembuluh darah
- Lengan dan tangan belakang berada di depan punggung dengan sedikit ditekuk
pada persendian siku
- Lengan dan tangan depan berada di depan dan ditekukkan pada persendian siku
- Satu kaki berada di depan dan ditekukkan pada persendian lutut.
 Kontraksikan dan istirahatkan tiap kelompok otot silih berganti sebagai berikut:
- Tungkai kiri : tekan jari – jari ke bawah – istirahatkan. Tekuk ke bawah
pergelangan kaki-istirahatkan. Luruskan lutut sedikit – istirahatkan,
bengkokkan lutut sedikit-istirahatkan. Kencangkan otot-otot panggul yang anda
duduki-istirahatkan.
- Lengan kiri : regangkan jari-jari-istirahatkan. Bengkokkan siku sedikit-
istirahatkan. Kencangkan otot-otot bahu yang anda tindih-istirahatkan
- Tungkai kanan : lakukan seperti pada tungkai kiri
- Lengan kanan : lakukan sama seperti pada lengan kiri
- Wajah : kendurkan semua otot-otot wajah dan leher.
 Sewaktu anda bernapas, katakan pada diri anda “tarik napas-keluarkan napas”
dengan membuat tiap kata pada akhir gerakan pernapasan sesuai irama bernapas
d. Posisi Relaksasi Pengganti
Berbaring terlentang dengan satu bantal dibawah kepala, dua bantal di bawah lutut,
satu bantal kepala dan dua bantal di bawah lutut, satu bantal menyokong kaki, lengan
ditekuk pada siku dan beristirahat di atas bantal. (bantal kepala rnencegah kepala
bergulir ke samping)
e. Berjongkok
- Berdiri dengan kaki menapak lantai sejajar serta terpisah 45 cm serta bergantung
pada sokongan yang kuat (misal : bak cuci atau kursi) kemudian berjongkok
kembali di atas tumit, mulai dengan merotasikan lutut ke arah luar.
- Lakukan selama 10-15 kali
f. Kontraksi dan Relaksasi Otot-otot Dasar Panggul
Tujuan : meningkatkan elastisitas dan rnerelaksasikan otot selama persalinan
sehingga sebaiknya dilakukan setiap hari.
Berbaring terlentang dengan lutut dan kaki rata pada lantai :
- Tekan kedua otot-otot bokong bersama-sama serta tarik lubang dubur masuk
seperti untuk mencegah buang Air Besar (BAB). Hitung 6 x perlahan-lahan dan
relaksasi perlahan-lahan.
- Sementara melakukan point (I) tarik ke atas seperti rnencegah pengosongan
kandung kemih dan hitung 6 x lagi perlahan-lahan serta kemudian relaksasikan
perlahan-lahan.
- Kencangkan hanya otot-otot sekeliling kandung kemih dan hanya senggama
seperti mencegah kerja kandung kemih.
g. Memiringkan Panggul
Tujuan : untuk memperbaiki sikap serta memperkuat otot—otot dinding perut
Ada 3 posisi yang sederhana dan bermanfaat selama kehamilan
 Berbaring terlentang dengan lutut di tekuk dan kaki rata pada ranjang atau lantai, kepala
disokong di atas satu atau dua bantal
- Kencangkan otot-otot bokong dan secara bersamaan tarik masuk dinding perut
bagian bawah, tekankan punggung kuat-kuat ke lantai.
- Relaksasikan kedua kelompok otot dengan hati-hati dan kontraksikan otot-otot
pinggang bawah untuk membuat saluran bawahnya.
 Merangkak dengan tangan tepat di bawah bahu dan lutut tepat di bawah panggul, jaga
semuanya tegak lurus
PERAWATAN PAYUDARA POST PARTUM

Perawatan payudara selama periode menyusui bertujuan untuk merangsang produksi ASI dan
mengurangai risiko luka saat menyususi. Prosedur ini dapat dipraktikkan sejak hari ke-2 setelah
persalinan, sebnyak 2 kali sehari. Manfaat perawatan payudara adalah sebagai berikut :

1. Menjaga kebersihan payudara, terutama kebersihan putting susu agar terhindar dari infeksi
2. Melunakkan serta memperbaiki bentuk putting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik
3. Merangsang kelenjar – kelanjar air susu sehingga produksi ASI lancar
4. Mengetahui secara dini kelainan putting susu dan melakukan usaha – usaha untuk mengatasinya
5. Mengatasi masalah pembengkakan pada payudara
6. Persiapan psikologis ibu menyusui

