Bahan Belajar Bedah UKMPPD
Bahan Belajar Bedah UKMPPD
- Triase
o Merah terancam jiwa ex : fraktur femur karena bleedingnya banyak (circulation
instability),
o Kuning fraktur tibia closed, hemodinamik stabil
o Hijau stabil ABCnya
o Hitem
- Tx awal
o Airway perhatikan snoring, gurgling, stridor.
Snoring pangkal lidah jatuh, sering pada pasien penkes, tx : head tilt chin
lift, jawthrust, OPA. Head tilit chin lift tidak boleh dilakukan pada kecurigaan
cervical spine injury. Curiga cervical spine injury jika ada jejas di atas clavicula
Trauma cervical ciri jejas di atas clavicula,
Gurgling curiga cairan di orofaring misal : dari isi lambung, Tx : suction,
pasang NGT
Stridor penyempitan jalan nafas dikarenakan misal : trauma inhalasi,
edema laring. Tx : ETT
o Breathing
SpO2 normal 95-100%
RR : 12-20 kali per menit
Work of breathing : retraksi dinding dada, nasal flare
Tx : oksigenasi
Nasal kanul 1-3 lpm
Simple mask 6-8lpm
NRM 10-15lpm
Pola nafas (CKACA)
Cerebri dan diencephalon Cheyne stoke
Upper pontine kussmaul
Tegmentum apneustic
Lower pontine cluster
Medulla oblongata ataxic
o Circulation
- Trauma kepala
Cara cepat menentukan apakah pasien butuh dipasang collar neck dan radiologi, atau tidak
Distracting injuries adanya injuy di tempat lain yang menyebabkan injury di area cervical
terabaikan
o diffuse axonal injury di CT tidak jelas gambarannya, namun ada deficit neurologis
yang jelas
o Kontusio cerebri salt and pepper appearance, ada deficit neurologis
o Komosio cerebri/cerebral concussion tidak ada deficit neurologis
o EDH lucid interval, a meningea media, biconvex ct scan, paling sering di
temporooccipital
o SDH crescent shape hiperdensity, penkes perlahan atau progresif karena yang
rupture bridging vena, tekanannya tidak sebesar arteri, terlokalisir terutama paling
sering di temporal
o SAH thunderclap headache, meningeal sign (+) karena pendarahan generalized,
karena ada aneurisma, AVM, sering pada area vertebrobasilar, mengisi sulcus.
o ICH stroke hemorrhage, brain trauma jarang
o
o Caput succedaneum bisa berada di manapun dan melintasi sutura, namun tidak
sampe ke area kepala
o Cephal hematom tidak melewati sutura karena tepat di bawah aponeurosis. Cecep
tak bisa lompat pagar
o Subgaleal hematom bisa ada syok, bisa menyebar ke leher dan kepala
o Fraktur basis cranii
Fossa cranii anterior racoon eyes, rhinorrhea dengan halo sign,
Fossa cranii media tidak khas, jika fraktur longitudinal pada os temporal
menyebabkan tuli konduksi, jika fraktur
Fossa cranii posterior battle sign, otorrhea dengan halo sign
o Herniasi otak
Supratentorial herniation
Subfalcine (cingulate) herniation
Central herniation
Uncal herniation dilated pupil ipsilateral, hemiplegia contralateral,
coma. Jika terdapat severe herniation, pedunculus cerebri akan
tertekan oleh kontralateral tentorial notch ipsilateral hemiplegia
(terhadap herniasi) KERNOHAN PHENOMENON
Transcalvarial herniation
Infratentorial herniation
Upward cerebellar herniation
Tonsillar herniation (downward cerebellar)
o Cushing Triad hipertensi, bradikardi, muntah proyektil
o Treatment
Pada CKR GCS 13-15, kesadaran menurun <=10 menit, deficit neurologis (-),
CT scan normal
adanya riwayat disorientasi, amnesia, hilang kesadaran sementara. GCS
13-15.
Primary survey
Secondary survey : AMPLE, pemeriksaan head to toe,anamnesis terkait
mekanisme injury, lama pasien dalam keadaan unresponsive, lama
amnesia baik anterograde dan retrograde.
Cek GCS berkala
CT SCAN segera jika : GCS <15 dalam 2 jam setelah trauma, pasien usia
>65 tahun, suspek fraktur basis cranii, fraktur terbuka pada cranium,
dan >2 episode muntah
CT scan dpaat dipertimbangkan pada loss of consciousness lebih
dalam 5 menit, retrograde amnesia >30 menit, mekanisme injury yang
berbahaya, severe headache, focal neurologic deficit
Pasien harus diobservasi jika ditemukan
o Abnormalitas pada CT scan
o Tidak ada CT scan
o GCS <15 atau terus menurun
o Ada tanda fraktur basis cranii : rhinorrhea, CSF leak, battle
sign, racoon eye
o Defisit neurologis fokal
o Moderate to severe headache
o Penetrating injury
Jika tidak ditemukan adanya tanda2 di atas bisa dipulangkan dengan
orang yang bisa mengawasi selama 24 jam + diberikan warning sheet
Pada CK sedang GCS 9-12, hilang kesadaran 10 menit-6 jam, deficit
neurologis (+), CT scan abnormal. masih bisa mengikuti perintah sederhana,
namun kadang bingung, somnolent, dapat disertai dengan deficit neurologis,
Primary survey
Secondary survey : AMPLE, head to toe exam, pemeriksaan neurologis,
anamnesis terkait mekanisme injury kepada saksi (karena pasien
mengalami penurunan GCS) secara singkat
CT SCAN SEGERA + CBC
Admisi ke intensive care/neurosurgical care dimana bisa dilakukan
penilaian berkala GCS + neurological exam dalam waktu 12-24 jam
Jika CT scan pertama tidak normal bisa dilakukan CT scan berkala
tiap 24 jam
Jika memburuk lakukan manajemen CKB
Jika membaik dapat dipulangkan setelah 24 jam stabil, follow up
rawat jalan
Pada CKB, GCS <9 GCS <=8, kesadaran menurun >6 jam, deficit neurologis
(+), CT scan abnormal. tidak bisa mengikuti perintah sederhana. JANGAN
TUNDA PENANGANAN
Primary survey ABCDE, evaluasi pasang intubasi (GCS <8), oksigenasi,
Secondary survey AMPLE, anamnesis singkat, head to toe
examination, pemeriksaan neurologis (pupil, lateralisasi)
Transfer pasien ke fasilitas neurosurgical care
Head up 15-30 derajat
Hindari hypovolemia, resusitasi cairan dengan RL atau NS. Jaga TD
optimum (TDS>100 usia 50-69 tahun, >110 usia 15-49 tahun dan >70
tahun). TD terlalu tinggi edema cerebri, terlalu rendah iskemia
otak
Atasi kejang, nyeri dan cemas benzo, opioid
Menjaga suhu eutermi
Hindari batik, mengejan, suction jalan nafas yang berlebihan
Koreksi kelainan metabolic dan elektrolit
Atasi hipoksia, Hiperventilasi boleh diberikan dengan PCO2 35
mmhg, namun tidak boleh berlebih karena bisa menyebabkan
ischemia, menigkatkan ICP
Osmoterapi Pemberian mannitol 20 % (20 gram mannitol dalam 100
mL NS) 1gram/ kgBB dalam 5 menit, bisa ditambahkan furosemide 15
menit setelahnya. Jangan berikan mannitol pada pasien hipotensi
Pada pasien hipotensi, pakai hypertonic saline 3-23.4 %.
Antikonvulsan fenobarbital (untuk profilaksis kejang) dapat diberikan,
dengan dosis inisial 1 gram dengan kecepaatan 50 mg/menit, lalu
maintenance 100mg/8 jam
Evaluasi : GCS, pemeriksaaan neurologis (pupil, lateralisasi)
CT SCAN TIDKA BOLEH MENUNDA PENANGANAN PASIEN
- Scalp injury
o Inspeksi kedalaman luka, adanya kontaminasi, dan fraktur pada tulang di bawahnya
o Hentikan pendarahan dengan penekanan. Ligase arteri, atau kauter
o Dekontaminasi luka, bila sesuai kriteria WHO, berikan ATS
o jahit situasi
- Fraktur depresi
o CT scan bone window untuk melihat bentuk dan ukuran fraktur
o Jika terdapat fraktur depressed yang melewat lamina interna cranium, terbuka, atau
terkontaminasi diperlukan pembedahan
o Jika tidak memenuhi kriteria tersebut cukup jahit situasi pada soft tissue
- Penetrating injury dari kepala
o Jangan mencabut benda apapun sebelum dipastikan adanya cedera vascular dan
neurosurgeon sudah di tempat
o CT Scan menentukan luas injury, foreign body
o Lakukan perawatan luka pada luka entrance
o Berikan antibiotic broad spectrum
- Brain death
o Diagnosis : jika memenuhi kriteria berikut
GCS <4
Pupil non reaktif
Tidak terdapat refleks batang otak (doll eye +, reflek kornea -)
Tidak ada nafas spontan dengan apneu test
BTKV
- Hemathorax
o Definisi : adanya darah di dalam cavum pleura bisa diakibatkan dari ekstrapleural
maupun intrapleural.
o Etiologic
Trauma tumpul bisa mengenaik dinding dada, atau langsung ke vascular
intrathorax. Bisa terjadi delayed hemothorax akibat adanya clotting pembulu
darah yang terbuka akibat Gerakan nafas atau batuk
Trauma penetrasi bisa mengenai langsung pembulu darah + ada keterlibatan
jantung
Atraumatic paling sering aneurisma aorta thoracalis, atau bisa juga karena
matastasis
Ekstrapleural dikarenakan adanya kerusakan pada dinding dada
pecahnya vaskularisasi di bagian dinding dada ex : a. mammaria interna, a
interkostali, vena intercostal dll
Intrapleural berasal dari vascular di dalam rongga thorax ex : aorta
(aneurisma aorta), VCS, VCI, truncus brachiocephalicus, vena brachiocephalis,
vena azygos
Jantung jika terjadi trauma pada pericardium
Parenkim paru umumnya tidak menghasilkan darah yang banyak, namun
risiko pneumothorax closed
o Klasifikasi
minimal : darah <300 mL
moderate : darah 300-1500 mL
Massive >1500 cc atau kecepatan aliran 200cc/jam
o Patofisiologi
Cavum thorax dapat menampung darah hingga 4L
Gejala yang muncul tergantung dari jumlah darah yang mengisi cavum thorax
Gangguan breathing volume darah yang sudah cukup banyak dapat
menyebabkan dyspneu atau tachipneu karena membatasi pengembangan paru.
