Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERENCANAAN KAPASITAS

Makalah ditulis dan dipresentasikan dalam rangka memenuhi tugas matakuliah


Manajemen Operasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syari’ah

Dosen Pengampu:
Dr. Khairunnisa Musari, ST., M.MT.

Disusun oleh:
Kelompok 8
1. Ria Rosdiyana Dewi (083 134 090)
2. Fenti Nurjanah (083 134 184)
3. Luluk Ary Soca (083 134 089)
4. Eryanto (083 134 085)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
SEPTEMBER, 2016

i
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah menganugerahkan segala


rahmat dan hidayah-Nya, karena hanya dengan karunianya makalah yang berjudul
“Perencanaan Kapasitas” ini dapat selesai tanpa hambatan yang berarti. Shalawat
dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. utusan dan
manusia pilihan-Nya yang mengantarkan umat manusia minadzdzulumati ilan-
nuur, yakni addinul Islam (dari zaman kegelapan menuju zaman yang bercahaya,
yakni agama Islam).
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Khairunnisa Musari, ST., M.MT sebagai dosen pembimbing
matakuliah Manajemen Operasional.
2. Rekan-rekan yang memberikan saran-sarannya dan semangat pada
pemakalah agar dapat menyusun makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember, 01 September 2016

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kapasitas...........................................................................3

B. Jenis-jenis Kapasitas...........................................................................3

C. Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek Dan Panjang.........................4

D. Metode Perencanaan Kapasitas Produksi...........................................7

1. Metode Break Even Point (BEP)..................................................8


2. Metode Linear Programming........................................................14
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................21
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam teori ekonomi, kegiatan perusahaan adalah memproduksi
sampai kepada tingkat di mana keuntungan mencapai jumlah yang
maksimum. Sehingga tujuan memaksimumkan keuntungan merupakan
tujuan yan paling penting. Di mana dalam teori ekonomi tidak membedakan
apakah perusahaan itu perusahaan pemerintah atau swasta dan apakah
perusahaan itu berbentuk perusahaan perseorangan atau perkongsian atau
perseroan terbatas. Untuk tujuan itu, perusahaan menjalankan usaha yang
bersamaan yaitu mengatur penggunaan faktor-faktor produksi dengan cara
yang seefisien mungkin sehingga usaha memaksimumkan keuntungan.
Di samping itu, perusahaan harus mampu mengukur kemampuannya
dalam memenuhi permintaan para konsumen dan pasar dengan faktor-faktor
produksi yang dimilikinya. Kapasitas yang tersedia akan menentukan
seberapa besar atau banyak keluaran atau output yang dihasilkan. Oleh
karena itu, peran salah satu kegiatan manajemen sangat penting yakni dalam
hal ini perencanaan kapasitas.
Perancanaan kapasitas merupakan bagian dari keputusan strategis
perusahaan yang dirumuskan berdasarkan hasil peramalam permintaan di
masa mendatang. Apabila kapasitas yang tersedia di perusahaan terbatas,
maka output yang dihasilkan akan berada di bawah tingkat permintaan
pasar. Sehingga menyebabkan sebagian potensi pasar tidak dapat dilayani
dan mungkin akan dikuasai oleh pesaing lain. Sebaliknya, apabila kapasitas
yang ada terlalu besar, output kemungkinan akan menganggur dan tidak
akan terpasarkan seluruhnya dan menyebabka pemborosan pemakaian
sumber daya ekonomi perusahaan yang seharusnya dioptimalkan
penggunaannya.
Oleh karena itu, perlu adanya pengetahun mengenai perencanaan
kapasitas dan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar tujuan-tujuan
perusahaan yang diinginkan dapat tercapai. Maka, dalam makalah ini akan
membahas tentang perencanaan kapasitas yang dapat dilakukan oleh
perusahaan sehingga dapat mencapai keuntungan yang optimal dan
maksimal.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan kapasitas?
b. Apa saja jenis kapasitas itu?
c. Apa yang dimaksud dengan perencanaan kapasitas?
d. Bagaimana metode perencanaan kapasitas produksi itu?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi kapasitas;
b. Untuk mengetahui jenis-jenis kapasitas;
c. Untuk mengetahui tentang perencanaan kapasitas;
d. Untuk mengetahui metode perencanaan kapasitas produksi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian kapasitas
Menurut Chase dan Aquilano serta Russel dan Taylor, kapasitas merupakan
jumlah keluaran yang dapat dihasilkan oleh suatu sistem produksi dalam waktu
tertentu, yaitu selama satu tahun atau dalam beberapa tahun mendatang. Kapasitas
dapat pula diartikan sebagai jumlah unit produk yang dapat ditangani, diterima,
disimpan, atau diakomodasi dalam waktu tertentu. Pengertian pertama terpakai
dalam menyatakan kemampuan menghasilkan dari sebuah pabrik. Sedang makna
kapasitas yang kedua, lazim dipakai untuk menyatakan kemampuan sebuah
fasilitas jasa. Misalnya kapasitas tampung sebuah gudang wilayah atau gudang
distribusi 100.000 ton per tahun pada waktu simpan rata-rata 5 hari kalender.
Kapasitas menyalurkan dari Distributor X adalah 10.000 unit kendaraan roda
empat per tahun. Hotel Z atau Rumah Sakit Y memiliki kapasitas 1.000 orang
tamu/pasien per tahun.
Kapasitas adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi
dalam waktu tertentum biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per
satuan waktu.1