Persiapan alat dan bahan

 Handuk 2 buah
 Waslap 2 buah
 Sarung tangan
 Baskom 2 buah yang berisi air hangat dan air dingin
 Termos air panas
 Kapas dan minyak kelapa ditempatnya
Alat pengendalian infeksi yang terdiri atas :
 Kom berisi cairan DTT dan waslap
 Tempat sampah medis dan non medis
 Alat pelindung diri (APD) yang terdiri atas sarung tangan, masker, dan celemek
Langkah – langkah prosedur
 Menyiapkan alat sesuai dengan kebutuhan
 Menjelaskan pada ibu dan keluarga terkait tindakan yang akan dilakukan, tujuan tindakan, serta
hasil tindakan
 Melakukan persiapan perawat seperti mencuci tangan
 Membuka pakaian atas ibu dan memasang handuk di atas punggung ibu
 Bila payudara ibu bengkak dan sakit, sebaiknya lakukan telebih dahulu teknik untuk mengurangi
rasa sakit dengan kompres hangat dan dingin pada payudara ibu selama 15 menit
 Memberikan posisi membungkuk pada ibu dengan menggunakan bantal sebagai penyangga
sebagai penyangga kepala
 Menutup bagian depan dengan handuk dan meletakkan handuk lainnya di pangkuan ibu
 Licinkan kedua tangan minyak kelapa
 Melakukan pemijatan punggung dengan menggunakan kedua ibu jari (diolesi minyak) di sisi
tulang belakang mulai dari garis sejajar puting ke arah atas sampai dengan leher ibu selama 20 –
30 menit atau 10 – 15 menit
 Gerakan tersebut diulang dengan arah dari garis tengah punggung ke arah bawah/tulang koksigis
sebanyak 20 – 30 menit atau selama 10 – 15 menit.
Insert pic
 Posisikan ibu duduk tegak dan pindahkan handuk untuk menutupi punggung ibu
 Perawat berada di belakang kaki ibu lalu lakukan pengurutan payudara (sesuai gambar) yaitu
dengan satu tangan menyangga payudara . Lakukan sebanyak 20 – 30 kali atau sebanyak 10 – 15
menit
 Lakukan pengurutan payudara sebagai berikut
melakukan pemijatan ringan searah jarum jam pada payudara yang mengalami bendungan dengan
gerakan melingkar. Caranya dengan menggunakan salah satu tangan untuk menyangga payudara,
sedangkan tangan yang lain (jari tengan dan telunjuk) untuk memijat, setelah sebelumnya jari –
jari tersebut diolesi minyak.

 Melakukan kompres payudara dengan air hangat dan air dingin pada kedua payudara secara
bergantian, masing – masing selama 10 – 15 menit
 Merangsang pengeluaran putting secara manual, terutama pada putting yang tidak terlalu
menonjol atau menggunakan alat pompa putting sederhana (dengan menggunakan syringe 10 cc)
 Membersihkan payudara dengan waslap
 Mengeluarkan ASI secara manual dan olesi ke seluruh areola dan puting
 Mencuci tangan dengan benar
 Merapikan alat
 Mencatat tindakan dan respon ibu
FORMAT PENILAIAN
PERAWATAN PAYUDARA

