Anda di halaman 1dari 6

WOC VARISES ESOFAGUS

OLEH :
SISKA NURAINI
NIM. 071202031

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021/2022
Pengerian : Anatomi : Esofagus Etiologi
dimulai dari tepi
Varises Varises esofagus
bawah kartilago
esofagus adalah krikoidea setinggi biasanya merupakan komplikasi
penyakit yang ditandai servikal VI atau VII sirosis. Sirosis adalah penyakit
dengan pembesaran dan berakhir pada
abnormal pembuluh yang ditandai dengan
muaranya di lambung
darah vena di esofagus pembentukan jaringan parut di
(kardia) setinggi ± 25
bagian bawah.
cm, sedang permulaan hati. Penyebabnya antara lain
Perdarahan varises
esofagus adalah, esofagus dari gigi seri hepatitis B dan C, atau
perdarahan dari varises ± 15 cm. Jadi jarak
antara kardia denagn konsumsi alkohol dalam jumlah
esofagus atau lambung
yang ditemukan pada gigi seri orang dewasa besar. Penyakit lain yang dapat
saat dilakukan ± 40 cm. menyebabkan sirosis adalah
endoskopi, atau adanya
varises esofasus besar Manifestasi Klinis
VARISES ESOFAGUS
Keluhan yang ditimbulkan oleh varises
esofagus sendiri sebetulnya tidak ada.
Patofisiologi : Peningkatan gradient tekanan Peni Pemeriksaan
Yang seringkali adalah, estela
portokaval akan mengajibatkan ngkatan
Hipertensi portal Penunjang timbulnya perforasi dan terjadi
terjadinya pembentukan vena resistensi
didefinisikan sebagai kolateral di sistemik sebagai intra hepar 1. Laboratorium perdarahan yang masif, yaitu
peningkatan dari tekanan usaha untukdekompresi sistem diakibatkan
darah pada sistem vena
2. Pemeriksaan hematemesis dan melena. Jadi yang
vena porta. Varises esophagus karena dua
porta. Tekanan porta secara merupakan salah satu produk macam Radiologi dapat menimbulkan perdarahan
tidak langsung diperkirakan kolateral yang paling penting mekanisme, sebagian besar varises berwarna
3. Pemeriksaan
berasal dari gradient karena memiliki kemungkinan meliputi
tekanan vena, yang endoskopi kemerahan. Tanda-tanda perdarahan
besar untuk berdarah. Varises mekanisme
merupakan gradient antara esofagus dapat terbentuk mekanis dan kadang-kadang adalah enselopati
vena hepar yang tersumbat ketika tekanan gradien vena dinamis. hepatic. Hipovolemia dan hipotensi
dan vena hepar yang bebas meningkat di atas 10 mmHg Komponen dapat terjadi bergantung pada jumlah
dari sumbatan. mekanis yang
mendasari dan kecepatan kehilangan darah.
Lanjutan varises esofagus
Derajat varises esofagus : Asuhan keperawatan
Pengkajian
Penatalaksanaan: 1. Derajat I
1. Kolaboratif : Varises yang kolaps jika Anamnesis
a. Kaji keparahan perdarahan esofagus dikembangkan dengan
b. Gantikan cairan dan produk udara - Riwayat penyakit dahulu
darah untuk mengatasi syok 2. Derajat II - Pada perdarahan karena pecahnya varises esophgaus, tidak
c. Tegakkan diagnosa Varises antara grade I dan III ditemukan keluhan nyeri atau pedih di daerah epigastrium
penyebab perdarahan 3. Derajat III - Tanda-gejala hematemesis timbul mendadak
d. rencanakan dan laksanakan Varises yang cukup besar untuk - Tanyakan prakiraan jumlah darah: misalnya satu gelas, dua
perawatan definitif. menutup lumen gelas atau lainnya.