B. Jenis-Jenis Kapasitas
Menurut T. Hani Handoko, terdapat beberapa macam jenis kapasitas, yakni:
1. Design capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu untuk mana
pabik dirancang.
2. Rated capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang
menunjukkan bahwa fasilitas secara teoritik mempunyai kemampuan
memproduksinya.
3. Standard capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang
ditetapkan sebagai “sasaran” pengoperasian bagi manajemen, supervisi,

1
Antarikso, dkk, Manajemen Produksi/Operasi Modern, Jilid 1 Edisi 7 (Jakarta: Erlangga, 1994),
121.

3
dan para operator mesin; dapat digunakan sebagai dasar bagi
penyusunan anggaran.
4. Actual dan/atau operating capacity, yaitu tingkat keluaran rata-rata per
satuan waktu selama periode-periode waktu yang telah lewat.
5. Peak capacity, yaitu jumlah keluaran per satuan waktu yang dapat
dicapai melalui maksimalisasi keluaran, dan akan mungkin dilakukan
dengan kerja lembur, menambah tenaga kerja, menghapuskan
penundaan-penundaan, mengurangi jam istirahat, dan sebagainya.2

C. Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek Dan Panjang


Perencanaan kapasitas (capacity planning) merupakan keputusan
perencanaan strategis jangka panjang yang ditujukan untuk mengadakan seluruh
sumber daya produktif yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk dapat dipakai
menghasilkan level produksi tertentu. Jangka waktu di sini harus cukup panjang
sehingga mampu mengakomodasi kebutuhan untuk membangun atau mengadakan
bangunan pabrik baru, pemasangan mesin pabrik yang baru, atau membangun
fasilitas untuk menangani pengerjaan produk baru.
Jangka waktu yang dimaksud mungkin satu atau beberapa tahun, tergantung
pada jenis bisnis yang dikelola oleh perusahaan. Selanjutnya, dalam hal ini level
produski dimaksudkan sebagai perencanaan agregat untuk menghasilkan volume
keluaran tertentu secara tetap (constant level basis), fluktuasi permintaan
diharapkan dipenuhi melalui sediaan, khususnya sediaan pengaman. Sehubungan
dengan itu, maka dalam perencanaan kapasitas, kemampuan menghasilkan yang
akan dibangun atau diadakan ialah sebesar estimasi volume produksi yang
diharapkan dapat menjawab permintaan pasar dalam jangka waktu tertentu, satu
tahun atau lebih di masa yang akan datang.3
Ada dua macam perencanaan berdasarkan waktu yang digunakan, yakni
sebagai berikut:
1. Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek

2
T. Hani Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi (Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta, 2011), 300.
3
Murdifin Haming dan Mahfud Nurjanamuddin, Manajemen Produksi Modern: Operasi
Manufaktur dan Jasa (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 211.

4
Perencanaan kapasitas jangka pendek digunakan untuk menangani secara
ekonomis hal-hal yang sifatnya mendadak di masa yang akan datang, misalnya
untuk memenuhi permintaan yang bersifat mendadak atau seketika dalam jangka
waktu pendek. Kebanyakan perusahaan tidak beroperasi penuh selama 24 jam per
hari dan tidak pernah beroperasi penuh tujuh hari per minggu. Jika perusahaan
beroperasi selama delapan jam per hari (satu shift) dan lima hari per minggu, maka
kapasitas normal jam kerja perusahaan adalah 40 jam per minggu. Namun
demikian 40 jam per minggu bukanlah kapasitas maksimum yang dimiliki. Dalam
banyak kasus perusahaan dimungkinkan untuk bekerja melebihi kapasitas normal,
sehingga kapasitas output maksimumnya lebih dari 40 jam kerja.
Menghadapi kondisi seperti ini, untuk menambah atau menurunkan kapasitas
mungkin perusahaan akan melakukan penambahan dan pengurangan jam kerja,
melakukan sub-kontrak dengan perusahaan lain apabila terjadi perubahan
permintaan. Untuk meningkatkan kapasitas jangka pendek terdapat lima cara yang
dapat digunakan perusahaan, yakni:
a. Meningkatkan jumlah sumber daya, yaitu:
 Penggunaan kerja lembur
 Penambahan regu kerja
 Memberikan kesempatan kerja secara part-time
 Sub-kontrak
 Kontrak kerja
b. Memperbaiki penggunaan sumber daya, yaitu:
 Mengatur regu kerja
 Menetapkan skedul
c. Modifikasi produk, yaitu:
 Menentukan standar produk
 Melakukan perubahan jasa operasi
 Melakukan pengawasan kualitas
d. Memperbaiki permintaan, yaitu:
 Melakukan perubahan harga
 Melakukan perubahan promosi
e. Tidak memenuhi permintaan, yaitu dengan tidak mensuplai semua
permintaan.
2. Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang

5
Perencanaan kapasitas jangka panjang merupakan strategi operasi dalam
menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat diperkirakan
sebelumnya. Misalnya, rencana untuk menurunkan biaya produksi per unit yang
dalam jangka pendek sangat sulit untuk dicapai karena produk yang dihasilkan
masih berskala kecil. Tetapi dalam jangka panjang rencana tersebut dapat dicapai
dengan cara meningkatkan kapasitas produksi. Persoalan yang timbul adalah
berapa jumlah produk yang harus dihasilkan agar biaya produksi seminimum
mungkin. Penentuan jumlah produksi yang dapat menghadirkan biaya minimum
perlu diperhatikan berbagai faktor seperti pola permintaan jangka panjang dan
siklus kehidupan produk yang dihasilkan
Dalam kaitannya dengan kapasitas jangka panjang, terdapat dua strategi
yang dapat ditempuh perusahaan, yaitu (1) strategi melihat dan menunggu (wait
and see strategy), strategi ini dikatakan pula sebagai strategi hati-hati, karena
kapasitas produksi akan dinaikkan apabila yakin permintaan konsumen sudah naik.
Strategi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa, setiap kali terjadi kelebihan
kapasitas perusahaan harus menanggung risiko karena investasi yang dilakukan
hanya ditanggung dalam jumlah unit yang sedikit, akibatnya biaya produksi
menjadi tinggi, (2) strategi ekspansionis, yaitu kapasitas selalu melebihi atau di
atas permintaan. Dengan strategi ini perusahaan berharap tidak terjadi kekurangan
produk di pasaran yang dapat menyebabkan adanya peluang masuknya produsen
lain. Selain itu perusahaan berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik dengan
cara menjamin tersedianya produk di pasaran. 4

D. Metode Perencanaan Kapasitas Produksi


Jumlah dan jenis yang menghasilkan keuntungan maksimum atau biaya
minimum sering disebut sebagai kapasitas produksi optimum atau luas produksi
optimum. Untuk menentukan kapasitas produksi optimum, terdapat berbagai
macam faktor yang harus diperhatikan. Faktor-faktor tersebut pada umumnya
disebut sebagai faktor-faktor produksi seperti:
a. Kapasitas bahan baku, yaitu jumlah bahan baku yang mampu disediakan dalam
waktu tertentu. Jumlah ini dapat diukur dari kemamuan para suplier untuk
memasok maupun kemampuan penyediaan dari sumber bahan baku.

4
Murdifin Haming dan Mahfud Nurjanamuddin, Manajemen Produksi Modern: Operasi
Manufaktur dan Jasa, 67-68.

6
b. Kapasitas jam kerja mesin, yaitu jumlah jam kerja normal mesin yang mampu
disediakan untuk melaksanakan kegiatan produksi.
c. Kapasitas jam tenaga kerja, yaitu jumlah jam tenaga kerja normal yang mampu
disediakan. Jumlah jam tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja dan
jam kerja yang berlaku apakah satu shift (8 jam), dua shift (16 jam), atau tiga
shift (24 jam)
d. Modal kerja, yaitu kemampuan penyediaan dan untuk melaksanakan proses
produksi, misalnya untuk membeli bahan baku membayar upah dan lain
sebagainya.
e. Kapasitas permintaan.
Dari berbagai macam faktor tersebut, diusahakan untuk memperoleh
kombinasi jumlah dan jenis produksi yang akhirnya dapat menghasilkan
keuntungan atau biaya minimum.
Dalam perencanaan kapasitas terdapat skala produksi atau luas produksi
yakni, merupakan kuantitas unit produk yang seharusnya dihasilkan pada satu
periode tertentu, misalnya satu semester, satu tahunan dalam rangka untuk
mencapai optimalisasi keuntungan. Konsep yang paling sederhana dalam
menentukan skala operasi (luas produksi) adalah tergantung pada kemungkinan
perkembangan pangsa pasar (market share) yang dapat diraih dan kapasitas mesin
serta perlatan yang dimiliki perusahaan. Di samping itu, yang perlu diperhatikan
adalah kualitas dan kuantitas SDM dalam proses produksi, kemampuan keuangan
perusahaan dan kemungkinan adanya perubahan teknologi di masa yang akan
datang.
Metode yang dapat digunakan untuk mengkombinasikan berbagai faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Metode Break Even Point (BEP)
Metode break even point (BEP) dapat digunakan untuk menentukan
kapasitas produksi optimum. BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana total
pendapatan besarnya sama dengan total biaya (TR = TC). Dapat pula diartikan laba
sama dengan nol, atau marginal income atau contribution margin sama dengan
biaya tetap (MI = FC), atau biaya tetap dibagi dengan marginal income per unit
(FC/MI), atau biaya tetap dibagi marginal income ratio (FC/MIR), atau biaya tetap
dibagi satu min variable cost (FC/1 – VCR). Pemanfaatan BEP dalam menentukan
kapasitas produksi optimum dapat dilihat pada contoh berikut ini:

