Anda di halaman 1dari 8

LAW OFFICE

DETY LERAH, S.H. & PARTNERS


Advocates and Legal Consultant
Lingkungan IX, Kelurahan Malalayang Satu, Kecamatan Malalayang, Kota Manado
Contact : 0853 9705 7913 Email: detylerah07@gmail.com

REPLIK DALAM PERKARA PERDATA

No. 548/Pdt.G/2021/PN.Mnd

Antara :
Nontje Kolang---------------------------------------------------Penggugat

Melawan :
1. Ramli Hungan------------------------------------------------Tergugat I

2. Lurah Kelurahan Banjer---------------------------------Tergugat II


LAW OFFICE
DETY LERAH, S.H. & PARTNERS
Advocates and Legal Consultant
Lingkungan IX, Kelurahan Malalayang Satu, Kecamatan Malalayang, Kota Manado
Contact : 0853 9705 7913 Email: detylerah07@gmail.com

Manado, 30 November 2021

Kepada Yth.

Majelis Hakim Perkara Perdata

Nomor : 548/Pdt.G/2021/PN.Mnd

di –

Manado.

Dengan hormat,

Sehubungan dengan Jawaban Tergugat I dan Tergugat II, maka dengan ini Penggugat
menyampaikan Replik sebagai berikut :

REPLIK DALAM EKSEPSI TERGUGAT I :

Bahwa Eksepsi yang diajukan oleh Tergugat I dalam perkara ini adalah keliru dan tidak beralasan
hukum, sehingga Penggugat memohon kepada Majelis Hakim yang Mulia sudilah kiranya untuk menolak
seluruh dalil-dalil yang disampaikan Tergugat I berdasarkan alasan hukum sebagai berikut :

1. TENTANG KOMPETENSI ABSOLUT:


Bahwa Eksepsi yang diajukan oleh Tergugat II yang menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Manado
tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili Gugatan Penggugat, dengan alasan ini merupakan
wilayah Kompetensi Absolut dari Pengadilan Tata Usaha Negara dalam hal memeriksa dan mengadili
perkara a quo adalah suatu hal yang keliru dan kurang cermat. Sehingga Penggugat akan menguraikan
hal-hal sebagai berikut :

1.1. Bahwa Penggugat menolak dengan tegas semua dalil-dalil yang disampaikan oleh Tergugat II
dalam jawaban dalam hal eksepsi mengenai Kewenangan Mengadili, kecuali apa yang diakui
secara jelas dan terang oleh Penggugat;

1.2. Bahwa alasan Eksepsi Tergugat II yang mendalilkan tentang Kompetensi Absolut dalam
Gugatan Perkara a quo, hanyalah alasan yang dipakai Tergugat II untuk menghindari dari
tanggung jawabnya kepada Penggugat, dimana gugatan ini berlandaskan Perbuatan Melawan
Hukum (Onrechtmatige Daad) Tergugat II dalam hal ini mengeluarkan Surat Keterangan
Garapan atas Objek Sengketa a quo dengan tanpa hak dan secara melawan hukum, bersama-
sama dengan Tergugat I yang telah menerbitkan Keterangan Garapan atas nama Tergugat I
adalah orang yang tidak menguasai, menduduki, serta mengelola Tanah Objek Sengketa
dalam perkara a quo, tentunya perbuatan tersebut telah mendatangkan Kerugian secara
langsung kepada Penggugat yang adalah orang yang menguasai, mengelola dan menduduki
Tanah Objek Sengketa a quo selama 51 tahun sampai dengan saat ini;
LAW OFFICE
DETY LERAH, S.H. & PARTNERS
Advocates and Legal Consultant
Lingkungan IX, Kelurahan Malalayang Satu, Kecamatan Malalayang, Kota Manado
Contact : 0853 9705 7913 Email: detylerah07@gmail.com

1.3. Bahwa Eksepsi Tergugat II mengelurarkan Surat Keterangan Garapan yaitu Inkonstitusional
serta batal demi hukum, tidak mengedepankan fakta-fakta sosiologis, yuridis dan normative
di lapangan;