Namun jika jumlah darah tidak sesuai dengan dyspneu yang dialami curiga
hemothorax minimal tersebut karena adanya metastasis atau penyakit paru
yang mendasari, atau curiga adanya trauma lain misal : pneumothorax
Gangguan hemodinamik kehilangan darah <750 cc belum ada gejala atau
bisa Sudha mulai takikardi, 750-1500 cc muncul takipneu, takikardi, pulse
menurun, kehilangan darah >1500 cc muncul penurunan perfusi ke perifer
o Pemeriksaan fisik :
Inspeksi : jejas, ketinggalan gerak dada
Palpasi : fremitus taktil menurun
Perkusi : dull
Auskultasi : vesikuler menurun, suara jantung normal
o Resolusi hemothorax
Terjadi efusi pleura akibat adanya defibrinasi dari darah yang mengenai
organ organ thorax, sehingga clotting tidak sempuran. Clotting yang terbentuk
akan mengalami lysisi oleh enzyme yang ada pada cairan pleura, menyebabkan
adanya protein protein yang dilepaskan. Konsentrasi protein pada cairan pleura
bisa dicek dengan Tes Rivalta (membedakan transudate atau eksudat). Karena
adanya peningkatan protein terjadi peningkatan tekanan onkotik dari cairan
pelura menarik cairan dari paru2 efusi pleura berupa transudate
Empyema bisa terjadi akibat adanya bakteri pada sisa sisa darah bisa jadi
bacteremia dan syok septic
Fibrothorax akibat deposisi fibrin pada sisa clotting darah adanya adhesi
ke dinding dada atelectasis, paru tidak bisa mengembang
o Terapi Tx definitive : chest tube SIC 5 linea aksilaris anterior + WSD, jika belum
bisa : suntikkan fibrinolysis
Medis : jika belum bisa dilakukan pemasangan chest tube, bisa diberikan agen
fibrinolysis seperti streptokinase atau urokinase
Jika hemothorax minimal <300cc aspirasi diulang setiap 12 jam
Jika hemothorax moderate 100cc-1500 cc WSD ukuran 36 atau 40 Fr chest
tube
Jika hemothorax massive >1500cc atau 200cc/24 jam thoracotomy
Pasang chest tube + WSD 3 tabung, lalu dicatat tiap hari volume cairan dan
kebocoran udara.
Chest tube bisa dilepas jika produk drainase <100ml/24 jam.
Jika terjadi cedera paru paru perlu dilakukan thoracotomy, namun chest tube
tidak perlu diangkat
Indikasi chest tube boleh diekstubasi :
Jumlah cairan drainase <100mL/24 jam
Warna cairan ke arah serosa
Tidak ada kebocoran udara
Paru sudah mengembang dari px radiologis
- Flail chest
o Fraktur costa di 3 costae berurutan pada minimal 2 segmen
o Patofisiologi :
Paling jarang cedera adalah costae 1-3 karena terlindung oleh otot otto
ekstremitas yang kuat, sehingga jika terjadi fraktur high energy, dan direct
trauma curiga adanya cedera pada arteri axillaris, arteri/ vena subclavia,
plexus brachialis
Paling sering cedera adalah costae 4-9 karena tidak terlindungi oleh banyak
otot. komplikasi bisa terjadi contusion pulmo, pneumothorax jika mengenai
parenkim pulmo, hemothorax jika terkena arteri dan vena pada thoracic cage
Costae 10-12 jarang cedera karena sangat mobile jika ada cedera, curiga
adanya trauma pada diafragma, organ abdomen seperti heapar, lien, lambung.
Pada anak karena costae sangat lentur, ketika tidak terjadi Fraktur Costae
akibat trauma masih bisa terjadi contusion pulmo dan cedera pada jantung
o Gejala
Nyeri pada saat bernafas pada titik fraktur
Sesak nafas bisa terjaid jika ada komplikasi ke parenkim paru
Batuk darah adanya komplikasi pada parenkim paru
Mekanisme trauma direct/indirect trauma, high energy atau low energy
trauma
Pada flail chest : Nyeri dada saat bernafas sehingga pasien tidak bisa bernafas
hipoksia sianosis, takikardi, hipotensi (tanda syok karena cedar vascular)
o Tanda
Pernafasan paradoksal inspirasi kempis, ekspirasi ngembang
o Tx :
Suntik lidocaine di sisi fraktur
ORIF
- Closed Pneumothorax
o Etiologic : patah costae, dimana tulang menusuk paru paru, robekan esofagus atau
tracheobronchial tree
o Berdasarkan volume rongga pleura dan derajat penguncupan paru, dibagi menjadi
<15% : mild
15-60% : moderate
>60% : severe
- Tension Pneumothorax
o Definisi : adalah suatu keadaan mengancam jiwa, dimana terjadi akumulasi udara di
dalam cavitas pleura akibat kebocoran pleura yang bersifat ventil, menyebabkan adanya
mediastinal shift, sehingga mengganggu fungsi kardiopulmonal
o Etiologi blunt trauma, penetrating trauma.
o Pathogenesis :
Lanjutan dari closed atau open pneumothorax, terjadi ketika terjadi fenomenal
ventil atau katup, dimana udara masuk ke cavitas pleura pada saat inspirasi
namun tidak bisa keluar., sehingga lama kelamaan mediastinum akan terdorong
kea rah paru yang sehat
Mematikan karena pada mediastinum terdapat jantung, aorta, VCI dan VCS ,
dimana jika terjadi pergesseran dapat menyebabkan penekanan pada VCI dan
VCS venous return menurun preload menurun CO menurun syok
o
- Spontaneous pneumothorax Dibagi menjadi 2 primer dan sekunder
o PRIMER
Adalah spontan pneumothorax yang tidak didasari oleh adanya penyakit paru
sebelumnya, biasanya akibat pecahnya blep di area lobus superior paru
Bulla kantong berisi udara dilapisi oleh pleura yang fibrotic, jaringan fibrotic
dan jaringan emfisematous paru
Blep alveoli yang kempis, biasanya berkumpul dalam bentuk kista di apex
paru
Bisa juga diakibatkan oleh rokok adannya ketidakseimbangan antara oksidan
dan antioksidan, protease dan antiprotease
Pathogenesis : adanya blep yang pecah udara masuk ke interstitial paru
masuk ke area bronchovesikuler masuk ke area hilus udara masuk ke
mediastinum pneumomediastinum
o SEKUNDER
Ada penyakit paru yang mendasari
Patogenesis ;
Dikarenakan penyakit paru yang meningkatkan tekanan intraalveolar
ex : asma karena ada air trapping, PPOK karena ada inflamasi yang
menyebabkan obstruksi saluran nafas
Penyakit yang menyebabkan penipisan dinding kista ex ; cystic fibrosis.
Sering menyebabkan terbentuknya kista subpleural di apex paru/ blep
Penyakit yang merusak parenik paru ex : TBC, pneumocystic carinii
Tekanan intraalveolar yang meningkat alveolus pecah, udara masuk
ke interstitial paru masuk ke hilus > masuk ke mediastinum
pneumomediastinum
Parenkim paru yang rusak udara dari alveolus masuk ke cavum
pleura
o Gejala :
Pasien masih muda, sehat
Ada penyakit paru kronis
Sesak
Nyeri pada bagian dada dimana blep atau bulla pepcah
o Tanda :
Inspeksi :
Palpasi : fremitus taktil menurun
Perkusi : hipersonor
Auskultasi : vesikuler menghilang
o Penunjang tidak boleh menunda bantuan kepada pasien
AGD hipoksia, asidosis
CXR posisi erect PA ekspirasi dan inspirasi
Adanya gambaran hiperlusen pada hemithorax tanpa corakan
bronchovaskular
Adanya pleural white line menggambarkan pleura visceral
Paru kolaps ke arah hilus
o Terapi ;
o Primary survey : ABC supplemetasi oksigen
o Observasi tiap 6-8 jam
o Aspirasi
o Tube torakostomi + drainase intercostal
jika keadaan pasien membaik, paru mengembang penuh, drainase dipertahankan
selama 1-2 hari hingga kebocoran menurup kembali. Jika baik hasilnya dilepas
Jika dilakukan fisioterapi 1 minggu sesak menetap drain dipasang lagi
o Tube torakostomi + instilasi sclerosant menggunakan anestesi benzodiazepine +
lidocaine, agen sklerosan adalah talc atau tetrasiklin
o Torakoskopi indikasi
paru paru tidak mengembang setelah 7 hari suctioning
bronchopleural fistula menetap > 7 hari
pneumothorax recurrent setelah dilakukan pleurodesis
pasien merupakan penerbang atau penyelam
o Open thoracotomy
- Open Pneumothorax
o Disebabkan oleh adanya penetrating wound pada dinding thorax yang lebarnya >2/3
trachea
o Pada saat pasien inspirasi, udara akan masuk ke dalam cavitas pleura, namun pada saat
ekspirasi karena luka menyempit maka udara tidak bisa keluar (seperti pintu satu arah)
o Tx :
plester 3 sisi, ketika inspirasi, bagian yang luka akan tertutup oleh plastic
sehingga udara tidak bisa masuk, pada saat ekspirasi, udara dapat keluar
melewati celah plester
jika ringan Aspirasi pada SIC 2,.5 cm dari parasternal
jika 1/3 paru kolaps pasang WSD dengan 3 tabung, kontrol Xray tiap 24 jam.