2. Penatalaksanaan umum
Penatalaksanaan ini memperbaiki 3. Penatalaksanaan khusus Pemeriksaan Fisik:
keadaan umum dan tanda vital. Yang
Penatalaksanaan khusus merupakan penatalaksanaan  Keadaan umum
paling penting pada pasien perdarahan
SCBA adalah memberikan resusitasi hemostatik perendoskopik atau terapi embolisasi arteri.  Kesadaran
pada waktu pertama kali datang ke  Nadi, tekanan darah
Tindakan skleroterapi varises perendoskopik (STE) dan
 Tanda-tanda anemia
rumah sakit. Kita harus secepatnya ligasi varises perendoskopik (LVE).  Gejala hipovolemia
memasang infus untuk pemberian cairan
4. Penatalaknaan definitif  Tanda-tanda hipertensi portal dan
kristaloid (seperti NaCL 0.9% dan sirosis hati: spider nevi,
lainnya) ataupun koloid (plasma Terapi Endoskofi, Bilas lambung, Pemberian pitresin ,
ginekomasti, eritema palmaris,
expander) sambil menunggu darah Mengurangi asam lambung , Memperbaiki status
capit medusae, adanya kolateral,
dengan/tanpa komponen darah lainnya hipokoagulasis, Balon tamponade asites, hepatosplenomegali dan
bila diperlukan. Selang nasogastrik perlu 5. Penatalaksanaan bedah edema tungkai.
dipasang untuk memonitor apakah Dilkukan bila penatalaksanaan konservtif dan khusus
perdarahan memang berasal dari SCBA gagal. Pembedahan dilakukan bila :
dan apakah masih aktif berdarah atau a. Keadaan gawat I sampai II
tidak dengan melakukan bilasan b. Komplikasi stenosis pilorus-duodenum, perforasi,
lambung tiap 6 jam sampai jernih. tukak duodenum refrakter
Pathway varises esofagus
Serosis hepatis

Difusi pada hati trombisis

Gangguan petcabangan pembulu


Sumbatan pad
darah
vena porta
Aliran portat terganggu

Aliran darah

Hipertensi portal

Tekanan vena

Vena esofagus mengembang

Vena esofagus pecah

VARISES ESOFAGUS

Ketidak nyamnan Penurunan Perdarahan Luka pada


abdomen vol. Darah esofagus esofagus
ke otak

Kram abdomen Kehilangan Aliran intravena terbuka


Penurunan darah
kapasitas
Muntah
oksigen Resiko bakteri
Kehilangan
hematemesis
Anoreksia
Pusing Resiko infeksi