1.4. Bahwa alasan eksepsi Tergugat II yang mendalilkan Surat Keterangan Garapan adalah sebuah
objek atau produk hukum yang dikeluarkan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan
menjadi kewenangan dari Pengadilan Tata Usaha Negara untuk mengadilinya, itu adalah
sebuah kekeliruan dalam memahami konteks Objek Gugatan Penggugat, karena Surat
keterangan Garapan adalah Surat yang sifatnya menerangkan dan tidak menetapkan atau pun
memutuskan, sehingga tentunya hal ini sangat jauh berbeda dengan suatu Surat Keputusan
yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersifat Kongkrit,
Individual dan Final yang merupakan Objek dari Pengadilan Tata Usaha Negara
sebagaimana di atur dalam UU 51 Tahun 2009 Pasal 1 poin 9, Pasal 1 poin 10, dan
Pasal 1 poin 12 yang menyebutkan mengenai produk hukum yang dikeluarkan itu
adalah Keputusan atau Penetapan serta bukanlah Keterangan sebagaimana pemahaman
Tergugat II, sebagai contoh Surat Keterangan Domisili, Surat Keterangan Usaha, Surat
Keterangan lainnya, apakah Surat Keterangan demikian yang dikeluarkan oleh Lurah selaku
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara harus dibatalkan di Pengadilan Tata Usaha Negara ?
tentu tidak, karena Surat Keterangan tidak memenuhi syarat untuk dijadikan Objek Perkara
pada Pengadilan Tata Usaha Negara;

1.5. Bahwa Tergugat II menafsirkan dan mempersamakan Surat Keterangan Garapan sama seperti
Surat keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
bersifat Konkrit, Individual dan Final, dengan mencantumkan Peraturan Mahkamah
Agung Republik Indonesia No. 2 Tahun 2019 Tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa
Tindakan Pemerintahan dan Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad) tentunya hal ini
merupakan sebuah pemahaman yang keliru dalam penafsiran, karena Perma yang disebutkan
diatas mengacu pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang No. 51
Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, sehingga sebagaimana diatur di dalam pasal 1 angka 9 UU 51
Tahun 2009 tentang Keputusan Tata Usaha Negara dalam rumusannya harus memenuhi hal-
hal sebagai berikut :
a. Penetapan Tertulis,
b. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,
c. Peraturan Perundang-undangan yang berlaku,
d. Konkret,
e. Individual,
f. Final, dan
g. Akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
LAW OFFICE
DETY LERAH, S.H. & PARTNERS
Advocates and Legal Consultant
Lingkungan IX, Kelurahan Malalayang Satu, Kecamatan Malalayang, Kota Manado
Contact : 0853 9705 7913 Email: detylerah07@gmail.com

1.6. Bahwa Eksepsi Tergugat II yang pada intinya menyatakan surat yang dikeluarkan oleh Lurah
selaku subjek atau Pejabat Tata Usaha Negara selalu menjadi Objek Gugatan Pengadilan Tata
Usaha Negara adalah merupakan hal yang keliru, karena yang menjadi Objek Gugatan di
Pengadilan Tata Usaha Negara adalah surat yang bersifat keputusan atau Penetapan, dan
bukan menafsirkan Surat Keterangan Garapan adalah sebuah produk yang
dipersamakan dengan suatu keputusan, sehingga Surat Keterangan Garapan dalam
Perkara a quo bukanlah objek dari Pengadilan Tata Usaha Negara yang tentunya hal tersebut
harus memenuhi unsur unsur sebagaimana yang disebutkan di dalam Pasal 1 angka 9 UU
Nomor 51 Tahun 2009 yaitu Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis
yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum
Tata Usaha Negara yang berdasarkan Peraturan Perundang Undangan yang berlaku, bersifat
konkret, individual dan final, sehingga Surat Keterangan Garapan dalam Perkara a quo
bukanlah merupakan Objek dari Pengadilan Tata Usaha Negara.

1.7. Bahwa dalam rumusan Pasal 1 angka 9 UU Nomor 51 Tahun 2009, poin 1.5 huruf A yaitu
harus bersifat Penetapan dan bukan keterangan, sehingga Objek Surat Keterangan Garapan
hanyalah bersifat menerangkan dan bukanlah suatu keputusan sebagaimana yang dijelaskan
pada pasal 1 angka 9 UU Nomor 51 Tahun 2009, kemudian poin 1.5 huruf F yang
mensyaratkan Keputusan tersebut harus bersifat “Final”, sehingga Surat Keterangan Garapan
dalam perkara a quo tidak dapat menjadi Objek Gugatan pada Pengadilan Tata Usaha Negara.

1.8. Bahwa Surat Keterangan Garapan yang diterbitkan oleh Tergugat II kepada Tergugat I yang
tidak menguasai, menduduki, serta menggarap tanah Objek Sengketa dalam perkara a quo
merupakan Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige daad) sesuai dengan Pasal 1365
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. menurut Rose Agustina dalam bukunya Perbuatan
Melawan Hukum terbitan Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2003), hal
117 dalam menentukan suatu Perbuatan Melawan Hukum diperlukan 4 syarat yaitu :
- Bertentangan dengan kewajiban hukum si Pelaku.
- Bertentangan dengan hak subjektif orang lain
- Bertentangan dengan kesusilaan.
- Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian.

Sehingga langkah Penggugat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Manado adalah


TELAH TEPAT (REDELIJK);

2. TENTANG GUGATAN PREMATUR :


2.1. Bahwa Penggugat menolak dengan tegas semua dalil-dalil yang disampaikan oleh Tergugat I
dalam jawaban khususnya dalam hal eksepsi mengenai gugatan prematur, kecuali apa yang
diakui secara jelas dan terang oleh Penggugat;

2.2. Bahwa eksepsi diajukan oleh Tergugat II yang mempertanyakan Gugatana Penggugat Poin 17
dimana meminta Pembatalan Surat Keterangan Garapan namun saat mediasi ke 3 kalinya
Penggugat tidak datang dan mengatakan “nanti 1x jo mediasi di pengadilan” toh juga di
pengadilan ada mediasinya juga sebagaimana di atur di dalam Peraturan Mahkamah Agung
LAW OFFICE
DETY LERAH, S.H. & PARTNERS
Advocates and Legal Consultant
Lingkungan IX, Kelurahan Malalayang Satu, Kecamatan Malalayang, Kota Manado
Contact : 0853 9705 7913 Email: detylerah07@gmail.com

No 1 Tahun 2016 tentang mediasi, dan sampai saat ini proses mediasi di PN Manado ternyata
gagal, apalagi di kelurahan;
2.3. Bahwa Surat Keterangan Garapan yang dikeluarkan oleh Tergugat II kepada Tergugat I yaitu
melawan hukum, karena kapasitas apa Tergugat I untuk mendapatkan surat garapn ? apakah
karena kapasitasnya sebagai Anak Mantu, Sudah berapa lama Tergugat I menguasai,
mengelola, serta menggarap ? sebagaimana di jelaskan oleh Pasal 1 ayat 3 PP 24 Tahun
1997 Tanah Negara atau tanah yang dikuasai langsung oleh Negara adalah tanah yang tidak
mempunyai sesuatu hak atas tanah, Pasal 1 ayat 4 PP 24 Tahun 1997 Hak pengelolaan
adalah hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan
kepada pemegangnya yang mengelola, menggarap, memaanfaatkannya;

2.4. Bahwa apakah Tergugat II paham tidakan yang di lakukan adalah tanpa hak dan melawan
hukum karena memberika keterangan garapan kepada orang yang tidak pernah menduduki,
mengelola, menguasai;

2.5. Bahwa apakah Tegugat II paham menerbitkan Surat Keterangan Garapan menunjukan bahwa
tanah itu merupakan tanah Negara sebagiamana Tanah Garapan itu adalah sebidang tanah
yang sudah atau belum dilekati sesuatu hak yang dikerjakan dan dimanfaatkan, hal ini sangat
jelas dan berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan (BPN) No. 2/2003 tentang
norma dan standar mekanisme pelaksanaan kewenangan Pemerintah di bidang
Pertanahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Memiliki tanah Garapan
dengan status tersebut memang mempunyai hak untuk menempati, memakai, dan menikmati;

2.6. Bahwa apakah Tergugat II paham dalam objek perkara a quo merupakan Tanah Negara yang
tidak bisa di wariskan atau atau dalam praktiknya yang terjadi adalah surat keterangan
garapan di berikan kepada Tergugat I karena kapasitasnya sebagai anak mantu;

2.7. Bahwa apakah Tergugat II juga Paham bahwa Tanah Negara tidak bisa di perjual belikan
yang hannya ada peralihan garapan namun harus dengan prosedur dan sesuai pasal 24 PP
Nomor 24 ayat (2) Tahun 1997;

2.8. Bahwa dalam tanah Negara tidak mengenal yang namanya Sertifikat Induk, bahwa tanah
Negara untuk individu/perorangan diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), Yaitu :
1. Hak Milik
2. Hak Guna Usaha
3. Hak Guna Bangunan
4. Hak Pakai
5. Hak Sewa
6. Hak Membuka Tanah
7. Hak memungut Hasil Hutan

2.9. Bahwa kalau dilihat berdasarkan kriteri-kriteria aturan dan perundang undangan yang berlaku
apakah Tergugat I layak mendapatkan surat keterangan garapan yang dikeluarkan oleh
LAW OFFICE
DETY LERAH, S.H. & PARTNERS
Advocates and Legal Consultant
Lingkungan IX, Kelurahan Malalayang Satu, Kecamatan Malalayang, Kota Manado
Contact : 0853 9705 7913 Email: detylerah07@gmail.com

Tergugat II ? Tentu tidak, karena surat keterangan garapan itu di peruntuhkan bagi orang
yang menduduki, menggarap, mengelola objek tersebut sebagai mana amanat UU;

2.10.Tanah Gapan tidak bisa bersifat pewarisan, karena pewarisan sifatnya turun temurun tetapi
pada faktanya objek perkara a quo adalah tanah yang dikuasai oleh Negara di Tandai dengan
dikeluarkan Surat Keterangan Garapan untuk diterbitkan SHM, Tergugat II memandangnya
sebagai anak mantu tanpa melihat Pasal 1 ayat 3 PP 24 Tahun 1997 Tanah Negara atau
tanah yang dikuasai langsung oleh Negara adalah tanah yang tidak mempunyai sesuatu hak
atas tanah, Pasal 1 ayat 4 PP 24 Tahun 1997 Hak pengelolaan adalah hak menguasai dari
Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya yang
mengelola, menggarap, memaanfaatkannya, merupakan suatu Perbuatan Melawan Hukum
(Onrechtmatige daad);

3. TENTANG GUGATAN PREMATUR:


3.1. Bahwa Penggugat menolak dengan tegas semua dalil-dalil yang disampaikan oleh Tergugat II
dalam jawaban khususnya dalam hal eksepsi mengenai gugatan prematur, kecuali apa yang
diakui secara jelas dan terang oleh Penggugat;

3.2. Bahwa eksepsi diajukan oleh Tergugat II yang mempertanyakan gugatan adalah prematur
tentu itu kekeliruan, bahwa dalam sengketa perkara a quo Penggugat sudah 2x melakukan
mediasi di kantor kelurahan banjer, Penggugat berpikir mediasi di kelurahan hannyalah
bersifat kesepakatan dan tidak ada jaminan dikemudian hari akan terjadi hal-hal yang tidak di
inginkan mengngat tidak ada titik temu selama proses mediasi sehingga Penggugat
mengambil langkah hukum untuk agar lebih terang benerang permasalahan ini;

3.3. Bahwa tidak ada hubungan objek Tanah Penggugat dengan Tergugat I yang mengklaim
bahwa tanah itu milik orang tua Tergugat I, perlu di garis bawahi bahwa orang tua mantu dari
Tergugat I memiliki Objek tanah di depan lokasi objek Penggugat dan tidak termasuk dalam
Garapan atau pengelolaan Penggugat, sebagaimana Sertifikat Hak Milik No 465 Tahun 1983
dengan Surat Ukur No. 427 kepemilikan oleh Orang Tua Mantu Tergugat I itu sangat jelas,
sebagaimana SHM No. 465 Tahun 1983 pada faktanya dalam pengukuran tidak Termasuk
dengan Objek Penggugat, dan Penggugat secara tegas mengatakan antara Objek yang di
duduki Penggugat dan Tergugat I di pisahkan oleh jalan setapak yang merupakan fasilitas
umum atau public kendaraan keluar masuk, namun mengklaim Garapan Penggugat adalah
kepemilikannya itu adalah sebuah kesalahan karena sama saja mengklaim fasilitas Publik
milik Negara milik Tergugat I

3.4. Bahwa faktanya prosedur penerbitan Surat Keterangan Garapan tersebut tidak
memperhatikan hukum yang berlaku secara normative, dan prosedur-prosedur dalam
menerbitkan Surat Keteranagn Garapan haruslah memperhatikan Pasal 1 ayat 3 PP 24
Tahun 1997 Tanah Negara atau tanah yang dikuasai langsung oleh Negara adalah tanah yang
tidak mempunyai sesuatu hak atas tanah, Pasal 1 ayat 4 PP 24 Tahun 1997 Hak pengelolaan
adalah hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan
kepada pemegangnya yang mengelola, menggarap, memaanfaatkannya, di keluarkannya
LAW OFFICE
DETY LERAH, S.H. & PARTNERS
Advocates and Legal Consultant
Lingkungan IX, Kelurahan Malalayang Satu, Kecamatan Malalayang, Kota Manado
Contact : 0853 9705 7913 Email: detylerah07@gmail.com

Surat Keterangan Garapan merupakan suatu Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige


daad);

3.5. Bahwa eksepsi diajukan Tergugat II yang menjelaskan terkait mediasi menjadi isu yang
sangat krusial sehingga menyebutkan gugatan dalam perkara a quo prematur adalah
pemikiran yang sangat keliru dan menjerumuskan, bahwa yang menjadi wajib seharusnya
dalam ruang lingkup proses litigasi di Pengadilan Negeri Manado sebagaimana disebutkan
Perma No 1 Tahun 2016, tidak ada kewajiban dan dampak hukum apabila tidak datang
mediasi di kantor kelurahan;

Majelis hakim Yang Mulia dalam memeriksa perkara a quo, bahwa sebagaimana di uraikan diatas
Penggugat sangat jelas dan beralasan mohon dapat menolak dalil Tergugat II;

4. DALAM POKOK PERKARA:


4.1. Bahwa apa yang telah kami uraikan dalam tanggapan kami dalam Eksepsi sepanjang masih
relevan mohon diberlakukan dalam pokok perkara;

4.2. Bahwa Penggugat menolak dengan tegas semua dalil-dalil yang disampaikan oleh Tergugat II
mengenai Eksepsi Gugatan Penggugat dalam pokok perkara, kecuali apa yang diakui secara
jelas dan terang oleh Penggugat;

4.3. Bahwa dalam hal mengeluarkan Surat Keterangan Garapan atas nama Ramli Hungan
(Tergugat I), adalah tanpa hak dan melawan hukum;

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas Penggugat dengan mohon hormat kiranya yang mulia Majelis Hakim
yang memeriksa perkara a quo untuk memberikan putusan sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI
1.Menolak seluruh dalil Tergugat II karena tidak beralasan hukum;

2.Menyatakan Tergugat II telah melakukan kesalahan dengan menerbitkan Surat Ketrangan


Garapan Tanpa Hak dan Melawan Hukum;

DALAM POKOK PERKARA:


1. Menolak seluruhnya dalil Tergugat II karena tidak beralasan Hukum

2.Menyatakan Tergugat II telah melakukan kesalahan dengan menerbitkan Surat Ketrangan


Garapan Tanpa Hak dan Melawan Hukum;
LAW OFFICE
DETY LERAH, S.H. & PARTNERS
Advocates and Legal Consultant
Lingkungan IX, Kelurahan Malalayang Satu, Kecamatan Malalayang, Kota Manado
Contact : 0853 9705 7913 Email: detylerah07@gmail.com

Subsidair

Apabila yang mulia majelis hakim yang memeriksa dan memutus perkara a quo mohon keadilan
yang seadi-adilnya.

Manado, November 2021


Hormat Kuasa Penggugat,

DETY LERAH, S.H

CHRISLY D.N. PARANSI, S.H

Anda mungkin juga menyukai