Jika paru sudah mengembang, drainase diklem 24 jam, lalu dilepas. Dilanjut
fisioterapi nafas selama 1 minggu
- Tamponade Cordis
o Definisi : adanya darah atau cairan di dalam pericardium yang menybabkan turunnya
pengisian diatolik jantung berkurang
o Patofisiologi
Pericardium bersifat tidak elastis karena mengandung banyak jaringan fibrosa,
sehingga ketika terjadi perlukaan pada jantung yang menyebabkan darah keluar
ke kantung perikardium, pericardium tidak mengembang, sehingga terjadi
kompresi pada jantung itu sendiri
Akibatnya venous return menurun isian diastolic menurun kontrakitilitas
jantung tidka maksimal CO menurun hipotensi
Akibat isian diastolic tidak maksimal, terdapat bendungan pada vena JVP
meningkat
Karena kontraktilitas jantung tidak maksimal kesan suara jantung menjauh
o Tanda trias beck + kussmaul sign
Hipotensi
JVP meningkat
Suarajantung menjauh
Kussmaul sign adanya peningkatan JVP ketika inspirasi spontan
o Penunjang
FAST (focus assessment sonography on trauma) untuk guidance
perikardiosentesis
o Membedakan antara tension pneumothorax dengan tamponade pada tamponade
suara nafas normal
o Terapi :
Untuk sementara Perikardiosentesis dilakukan dari subcostal 45 derajat
kea rah jantung, bisa dilakukan untuk diagnosis + terapi. TIDAK BISA JADI
DIAGNOSIS + TERAPI JIKA SUDAH ADA CLOTTING
Pericardiotomy via Thoracotomy
- Contusio Pulmo
o Cedera pada parenkim paru akibat adanya blunt atau penetrating trauma
o Pada anak – anak karena costaenya masih lentur, constusio pulmo bisa terjadi tanpa
adanya fraktur costae
o Pada orang dewasa sering bersamaan dengan fraktur costae atau flail chest
o Tampakan radiologi : tidak spesifik, terdapat konsolidasi pada parenkim paru
- TRACHEOBRONCHIAL TREE INJURY
o Biasanya jika terjadi 1 inchi atau sekitar 2,5 cm di atas carina trachea, pasien biasnaya
mati di tempat
o Dapat terjadi di seluruh tracheobronchial tree
o Tanda dan Gejala :
Karena adanya edema kesulitan nafas
Hemoptysis
Gejala tension pneumothorax
Gejala Emfisema subkutan ada krepitus pada saat palpasi,
o terapi ;
airway intubasi untuk memastikan patensi airway
namun dikarenakan adanya injury, bisa kesulitan dipasang intubasi sehingga
harus segera ditindak operasi
pasang chest tube biasanya lebih dari 1
o
- BLUNT CARDIAC INJURY
o Etiologic : blunt trauma atau penetrating trauma yang menyebabkan
Rupture pada miokard
Ruptu pada ruang jantung
Kerusakan pada arteri coronaria
Gangguan katup jantung
o Pemeriksaan :
Gejala : nyeri dada
Hipotensi
Aritmia bisa dijumpai pada EKG adanya PVC, sinus takikadi, atrial
fibrillation, RBBB, perubahan pada segment ST
- TRAUMATIC AORTIC DISRUPTION
o Etiologic : paling sering pada kecelakaan motor, pejalan kaki, atau jatuh dari
ketinggian
o Gejala dan tanda gejala syok, JVP meningkat, nyeri punggung seperti terobek,
menjalar
- PAD penyumbatan pada arteri perifer dari pembentukan aterosklerosis, menyebabkan
stenosis, atau thrombus. Ada underlying disease : DM, HT, dislipidemia, merokok
- Acute Limb Ischemia
o Definisi : kondisi kegawatdararuatan, dimana terjadi sumbatan secara akut <2 minggu
pada ekstremitas inferior, mengacam viabilitas dari ekstrremitas
o Etiologi : bisa dikarenakan emboli atau thrombus. Perbedaaan penyebab antara emboli
dan thrombus dapat dibedakan berdasarkan onset, underlying disease yang dipunya
pasien, serta px fisik dan penunjang
o
o Gejala dan tanda : Pain, pulselessness, pallor, parasthesia, paralysis.
o Penunjang :
DUS/Duplex Ultrasonografi
Angiografi dengan CT atau MRI
Pemeriksaan Lab seperti LDH, myoglobin urin dan darah, asam laktat untuk
mengetahui tingkat keparahan kerusakan otot
o Klasifikasi
Rutherford and TASC II
o Manajemen
Algoritma
Heparinisasi :
Inisial dose 50-100 IU/kgbb/jam
Dosis maintenance : 10 IU/kgbb, lalu cek APTT setiap 6 jam. Target apt
naik adalah 1.5-2.5 kali dari nilai awal. Jika tidak naik, maka dosis
ditambah sebanyak 20%.
Revaskularisasi
Surgical thormboembolektomi dengan kateter Forgaty, bisa
dilakukan dalam waktu yang cepat
Endovaskular misal dengan CDT, percutaneous thrombolytic
aspiration, tapi ini butuh waktu lama sehingga tidak boleh dilakukan
pada Rutherford IIb
Hybrid thromboembolectomy untuk oklusi utama + intraoperative
angiografi + CDT untuk lesi oklusi lain
Amputasi untuk Rutherford III, atau high occlusion, sudah lewat golden
period limb dan risiko terjadi severe ischemia reperfusion injury
Untuk menentukan letak anatomis :
Angiografi dengan CT atau MR
o Terapi Klaudikasio
Cylostazole antiplatelet dan vasodilator
Antihipertensi
Glikemik kontrol
Smoking cessation
Exercise program untuk PAD
o Terapi untuk CLTI
Perawatan luka
antibiotik
Revaskularisasi
Edukasi smoking cessation
- Thrombosis vena
o Definisi : adanya sumbatan akibat pembentukan thrombus pada vena profunda,
biasanya terjadi pada vena vena ekstremitas bawah seperti vena poplitea, vena
femoralis, vena iliaca
o Akut < 10 hari, kronis > 10 hari
o Patofisiologi :
Sering terjadi pada vena di ekstremitas inferior karena vena tersebut memiliki
klep yang fungsinya untuk membantu lairan darah balik ke jantung, namun
sering terjadi kebocoran sehingga rentan terjadi bendungan.
Sering terjadi pada vena dengan aliran darah lambat, vena profunda, pada katup
vena karena ada aliran darah balik, dan pada vena tempat direct trauma
Thrombus pada vena red thrombus, mengandung RBC, platelet, leukosit, dan
fibrin.
Bisa juga terjadi pada vena superficial pada various vein, namun benign, self
limiting, dan asymptomatis
Thrombus pada deep vein / calf vein aymptomatic, kecil, dan biasanya tidak
menyebabkan masalah serius, namun jika terdorong ke proksimal, bisa
menyebabkan thrombus vena proksimal lebih berisiko terjadi emboli.
Thrombus pada vena proksimal biasany berukuran besar bisa menyebabkan
obstruksi, inflamasi pada dinding vena, dan risiko emboli jika terlepas
Intinya : thrombosis di atas lutut risiko tinggi PE, sedangkan di bawah lutut
risiko rendah
-
o Tanda dan gejala : bengkak terutama pada calf, nyeri pada saat berdiri dan berjalan,
merah di sekitar tempat sumbatan, namun pulsasi arteri masih baik
o
-
o Pemeriksaan fisik Well’s Score
o
Phlegmasia alba dorolens milk leg /white leg, akibat sumbatan pada deep
ileovein.
Phlegmasia ceruale dorolens sumbatan terjadi pada deep dan superficial
iliofemoral vein, lebih berbahaya dari PAD,
Homan sign : calf pain saat dorsofleksi kaki
o
o Penunjang
o Gold standard Venografi invasive, dimasukkan kontras dari dalam vena
dorsalis pedis, lalu dilanjutkan dengan foto ekstremitas inferior hingga pelvis untuk
visualisasi ven avena proksimal (v. poplitea, v. femoralis, v. iliaca externa)
o Venous US pemeriksaan dimulai pada vena femoralis ke distal. Positif bila vena
noncompressible pada probe pressure Impedance plethymography
menggunakan electrode yang ditempel di ekstremitas inferior, lalu cuff
dikembangkan untuk membuat obstruksi, dan dikempeskan untuk menilai aliran
balik vena. Adanya sumbatan impedansi meningkat.
Bagus untuk mendeteksi thrombus pada vena vena proksimal, namun tidak calf vein
o Tatalaksana elevasi + heparinisasi dosis inisial 80IU + compression stocking
Pasien dengan ciri – ciri DVT didiagnosis DVT sampai terbukti bukan
Thrombosis vena superficial elevasi tungkai + NSAID + antikoagulan
(heparinisasi) selama 48 jam. Jika tidak membaik curiga DVT
DVT :
Direncanakan heparinisasi + elevasi tungkai selama 5-7 hari.
Heparinisasi dosis bolus 80 IU/kgbb diikuti maintenance 18
IU/kgBB/jam selama 5 hari (mediko : 5000 IU/4 jam selama 5-10 hari)
Target APTT 2 – 3 kali lipat awal, dicek 6 jam.
Pada ibu hamil diberikan LMWH
Pada pasien dengan flegmasia alba dolens atau flegmasia serulea
dolens jika tidak membaik dalam 12 jam butuh tindakan lebih
agresif
Pemasangan compression stocking
Warfarin dimulai setelah 24 jam
o Komplikasi
Post thrombotic syndrome keadaan pasca terjadinya DVT, terdapat
hipertensi vena. Hipertensi vena muncul akibat adanya rekanalisasi major
thrombus, kerusakan pada katup vena (menjadi longgar sehingga terdapat
aliran darah balik) dan kerusakan pada dinding vena (menjadi ada parutnya).
muscular pump gagal adanya katup yang inkompeten + gagal pompa
menyebabkan perforasi pada deep vein aliran darah dari deep vein ke
superficial vein terjadi edema dan kerusakan jaringan subkutan s/d vein ulcer
Gejala : nyeri pada betis saat beraktivitas, bengkak, adanya ulcer vena.
Adanya hiperpigmentasi akibat penumpukan hemosiderosis
- Luka Bakar
o Derajat :
derajat 1 sebatas epidermis, merah, tidak ada scar dan blister
derajat 2 partial thickness, sampai di dermis,
2a ada bula, nyeri sangat karena banyak persarafan di area dermis
(pin prick test positif)
2b tidak ada bula, nyeri tidak terlalu karena beberapa saraf rusak.
Derajat 3 full thickness, meninggalkan scar, butuh skin grafting, warna putih
Derajat 4 bone and tendon, item
o Body surface are
o Terapi
Lepas semua pakaian dan asesoris
Prinsip penanganan luka bakar = bersih
Irigasi dengan air/NS 30 menit atau sampai nyeri hilang
Derajat 1 dan 2 a cukup diberikan pelembab dan analgesic. Jika luas
berikan antibiotik
Derajat 2b keatas antibiotic topical (silver sulfadiazine, mupirocin) dan
profilaksis tetanus
Bula kalo kecil dibiarkan, kalo besar didrainase.
Indikasi resusitasi cairan
Luka bakar derajat II >10% pada usia <10 tahun atau >50 tahun
Luka bakar derajat IIi > 20 % pada usia 10-50 tahun
Luka bakar api 50% untuk 8 jam pertama, 50% untuk 16 jam berikutnya
Dewasa : 2cc/kgbb x BSA hingga UO 0,5cc/kgbb/jam
Anak : 3 cc/kgbb x BSA hingga UO 1cc/kgbb/jam
Luka bakar listrik 4cc/kgbb x BSA hingga UO 1-1,5cc/kgbb/jam sampai urin
bersih
o Luka bakar kimia
Menentukan kerusakan akibat bahan asam atau basa. Asam koagulasi
protein, basa reaksi saponifikasi
Jika bahan kimia kering disikat bersih (menghindari reaksi dengan air)
Tx : irigasi hingga nyeri berkurang
o Luka bakar listrik
Kulit relative normal namunjaringan di bawahnya nekrosis
Rhabdomyolisis myoglobin meningkat AKI
Mematikan artemia cordis
o Luka bakar sirkumferensial
cari tanda KOmpartemen syndrome pain pallor pulseless paresthesia
paralysis
lakukan escarotomy
jika tidak berhasil fasciotomy
o Trauma inhalasi
Terbakar pada ruangan terututup
Terpapar ledakan
Luka bakar mengenai muka
Jelaga di area hidung dan mulut
Bulu mata dan alis terbakar, bulu hidung
Stridor karena ada inflamasi pada trachea
Sputum mengandung karbon
Tx : ETT
- LE fort Fracture
o Grading
1 floating jaw dan palatum, melewati maksilla secara horizontal, tanda : ,
krepitus maksilla
2 floating maksilla, nose + palatum, tanda : gejala di mata infraorbital
paresthesia, ekimosis buccal, periorbital, subkonjungtiva
3 floating face, os zygoma patah, tanda : wajah memanjang, rhinorreha,
lateral orbital rim defect,
- TMJ dislocation
o Tipe anterior, posterior, superior, uni/bilateral
o Tanda dan gejala
Pasien tidak bisa menutup mulutnya
Drooling
Nyeri
Gargled speech
Depressed preauricular area
Proc. Coronoid terpalpasi di bawah mandibula
o Terapi :
Barton bandage selama 2-3 hari
Compress hangat selama 24 jam di bagian TMJ
Hindari pembukaan rahang yang ekstrem selama 3 minggu
Diet lunak
NSAID ibuprofen untuk antinyeri
- Facial Cleft
a. Anamnesis pada pasien
- Adanya sumbing sejak lahir
- Riwayat prenatal dan kelahiran apakah konsumsi as folat teratur, obat obatan
kejang, alcohol. apakah ada infeksi pada saat kehamilan?
- Kesulitan menerima makanan difficulty of feeding (kasus ini: kesulitan menyusui
atau tidak), mudah tersedak
- Bagaimana nafasnya? Apakah ada ngorok (snoring)?
- Riwayat keluarga memiliki cleft lip/palate, gangguan bicara
- Riwayat medis: riwayat infeksi telinga, riwayat diagnosis medis terkait sindroma, riwayat
operasi
b. Pemeriksaan fisik
- Labioschasis terlihat pada saat pemfis setelah kelahiran
- Palatoschisis perlu dilakukan pemeriksaan orofaring
- Ketika inspeksi tidak terlihat, bisa dibantu dengan palpasi dengan jari
- Inspeksi :
i. Tentukan unilateral atau bilateral
ii. Komplit atau inkomplit
Inkomplit garis sumbing tidak mencapai dasar lubang hidung, terdapat
Simonart’s band intak
Komplit garis sumbing melibatkan seluruh ketebalan bibir, sampai ke dasar
lubang hidung, palatum primer, alveolar, tidak terdapat Simonart’s band
iii. Keterlibatan palatum dan gusi
iv. Derajat severity
Catatan : Foramen incisivum pemisah antara bagian anterior dan posterior
palatum (palatum durum dan mole).
- Palpasi : mengetahui keterlibatan palatum durum, palatum mole, dan gusi serta uvula
- Kelainan lain yang berhubungan dengan sindroma craniofacial (misal : pierre robin
sequence, van derwoude’s syndrome, wardenberg syndrome, own syndrome)
-
c. Masalah yang ada dan dapat terjadi pada pasien
- Gangguan nutrisi dan menelan
- Gangguan tumbuh kembang
- Gangguan pertumbuhan gigi dan orofaring
- Gangguan bicara
- Gangguan pertumbuhan maksila
- Infeksi telinga tengah
- Gangguan psikososial dan estetik
d. Tahapan penanganan operasi yang dilaksanakan
- 0-1 minggu : posisi tidur miring kea rah cleft, pemberian nutrisi dengan posisi
semierect
- 1-2 minggu : pemakaian feeding plate/obturator/nasoalveolar moulding device
- 10 minggu/ 3 bulan : labioplasty (rule of ten 10 pounds, 10 weeks, Hb >=10)
- 1.5-2 tahun : palatoplasty
- 2-4 tahun : terapi bicara
- 4-6 tahun : velopharyngoplasty
- 6-8 tahun : orthodontic
- 8-9 tahun: alveolar bone grafting
- 9-17 tahun : orthodontic
- 17/18 tahun : le fort osteotomy
- Hirschprung
o Gagal migrasi krista neuralis, sehingga plexus myentericus dan submucosal tidak
terbentuk.
o Hirschprung ini juga berhubungan dengan beberapa kelainan congenital ex : trisomy 21
o Paling sering pada rectosigmoid
o Tipe
Ultra short segment hanya di bagian rectum saja
Short segment classical, paling banyak , terkena di area Rectosigmoid
Long segment rectum sigmoid dan colon descendance
Total colon aganglionosis
Total intestinal Hirschprung disease dimana seluruh usus besar terlibat
o Klinis :
delayed meconium >24 jamm,
prune belly shape,
bilous vomiting,
konstipasi, lalu severe diare
pada anak yang lebih besar : ada riwayat ketergantungan dengan perangsang
BAB, failed to thrive
o dx :
barium enema dengan kontras water soluble Gambaran : adanya distensi
pada segmen yang normal, transisional zone, dan aganglionic zone
Rectal Biopsy (Gold Standard)
o Tx :
dekompresi dengan NGT dan rectal tube (1/3 gelatin dan 2/3 nacl fisiologis
dengan spuit 10cc)
rehidrasi : JANGAN terlalu cepat pemberian cairannya
kateter
Antibiotik profilaksis metronidazol
Tx definitive : operasi kolostomi dan pull through
Pada anak yang lebih tua usianya, biasanya kan distensinya lebih besar
harus menunggu pengecilan distensi baru bisa dioperasi, dengan
irigasi dan colostomy selama minggu-bulan
Pemasangan kolostomi diindikasikan pada
Neonates, yang jika langsung dilakukan operasi definitive akan
berprognosis buruk
Anak yang sudah lebih dewasa dengan distensi yang sangat
besar, harus menunggu 3-6 bulan agar distensi mengecil
Keadaan klinis buruk
o Jika sudah terjadi infeksi sekunder pada usus HAEC (hirschprung associated
enterocolitis) demam, abdominal distention, diare (3D)
Etiologi : adanya aganglionik segment dari colon terjadi stasis bakteri
berkembang biak + kelainan immunoglobulin di mukosa colon infeksi
sekunder, kemungkinan dari bakteri c. deficille atau rotavirus
o
- Malformasi anorectal
o Anus imperforate anus tidak terbentuk sama sekali atau terbentuk anus namun tidak
sempurna
o Kloaka persisten : tidak terjadi pemisahan antara tractus urinarius, genital, dan digesti
tidak terjadi
o Klasifikasi atresia ani
Menurut Berdon
Letak tinggi : Distal rectum di atas m levator ani atau >1,5 cm dari kulit
luar
Letak rendah : Distal rectum di bawah levator ani atau <1.5 cm dari
kulit luar
Menurut Stephen
Atresia ani letak tinggi : distal rectum di atas garis pubococcygeal
Atresia ani letak rendah : di bawah garis pubococcygeal
o Pemeriksaan fisik :
Inspeksi area anogenital, lihat ada lubang atau tidak.
Penelusuran anus menggunakan sonde ukuran 5F, thermometer,
speculum nasal. Bayi dalam posisi litotomi.
Pada laki laki dilakukan penelusuran dari anus ke arah cranial hingga ke
penis
Pada perempuan dilakukan penelususan dari lubang di perineum
sampai ke vestibular
Pada laki laki :
Malformasi anorectal letak rendah jika ditemukan stenosis
anal, bucket handle, fistula perineal
Malformasi anorectal letak tinggi jika ditemukan fistula
vesicoanal, flat bottom, udara di dalam vesica urinaria
Jika pada pemeriksaan klinis meragukan hasilnya dilakukan
invertogram. Bayi diposisikan knee chest position.
Jika jarak antara udara rectum ke kulit <1 cm malformasi
anorectal letak rendah
Jika jarak antara udara rectum ke kulit >1 cm malformasi
anorectal letak tinggi
Pada perempuan hampir selalu ada fistula.
Terdapat fistula dilihat apakah masih ada persistent cloaca,
fistula vesicoanal, atau fistula vestibuloanal, atau fistula perineal
Tidak terdapat fistula invertogram, idem yang laki laki
o Penunjang
Radiologi dilakukan menunggu 20-24 jam rectum pada waktu
tersebut masih terlihat collapse sehingga akan memberikan postifi
palsu (very high rectum)
Screening kelainan yang berhubungan VACTERL
Vertebra USG sm radiologi ada hemivertebra
Cardiac EKG dan echo
Tracheoesofageal radiologi lihat adanya atresia atau fistula
Renal USG ada hidronefrosis
Limb
Urinalisis untuk melihat apakah ada meconium tercampur urin
fistula vesico anal
o Terapi dekompresi dengan NGT, resusitasi cairan
o Terapi
Malformasi anorectal letak tinggi kolostomi dulu
Malformasi anorectal letak rendah posterior sagittal anorectoplasty
-
- Atresia Esofagus
o etiologi : terjadinya gagal pemisahan antara trachea dan esofagus oleh septum
tracheooesophageal, sehingga terbentuk saluran antara keduanya. Septum TE
terbentuk mulai dari kaudal ke arah kranial
o epidemiologi : berhubungan dengan VATER syndrome dan VACTREL syndrome
VATER (vertebral defects, anal atresia, TE fistule, Renal defects), VACTREL (Vertebra,
anal, cardiac, trachea, esophagus, renal, limb)
o gejala khas : 3c coughing, choking, cyanosis
awal awal kehidupan hipersalivasi
tersedak saat makan batuk dan choking
muntah saat makan
jika masuk ke dalam paru paru pneumonia aspirasi, di lobus superior
sianosis pada saat tidak makan
distensi abdomen nyata pada saat menangis karena angin masuk ke dalam
abdomen
o
cervix sign
(penonjolan pylori ke area antral pada USG)
Antral nipple sign adanya penonjolan mukosa pilori kea rah antrum
-Atresia duodenum
-
- Etiologi :
Dikarenakan gagalnya rekanalisasi pada Upper GI tract pada minggu ke 6
Dikarenakan gagal rotasi dari ventral bud pancreas ke dorsal bud CW
menyebabkan terbentuknya annular pancreas pada minggu ke 8
- Epidemiologi
Ada 3 tipe atresia duodeni, yang paling sering yang Type I
- Patofisiologi
Penyebab dari atresia bisa dari interistik (gagal rekanalisasi) dan bisa
eksterinsik (annulare pancreas).
Stenosis bisa complete bisa parsial
Tipea atresia duodeni
1. Tipe 1 terdapat septum pemisah pada bagian submucosa,
mesenterium intak, septum bisa imperforate (obstruksi komplit)
dan bisa juga parsial
2. Tipe 2 dua belah duodenum hanya dihubungkan oleh jaringan ikat,
mesenterium intak
3. Tipe 3 dua belah duodenum terpisah, mesenterium tidak intak,
terdapat gambaran V sign
-
- Manifestasi Klinis :
Muntah mengandung empedu
Di dalam kandungan polihidraminion
- Penunjang
Radiologi dengan kontras double bubble sign
USG fetal idem
Jika tidak ditemukan double bubble sign ambil 30-60 cc udara, lalu
masukkan kedalam NGT
Penting untuk membedakan dengan volvulus dengan radiologi +
kontras. Pada atresia duodeni, pada segmen ke 2 duodenum tampak
membulat, dan jika terdapat obsrtuksi inkomplit, Lig Treitz dapat terlihat
- Terapi
Dekompresii dengan OGT atau NGT
Resusitasi cairan
Pemasangan akses sentral untuk pemberian nutrisi
Puasa makan dulu
Tidak membutuhkan operasi secepat mungkin JIKA VOLVULUS SUDAH BISA
DIRULE OUT
- Atresia Jejunoileal
Etiologic : kelaianan vaskularisasi intrauterine pada mesenteric artery
menyebabkan, bisa juga dikarenakan volvulus, intususpesi atau strangulasi
pada gastroschisis atau omphalocele.
Kelainan pada atresia jejunoileal biasanya tidak berhubungan dengan
kelainan pada bagian tubuh lain
Tipe astresia
1. type I (a completely occluding web),
2. type II (proximal and distal segments separated by a cord),
3. type IIIa (complete separation with a mesenteric defect),
4. type IIIb (proximal jejunal atresia with complete absence of the mesentery
to the distal small bowel, the so-called “Christmas tree” or “apple peel”
atresia), and
5. type IV (multiple atresias)
6. type V (stenosis)
- Gejala klinis
Prenatal polihidramnion
Vomiting non bilous
Distensi abdomen menyebabkan kenaikan diafragma mengganggu
pernafasan
Jaundice
Meconium belum keluar >24 jam
- Pemeriksaan penunjang triple bubble sign
- Terapi awal :
Dekompresi dengan NGT
Resusitasi cairan
2. Urachus remnant
4. Atresia bilier
5. Abdominal Wall Defect (gastroschisis, omphalocele)
o Omphalocele defek pada fusi abdominal wall >4cm tepat pada area
umbulical ring, dimana terdapat midgut dan liver serta organ lain yang keluar
namun terbungkus dengan selaput amniotic dan peritoneum. Abdominal wall
rusak
o Membedakan omphalocele dengan hernia umbilicalis 1) omphalocele
ditutupi oleh amniotic sac, sedangkan kalo hernia umbel ditutupi oleh kulit 2)
biasanya organ di hernia Cuma midgut sedangkan kalo omphalocele bisa ada
hepar 3) ukuran hernia <4 cm, omphalocele > 4 cm 4) hernia umbilicalis memiliki
insersi umbilical cord yang normal, sedangkan pada omphalocele insersi berada
di atas umbilical ring
o Gastroschisis keluarnya midgut dari abd wall defect, biasanya pada sisi kanan
umbilicus, tidak ditutupi oleh lapisan apapun, biasanya hanya midgut saja,
edema dan menebal, ditutupi oleh fibrinous layer. Pada gastroschisis terjadi
kerusakan pada bagian usus, kemungkinan dikarenakan paparan midgut
dengan cairan amnion.
o Terapi
o Wet Tx u/ omphalocele kassa direndam dalam saline hangat, lalu dibungkus plastic
wrap, resusitasi cairan, dekompresi, posisikan miring kanan untuk mencegah malrotasi
mesenterium
o Dry Tx untuk gastrochisis masukkan ke plastic bag
1. Intususepsi
- Etiologic : dikarenakan adanya intususeptum yang masuk ke bagian intususipien,
pada anak – anak penyebabnya sering tidak diketahui, namun terdapat beberapa
faktor risiko yaitu : pemberian antidiare pada anak, kebiasaan memijat pada anak.
Pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh adanya tumor jinak seperti polip
colon, diverticulum Meckel.
- Epidemiologi : paling sering pada ileum dan caecum karena ileum mobile dan
kecil ukurannya jika dibandingkan caecum yang besar. Lebih sering pada anak laki-
laki karena motilitas usus lebih tinggi
- Patofisiologi :
o bagian intususeptum masuk ke intususipen, akibatnya ketika intususipen
berkontraksi, intususeptum akan nyangkut tertekan edema bisa
muncul ulkus pada mukosa darah + mucus red currant jelly stool
o yang terkena dampaknya mostly adalah intususeptum, jika dibiarkan dapat
terjadi gejala obstruksi mekanik strangulasi menimbulkan nyeri hebat
pada bagian abdomen
- Tanda dan gejala : trias intususepsi yaitu Nyeri perut hebat,
muntah/diare/teraba massa abdomen, red currant jelly stool
o Nyeri perut nyeri berupa nyeri kolik hebat diakibatkan adanya obstruksi
mekanik, nyeri berupa nyeri akibat iskemia. Disbeut juga Craping pain.
Biasanya anak akan menekuk panggul dan lutut
o Massa abdomen tanda patognomonis adalah sausage like mass (teraba
massa di bagian periumbilical seperti sosis) dan dance’s sign (teraba kosong
pada bagian intususeptum berada)
o Red currant jelly stool dikarenakan adanya edema akibat obstruksi, usus
akan mengeluarkan banyak mukosa. Lama kelamaan akan terjadi ulserasi
pada usus sehingga menghasilkan darah darah + mucus
o Muntah tanda awal adanya intususepsi.
o Diare
o Pada pemeriksaan RT teraba pseudoportio pada akibat invaginasi yang
sudah lama
o Palpable abdominal mass (sausage app)
o Dance’s sign kekosongan/depressi pada bagian RLQ
- Pemeriksaan penunjang
o USG target sign pada potongan transversal, pseudokidney sign pada
potongan longitudinal
o CIL (colon in loop) bisa dilakukan ketika kondisi anak stabil. Dapat sebagai
diagnostic dan terapi
Ditemukan cupping sign (+), coil spring app (+), herringbone app (+),
air fluid level (mirip dengan tampakan radiologis dari ileus mekanik)
cupping sign
sebagai terapi reduksi tekanan tinggi, dilakukan jika onset <24
jam, dan belum ada tanda-tanda obstruksi. Dianggap berhasil jika
kontras keluar bersama dengan feses dan udara dari rectal tube
o CT scan
- Terapi :
o AB clear
o Dekompresi dengan OGT dan rectal tube
o Resusitasi cairan jika terdapat tanda syok, perbaiki elektrolit
o Antibiotika broad spectrum
o Laparotomi
o Tindakan reduksi :
Reduksi hidrostatis dengan barium enema (jika <24 jam)
Reduksi manual dengan milking.
Reseksi jika terjadi invaginasi pada colon, karena pada colon risiko
terjadi keganasan. Reseksi juga dianjurkan apabila invaginasi terjadi
pada usus halus yang sudah ada tanda perforasi, nekrosis, edema
o
Muskulo/Orthopedi
- Rule of 2
o 2 views foto dari proyeksi yang berbeda agar mendapatkan gambaran 3 dimensi
o 2 sides dibandingkan dengan sisi yang normal untuk menentukan kelainan
o 2 joints harus terlihat 2 sendi
o 2 occasion/visits dilakukan untuk evaluasi dari terapi yang sudah diberikan
o 2 abnormalities cari abnormalitas lain yang biasanya berhubungan
o 2 records interpretasi ditulis
o 2 opinions opini dari sejawat lain
o 2 specialists
o 2 examination selain xray, bisa menggunakan modalitas lain untuk menegakkan
diagnose
- Step how to read imaging correctly : dari Association of Orthopedic
1. Cek identitas pasien
2. Bagian ektremitas mana yang di foto
3. Cek marker, view dari X Ray (AP, PA, Lateral)
4. Cek kondisi gambar secara keseluruhan apakah cukup, terlalu opaque atau terlalu lusen
5. Cek dari luar ke dalam atau dalam ke luar
a. Soft tissue apakah intak? Ada swelling? Ada udara?
b. Tulang (SITES) nama tulang disebutkan
i. Aspek? diafisis, metafisis, atau epifisis(intraarticular)
ii. posisi? proksimal, media, distal
c. Bentuk fraktur (Obliquity)
i. Komplit atau inkomplit jika kesulitan dalam menentukan bagian fraktur,
ikuti garis korteksnya
ii. Arah garis fraktur linier, spiral, greenstick, torus, oblik, transverse,
butterfly
iii. Apakah ada penetrasi kulit? Open atau closed
iv. Kondisi tulang kominutif, segmental, multiple, impaksi
d. Displacement dinilai dengan singkatan LARA
i. Lengthening/shortening overlapping jadi shortening
ii. Aposisi ketika terjadi perubahan letak pada fragmen tulang sehingga
terjadi perubahan kontak antara fragmen tulang proksimal dengan distal.
Aposisi dinyatakan dalam presentasi, misal jika tidak ada kontak sama sekali
aposisi 0%, atau aposisi komplit, kalo parsial misal aposisi 80%
iii. Rotasi perputaran pada fragmen tulang pada aksis longitudinalnya
iv. Alignment adanya kemiringan fragmen tulang, sehingga terjadi
perubahan pada aksis longitudinalnya. Jika aksis longitudinal fragmen
proksimal dan distal membentuk sudut, disebut sebagai angulasi,
dinyatakan dalam derajat
- Fraktur fraktur
o Greenstick fracture fraktur incomplete, sering pada anak
o Bow fracture adanya tekanan longitudinal melebihi kemampuan recoil tulang, tulang
jadi begkok
o Salter Harris Fracture fraktur pada lempeng epifisis. S = straight across, A = Above, L =
Lower, T = through, ER = Erased epifisial plate
o Fraktur colles jatuh dalam posisi pergelangan tangan terekstensi, fragmen distal
mengarah ke dorsal, Dinner Fork deformity
o Fraktur smith kebalikan dari colles, garden spade/
o Barton fracture sama kayak colles smith, tapia da dislokasi radiocarpal joint
o Bannet fracture fraktur pada metacarpal 1, menjalar ke carpometacarpal 1
o Boxer fracture fraktur MCP IV dan V
o Scaphoid fracture nyeri tekan pada tabatiere anatomicum
o DRUJ instability pianokey sign
o Fraktur Clavicula
1/3 media paling sering arm sling/ figure of 8 bandage
1/3 lateral/distal ORIF
1/3 medial/proksimal arm sling/ figure of 8 bandage
ORIF jika shortening, tented, neurovascular injury
o Fraktur terbuka
Luka terbuka yang satu segmen dengan lokasi fraktur dianggap open #
sampai tidak terbukti open #
Luka terbuka dengan lokasi dekat dengan persendian dianggap terhubung
dengan bagian dalam sendi
Klasifikasi Gustillo Anderson
I ukuran <1 cm, no contamination
II ukuran 1-10 cm, tidak ada kontaminasi
III berapapun ukurannya, terkontaminasi
a kontaminasi berat, adekuat tissue coverage
b bone exposure
c vascular damage
Terapi :
ABC pastikan clear
Irigasi dengan NaC 3, 6 , dan 9 liter (berurutan untuk GA I, II, dan III)
Imobilisasi
Pemberian antibiotic cephalosporin gen 1 + aminoglikosida
(cefazolin + gentamisin/klindamisin). Jika ada kontaminasi tanah
tambah penicillin/piperacillin/tazobactam
Pemberian profilaksis anti tetanus –> TIG 250 IU atau ATS 1500 + TT
- Komplikasi Fraktur early dan late. Early (cedera nervus dan vascular, compartement
syndrome, osteomyelitis akut). Late (malunion, delayed union, non union, osteomyelitis, kaku
sendi, avascular necrosis)
o Cedera nervus
Fraktur collum cirurgicum humeri n axilaris tidak bisa abduksi, atrofi m
deltoid
Fraktur shaft humeri n radialis wrist drop, hilang sensasi bagian dorsal
manus
Fraktur supracondylaris n. medianus, ulnaris, radialis. Cedera n. medianus
pitcher’s hand/obstetrician hand/Pope’s blessing, hilang sensasi di jari 123
Fraktur medial epicondilus n ulnaris claw hand, hilang sensasi di jari 4 5,
Fraktur/dislokasi lutut n/ peroneus communis drop foot, high stepping
gait, tidak bisa eversi
o Compartement syndrome
Etiologic : adanya kenaikan tekanan pada kompartemen osteofaacial yang
menyebabkan adanya ischemia pada otot otot ekstremitas. kenaikan dari
tekanan ini bisa dikarenakan
Memang tekanan pada intramuscularnya misal : diakibatkan adanya
revaskularisasi setelah terjadinya ischemia
Berkurangnya space di dalam kompartemen misal : dikarenakan cast
splinting yang terlalu ketat
Anatomi :
Ekstremitas atas paling sering bagian antebrachia
o
o Osteomyelitis
Lokasi paling sering : metafisis
Etiologi : s aureus dan basil negative
Tipe : direct, contaguious (karena tindakan operasi), hematogenous
o Osteosarcoma primer terjadi usia <30 tahun, reaksi periosteal Codmann triangle,
sunburst appearance, hair on end appearance.
o Osteosarcoma sekunder didahului paget disease
o Ewing sarcoma usia 10-20 tahun, multilaminar periosteal reaction (onion peel
appearance), moth eaten appearance, blue cell
o Giant Cell Tumor/osteoclastoma lokasi di EPIFISIS femur distal, tibia proksima,
radius distal, lesi litik, osteoclast like giant cells, spindle shaped mononuclear cells,
bubble soap appearance
o Chondrosarcoma Popcor Appearance
o Osteochondroma tulang tumbuh dengan cap kartilago
- Osteoporosis BMD <2,5 SD
o Primer postmenopausal (karena kekurangan esterogen yang mengatur pengangkutan
kalsium ke dalam tulang, osteoporosis senilis (karena aktivitas osteoklas lebih cepat dari
osteoblast pada usia tua)
o Sekunder hipertiroid, hiperparatiroid, hypogonadism, obat steroid, CKD (osteodistrofi
renal), alkohol
o Sering terjadi fraktur patologis forearm, vertebra, hip
o
-
- Kelainan KOngenital Muskuloskeletal
o
o
o Grading :
1 : possible osteofit
2 : definit osteofit
3 : definite narrowing
4 : sclerosis + kissing joint
o
- Gout
o Radang sendi karena deposisi kristal monosodium urate
o FR : hiperurisemia >7 pada laki laki, >6 pada perempuan
o Manifestasi :
Podagra akut, inflamasi pertama kali
Interkritikal sudah lewat serangan akut, terjadi serangan akut berulang
Tophus kronis
o Bedanya dengan Pseudogout
yg menumpuk kalsium pirofosfat, kebanyakan makan suplemen kalsium,
nyangkut di sendi lutut paling sering, reaksi inflamasi tidak sehebat gout , saat
di foto x-ray tampak kondrokalsinosis, pada tulang2 rawan ada kalsinosis
(putih2 di kartilagonya), susah di nilai menghitung kalsium dalam darah, jadi
sendi lutut di foto , anti di kartilago ada putih2 seperti kristal kalsium , kalau
ada soal nyeri di lutut tpi gak kayak OA jadi pikirkan pseudogout
GOUT dapat di tegakan secara klinis saja
o Px penunjang : xray, gold standard aspirasi cairan sendi. Namun gout bisa ditegakkan
lewat klinis saja
o
o Terapi
Akut :
DOC kolkisin 1mg, lanjut 0,5-0,6 mg per 2 jam sampai nyeri hilang.
Kontraindikasi : gg ginjal. Cara kerja : menghambat fagositosis,
pergerakan neutrophil, kemotaksis, dan menghambat prostaglandin
NSAID : na diclofenac 2x50 mg
Kronis :
Dimulai 2-4 minggu setelah serangan akut.
Xanthine oxidase inhibitor allopurinol dosis awal 100mg
Jika alergi : urikosurik agent probeneside 0,5 gram/hari.
Kontraindikasi : gg ginjal
- Arthritits Autoimun
o Spondiloartropati ada 2
Seropositive RF (_), CCP (+) RA
Seronegative RF (-), ankilosyng spondylitis
o Rheumatoid arthritis
Infalamasi kronik karena autoimun, adanya HLA B27
Patofis : inflamasi dan profliferasi synovial, kartilago sendi hilang, dan erosi
juxtaartikular. Inflamasinya meluas pada RA menyebabkan (adanya demam, LED
meningkat, WBC meningkat), dan merupakan penyakit autoimun (ditandai
dengan naiknya RF, anti CCB), merusak membrane synovial
TRIAS : boutonierre deformity (DIP ekstensi dan PIP fleksi), ulnar deviation,
swanneck deformity (DIP fleksi, PIP ekstensi)
Terapi :
DOC disease modifying antirheumatic drugs ex : methotrexat,
siklosporin, siklofosfamid
NSAID dan steroid untuk nyeri
Urutannya : diberikan NSAID selama 6 bulan (bridging therapy), jika
tidak merespon MTX.
o Ankylosing spondylitis (SERONEGATIF)
TRIAS secara umum yang seronegative : sacroiliitis (kaku pada
pinggang/punggung), entersitis (kaku pada insersio tendon, paling serig
achilles), dactylitis (nyeri pada seluruh jari jari)
Ankylosing spondylitis/marie stumple, manifestasi klinis
Kaku tulang belakang
Uveitis posterior
Entersitis
Inflamasi pada costosternal
Tes yang khas Schober test, Occiput wall test/flesche test
Oksiput wall test nama lainnya flesche test(oksiput tidak bisa nempel
ke tembok, kaku sekali)
Schober test (pasien posisi berdiri beri garis di L2 dan garis lurus ke
atas sebanyak 10 cm dan kasih marker juga lalu pasien di suruh
menunduk, orang normal dari 10 cm, jadi >14cm ; kalau <14cm berarti
spondilolitis
Penunjang : bamboo spine pada x ray
o Reactive Arthritis (seronegative)
Manifestasi : TRIAS SED + keratoderma + balanitis
Didahului gonorrhea dan diare akibat campylobacter jejuni
o Enteropatic arthritis/ IBD related arthritis (seronegative)
TRIAS SED + penyakit IBD
o Psoriatic Arthritis
TRIAS SED + psoriasis
o Juvenile Spondyloarthritis pada anak
- SLE (sistemik lupus eritematosus)
o SOAP BRAIN MD
S = serositis (pleuritis, pericarditis)
O = oral ulcer
A = arthritis
P = photosensitivity
B = blood (anemia hemolitik, trombositopenia)
R = renal
A = ANA test (+), anti ds DNA
I = immunologic manifestation
N = neuro (kejang)
M = mallar rash
D = discoid rash
o Manifestasi klinis
Ringan = sakit terbatas di kulit dan sendi
Sedang = kena beberapa system tapi vital sign stabil
Berat = rawat inap
o Terapi
Ringan = Klorokuin / MTX + steroid
Sedang = MP plus dose + AZA
Berat = MP plus dose + siklosforin
- Kelainan tulang karena konsumsi antikonvulsan Osteogenesis imperfecta
o Patofis : antiepileptic menyebabkan defisiensi vitamin dan protein penyusun tulang
seperti osteonektin dan kolagen tipe 1, sehingga bisa terjadi penurunan BMD dan tulang
jadi rapuh
o TRIAS : blue sclera, bone fragility, deafness konduksi
o Tipe
Autosomal dominant type lebih ringan/ milder (tipe 1 dan 4)
Autosomal recessive type lebih berat/severe (tipe 2 dan 3)
Grade 1 : fraktur sebelum pubertas, hearing loss, stature normal, paling sering,
paling ringan
Grade 4 : fraktur sebelum pubertas, osteoporosis, bentuk wajah segitiga
Grade 3 : moderate severe, fraktur in utero, bowing, bony deformity,
progressive deformity, bowing, osteoporosis, scoliosis
Grade 2 paling parah, kematian terjadi di in uteri, infant, atau anak anak,
severe bone deformity (micromelia)
- Rickets dan osteomalacia
o Gangguan mineralisasi matriks tulang
o Rickets terjadi pada tulang rawan di lempeng epifisis sebelum menutup, sehingga
hanya terjadi pada anak2 saja
Osteomalacia terjadi pada osteoid, bisa pada anak dan dewasa)
o Etiologic : defisiensi vitamin D (nutritional rickets), hipofosfatemia (familial
hipofosfatemia rickets), gagal ginjal
o Gejala : general softening of bones (tulang mudah bengkok saat ada beban atau tarikan
o Manifestasi :
Kepala : craniotabes (penipisan tulang cranium), frontal bossing,
craniosynostosis (sutura lebih cepat menutup)
Dada : rachitic rosary (arcus costae sudut terlalu tajam), harrison groove
(diafragma menarik costae yang lunak ke dalam, sehingga terbentuk sulcus pada
bagian bawah thorax) pectus carinatum
Punggung : skolioisis/lordosis/kifosis
Ekstremitas: pergelangan tangan & kaki melebar, deformitas valgus/varus,
windswept deformity (kombinasi valgus & varus), tibia & femur bowing, coxa
vara
- Osteoporosis
o Penurunan BMD <-2.5 SD
o Primer tipe 1 post menopause, tipe 2 age related
Sekunder tipe 3 karena konsumsi steroid, osteodistrofi, hiperPTH
o
o Terapi
Gram (+) coccus cefazolin 1-2 gram IV tiap 8 jam
Gram (-) ceftazidime 2 gram IV/ 8 jam atau ceftriaxone 1gram/24 jam
Selama 2 minggu untuk IV dan 14-21 hari apabila diberikan PO
- Skoliosis/Kifosis/Lordosis
- Tarsal Tunnel Syndrome nyeri, dan kelainan motoris pada area persebaran n tibialis posterior
Urologi
- BPH
o Anatomi dasar
Prostat berbentuk pyramid, berbatasan dengan rectum, dipisah oleh septum
rectovesicalis
Zona zona dalam prostat
Peripheral zone paling besar, paling sering terjadi keganasan, muara
di sepanjang urethra pars prostatica dan veromontanum
Central zone ditembus oleh ductus ejakulatorius (mengelilingi ductus
ejaculatorius), muara kelenjar di ductus ejaculatiorius
Transisional zone ditembus oleh urethra pars prostatica, paling
sering terjadi hyperplasia pada bagian ini (lobus medius), muara di
verumontanum(colliculus seminalis), urethra proksimal
Periurethral zone mengelilingi urethra pars prostatica
Anterior fimrobmuscular hanya ada stroma yang berisi jaringan
fibromuscular
Vaskularisasi arteri prostatica, cabang dari arteri vesicalis inferior
Inervasi pleksus hipogastricus (gabungan dari saraf parasimpatis dari s2-s4
dan simpatis dari T10-T12)
o Etiologi
Peningkatan jumlah 5DHT (dehidrotestosterone)
5 DHT dihasilkan dari testosterone bebas di dalam darah (testosterone
dihasilkan sel Leydig dan adrenal, lalu ada yag diikat oleh globulin menjadi
SHBG, namun ada juga yang bebas di dalam darah) yang masuk ke dalam
prostat, lalu diubah oleh ensim 5alfa reductase.
5 DHT menyebabkan hiperplasian dan hiperproliferasi dari kelenjar prostat
Ketidakseimbangan antara testosterone dan estrogen pada usia tua
Dikarenakan selleydig banyak yang apoptosis jumlah testosterone turun
o Patofisiologi
Adanya obstruksi akibat pembesaran prostat menyebabkan kontraksi dari
detrusor muscle harus lebih meningkat lama kelamaan terjadi hipertrofi dari
detrusor muscle.
Fase kompensata terjadi hipertrofi dari m detrusor, untuk menyamai
tekanan yang dihasilkan oleh prostat dan urethra. Hipertrofi setrussor
tekanan VU meningkat menyebabkan adanya penonjolan mukosa ke dalam
VU, disebut trabekulasi. Penonjolan mukosa juga terjadi ke luar disebut sebagai
sakulasi dan divertikulasi.
Fase dekompensata terjadi atonia dtrussor akibat kelelahan dari m
detrusor untuk berkontraksi untuk miksi. Akibatnya terjadi retensi urin.
Retensi urin menyebabkan adanya refluks ke ureter hydroureter
hidronefrosis gagal ginjal.
Adanya retensi urin terbentuk endapan terbentuk batu sistitis,
hematuria
Karena pada saat miksi harus mengejan hernia dan hemoroid
o Tanda dan Gejala
Gejala iritatif Akibat adanya iritasi pada VU akibat prostat yang membesar ke
arah VU (lobus medius), atau iritasi ke urethra (lobus lateral), atau dikarenakan
retensi urin yang meniritasi mukosa VU. Disingkat FUNDI
1. Frekuensiuria sering bolak balik pipis karena iritasi vesica, jadi vesica
belum penuh malah terangsang untuk miksi. Dalam 1 hari pipis >8 kali
2. Urgency tidak bisa menahan pipis
3. Nocturia pipis di malam hari. Malam hari >2x pipis
4. Dysuria nyeri berkemih
5. Inkontinensia keluar tetesan air seni akibatretensi urin (tipe
inkontinensia overflow)
Gejala osbtruktif.dikarenakan adanya obstruksi akibat prostat yang
membesar dan menyebabkan sempitnya urethra dan leher VU, dan
dikarenakan otot detrusor yang melemah Disingkat HISTERP
1. Hesitensi harus menunggu sebelum urin keluar
2. Intermiensi aliran putus putus mada saat di tengah miksi karena
kontraksi detrusor yang tidak sempurna
3. Strain harus mengejan
4. Terminal dribbling adanya tetesan sisa urin di akhir miksi
5. Retensi urin rasa tidak puas atau lampias
6. Pancaran lemah
o
o Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ginjal nyeri ketok CVA (curiga pyelonephritis), adanya ginjal
yang terabaa pada ballotemen (hydronefrosis)
Pemeriksaan penis dilihat adanya striktur uretra
Abdomen bulging suprapubic (tanda retensio urin)
RT, menentukan konsistensi (lunak pada BPH, keras pada kanker), simetrisitas
(simetris pada BPH, asimetris pada Ca), terada pada bagian proksimal,
permukaan massa (reguer pada BPH, irregular pada Ca), batas atas teraba
(prostat <60 gram) atau tidak bisa teraba (>60 gram)
Menilai berat ringan obstruksi pasien pipis, lalu mengukur retensi urin
dengan kateter. Obstruksi butuh intervensi jika retensi >100mL
Menilai IPSS (international Prostate Scoring System)
- Varicocele
o DDx : spermatocele, hydrocele
o Etiologic : dilatasi vena atau plexus pampiniformis pada scrotum. Terdapat insufisiensi
katup vena sehingga terdapat aliran darah balik, sehingga lama kelamaan terjadi
vasodilatasi abnormal
o Gejala :
Nyeri skrotum, memberat ketika berdiri, berkurang ketika berbaring
Aliran darah yang kembali miskin oksigen, sehingga dapat meningkatkan suhu di
skrotum
Atrofi testis apoptosis sel germinal dikarenakan suhu hangat, dan terjadi
infertilitas
o Grade
Grade 1 varikokel terpalpasi ketika manuver valsava
Grade 2 dapat teraba tanpa valsava atau dengan valsava bisa telihat
Grade 3 terlihat tanpa valsava
o Terapi : operasi dilakukan sebelum ada gejala infertilitas, Palomo method
- Hidrocele
o Penumpukan cairan di kantong scrotum
o Etiologic :
Congenital : gagal obliterasi processus vaginalis
Akuisita : hernia inguinal, tekanan intraabdomen
o Anatomi : testis turun dipandu gubernaculum testis kea rah scrotum, sekaligus menarik
struktur di sekitarnya (m. TA, OIA, OEA, fascia scarpa) dan membentuk lapisan scrotum.
Jalurnya akan membentuk spermatic cord, dan jalur tempat lewatnya testis tadi
membentuk processus vaginalis. Processus vaginalis harusnya ketutup usia 2 tahun.
o Px fisik :
Adanya benjolan pada scrotum, fluktuatif atau kistik (menandakan adanya
cairan)
Transluminasi (+) cahaya berpendar
o Indikasi operasi
Besar sehingga menekan pembulu darah
Indikasi kosmetik
Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu aktivitas
- Spermatocele
o Benjolan pada caput epididymis di posterosuperior testes
o FR : vasektomi karena obstruksi pada vas deferens
o Gejala
Benjolan kistik di bagian posterosuperior testis
Painless, mobile
Transluminasi (+)
Aspirasi ada sperma
- UDT
o Letak
Intraabdominal
Inguinal
Preskrotal/suprascrotal
o Testis akan turun secara spontan dalam 1 tahun pertama kehidupan
o Gejala : testis tidak teraba, skrotum kempis, ruggae sedikit, infertile, hernia inguinalis
o Etiologi : defek sektesi androgen pada prenatal, GnRH bayi rendah, GnRH plasenta tinggi
o Tx :
Tidak perlu terapi hormonal
Ditunggu dulu sampai usia bayi 6 bulan. Jika setelah 6 bulan tidak turun
spontan orchidopexy usia 6 -12 bulan, maksimal 18 bulan
Unilateral orchidpopexy
Bilateral coba terapi hormonal, jika 1 bulan belum turun operasi
Apabila tidak teraba dimana eksplorasi abdominal orchidopexy
abdominal
- Epispadia dan Hipospadia
o Epispadias OUE di dorsum penis
o HIpospadia OUE di ventral penis. Biasanya dibarengi chordee penis penis bengkok
tidak bisa ereksi
o
o Terapi Hipospadia
JANGAN DISIRKUMSISI
Sebaiknya dioperasi sebelum 3 tahun
Tahapan Chordektomi, urethroplasty, glansplasty
- FImosis
o Ketidak mampuan retraksi preputium
o Fimosis fisiologis resolve sendiri usia 5-7 tahun
o Fimosis patologis terjadi akibat jaringan parut, infeksi, inflamasi
o Gejala : dysuria, ujung penis menggembung saat pipis, mengedan untuk BAK, nyeri
ereksi, iritasi penis
o v
o Komplikasi : balanopostitis, parafimosis, ISK ulang
o Tx :
Konservatif lakukan retraksi rutin saat mandi, jaga kebersihan glans penis,
steroid topical 4-6 minggu
Sirkumsisi pada fimosis patologis, gagal terapi steroid 4-6 minggu, ISK
berulang, balanopostitis berat, atau fimosis fisiologis persisten pada remaja
- Parafimosis
o Preputium tertarik ke belakang glans namun tidak bisa dikembalikan cincon
konstriksi iskemia
o FR : fimosis, prosedur pemasangan kateter, trauma penis, aktivitas seksual
o Terapi :
Lakukan nerve block atau analgetic topical atau narkotik oral
Reduksi manual teknan manual, icepack intermittent, elastic dressing
Farmakoterapi injeksi hyaluronidase, granulated sugar
Minimal invasive puncture, aspirasi darah
Bedah dorsal slit
Definitif sirkumsisi
- Priapismus
o Ereksi >4 jam tanpa adanya sexual arousal
o Tipe
Low flow (HITAM) bersifat ischemic, nyeri, ereksi rigid, biasanya dikarenakan
kelainan darah seperti hemoglobinopati, sickle cell, thalassemia, kondisi
hiperkoagulasi
High flow (MERAH) non ischemic, nyeri minimal, ereksi rigid minimal, aliran
darah cukup dan teroksigenasi baik, biasnya dikarenakan straddle injury
o Treatment
Low flow
aspirasi dan irigasi ke dalam corpus cavernosis, JANGAN SUNTIK ATAU
ASPIRASI DI JAM 6 dan 12 jika gagal
fenilefrin injection 10mg diencerkan dengan 9 cc saline (1mg/cc),
gunakan jarum 25-27 G untuk injeksi 0,5-1cc setiap 10-15 menit,
maksimal 4 x, jika gagal.
distal shunting (pembelahan pada glans penis), jika gagal
redodistal shunting or proksimal shunting
supportif : IVF dan analgesic, terbutaline, pseudoefedrin PO
High flow
observasi arteriografi dan embolisasi surgical ligation
Golden period : 6 jam
- Torsio Testis
o Gejala
Bell clapper deformity axis testis cenderung horizontal, dikarenakan tidak
terfiksasi
Angle sign : aksis berubah jadi horizontal
Refleks cremaster (-)
Nyeri akut hitungan jam
Testis terletak lebih tinggi
Phren sign (-) nyeri tidak berkurang dengan elevasi scrotum
Doppler USG menurun
o Terapi
Golden period : <6 jam
Detorsi manual jika ada doppler
Jika >6 jam USG doppler
Orchidopexy <6 jam
Orchidectomy
Bisa direndam dulu testisnya untuk menentukan masih viable atau tidak di
dalam saline hangat. Jika aliran darah kembali orchidopexy saja.
- Epididimoorchitis
o Pada anak : riwayat mumps
o Pada dewasa : infeksi trikomonas atau gonorrhea
o Gejala
Demam
Nyeri gradual
Letak testis normal
Phren sign + dengan pengangkatan nyeri berkurang karena tekanan
berkurang
Refleks cremaster +
Doppler - vaskularisasi bagus
o Terapi :
Viral : antipiretik dan analgetic
Bacterial : antibiotic ceftriakson, antipiretik, analgetic
- Epididimitis
o Tx : STI ceftriaxone atau doksisiklin
o Non STI cotrimoxazole atau ciprofloxacin
o Anak cotrimoxazole 2x480 mg, ciprofloxacine 2x250mg
- Forniere Gangrene
o Nama lain abscess scrotal dextra
- Lithiasis
o Ginjal nephrolithiasis nyeri kolik flank (karena kontraksi kaliks), nyeri ketok CVA
(hidronefrosis)
o Ureter nyeri kolik hilang timbul, di proksimal (nyeri pusar dan pinggang), media
(menjalar ke inguinal, paha medial), distal (ujung penis)
o Batu buli gejala iritatif FUNDI, pipis tiba2 berhenti, membaik dengan perubahan
posisi
o Urethra benjolan di penis, nyeri banget, kencing berdarah
o
o Etiologic
Pembentukan batu diawali dengan adanya supersaturasi urin, pembentukan
Randall Plaque, serta adanya nidus dari foreign body/ bakteri. Supersaturasi
urin menghasilkan batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, randall plaque
membentuk batu kalsium oksalat, dan nidus membentuk batu asam urat atau
struvit
Batu kalsium (paling banyak) kalsium oksalat atau kalsium fosfat
Hiperkalsemia pada hiperparatiroid (osteoklastik activity
meningkat), absorpsi usus meningkat, pembuangan kalsium di ginjal
meningkat
Hiperoksalat konsumsi oksalat tinggi dari the, kopi instan, cokelat
Hipositrat sitrat dapat mengikat kalsium kalsium sitrat sehingga
tidak terbentuk batu
Hipomagnesium magnesium bisa mengikat oksalat
Struvit/magnesium ammonia fosfat
Sering pada wanita
Berhubungan dengan upper urinary tract infection menghasilkan
urease yang mengubah urea menjadi ammonia pH urin meningkat
kelarutan fosfat terganggu
Staghorn calculi jika batu terbentuk mengikuti bentuk calyx, besar,
butuh tindakan operas
Batu asam urat
Dikarenakan hiperurisemia, batu lusen tidak terlihat pada BNO.
Cystine asam amino cystine yang dibentuk terlalu banyak
o Pemeriksaan penunjang
CT scan tanpa kontras merupakan gold standard
Sedimen urin : mengetahui kristal pembentuk urin
BNO/IVP
USG pilihan untuk ibu hamil
Pemeriksaan fungsi ginjal untuk melihat efek dari batu, sudah AKI atau CKD
o Tx :
Observasi
Jika batu bisa keluar spontan, ukuran <5mm
Belum indikasi operasi
Lokasi di ureter distal
Tidak ada obstruksi
Medikamantosa untuk batu ukuran <5mm NSAID, diuretic, minum
banyak 2L/hari
Batu >5-10 mm ESWL
Pembedahan
Nefrolitiasis jika ada gangguan ginjal, ESWL gagal, hidrokaliks,
nefrolitiasis kompleks
Batu pelvis ukuran besar, staghorn calculi
Ureterolitihiasis gangguan ginjal, nyeri hebat, impaksi ureter
Vesicolitiasis ukuran >3 cm
Endourologi
PNL percutaneous litotripsi
Open nefrolitotomi untuk Staghorn calculi,
o Komplikasi
Hidronefrosis
BeLi FLA di CUBA blunting, flattening, clubbing, ballooning
- Trauma Urethra
o Anatomi
Urethra dibagi menjadi 2, urethra posterior (pars membranacea dan
prostatica), dan anterior (pars bulbosa, pendulosa, glanular). Dipisahkan oleh
diafragma pelvis
o Patofisiologi
Rupture urethra posterior diakibatkan trauma tumpul atau tajam pada area
pelvis, biasanya dibarengi fraktur pelvis
Anterior straddle injury, dibarengi penile trauma
o Gejala : retensi urin, meatal bleeding (BUKAN hematuria)
o Ruptur anterior rupture pada urethra glanular, bulbar ada butterfly hematom
(robek fascia buck), straddle injury, meatal bleeding, pakai sistostomi, penunjang :
urethrografi atau bipolar urethrocystografi
o Rupture posterior trauma berat (pelvic fracture atau simfisis pubis), high riding
prostate, retensi urin, bulging suprapubic
o Terapi :
Pungsi suprapubic dan sistostomi
- Trauma Buli
o Etiologic : pelvic injury
o Intraperitoneal kondisi buli full, sudden force (cepat dan high impact) terjadi
ekstravasasi urin ke rongga peritoneum (sunburst appearance) komplikasi
peritonitis sekunder
o Ekstraperitoneal pressure point di samping, urin ekstravasasi ke cavum douglas
(flame shaped appearance)
o
- Peritonitis
o Primer peritonitis tanpa kelainan structural dari usus ex : spontaneous bacterial
peritonitis pada ascites, TB peritoneum
o Sekunder peritonitis dengan kelainan structural ex : appendicitis, rupture buli
o Tersier peritonitis berkepanjangan walaupun penyebab sekunder sudah teratasi
- Trauma Ginjal
o Gejala :
Cedera pada bagian pinggang, punggung, dada bawah
Nyeri
Hematuria gross atau mikroskopik (minimal 10 eritrosit/lp)
Fraktur costa bawah atau processus spinosis
Kadang syok disertai cedera organ lain karena banyak sekali darah yang
masuk ke dalam ginjal
o Grading
1 hematom subcapsular, tanpa laserasi
2 ada hematom, laserasi <1 cm
3 laserasi >1 cm, bisa sampai medulla, tidak ada ekstravasasi urin
4 lesi korteks medulla dan SPC, ada ekstravasasi urin. Vasa ginjal masih
bagus atau sedikit jejas
5 avulsi dari pedikel,
o Penunjang : CT scan (gold stadar), MRI, USG tak dianjurkan
o Jika pasien tidak stabil Renal exploration
o Stabil CT scan
o
- Inkontinensia
o Urge instability dari detrusor muscle ex: stroke, Alzheimer, parkinson
o Stress spinchter insufficiency, akibat adanya peningkatan tekanan intraabdominal
o Overflow VU terlalu penuh, tekanan di intravesical = urethra, sehingga netes netes
ex : BPH
o Functional
- Acute Abdomen
o Truam hollow viscous peritonitis >24 jam
o Trauma organ padat peritonitis <8 jam
- Trauma lien
o Gejala “
Jejas dan nyeri pada abdomen kiri atas
Kondisi hypovolemia
Massa di perut kiri atas
Tanda peritonitis
Redup pada area traube
Kehr sign nyeri alih pada bahu kiri karena rupture
Iritasi peritoneum
Permukaan bawah diafragma kiriAS
- Trauma hepar
o Jejas abdomen kanan
o Tanda hipovolemi
o Tanda peritonitis
o Boas sign nyeri di bawah scapula kanan
- Trauma Hollow Viscous
o Perforasi, kontusio, atau terlepasnya usus dari mesenterium
o Gejala umum : tanda peritonitis, ileus paralitik
o X ray 3 posisi football sign, free air pada LLD, cupula sign
- Appendisits akut
o Etiologic : obstruksi lumen appendix oleh hyperplasia limfoid, fecalith, corpus alienum,
neoplasma
o Stage
Simple app
Suppurative app infeksi transmural, ada pus
Gangraneous app ada gangguan pada arteri dan vena
Perforasi app rupture appendix
Infiltrate appendicularis pada orang yang imunitasnya bagus, ada
mechanisme walling off dari omentum majus
Periapendicular abscess
Peritonitis sekunder
o Tes khas
Blumberg sign nyeri tekan lepas
Mc burney sign nyeri 1/3 sias- umbilicus
Rovsing sign tekan sebelah kiri, yang nyeri sebelah kanan
Lasegue sign ekstensi genu fleksi hip, nyeri (+)
Dunphy sign nyeri bertambah hebat ketika batuk
Obturator sign
RT nyeri pada arah jam 9-12
o Alvarado score MANTRELS
Migrating pain
Anoreksia
Nausea vomiting
Tenderness RLQ 2
Rebound pain
Elevated temperature
Leukositosis 2
Shift to the left
Skor < 5 unlikely app, 5-6 possible, 7-8 app likely, 9-10 highly.
Appendektomi jika skor >5
- Peritonitis
o Gejala :
Nyeri abdomen tumbuh yang menjadi tajam, persisten, di seluruh lapang
abdomen
Distensi abdomen
Nyeri tekan abdomen
Demam dan menggigil
Tanda dehirasi
o Tanda
Bising usus menurun
Defans muscular (perut papan)
Nyeri tekan lepas
- Hernia Abdominalis
o Hernia epigastric pada garis midline
o Hernia incisional rowayat operasi
o Hernia umbilical pada umbilicus, usia < 5 tahun
o Hernia direk perlemahan dinding abdomen, lokus minoris pada trigonum hasselbach,
sering akibat tekanan intraabdomen yang tinggi
o Hernia indirek perlemahan dinding abdomen
o Hernia pantalon hernia inguinalis lateral dan medial pada satu sisi inguinal
o Hernia femoralis pada fossa ovalis, di bawah lipatan paha
o Pemeriksaan : finger test, thumb test, ziemann test
o Hernia ventralis membentuk kulit untuk menutupi omphalocele
o
o Tx :
Herniotomy dipotong dan dikembalikan
Herniorraphy diperkuat defeknya
Hernioplasty
- Ileus
o Ileus obstruktif ada sumbatan mekanik yang disebabkan oleh kelainan structural
sehingga menghalangi gerak peristaltic usus
o Ileus paralitik kelainan fungsuinal atau terjadinya paralisis geral peristaltic usus
o Xray
Paralitik air fluid level
Obstruktif coil spring, herring bone
o
o Terapi FIDA
Fasting meal per os (tidak makan dan minum per oral)
Infus
Dekompresi dengan NGT dan rectal tube
Antibiotik
- Hemorrhoid
o Hemorrhoid Interna tissue toilet bleeding, mukosa
o Hemorrhoid eksterna nyeri karena inervasi somatis
o Tx : antihemorrhoid suppository, boraginol
-
-