Hipovolemi
Berat badan Pola nafas
abnormal Kadar Hb
menurun min.10
menurun
dibawah rentan
ideal Pola nafas
tidak efektif Lemah / lemas
Resiko Defisit
nutrisi
Intoleransi
aktifitas
SDKI : Risiko Defisit Nutrisi D.0032 SDKI : Hipovolemia D. 0023 SDKI : Intoleransi Aktifitas D.0056 SDKI : Resiko Infeksi (D.0142)
SLKI : Status nutrisi L.03030 SLKI : ststus cairan L.03028 SLKI : Toleransi Aktivitas L.05047 SLKI : Tingkat infeksi (L. 14137)
1. Kekuatan nadi 1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari –
1. Porsi makan yang dihabiskan
2. Tugor kulit hari ditingkatkan 1. Kebersihan tangan
2. Berat badan
2. Kekuatan tubuh bagian atas ditingkatkan 2. Kebersihan badan
3. Frekuensi makan 3. Tekanan darah
3. Kekuatan tubuh bagian bawah ditingkatkan 3. Nafsu makan
4. Nafsu makan 4. Tekanan nadi
4. Keluhan lelah diturunkan 4. Demam
5. Nyeri abdomen 5. Membran mukosa 5. Tekanan darah membaik 5. Kemerahan
6. Diare 6. Suhu tubuh 6. Frekuensi napas membaik 6. Kadar sell darah putih
7. Membran mukosa 7. Kadar hb SIKI : Manajemen Energi I. 05178 SIKI :
SIKI : Manajemen Nutrisi 1.03119 8. Tindakan : Pencegahan infeksi (I.14539)
Tindakan SIKI: Manajemen Hipovolemia 1.03116 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang Tindakan :
Tindakan mengakibatkan kelelahan
1. Identifikasi status jtrisi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
1. Periksa tanda dan gejala 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
2. Identifikasi alergi makanan 3. Monitor pola dan jam tidur local dan sistemik
3. Monitor asupan makan hipovolemia (mis. Frekuensi 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama 2. Pertahankan teknik aseptic pada
4. Monitor berat badan nadi meningkat, nadi teraba melakukan aktivitas pasien berisiko tinggi
5. Monitor hasil pemeriksaan lemah, tekanan darah menurun, 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan) 4. Ajarkan cara mencuci tangan
laboratorium tugor kulit menurun, membran
6. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif dengan benar
6. Berikan makanan tinggi serat mukosa kering,tekanan darah 7. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
menurun, hematokrit 8. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak 5. Anjurkan meningkatkan asupan
untuk mencegah konstipasi nutrisi
meningkat, haus, lemah ) dapat berpindah atau berjalan
7. Berikan suplemen makanan 9. Anjurkan tirah baring Managemen Nutrisi (I.03119)
8. Anjurkan posisi duduk 2. Berikan asupan cairan oral 10. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Hitung kebutuhan cairan 11. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan Tindakan :
9. Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Anjurkan memperbanyak gejala kelelahan tidak berkurang 1. Identivikasi status nutrisi
asupan cairan oral 12. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
2. Identifikasi alergi dan itoleransi
SDKI : Pola nafas tidak efektif D.0005 5. Anjurkan menghindari makanan
13. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
perubahan posisi secara 3. Monitor asupa makanan
SLKI : pola nafas L.01004 meningkatkan asupan makanan
mendadak 4. Monitor hasil pmeriksan
1. Dispnea
6. Kolabborasi pemberian cairan labratorium
2. Penggunakan Otot Bantu Nafas 5. Fasilitasi menentukan pedoman diet
3. Pemanjangan Fase Ekspirasi iv isoton (Nacl, RL) Hipotonis
6. Berikan makanan tinggi serat untuk
4. Frekuensi Nafas (Glukosa 2,5%, NaCl 0.4%)
mencegah konstipasi
5. Kedalaman Nafas 7. Kolaborasi pemberian koloid 7. Berikan suplemen makanan
SIKI : Manajemen Jalan Nafas 1.01012 (albumin, plasmanate) 8. Anjurkan posisi duduk
Tindakan : 8. Kolaboasi pemberian produk 9. Ajarkan diet yang di programkan
1. Monitor pola nafas darah
2. Monitor bunyi nafas tambahan
3. Monitor sputum
4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
5. Posisikan semifowler atau fowler
6. Berikan minuman hangat
7. Berikan terapi oksigen jikan perlu
8. Ajarkan teknik batuk efektif
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Pangestu ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 2006, 291 – 294

Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ, Sleisenger MH. Sleisenger and Fordtran’s
gastrointestinal and liver disease 7th ed. Saunders Elsevier. Philadelphia:2002.

Kasper, Brauwald, Fauci et all. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th ed. McGraw-
Hill Medical Publishing Division. Ney York: 2005.

LaBrecque D, Khan AG, Sarin SK. Esophageal Varices. World

Gastroenterology Organisation Global Guidelines. USA. 2014

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Konsesus Nasional Perkumpulan Gastroenterologi


Indonesia : Panduan Penatalaksanaan Perdarahan Varises pada Sirosih Hati.
Surabaya : 2007.

Nina, Dibb. Current management of the complications of portal hypertension: variceal


bleeding and ascites. CMAJ.May 9, 2006:174(10).

Sarin N, Monga N, Adams PC. Time to endoscopy and outcomes in upper gastrointestinal
bleeding. Can J Gastroenterol. Jul 2009;23(7):489-93.

Adi, Pangestu ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 2006, 291 – 294

Dooley S, Lok ASF, Burrouck AK. Sherlock’s Diseases of the Liver and Biliary System 12th
ed. Willey-Blackwell. West Sussex: 2011.

PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi


1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI.2018.Standar intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI.2018.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:Definisi Dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai