Kel 12 - Konsep Psikologi Organisasi Dan Penerapannya
Kel 12 - Konsep Psikologi Organisasi Dan Penerapannya
Oleh:
Maspuroh (04020420030)
Indriyani (04010420009)
M. Ibnu Fadhli S (04010420013)
Dosen Pengampu:
Moh. Ilham, MM
SURABAYA
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-
nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka
memenuhu salah satu syarat memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Organisasi. Penyusun
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, pada penyusunan
makalah ini, sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat berharga dalam
memperbaiki penulisan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap usaha
kita, Aaamiin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengentar……………………………..…………………………………………………i
Daftar Isi……………………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………1
C. Tujuan………………………………………………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap organisasi selalu mendambakan bahwa setiap anggotanya berperan aktif dalam
organisasi tersebut. Sangat menarik apabila setiap anggota organisasi bekerja sama dengan
baik, dan memiliki semangat juang terhadap organisasinya. Berbahagialah para pelaku
yang terjun di psikologi organisasi. Karena lingkungan organisasi yang memberikan rasa
nyaman dan aman akan membuat para anggotanya menampilkan kinerja terbaiknya sesuai
dengan harapan para ahli psikologi organisasi. Namun, untuk menjadi sebuah organisasi
yang sesuai keinginan kita tentu tidaklah mudah. Di sebuah organisasi pasti ada yang
merasa seseorang atau sekelompok orang yang merasa tidak di hargai, tidak di perhatikan,
dan berbagai pikiran negative lainnya yang dapat mempengaruhi kinerjanya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Psikologi industri dan organisasi atau perusahaan merupakan salah satu cabang dari
ilmu psikologi. Psikologi industri dan organisasi adalah ilmu yang membahas atau
mempelajari peranan psikologi dalam dunia kerja atau dalam perkembangan industri itu
sendiri. Secara umum, berbagai metode atau teori maupun konsep psikologi dapat
dimanfaatkan di berbagai bidang dalam sebuah perusahaan. Salah satunya adalah dalam
bidang pengelolaan Sumber Daya Manusia ( SDM ). 1 Beberapa konsep psikologi dalam
perkembangan industri dan organisasi:
Menurut Kozlowski dan Bell (2003) sebuah tim terdiri dari dua atau lebih
individu yang menunjukkan tugas‐tugas yang secara organisasi berkaitan dan saling
ketergantungan, berbagi satu atau lebih tujuan yang sama, dan melakukan interaksi
sosial. Tim‐tim tertentu terikat pada proses team learning dimana terdapat proses
refleksi dan aksi secara terus‐menerus serta tim memperoleh, berbagi,
mengombinasikan dan menerapkan pengetahuan (Argote, Guenfeld, & Naquin,
1999; Edmonson, 1999). Jika gabungan kemampuan aktual masing‐masing anggota
tim tidak selamanya menentukan keberhasilan team learning maka ada aspek lain
yang dapat diperhitungkan yakni team efficacy (Edmonson, 1999). Bagaimana
anggota tim melihat kemampuan timnya dalam belajar dan memecahkan masalah
dengan mempertimbangkan kemampuan‐ kemampuan para anggotanya secara
keseluruhan. Keyakinan yang kuat bahwa tim dapat melakukan tugas ataupun
memecah‐ kan masalah inilah yang merupakan team efficacy.2
Menurut Dishon and O’Leary (1994: 11) bahwa team work adalah group of two five
students who are tied together by a common purpose to complete a task and to
include every group members. Dalam konteks ini Bene and Seats (1991) menegaskan
1
Konsep Psikologi Dalam Perkembangan Industri dan Penjelasannya, Arby Suharyanto
https://dosenpsikologi.com/
22
Team Learning Ditinjau dari Team Diversity dan Team Efficacy, Vivi Gusrini Rahmadani Pohan, dalam JURNAL
PSIKOLOGI VOLUME 37, NO. 2, DESEMBER 2010, hal. 207
3
bahwa premis mayor dalam suatu tim adalah bahwa setiap orang dalam tim kerja
harus berfungsi sebagai pemain yang kooperatif dan produktif untuk menuju
tercapainya hasil yang diinginkan. Dengan sangat menekankan pentingnya
kohesivitas. Duin, Jorn, DeBower dan Jonhson (1994) mendefinisikan bahwa
“Collaboratotion” sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih
mengimplementasikan dan mengevaluasi kegiatan bersama.
3
Pengaruh Kepemimpinan dan Team Work terhadap Kinerja Karyawan di Koperasi Sekjen Kemdikbud
Senayan Jakarta, Marudut Marpaung, dalam Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 2 Nomor 1 Maret-April 2014 hal.
36
4
https://eprints.uny.ac.id
4
Teori organisasi merupakan sejumlah pemikiran dan konsep yang menjelaskan atau
memperkirakan bagaimana organisasi/kelompok dan individu di dalamnya
“berperilaku”, dalam berbagai jenis struktur dan kondisi tertentu (Shafritz & Ott
dalam Levy, 2009). Dari definisi tersebut, organisasi seperti juga manusia memiliki
perilaku yang bisa diamati dengan baik oleh orang di dalamnya maupun oleh pihak
luar.5
Legaard sendiri membagi teori organisasi ke dalam tiga perspektif yang merupakan
wilayah utama yang menjadi pusat studinya (Legaard, 2010), yaitu:
a. Teori organisasi yang berfokus pada kinerja dalam menjalankan tugas dan
struktur
b. Teori organisasi yang berfokus pada motivasi karyawan
c. Teori organisasi yang berfokus pada penyesuaian dengan lingkungan sekitar.
3. Manajemen Stress
Secara etimologi stress adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional
yang di sebabkan oleh factor luar (KBBI 1988:860). Sebagai manusia umumnya kita
pernah mengalami apa yang disebut dengan stress. Demikian juga di lingkup kampus,
para mahasiswa mengalami stress baik dalam menghadapi perkuliahan, tugas
perkuliahan, ujian maupun pergaulan di lingkungan kampus. Banyak penelitian yang
menyatakan bahwa orang yang memiliki banyak ikatan sosial (pasangan, kawan
kerabat, anggota kelompok) hidup lebih lama dan kurang rentan mengalami penyakit
yang berhubungan dengan stres dibandingkan orang yang memiliki sedikit kontak
sosial suportif (Collen & Wills, 1985). Kawan-kawan dan keluarga dapat memberikan
dukungan dalam banyak cara. Mereka dapat meningkatkan harga diri dengan
mencintai kita apapun masalah kita. Mereka dapat memberikan informasi dan nasehat,
dampingan untuk mengalihkan perhatian kita dari kekuatiran kita, dan bantuan
finansial atau material. Semua hal itu cenderung menghilangkan perasaan tidak
berdaya dan meningkatkan percaya diri kita tentang kemampuan kita menghadapi
masalah.
Stres lebih mudah ditoleransi jika penyebab stres diceritakan kepada orang lain.
Dukungan emosional dan perhatian dari orang lain dapat menjadikan stres lebih dapat
5
Organisasi dan Teori Organisasi, Ade Heryana, SST, MKM, 2020, hal. 5
5
6
MOTIVASI DAN MANAJEMEN STRESS, Yanti Rubiyanti, Universitas Padjadjaran tahun 2008, hal. 23
7
Umi Anugerah Izzati, dan Olievia Prabandini Mulyana, “Psikologi Industri dan Organisasi” Penerbit Bintang
Surabaya, 2019, hlm,72-76.
6
5. Budaya Organisasi
8
Ali Muhatarom,”Kepuasan Kerja dan Komitmen Kerja (Teori dan Implementasi Manajemen pada Guru dan
Staf di Sekolah)” Tarbawi, Vol,1, No.01,Januari-Juni, 2015, hlm,138-139.
7
Asessmen adalah reaksi fisik, emosi, kognitif, dan prilaku yang ekstrem atau bagian
alami dari respon terhadap bencana bagi kebanyakan orang. Asessmen dapat diartikan
juga sebagai upaya untuk mendapatkan data atau informasi dari proses hasil
pembelajaran untuk mengetahui seberapa baik kinerja seseorang. Asessmen juga bisa
berupa tes bakat untuk mengetahui kecocokan kandidat atau karyawan terhadap
pekerjaan tertentu dalam perusahaan.
a. Observasi
b. Interview
c. Tes psikologi
7. Spiritual Kapital
9
Marcell Wirdianata, dan Ronny H. Mustamu, “Analisis Budaya Organisasi Pada Perusahaan Alas Kaki,”
Agora Vol.1,No,1,2013.
8
Kurang berkembang jauh dari konsep spiritual sosial adalah konsep yang muncul dari
spiritual capital. Spiritual capital konsepnya mengandung kemungkinan menggambar
di persimpangan ekonomi dan agama dan karya klasik seperti R.H. Tanwey (1998),
Religion dan bangkitnya kapitalisme Max Waber (1995), etika protestan dan
semangat kapitalisme, serta pemikiran ekonomi politik yang lebih baru tentang
ekonomi dan perkembangan. Spiritual capital dapat didefinisikan sebagai “dana
kepercayaan, contoh komitmen yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui
tradisi keagamaan, dan yang mengikat manusia pada sumber kebahagiaan manusia
yang transcendental”. Untuk memperkuatnya kita adalah makhluk bermoral, dalam
semua cara yang Adam Smith gambarkan, yaitu kami makhluk spiritual. Kami
mencari sumber transendental dari nilai-nilai kami. Kami bergabung dengan orang
lain dalam ibadah dan doa. Melalui disiplin spiritual, kebiasaan, dan latihan. 10 Istilah
spiritual capital pertama kali digunakan oleh Adam Heinrich Muller (1779-1829)
dalam abad XIX, pada abad romantisme Eropa (Iannaccone 2003:1). Muller
berpendapat, pembangunan ekonomi sebagai material capital merupakan hasil dari
social capital dan hasil dari dua Capital ini tidak lain dari penampilan spiritual capital
atau moral capital. Muller berpendapat, pengetahuan dan intuisi manusia lebih tinggi
tarafnya dari pengalaman dan pengamatan manusia.11
8. Ergonomi
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu terdiri atas kata dasar “Ergos” yang
berarti bekerja, dan “Nomos” yang artinya hukum alam, sehingga dapat didefinisikan
sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dan lingkungan kerjanya yang ditinjau
secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan
(Nurmianto, 1996:1)12. Istilah ergonomi untuk berbagai wilayah berbeda-beda, seperti
halnya di Jerman mereka memberi istilah Arbeltswissenchraft, kemudian di daerah
negara-negara Skandinavia memberi istilah Bioteknologi, dan untuk negara-negara di
bagian Amerika sebelah utara memberi istilah Human Engineering atau Human
Factors Engineering. Pada dasarnya Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang
sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan
keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup
10
Theodore Roosevelt Malloch, “Spiritual Capital and Practical Wisdom” Journal of Management
Develoment, Vol.29, No7/8,2010,hlm,756.
11
Bab 2, “Spiritual Capital Arti dan Maknanya” hlm,15.
12
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.
9
dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu untuk mencapai tujuan yang diinginkan
melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman.(Sutalaksana, 1979:61).13
Tujuan dari ergonomi adalah:
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan
promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan
sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek teknis, ekonomis, dan
budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan
kualitas hidup yang tinggi.
13
Anggawisastra, R., Sutalaksana, I. Z, dan Tjakraatmadja, J. H, (1979). Teknik Tata Cara Kerja. Departemen Teknik
Industri ITB : Bandung.
10
organisasi terus melakukan pendalaman serta investigasi dengan metode ilmiah untuk
mendapatkan jawaban. Hasilhasil studi diolah dan dijadikan dasar untuk membuat pola yang
berguna untuk menerangkan perilaku kerja secara umum. Dalam posisi ini, psikologi industri
dan organisasi merupakan "disiplin akademik".
Sisi lainnya adalah sebagai ilmu terapan/praktek atau disebut juga sisi profesional
yaitu penerapan dari pengetahuan untuk memecahkan masalah sebenarnya dalam dunia kerja.
Hasil-hasil riset dapat digunakan untuk menerima karyawan yang lebih baik, mengurangi
absen, memperbaiki komunikasi, meningkatkan kepuasan kerja dan memecahkan berbagai
masalah lainnya. Psikolog industri dan organisasi dapat mengaplikasikan teori-teori psikologi
untuk menerangkan dan meningkatkan efektivitas perilaku dan pengetahuan (kognisi)
manusia dalam dunia kerja (Aamodt, 2004). Contohnya, prinsip-prinsip teori belajar dapat
diterapkan dalam pelatihan dan pengembangan, prinsip-prinsip psikologi sosial dapat
digunakan untuk membentuk kelompok kerja ataupun mengatasi konflik antarkaryawan dan
prinsip-prinsip teori motivasi dan emosi digunakan untuk meningkatkan motivasi kerja serta
kepuasan pekerja14
14
Pengertian dan Sejarah Psikologi Industri dan Organisasi, Dra. Irma Adnan, M.Si, Modul1,
http://www.pustaka.ut.ac.id/
12
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhatarom,”Kepuasan Kerja dan Komitmen Kerja (Teori dan Implementasi Manajemen
pada Guru dan Staf di Sekolah)” Tarbawi, Vol,1, No.01,Januari-Juni, 2015, hlm,138-139.
Anggawisastra, R., Sutalaksana, I. Z, dan Tjakraatmadja, J. H, (1979). Teknik Tata Cara
Kerja. Departemen Teknik Industri ITB : Bandung.
Bab 2, “Spiritual Capital Arti dan Maknanya” hlm,15.
https://dosenpsikologi.com/
https://eprints.uny.ac.id
Konsep Psikologi Dalam Perkembangan Industri dan Penjelasannya, Arby
Suharyanto
Marcell Wirdianata, dan Ronny H. Mustamu, “Analisis Budaya Organisasi Pada
Perusahaan Alas Kaki,” Agora Vol.1,No,1,2013.
MOTIVASI DAN MANAJEMEN STRESS, Yanti Rubiyanti, Universitas Padjadjaran tahun
2008, hal. 23
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.
Organisasi dan Teori Organisasi, Ade Heryana, SST, MKM, 2020, hal. 5
Pengaruh Kepemimpinan dan Team Work terhadap Kinerja Karyawan di Koperasi Sekjen
Kemdikbud Senayan Jakarta, Marudut Marpaung, dalam Jurnal Ilmiah WIDYA Volume
2 Nomor 1 Maret-April 2014 hal. 36
Pengertian dan Sejarah Psikologi Industri dan Organisasi, Dra. Irma Adnan, M.Si, Modul1,
http://www.pustaka.ut.ac.id/
Team Learning Ditinjau dari Team Diversity dan Team Efficacy, Vivi Gusrini Rahmadani
Pohan, dalam JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 37, NO. 2, DESEMBER 2010, hal. 207
Theodore Roosevelt Malloch, “Spiritual Capital and Practical Wisdom” Journal of
Management Develoment, Vol.29, No7/8,2010,hlm,756.
Umi Anugerah Izzati, dan Olievia Prabandini Mulyana, “Psikologi Industri dan Organisasi”
Penerbit Bintang Surabaya, 2019, hlm,72-76.