7
Biaya tetap selama satu tahun sebesar Rp 400.000,- sedangkan biaya
variabel Rp 600,- per unit. Harga jual produk ditetapkan Rp 1.000,- per unit.
Kapasitas bahan baku (a) mampu untuk menghasilkan sebanyak 2.500 unit produk,
kapasitas jam tenaga kerja (b) dapat menghasilkan sebanyak 3.000 unit, jam kerja
mesin (c) memilki kapasitas sebanya 3.500 unit, sedangkan permintaan (d)
diperkiarakan sebanyak 4.000 unit. Dari data tersebut BEP tercapai pada tingkat
produksi sebanyak 1.000 unit dengan perhitungan sebagai berikut:
Biaya tetap 400.000
BEP= = =1.000 unit
( harga jual )−(biaya varibel) 1.000−600
Dari unit BEP dan kapasitas masing-masing faktor produksi, dapat dibuat
grafik BEP seperti disajikan berikut ini:

Penjualan/bi
aya (000)
(d)

TR
(c)

(b)

(a)
TC

BEP
1.000

FC
400

1 2 2,5 3 3,5 4
Unit (000)

Dalam gambar tersebut menunjukkan bahwa meskipun jumlah permintaan


sebesar 4.000 unit, tetapi perusahaan tidak dapat memenuhinya, karena kapasitas

8
bahan baku hanya mampu untuk menghasilkan produk sebanyak 2.500 unit. Oleh
karena itu, kapasitas produksi optimum adalah 2.500 unit yang ditentukan dari
jumlah bahan baku yang mampu disediakan. Apabila perusahaan merencanakan
untuk memenuhi jumlah permintaan atau menaikkan kapasitas produksi optimum,
maka penambahan faktor produksi yang diprioritaskan adalah penambahan
kemampuan penyediaan jumlah bahan baku kemudian jam tenaga kerja dan jam
mesin. Dengan berproduksi sebanyak 2.500 unit, perusahaan akan memperoleh
keuntungan sebesar Rp 600 {2.500(1.000) - 400.000}. Tetapi perusahaan memiliki
kelebihan kapasitas terutama untuk jam tenaga kerja dan jam mesin di samping
permintaan yang tidak dapat dipenuhi sebanyak 1.500 unit.5
Selain contoh di atas, untuk memberikan ilustrasi sederhana penerapan
analisis BEP (Break Even Point) berikut diberikan contoh kasus pada PT. Bintang
Malang. PT. Bintang Malang ingin merencanakan luas produksi sehubungan
dengan rencana produksi perdananya. Data berikut menunjukkan informasi yang
berhubungan dengan PT. Bintang Malang:
Biaya tetap (FC) Rp 800.000,-
Biaya variabel per unit (VC) Rp 40.000,-
Harga jual per unit (S) Rp 200.000,-
Untuk menentukan berapa kuantitas minimum yang harus dijual agar PT.
Bintang Malang dalam kondisi impas dapat menggunakan formulasi sebagai
berikut:
FC
Q=
S−VC
Jika data di atas dimasukkan dalam formulasi di atas maka:
800.000
Q=
200.000−40.000
Q=5.000 unit
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat dinyatakan jika PT. Bintang
Malang merencanakan produksi dan menjual di bawah 5.000 unit akan mengalami
kerugian, sedangkan jika memproduksi dan menjual di atas 5.000 unit akan
memperoleh keuntungan.6

5
Zulian Yamit, Manajemen Produksi dan Operasi (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), 69-71.
6
Suratman, Studi Kelayakan Proyek: Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan (Yogyakarta:
J&J Learning, 2001), 85.

9
Menurut T. Hani Handoko, untuk menghitung titik break-even, perlu
ditentukan terlebih dahulu biaya-biaya tetap dan variabel untuk berbagai
volume penjualan. Ini dapat dilakukan untuk operasi keseluruhan atau
proyek-proyek individual. Titik break-even merupakan titik di mana
penghasilan total sama dengan biaya total. Atau dalam bentuk rumusan
menjadi:
PxQ=F+(VxQ)
dengan keterangan
P = harga per unit
Q = kuantitas yang dihasilkan
F = biaya tetap total
V = biaya variabel per unit
Akan sama dengan formula berikut ini:
PQ = F + VQ
F = ( P – V ) Q; dengan demikian maka:
F
Q=
P−V
Sebagai contoh, harga penjualan produk A adalah Rp 100.000,- per
unit, dan biaya bahan mentah dan tenaga kerja langsung sebesar Rp 80.000,-
per unit, dan biaya tetap per bulan Rp 20.000.000,-. Titik break-even dalam
unit keluaran dapat dihitung sebagai berikut:
20.000 .000
Q= =1.000unit
100.000−80.000
Istilah (P-V) disebut “kontribusi”, yaitu jumlah kelebihan atau selisih
harga jual per unit di atas biaya variabel per unit (atau penghasilan total
melebih variabel total). Dalam contoh kita, harga jual satu produk A
memberikan kontribusi sebesar Rp 20.000,- terhadap penutupan biaya tetap
sampai titik break even tercapai. Di atas 1.000 unit, kontibusi Rp 20.000,-
akan berupa laba sebelum pajak.
Hubungan-hubungan ini dapat digunakan oleh para manajer dalam
perencanaan kapasitas mereka. manajer dapat menentukan, sebagai contoh,
pengaruh pada laba (atau rugi) perubahan-perubahan kuantitas yang

10
dihasilkan. Bila manajer ingin mengetahui volume berapa laba akan sebesar
Rp 5.000.000,-, maka cara termuda adalah membagi Rp 5.000.000,- dengan
Rp 20.000,- dan mendapatkan 250 unit di atas volume break even, atau
1.250 unit dalam total, yang akan harus dihasilkan. Dalam bentuk rumusan,
jumlah yang dihasilkan total adalah:
F+ laba yang diinginkan
Q=
P−V
20.000 .000+5.000 .000
Q=
100.000−80.000
25.000 .000
Q=
20.000
Q = 1.250 unit7
Rumus BEP lainnya untuk mengetahui berapa BEP dengan rupiah atau
berdasarkan jumlah penjualan dengan laba yang diinginkan adalah sebagai
berikut:8
F+ laba yang diinginkan
Q=
V
1−( )
P
Maka, soal di atas dapat dijawab seperti di bawah ini:
F+ laba yang diinginkan
Q=
V
1−( )
P
20.000 .000+5.000 .000
Q=
80.000
1−( )
100.000
25.000 .000
Q=
1−0,8
Q=125.000 .000
Contoh-contoh di atas merupakan contoh perhitungan BEP pada produksi
single product. Untuk mengetahui bagaimana BEP pada produksi multi product
yakni produksi dengan lebih dari satu produk, makan kita harus mengetahui data
produksi meliputi jumlah unit yang diproduksi (Q), harga jual per unit (P) dan

7
Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, 308-312.
8
Ade Hamdani, “Penggunaan Analisis Break Even Point Multi Produk dalam Perencanaan Laba
pada Pabrik Roti Calista Bakery”, www.publication,gunadarma.ac.id, Jumat, 30 September
2016, 12.13 WIB.

11
biaya variabel per unit (CV) setiap produk tersebut. Pada BEP multi product, perlu
diketahui:
a. Rasio margin kontribusi (RMK), dengan rumus:
Margin kontribusi
RMK= x 100 %
Totak penjualan
Dimana, rumus dalam mencari margin kontribusi
∑ (Qi x Pi) - ∑ (Qi x VCi)
b. Presentase margin kontribusi keseluruhan (MKK), dengan rumus:

MKK=
∑ ( Qi x Pi )−∑ (Qi−VCi)
(Qi x Pi)
Sedangkan rumus BEP multi product penjualan keseluruhan adalah sebagai
berikut:
TVC
BEP=
Rasio MKK
Di mana, TVC = total biaya variabel; MKK = margin kontribus keseluruhan.
Berikut adalah contoh kasus perhitungan BEP multi product pada sebuah pabrik
roti. Pabrik roti Calista Bakery adalah suatu usaha kecil menengah yang
memproduksi roti tawar sebagai produk utamanya dan produk sampingannya ada
roti coklat, keju dan strawaberi dengan data produksi sebagai berikut:
Roti Roti Roti
Produk Roti Keju
Cokelat Strawberi Tawar
Unit yang dijual/bulan (Q) 3.000 2.500 2.000 4.000
Harga jual/unit (P) Rp 4.500 Rp 4.500 Rp 3.000 Rp 5.000
Variable Cost/unit (VC) Rp 3.260 Rp 3.384 Rp 2.752 Rp 3.234
Margin Kontribusi Keseluruhan:
Produk (Qi x Pi) (Qi x VCi)
Roti Cokelat Rp 13.500.000 Rp 9.780.000
Roti Keju Rp 11.250.000 Rp 8.460.000
Roti Strawberi Rp 7.000.000 Rp 5.504.000
Roti Tawar Rp 20.000.000 Rp 12.936.000
TOTAL Rp 51.750.000 Rp 36.680.000
Maka,
Margin kontribusi = ∑ (Qi x Pi) - ∑ (Qi x VCi)
= Rp 51.750.000 - Rp 36.680.000
= Rp 15.070.000 per bulan
Setelah margin kontribusi diketahui, maka rasio persentase Margin Kontribusi
Keseluruhan dihitung sebagai berikut:

12
Margin kontribusi
Rasio Margin Kontribusi Keseluruhan = x 100%
Total penjualan
Rp 15.070 .000
= x 100%
Rp 51.750 .000
= 29,1 %
Total Biaya Variabel(TVC )
Jadi, BEP penjualan keseluruhan =
Rasio MKK
Rp 36.680 .000
=
0,291
= Rp 126.048.1109

2. Metode Linear Programming


Programasi linear adalah suatu model optimasi pemasaran linear
berkenaan dengan keadaan-keadaan linear yang dihadapinya, masalah
programasi linear berarti adalah masalah pencarian nilai-nilai optimum
(maksimum atau minimum) sebuah fungsi linear pada suatu sistem
sehimpun kendala linear. Fungsi linear yang hendak dicari nilai
optimumnya, berbentuk sebuah persamaan, disebut fungsi tujuan.
Sedangakn fungsi-fungsi linear yang harus terpenuhi dalam optimisasi
fungsi tujuan tadi, dapat berbentuk persamaan maupun pertidaksamaan,
disebut fungsi kendala.
Agar suatu masalah optimisasi dapat diselesaikan dengan programasi
linear, ada beberapa syarat atau karakteristik yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Masalah tersebut harus dapat diubah menjadi permasalahan matematis.
Ini berarti bahwa masalah tadi harus bisa dituangkan ke dalam bentuk
model matematik, dalam hal ini model linear, baik berupa persamaan
maupun pertidaksamaan.
2. Keseluruhan sistem permasalahn harus dapat dipilih-pilih menjadi
satuan-satuan aktivitas sebagai misal : α11X1 + α12X2 ≤ k1 dimana X1 dan
X2 ada aktivitas.

9
Ade Hamdani, “Penggunaan Analisis Break Even Point Multi Produk dalam Perencanaan Laba
pada Pabrik Roti Calista Bakery”, www.publication,gunadarma.ac.id, Jumat, 30 September
2016, 12.13 WIB.

13
3. Masing-masing aktivitas harus dapat ditentukan dengan tepat baik jenis
maupun letaknya dalam model programasi.
4. Setiap aktivitas harus dapar dikuantifikasikan sehingga masing-masing
nilainya dapat dihitung dan dibandingkan.
Dengan demikian di dalam suatu masalah programasi linear harus
terdapat rangkaian “kendala-aktivitas-tujuan” atau “masukan-aktivitas-
keliaran”. Perumusan model programasi linear dapat dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan aktivitas
2. Menentukan sumber-sumber (masukan)
3. Menghitung jumlah masukan dan keluaran untuk setiap satuan aktivitas
4. Menentukan kendala-kendala aktivitas
5. Merumuskan model, yakni membentuk fungsi tujuan dan fungsi-fungsi
kendalanya.10
Berikut ini adalah contoh perumusan model programasi linear:
Andaikan sebuah perusahaan yang menghasilkan dua macam
keluaran, yaitu barang A dan barang B, menggunakan dua bahan mentah
yakni R dan S sebagai masukannya. Baik barang A maupun barang B
masing-masing menggunakan masukan R dan masukan S dalam proses
produksinya. Setiap unit keluaran A memerlukan 4 unit masukan R dan 3
unit masukan S, sedangkan setiap unit B memerlukan 2 unit R dan 4 unit S.
Harga jual produk A dan B masing-masing Rp 5.000,00 dan Rp 6.000,00
per unit. Jumlah persediaan masukan R dan masukan S yang dimiliki oleh
perusahaan ini masing-masing 100 unit dan 120 unit. Berapa unit A dab B
harus dihasilkan agar penerimaan perusahaan maksimum, dengan
keterbatasan atau kendala bahwa penggunaan masukan R dan masukan S
masing-masing tidak melebihi 100 unit dan 120 unit?
Masalah programasi linear yang muncul disini ialah memaksimumkan
penerimaan, yakni menentukan kombinasi jumlah barang A dan jumlah
barang B yang sebaiknya dihasilkan sehubungan dengan kondisi-kondisi
10
Dumairy, Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,
2007), 344.

14
yang dihadapi. Agar dapat diselesaikan dengan model programasi linear,
permasalahannya haruslah dituangkan ke dalam bentuk model tersebut,
berarti harus dirumuskan fungsi tujuan yang hendak dioptimumkan dan
fungsi-fungsi kendala yang dihadapi. Misalkan z melambangkan
penerimaan perusahaan sedangka α dan b masing-masing melambangkan
jumlah A dan jumlah B, maka :
Fungsi tujuannya : z = 5000a + 6000b
Fungsi kendalanya : 4a + 2b ≤ 100
3a + 4b ≤ 120
Fungsi kendala yang pertama berkenaan dengan masukan R; karena
setiap unit A memerlukan 4 unit R dan setiap unit B memerlukan 2 unit R,
padahal jumlah masukan R yang dapat digunakan tidak mungkin melebihi
(berarti boleh kurang atau sama dengan) 100 unit, maka haruslah 4a + 2b ≤
100, sedangkan fungsi kendala yang kemudian berkenaan dengan masukan
atau bahan mentah S; karena setiap unit A membutuhkan 3 unit S dan setiap
unit B membutuhkan 4 unit S, padahal jumlah masukan S yang dapat
dipakai tidak mungkin lebih dari (berarti boleh kurang dari atau sama
dengan) 120 unit, maka haruslah 3a + 4b ≤ 120. Perumusan fungsi tujuan
dan fungsi kendala ini akan lebih mudah dilakukan dengan menggunakan
bentuk tabel permasalahannya, yang berisi keterangan-keterangan tentang
masukan dan keluaran serta kendalanya masing-masing.
a. Metode Grafik
Penyelesaian dengan moetode grafik atau geometri dilakukan dengan
menggambarkan fungsi-fungsinya (fungsi kendala maupun fungsi tujuan)
pada sistem sumbu silang, di mana sumbu-sumbu horizontal dan vertikal
masing-masing mencerminkan jumlah setiap keluaran.11 Contoh kasus
dalam penyelesaian penentuan kombinasi jumlah produk guna memperoleh
profit maksimum.
Seandainya kita menghadapi masalah seperti yang terdapat di dalam
contoh perumusan model sebelumnya, yakni:

11
Dumairy, Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi, 345-348.

15
Maksimumkan fungsi tujuan z = 5.000a + 6.000b terhadap kendala-
kendala 4a + 2b ≤ 100
3a + 4b ≤ 120
a,b ≥ 0
Grafik yang dapat digambarkan adalah seperti di bawah ini:

J (0,50)

4a + 2b ≤ 100
K
(0,30)
L (16,18)

3a + 4b ≤ 120
Area
Laik
a
O M N
(0, 0) (25,0 (40,0)

Area penyelesaian yang laik (feasible area) bagi masalah yang


dihadapu oleh perusahaan ini adalah di bidang OKLM. Menghasilkan
kombinasi jumlah A dan B di atas/kanan bidang OKLM merupakan hal
yang tidak mungkin dapat dilakukannya, mengingat keterbatasan sumber
daya atau masukan (dalam hal ini bahan mentah) yang dimiliki. Area di luar
bidang OKLM disebut area tak laik (unfeasible area).
Titik L ini merupakan perpotongan antara kedua garis fungsi tujuan
dan kendala, terletak pada kedudukan a = 16 dan b = 18. Berarti
penyelesaian optimalnya adalah memproduksi barang A sebanyak 16 unit
dan barang B sebanyak 18 unit. Penerimaan maksimum yang diperoleh
dengan kombinasi ini adalah z = 5.000 (16) + 6.000 (18) = 188.000.

16
Bila perlu, hasil penyelesaian ini dapat diuji kebenarannya. Pengujian
dilakukan terhadap kendala-kendala yang ada, guna membuktikan
optimalitasnya. Pengujian terhadap kendala:
4a + 2b ≤ 100 → 4(16) + 2(18) ≤ 100 terpenuhi
3a + 4b ≤ 120 → 3(16) + 4(18) ≤ 120 terpenuhi
Karena ruas kiri fungsi kendala mencerminkan jumlah masukan yang
terpakai dan ruas kanan menunjukkan jumlah masukan yang tersedia. Maka
dengan membandingkan kedua ruas dapat diketahui jumlah masukan yang
tersisa atau tidak terpakai. Dalam kasus ini, baik masukan R maupun
masukan S, semuanya terpakai habis dan tidak ada yang tersisa.
Berdasarkan pengujian terhadap kendala-kendala ini terbukti bahwa
kombinasi produksi 16A dan 18B adalah laik (mungkin).
Pengujian terhadap optimalitasnya adalah:
K (0,30) → z = 5.000 (0) + 6.000(30) = 180.000
L (16,18) → z = 5.000 (16) + 6.000(18) = 188.000
M (25,0) → z = 5.000 (25) + 6.000(30) = 125.000
Titik O(0,0) tidak perlu diuji karena jelas z = 0. Sedangkan titik J dan
N juga tidak perlu diuji karena di luar area laik (mungkin). Berdasarkan
pengujian optimalitas ini terbukti bahwa titik L, kombinasi produksi 16 A
dan 18 B adalah yang terbaik.12

b. Metode Simplex: Sebuah Pengenalan


Metode simplex dikerjakan secara sistematik bermula dari suatu
penyelesaian dasar yang laik (feasible basic solution) ke penyelesaian dasar
yang lain berikutnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga akhirnya
ditemukan penyelesaian yang optimal. Dengan pengerjaan secara simplex
ini peranan matrix berikut kaidah-kaidahnya sangat berarti.
Seperti halnya dengan metode aljabar, di sinipun terlebih dahulu harus
dilakukan standarisasi rumusan model, sebelum tahap penyelsaian awal
dikerjakan. Fungsi-fungsi kendala yang masih berbentuk pertidaksamaan

12
Dumairy, Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi, 350-352.

17
harus diubah dulu menjadi berbentuk persamaan, yakni dengan
menambahkan “variabel senjang” (slack variable) pada fungsi kendala yang
≤, dan mengurangkan “variabel surplus” (surplus variable) pada fungsi
kendala yang bertanda ≥. Secara umum, fungsi-fungsi kendala yang standar
dapat dituliskan sebagai berikut:
a 11 x 1 +a12 x 2 +¿.......+a 1 n x n ± s1 = b1
a 21 x1 + a22 x 2+ ¿.......+a 2 n x n ± s2 = b2
a m 1 x 1+ am 2 x2 +¿.......+a mn x n ± sm = bm
Hasil-hasil perhitungan pada setiap tahap pengerjaan disajikan ke
dalam bentuk tablo (tabel matriks). Berdasarkan angka-angka yang muncul
di tablo inilah dilakukan analisis dan ditarik kesimpulan. Contoh gambar
tablo yang sering muncul dalam pembahasan metode simplex di beberapa
buku adalah metode simplex dengan tablo berbaris c j−z j adalah sebagai
berikut:
Progra c1 c2 .... cn 0 0 .... 0
Tujuan Kuantitas
m x1 x2 .... xn s1 s2 .... sn
s1 0 a 11 a 12 .... a 1n 1 0 .... 0 b1
s2 0 a 12 a 22 .... a 2n 0 1 .... 0 b2
. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .
sn 0 am1 am2 .... a mn 0 0 .... 1 bm

zj
c j−z j
Untuk mempelajarinya lebih jelas, maka dianjurkan untuk mendalami
matriks dan pengoperasian kaidah-kaidahnya dalam pembelajaran lainnya.13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjelasan pada bab pembahasan, dapat disimpulkan kemampuan
pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentum biasanya
dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per satuan waktu. Dan terdapat
13
Dumairy, Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi, 360.

18
beberapa macam jenis kapasitas, yakni: design capacity, rated capacity, standard
capacity, actual dan/atau operating capacity, dan peak capacity.
Perencanaan kapasitas (capacity planning) merupakan keputusan
perencanaan strategis jangka panjang yang ditujukan untuk mengadakan seluruh
sumber daya produktif yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk dapat dipakai
menghasilkan level produksi tertentu. Perencanaan kapasitas terdiri dari 2 macam,
yaitu perencanaan kapasitas jangka pendek dan perencanaan kapasitas jangka
panjang.
Dalam perencanaan kapasitas terdapat skala produksi atau luas produksi
yakni, merupakan kuantitas unit produk yang seharusnya dihasilkan pada satu
periode tertentu, misalnya satu semester, satu tahunan dalam rangka untuk
mencapai optimalisasi keuntungan. Metode yang dapat digunakan untuk
mengkombinasikan berbagai faktor produksi adalah metode Break Even Point
(BEP) untuk single product dan multi product; dan metode Linear Programming
(LP) yang terdiri dari metode grafik dan simplex.

Daftar Pustaka

Antarikso, dkk. 1994. Manajemen Produksi/Operasi Modern, Jilid 1 Edisi 7.


Jakarta: Erlangga.
Dumairy. 2007. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.

19
Haming, Murdifin dan Mahfud Nurjanamuddin. 2007. Manajemen Produksi
Modern: Operasi Manufaktur dan Jasa. Jakarta: Bumi Aksara.
Handoko, T. Hani. 2011. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Suratman. 2001. Studi Kelayakan Proyek: Teknik dan Prosedur Penyusunan
Laporan. Yogyakarta: J&J Learning.
Yamit, Zulian. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: Ekonisia.
Ade Hamdani. “Penggunaan Analisis Break Even Point Multi Produk dalam
Perencanaan Laba pada Pabrik Roti Calista Bakery”.
www.publication,gunadarma.ac.id, Jumat, 30 September 2016, 12.13
WIB.

20

Anda mungkin juga menyukai