PROSEDUR KERJA YA TIDAK


1. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
 Handuk 2 buah
 Waslap 2 buah
 Sarung tangan
 Baskom 2 buah yang berisi air hangat dan air dingin
 Termos air panas
 Kapas dan minyak kelapa ditempatnya
Alat pengendalian infeksi yang terdiri atas :
 Kom berisi cairan DTT dan waslap
 Tempat sampah medis dan non medis
 Alat pelindung diri (APD) yang terdiri atas sarung tangan, masker, dan
celemek
2. LANGKAH – LANGKAH KERJA
 Menyiapkan alat sesuai dengan kebutuhan
 Menjelaskan pada ibu dan keluarga terkait tindakan yang akan dilakukan,
tujuan tindakan, serta hasil tindakan
 Mencuci tangan
 Membuka pakaian atas ibu dan memasang handuk di atas punggung ibu
 Bila payudara ibu bengkak dan sakit, sebaiknya lakukan telebih dahulu
teknik untuk mengurangi rasa sakit dengan mengkompres hangat dan dingin
pada payudara ibu selama 15 menit
 Memberikan posisi membungkuk pada ibu dengan menggunakan bantal
sebagai penyangga sebagai penyangga kepala
 Menutup bagian depan dengan handuk dan meletakkan handuk lainnya di
pangkuan ibu
 Melicinkan kedua tangan minyak kelapa
 Melakukan pemijatan punggung dengan mengguanakan kedua ibu jari
(diolesi minyak) di sisi tulang belakang mulai dari garis sejajar puting ke
arah atas sampai dengan leher ibu selama 20 – 30 menit atau 10 – 15 menit
 Gerakan tersebut diulang dengan arah dari garis tengah punggung ke arah
bawah/tulang koksigis sebanyak 20 – 30 menit atau selama 10 – 15 menit.
 Memposisikan ibu duduk tegak dan pindahkan handuk untuk menutupi
punggung ibu
 Perawat berada di belakang kaki ibu lalu lakukan pengurutan payudara
(sesuai gambar) yaitu dengan satu tangan menyangga payudara . Lakukan
sebanyak 20 – 30 kali atau sebanyak 10 – 15 menit
 Melakukan pengurutan payudara sebagai berikut :
 Melakukan pemijatan ringan searah jarum jam pada payudara yang
mengalami bendungan dengan gerakan melingkar. Caranya dengan
menggunakan salah satu tangan untuk menyangga payudara, sedangkan
tangan yang lain (jari tengan dan telunjuk) untuk memijat, setelah
sebelumnya jari – jari tersebut diolesi minyak
 Melakukan kompres payudara dengan air hangat dan air dingin pada kedua
payudara secara bergantian, masing – masing selama 10 – 15 menit
 Merangsang pengeluaran putting secara manual, terutama pada putting yang
tidak terlalu menonjol atau menggunakan alat pompa putting sederhana
(dengan menggunakan syringe 10 cc)
 Membersihkan payudara dengan waslap
 Mengeluarkan ASI secara manual dan olesi ke seluruh areola dan puting
 Mencuci tangan dengan benar
 Merapikan alat
 Mencatat tindakan dan respon ibu
Yang menilai

( )
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN PROTEIN URINE (METODE ASAM ASETAT)

LANGKAH / TUGAS YA TIDAK


PERSIAPAN ALAT
1. Urine 5 cc
2. Asam asetat 6% (1 cc)
3. Lampu spiritus 1 buah
4. Tabung reaksi 2 buah
5. Sarung tangan 1 pasang
6. Spuit 2-3 cc
7. Pipet 2 buah
8. Korek api
9. Tissue dan kertas saring
10. Bangkok atau ember dengan larutan clorin 0.5%

PELAKSANAAN
1. Isilah tabung reaksi masing – masing dengan urine yang sudah disaring 2-3
cc (satu tabung reaksi sebagai control)
2. Panaskan urine di atas lampu spiritus berjarak 2-3 cm dari ujung lampu
sambil digoyang – goyang hingga mendidih
3. Tambahkan 4 tetes asam asetat 6%
4. Panaskan sekali lagi
5. Bandingkan dengan urine kontrol

NO WARNA PENILAIAN
1 Jernih (-)
2 Keruh / butiran halus (+)
3 Endapan (++)
4 Mengkristal (+++)

Yang menilai

( )
PENUNTUN BELAJAR

PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE (BENEDICT SEMIKUANTITATIF)

LANGKAH / TUGAS YA TIDAK


PERSIAPAN ALAT
1. Pereaksi Benedict, Reagen Benedict
2. Urine wanita hamil
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi, penjepit tabung, sarung tangan
5. Lampu spiritus
6. Korek api
7. Spuit 5 cc
8. Pipet
9. Bengkok
10. Waskom berisi larutan klorin 0,5 %

PELAKSANAAN
1. Isilah dua tabung reaksi dengan pereaksi Benedict masing – masing 2,5 cc
2. Masukkan urine pada salah satu tabung tersebut sebanyak 4 tetes
3. Panaskan di atas lampu spiritus sampai mendidih, biarkan dingin
4. Bandingkan dengan tabung yang lain, dan lihat perbedaan warnanya

NO WARNA PENILAIAN
1 Biru / hijau keruh (-)
2 Hijau / hijau kekuningan (+)
3 Kuning / kehijauan (++)
4 Jingga (+++)
5 Endapan merah bata (+++++)

Yang menilai

( )
VULVA HYGIENE

Persiapan alat :
 Bengkok
 Handscoen bersih
 Pinset anatomis I
 Kapas lidi dalam tempatnya
 Kapas savlon dalam tempatnya
 Tampon
 Betadin dalam tempatnya
 LarutanNaC1
Persiapan pasien :
 Beritahukan ibu/keluarga untuk menyiapkan pakaian dalam bersih beserta pembalut
 Beritahukan ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
Cara kerja :
1. Anjurkan ibu untuk membuka pakaian dalam bagian bawahnya dan berbaring di atas
tempat tidur dengan posisi dorsal recumbent
2. Keataskan pakaian bagian bawah ibu
3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
4. Ambil savlon dengan korentang sebanyak 6 buah untuk membersihkan :
 Labia mayora kiri klien dengan arah dari atas ke bawah dalam satu kali usapan
 Labia mayora kanan klien dengan arah dari atas ke bawah dalam satu kali usapan
 Buka labia mayora, kemudian bersihkan labia minora kiri klien dari arah atas
kebawah dalam satu kali usapan
 Kemudian bersihkan labia minora kanan klien dari arah atas ke bawah dalam satu
kali usapan
 Buang semua kapas savlon yang telah digunakan ke dalam bengkok
 Selanjutnya dengan kapas kelima, bersihkan vulva mulai dan introitus vagina ke
atas
 Lanjutkan dengan membersihkan introitus vagina ke bawah dengan kapas yang lain

5. Atau, ambil 5 buah kapas savlon untuk membersihkan :


- Bagian luar vagina pada sisi kiri tanpa melihat labia mayora atau minora
- Lanjutkan pada bagian kanan vagina
- Selanjutnya, buka labia mayora dengan tangan kiri, ambil kapas ketiga dan
bersihkan vagina pada bagian introitus vagina kearah atas
- Lanjutkan dengan kapas keempat untuk membersihkan introitus vagina kebawah
dalam satu kali usapan
6. Basahi tampon dengan Nacl kemudian masukkan dalam vagina dengan bantuan pinset
antomis
7. Keluarkan dengan cara memutar searah jarum jam, letakkan di dalam bengkok
8. Ulangi hingga dirasa bersih dengan melihat banyaknya stolsel dan darah pada tampon
9. Selanjutnya bersihkan luka perineum yang ada dengan mengusapkan kapas lidi yang
telah dibasahi bethadin dari arah dalam keluar
10. Pakaikan pakaian dalarn klien beserta pembalutnya
11. Bersihkan peralatan
12. Catat tindakan dilembar dokumentasi
PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin, plasenta, cairan ketuban dan selaputnya) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan atau tanpa
bantuan. Persalinan normal atau persalinan spontan terjadi bila bayi lahir dengan letak belakang kepala
tanpa melalui alat – alat atau pertolongan istemewa serta tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Periode persalinan dibagi dalam empat kala sebagai
berikut :

1. Kala I : pembukaan serviks dari 1 – 10 cm (lengkap)


2. Kala II : pengeluaran janin
3. Kala III : pelepasan dan pengeluaran plasenta
4. Kala IV : setelah pengeluaran plasenta hingga 2 jam kemudian
Pokok materi yang perlu dipelajari :
1. Anatomi panggul dan reproduksi wanita
2. Teori persalinan
3. Manajemen nyeri persalinan
4. Mekanisme persalinan
5. Tahap – tahap persalinan
6. Tanda – tanda persalinan normal dan proses persalinan
7. Asuhan keperawatan ibu dalam persalinan normal kala I, II, III, IV

Pengkajian
Tujuan : mengidentifikasi keadaan ibu, melingkupi keadaan biofisik, psikologi, dan sosial selama
intranatal
Hal yang perlu diperhatikan :
1. Keadaaan umum ibu dan anak ditentukan dengan akurat dan cepat melalui serangkaian anamnesis
dan pemeriksaan fisik
2. Keluhan yang berkaitan dengan selaput ketuban, perdarahan pervaginam, dan keadaaan umum
ibu lainnya adalah data yang penting diketahui
3. Pemeriksaan fisik yang meliputi komponen – komponen berikut :
 Keadaan umum ibu yang meliputi kesan umum kesadaran, ikterus, dan komunikasi
interpersonal
 Tanda – tanda vital meliputi : tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh
 Pemeriksaan obstetri : palpasi abdomen (pemeriksaan Leopold), his (frekuensi, durasi,
intensitas), denyut jantung janin (DJJ), periksa dalam (vaginal toucher), bila tidak ada
kontraindikasi.
4. Kala I
Pengkajian kala I meliputi pertanyaan berikut :
 Alasan datang
 Kapan taksiran persalinan
 Kapan mulai tanda – tanda persalinan
Riwayat persalinan
 Riwayat tentang selaput ketuban
 Kontraksi teratur yang semakin lama semakin sering
 Perubahan status emosi
 Ada masalah tentang kehamilan
 Kapan terakhir makan atau minum
 Alergi makanan / minuman
 Siapa yang mendampingi saat persalinan
Pemeriksaan fisik kala I
 TTV : TD, nadi, suhu, dan pernafasan
 Palapasi leopold I,II,III,IV
 Ukuran panggul
 Dilatasi serviks
 Kontraksi atau his yang diperiksa selama 10 menit setiap 30 – 60 menit
 Secret : merah muda sampai dengan coklat
 Selapu ketuban ada atau tidak
 DJJ terdengar jelas di punctum maximum
 Perilaku, apakah masih terkontrol, optimis atau fatique
 Varises, edema wajah, kaki dan tangan
5. Kala II
a. Pengkajian
 Ibu mengeluhkan dorongan kuat untuk meneran, dan merasakan tekanan yang semakin
tinggi pada daerah rektum
 Perineum menonjol
 Vulva dan anus membuka
 Kaki ibu gemetar saat meneran
 Ibu mengalami kelelahan
 Ibu tidak tahu teknik relaksasi
 Ibu terlihat takut/khawatir, tidak percaya diri, dan tidak terkontrol
 Kontraksi uterus kuat 4 – 5 kali selama 50 – 70 detik
 Dilatasi serviks 10 cm
 Darah keluar sedikit, pengeluaran lendir dari vagina meningkat
 Peregangan rektum/vagina
 Distensi vesika urinaria
 Ketuban (+)/ terjadi ruptur
 Keringat >>>
 Frekuensi pernafasan meningkat
 Tekanan darah meningkat 5 – 10 mmHg
 Janin mengalami bradikardia selama his
b. Lingkup masalah
 Gangguan rasa nyaman, nyeri akut
 Potensial gangguam curah jantung
 Gangguan pertukaran oksigen (janin)
 Gangguan integritas kulit
 Kurang mampu mengikuti arahan pimpinan persalinan
 Risiko infeksi
 Risiko trauma pada ibu dan janin
 Pola nafas tidak efektif
 Peruabhan konsep diri
 Koping individu tidak efektif
6. Kala III
a. Pengkajian
 Perilaku gembira dan letih
 Tremor, kaki menggigil
 Perdarahan pervaginam
 Tali pusat memanjang
 Uterus berubah bentuk menjadi bulat dan keras
 Kehilangan darah (normal : 250 – 300 ml)
 Jalan lahir : lecet / robek
 Luka epsiotomi
 Hipotensi, pengaruh obat anastesi, Analgesic
 Nadi lambat
b. Lingkup masalah
 Kurang volume cairan
 Risiko injury pada ibu
 Risiko gangguan proses keluarga
 Kurang pengetahuan
 Gangguan rasa nyaman, nyeri
7. Kala IV
a. Pengkajian
 Nadi
 Uterus
 Tinggi antara simfisis – umbilikus
 Lokhia
 Perineum : episiotomy, lecet, vulva, edema, dan lembut
 Rektum : hemoroid
b. Lingkup masalah
 Gangguan genitourinaria
 Kurang volume cairan
 Risiko infeksi
 Gangguan rasa nyaman, nyeri

Hal penting yang diperiksa selama pemeriksaan dalam :

1. Kondisi perineum
2. Suhu dan kehangatan vagina
3. Kondisi dinding vagina (jalan lahir), termasuk ada tidaknya benjolan atau massa yang teraba
4. Serviks, termasuk : posisi (ke depan, tengah, posterior), konsistensi, tebal tipis, pendataran dan
pembukaan (cm)
5. Keadaan selaput ketuban (keadaan cairan amnion jika selaput ketuban belum pecah)
6. Bagian terendah janin (presenting part), penurunan (station), posisi janin berdasarkan
denominator
7. Arsitektur panggul
Persiapan alat :
 Handscound bersih
 Kapas sublimat
 Bengkok
Prosedur pemeriksaan :
1. Cuci tangan bersih
2. Kenakan handscound
3. Posisikan ibu terlentang dengan kedua tungkai tertekuk sedemikian rupa sehingga
perineum/vulva terekspos (dorsal recumbent position), ingatlah untuk selalu menutupi tubuh ibu
semaksimal mungkin agar privasi tetap terjaga
4. Lakukan vulva hygienesesuai prosedur tetap yang telah ditentukan
5. Nilai keadaan vulva atau uretra melalui inspeksi, ada tidaknya tanda – tanda radang, discharge,
varises, tumor, dan kelainan lainnya. Pisahkan kedua labia mayor dengan menggunakan jari
untuk inspeksi yang lebih jelas.
6. Buka labia mayor dengan ibu jari dan jari manis tangan kiri. Minta ibu menarik nafas dalam, lalu
masukkan jari telunjuk terlebih dahulu disusul jari tengah tangan kanan secara perlahan
7. Nilai kapasitas panggul, terutama pada ibu primipara dengan cara mencari promontoriumdan
jarak antara promontorium dan jarak antara promontorium dengan batas bawah simpisis, raba line
innominata dengan batas bawah simfisis
8. Nilai mukosa vagina, apakah ada jaringan parut dan varises serta kondisi cairan dalam vagina
9. Nilai pembukaanserat penipisan serta serviks
10. Nilai kondisi selaput ketuban dan air ketuban
11. Tentukan bagian terendah janin, nilai penurunan janin, serta posisi bagian terendah janin serta
nialai adanya molase
12. Nilai apakah ada bagian terkemuka atau menumbung (tali pusat atau tangan bayi)
13. Jika sudah selesai, keluarkan tangan dengan perlahan, sambil memberitahu hasil pemeriksaan
pada ibu. Bereskan alat, cuci tangan, dan rendam handscound dalam larutan klorin 0.5 %
14. Posisikan ibu dalam posisi yang nyaman
PENUNTUN BELAJAR

PROSEDUR PERSALINAN NORMAL

KEGIATAN KASUS
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat – obatan esensial untuk
menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk resusitasi : tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3
handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi
 Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu
bayi
 Menyiapkan oksitoksin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
tissue atau handuk yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam
6. Masukkan oksitoksi ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi
pada alat suntik)
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekatnya dengan hati – hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kas yang dibasahi air
DTT
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% langkah 9)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaaan lengkap
 Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % kemudian
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5 % selama
10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin(DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil – hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua
hasil – hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES BIMBINGAN MENERAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaaan janin baik
dan bantu ibu dalam menemukan poosisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi
dan ketidaknyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase
aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada.
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secar benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisis meneran (bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran:
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera dirujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit
(1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 meter
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


Lahirnya kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi unyuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong diantara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kaki dan pegang masing – masing mata kaki dengan ibu
jari dan jari – jari lainnya).
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas)
 Apakah bayi cukup bulan?
 Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium?
 Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah resusitasi
pada asfiksia bayi baru lahir (melihat penuntun berikutnya)
Bila semua jawabannya adalah “YA”, lanjut ke-26
26. Keringkan tubuh bayi
keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitoksin agar uterus kemabli
berkontraksi
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitoksin 10 unit IM
(intramuskular) di 1/3paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitoksin)
30. Setleah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira – kira 3
cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 22 cm distal darin klem pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi peru bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat
dengan benag DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya kembali
dengan simpul kunci pada sisi lainnya
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
tengkurap di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi paling rendah di bawah puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang – atas (dorsol –
kranial) secara hati – hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta
tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu
Mengeluarkan plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorsol kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas , mengikuti poros jalan lahir:
(tetap lakukan tekanan dorso – kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat
:
- Beri dosis ulangan oksitoksin 10 unit IM
- Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
- Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
- Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
atau bila perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta pada wadah yang telah disediakan
 Jika selabut ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari –
jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal
Perangsangan taktil (Masase) uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus setelah 15 detik
masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bagian bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam
kantung plastik atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi peradarahan
pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu
dini dalam waktu 30-660 menit. Menyusu pertama biasanya
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu
44. Setelah satu jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri
antibiotika, salep mata pencegahan, dan vitamin K1 1mg intramuskular di
paha kiri anterolateral
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu – waktu bisa
disuntikkan
Letakkan kambali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu
di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi sudah berhasil
menyusu.
Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pasca persalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa
bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal
(36,5 – 37,5)
 Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan
segera merujuk ke rumah sakit
 Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk
 Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan
bayi kulit ke kulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi
dengan satu selimut
Kebersihan dan Keamanan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi
52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman . bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
55. Dekontaminasi tempat bersalinan dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 selama 10
menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV

Yang menilai

( )

MEMANDIKAN BAYI BARU LAHIR

1. Tujuan
- Membersihkan bayi dari kotoran seperti darah, mucus, dan liquor
- Menghindari infeksi dari mikroorganisme
- Mengajarkan pada ibu – ibu terutama prinsip prosedur – prosedur untuk memandikan bayi
2. Indikasi
- Lahir normal dan cukup bulan
- Tidak mengalami komplikasi
3. Kontraindikasi
- Premature/ small for dates
- Mengalami komplikasi sewaktu lahir (asphyksia)
- Bayi lahir secara forcep/pembedahan misalnya fetal distress, meconium aspiration sindrom
(MAS)
4. Persiapan sebelum memandikan
- Menyediakan semua keperluan mandi, misalnya handuk, waslap, sabun mandi, pakaian ganti
dan kosmetik bayi
- Menyiapkan air hangat (360 C – 370 C)
- Jaga suhu ruang tetap hangat untuk menjaga kehangatan suhu tubuh bayi
- Lepaskan baju bayi secara bertahap
- Saat memandikan mulai dari kawasan yang bersih yaitu dari mata dan terakhir pada bagian
genetalia
5. Persiapan alat
- Troli atas :
 2 kom
 1 baskom berisi air hangat
 1 kidneydish
 Kapas bersih
 Kasa
 Sabun
 Sisir
 Kosmetik bayi
 Handscoun
- Troli bawah :
 Kain – kain yang diperlukan (handuk, baju, popok 2 waslap)
 Botol air masak atau normal salin
 1 baskom untuk pakaian kotor

Prosedur Pelaksanaan

No Intervensi Rasional

1 Sediakan pakaian bayi seperti baju, popok, Melancarkan prosedur dan kerja hasil lebih
disusun berdasarkan kebutuhan sistematik

2 Sediakan air : campurkan air panas dan air Menghindari hipotermia dan cedera pada
dingin. Gunakan siku utk menguji kepanasan air kulit bayi

3 Masukkan air masak/normal salin ke dalam satu Untuk mencuci mata dan muka bayi serta
kom dan satu lagi diisikan dengan air hangat mencuci umbilical cord
(untuk mencuci tali pusat)

4 Keluarkan kapas berdasarkan keperluan secara Untuk menghindari transmisi


teknik asepsis mikroorganisme

5 Sediakan bayi : keluarkan pakaian bayi Menghindari hipotermia


kemudian balut dengan menggunakan handuk

6 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, pakai Untuk menghindari transmisi
handscound mikroorganisme dan sebagai pencegahan
universal dan mencegah infeksi nosokomial

7 Cuci mata bayi dengan menggunakan kapas dan Untuk mencuci kotoran dan menghindari
air masak. Usaplah mata bayi dari dalam keluar kontaminasi pada mata : perhatikan tanda –
dengan satu kapas untuk satu usapan. Cuci tanda abnormal dan laporkan pada dokter
telinga, hidung dan muka bayi
Untuk mencuci rambut dan kepala bayi,
8 Balut bayi dengan handuk dan pegang bayi : keringkan
football hold gunakan sabun dan shampo.
Hindari penggunaan minyak
Untuk memudahkan prosedur dan mencuci
9 Letakkan bayi ditempat yang rata dan sabuni badan bayi dari kotoran
badannya kemudian angkat bayi dengan hati –
hati dan masukkan ke dalam baskom yang
berisi air hangat
Untuk menghindari bayi memasukkan
Cuci tangan bayi kemudian tiarapkan bayi jarinya ke dalam mulut
diatas lengan anda dan cuci bagian
belakangnya. Bilas bayi dengan air bersih
Menghindari hipotermia
10 Keluarkan bayi dari baskom air dan keringkan
dengan sempurna. Beri perhatian pada lipatan
kulit. Menghindari transmisi mikroorganisme dan
Jika bayi BO perlu cuci terlebih dahulu dengan pencemaran.
air bersih Untuk menghindari hipotermia dan cedera
11 Pakaian pakaian bayi dengan segera dan lemah
lembut
Menghindari kelembaban dan “nappy rash”
12 Sapukan punggung bayi dengan lotion sebelum (ruam lampin) dan mempertahankan
memakaikan popok integritas kulit

Menghindari transmisi mikroorganisme dan


13 Cuci tangan sekali lagi untuk mencuci umbilical infeksi umbilical
cord

PERAWATAN TALI PUSAT


 Jika basah : Untuk menghindari infeksi dari tempat
Cuci dari ujung klem ke pangkal kotor (abdomen) kekawasan bersih (klamp)
(abdomen) 1 kapas untuk 1 sapuan
Untuk menghindari infeksi dari tempat
 Jika kering : kotor ke tempat bersih
Cuci dari pangkal (abdomen) ke ujung
(klamp). Setelah dicuci hindari
menggosok dengan minyak atau bedak

14 Pakaikan baju bayi dan balut bayi kemudian


sisir rambut bayi dengan sisir yang lembut
SENAM NIFAS

DASAR TEORI

Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu – ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya
pulih kembali. Manfaat dari melaksanakan senam nifas yyaitu mengencangkan otot perut, liang
senggama, otot – otot sekitar vagina maupun otot – otot dasar panggul, disamping melancarkan sirkulasi
darah. Senam nifas biasanya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, lalu secara teratur
dilaksanakan setiap hari.

PERSIAPAN

- Pasien
- Ambal
- Bantal
- Air mengalir
- Sabun
- Larutan chlorin 0,5 %

LANGKAH – LANGKAH

1. Latihan hari I (kegels yaitu latihan otot dasar panggul)

LATIHAN PENGUATAN OTOT PERUT


Latihan panggul :
 Tidur berbaring diatas punggung dengan kedua lutut dibengkokkan
 Kencangkan otot perut dan otot bokong
 Angkat panggul keatas
 Tekan punggung dasar kasur, sambil ambil nafas
 Relaks dan keluarkan nafas
 Ulangi sampai 3 – 5 kali

Latihan pernafasan perut :


 Tidur terlentang diatas permukaan yang nyaman, dengan kedua lutut dibengkokkan dengan
diganjal bantal kecil
 Relaks senyaman mungkin, jatuhkan badan kepermukaan kasur
 Letakkan kedua tangan pada perut, tutp mata dan mulai perhatikan nafas. Rasakan kedua tangan
naik menarik nafas dan turun ketika mengeluarkan nafas
 Ambila nafas, perut dan tangan naik keatas, tegangkan otot perut keluar. Tahan sampai hitungan
ke 5
 Keluarkan nafas, perut dan tangan turun ke bawah, otot perut naik kedalam, tahan sampai
hitungan ke 5. Ulangi sampai 3 – 5 kali

Memutar pergelangan kaki :


Gerakan ini berguna untuk melancarkan sirkulasi
 Buat 10 lingkaran dengan pergelangan kaki menurut arah jarum jam dan bertolak belakang
dengan arah jarum jam
 Buat lingkaran dengan pergelangan kaki pada beberapa posisi, misalnya duduk, berbaring
 Ulangi sampai 3 – 5 kali (30—50 kali lingkaran )

2. Latihan hari ke 2 sampai hari ke 7


Latihan kaki :
 Berbaring kedua lutut dibengkokkan
 Lakukan latihan panggul
 Jaga agar punggung rata, sambil mendorong satu tumit kedepan dan kebawah
 Lakukan latihan hanya pada batas ibu dapat menjaga punggungnya tetap rata
 Ulangi 3 – 5 kali tiap kaki

Pergelangan lengan dan bahu bagian atas


 Naikkan kedua lengan diatas kepala, jaga kedua siku tetap lurus, dengan kedua telapak tangan
bertemu satu sama lainnya. Pertahankan posisi ini selama 5 – 10 menit.
 Turunkan kedua lengan disisi badan, dengan telapak tangan menghadap ke bawah, jaga punggung
bagian atas tetap lurus
 Kaitkan kedua punggung tangan bersama – sama sejauh ibu mampu dibelakang punggung,
pertahankan posisi ini selama 5 – 10 menit. Ulangi sampai 3 – 5 kali
 Lanjutkan untuk latihan yang sebelumnya, dan mulai menambah latihan perut sebatas
kemampuan ibu

3. Sesudah minggu pertama


Mencegah peregangan otot perut
Latihan Straight Curl Up
 Berbaring diatas punggung, dengan kedua lutut dibengkokkan, bernafas perlahan – lahan melalui
hidung
 Tekuk dagu ke dada dan angkat kepala, arahkan kedua tangan kearah lutut
 Keluarkan nafas dan angkat kedua bahu dari lantai, pertahankan sampai hitungan ke 5
 Ambil nafas dan angkat kedua bahu dari lantai, pertahankan sampai hitungan ke 5
 Relaks, ulangi sampai 3 – 5 kali

Abdominal sit – ups


 Ketika ibu sudah kuat dan energi meningkat, ibu boleh memulai latihan ini
 Ibu tidur terlentang diatas punggung
 Letakkan kedua tangan dibelakang kepala
 Angkat kepala, sampai dagu dan menempel pada dada

Sit ups
 Ibu duduk bersandar pada 2 bantal dan lutut dibengkokkan, arahkan dagu ibu pada dada,
keluarkan nafas dan arahkan kedua tangan kearah lutut. Pertahankan sikap sampai hitungan k 5
 Ambil nafas dan lepaskan
 Ulangi sampai 3 – 5 kali

Diagonal Sit Ups (latihan pinggang)


 Berbaring pada punggung, dengan satu lutut dibengkokkan
 Keluarkan nafas sambil mengangkat kepala dan punggung kanan
 Arahkan tangan kanan kearah lutut kiri, jaga agar tumit tetap menempel pada lantai, pertahankan
sampai hitungan ke 5

Turunkan kepala perlahan – lahan pada hitungan ke 5, sambil bernafas melalui hidung. Ulangi pada sisi yang lain,
dengan mengarahkan tangan kiri ke arah lutut kanan.

Anda mungkin juga menyukai