Anda di halaman 1dari 63

PENGANTAR PSIKOLOGI

PENERBANGAN
PETA FUNGSI PSIKOLOGI PENERBANGAN
BASIC FUNCTION
MAIN PURPOSE KEY FUNCTION MAJOR FUNCTION
1. Melakukan adaptasi alat asesmen psikologi penerbangan.
Melakukan riset pengembangan alat tes untuk seleksi, klasifikasi dan 2. Mengkonstruksi alat asesmen psikologi penerbangan.
penugasan 1. Meneliti kebutuhan pendidikan dan pelatihan psikologi di bidang penerbangan.
2. Mengukur aspek-aspek psikologi yang berhubungan dengan efektivitas pendidikan
dan pelatihan.
Melakukan riset untuk pendidikan dan pelatihan 3. Mengukur efektivitas pelatihan psikologi.
1. Meneliti aspek-aspek psikologi yang berkaitan dengan perawatan dalam optimasi kinerja
personel penerbangan
MELAKUKAN PENELITIAN 2. Melakukan pemetaan kondisi psikologi personel penerbangan yang berkaitan dengan
DAN PENGEMBANGAN Melakukan riset untuk pemeliharaan dan perawatan personel
penerbangan
optimasi kinerja personel penerbangan .
1. Meneliti aspek-aspek psikologi yang berpengaruh terhadap keselamatan terbang dan
PSIKOLOGI PENERBANGAN
kerja.
2. Meneliti aspek-aspek psikologi yang berkontribusi pada kecelakaan penerbangan.
Melakukan riset tentang keselamatan penerbangan

1. Menyusun dan menetapkan persyaratan bagi calon penerbang maupun SDM penerbangan lainnya.
2. Menyusun baterai tes/asesmen yang akan digunakan dalam seleksi.
3. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data psikologi.
MEMBERIKAN Melakukan seleksi awak pesawat dan SDM penerbangan lainnya 4. Melaksanakan interpretasi dan evaluasi/penilaian data psikologi.

LAYANAN MELAKUKAN LAYANAN 1. Merancang dan menetapkan kriteria psikologis sesuai penggolongan awak pesawat dan SDM penerbangan lainnya.
PEMBINAAN SDM 2. Menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam proses klasifikasi.
PSIKOLOGI DI PENERBANGAN
Melakukan proses klasifikasi awak pesawat dan SDM penerbangan
lainnya
3. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data psikologi.
4. Melaksanakan interpretasi dan evaluasi/penilaian data psikologi.
BIDANG 1. Menganalisis kebutuhan dan mendesain pelatihan.
PENERBANGAN Melakukan pelatihan terhadap awak pesawat dan SDM penerbangan
lainnya
2. Melaksanakan pelatihan.
3. Monitoring dan evaluasi hasil pelatihan.

1. Membantu mengelola risiko untuk mengoptimalkan keselamatan penerbangan.


2. Melakukan penyelidikan kecelakaan penerbangan.
Mengoptimalkan keselamatan penerbangan, kondisi kerja dan
3. Optimasi kondisi kerja dan pengembangan sistem.
pengembangan sistem
Memberikan Layanan 1. Melaksanakan asesmen terhadap beban kerja penerbang/operator.
dalam Membantu 2.
3.
Melakukan kalkulasi risiko dan identifikasi potensi kerawanan dari aspek beban kerja.
Menetapkan nilai ambang (toleransi) penerbang/operator terhadap beban kerja.
MENGOPTIMALKAN Melakukan manajemen beban kerja

Keselamatan Terbang dan


Kerja 1. Mengidentifikasi faktor-faktor psikologis terkait dengan hubungan manusia-mesin (man-machine/computer
interface).
Melakukan pengukuran human-machine /(computer) interaction 2. Melakukan pengukuran terhadap efektivitas sistem hubungan man-machine (computer) interaction.
3. Membantu merancang alat-peralatan (tools and equipments) sistem penerbangan, ditinjau dari aspek
psikologis.

MELAKUKAN ASESMEN
Melaksanakan asesmen, evaluasi, dan intervensi dalam menangani krisis
DAN INTERVENSI bersifat klinis yang berkaitan dengan bidang penerbangan
1. Melaksanakan asesmen dan evaluasi hasil asesmen.
2. Melaksankan intervensi individual dan/atau kelompok.
PSIKOLOGI KLINIS DI 3. Melaksanakan evaluasi dan menyusun saran rekomendasi penanganan krisis lanjutan.

PENERBANGAN
Perhatian utama dari Studi psikologi penerbangan: Perilaku manusia dalam
lingkungan penerbangan, baik perilaku tertutup maupun terbuka.

Ø Perilaku tertutup akan mencakup semua perilaku manusia yang tidak


kasat mata, misalnya, emosi, motivasi, daya ingat, sikap.

ØPerilaku terbuka adalah perilaku manusia yang dapat


langsung diamati secara kasat mata, antara lain : Perilaku
terampil/tdk, tanda-tanda fisik dr ketegangan dn stres, dlsd.

3
AREA TERAPAN ILMU PSIKOLOGI PENERBANGAN
a. Organisasi
1. Riset pengembangan alat tes utk seleksi, klasifikasi
2. Riset untuk diklat
3. Riset untuk pemeliharaan dan perawatan personel penerbangan
4. Riset ttg keselamtan penerbangan

b. Personel
1. Melakukan Pelatihan terhadap awak pesawat dan SDM Pnb-an
lainnya
2. Melakukan proses klasifikasi awak pesawat dan SDM Pnb-an
lainnya
3. Melakukan manajemen beban kerja 4
1. Intensitas kegitan riset dlm pengembangan alat
tes untuk seleksi, klasifikasi dan penugasan crew

a. Mengkonstruksi alat asesmen psikologi penerbangan.

b. Melakukan adaptasi alat asesmen psikologi


penerbangan
Adaptasi alat ukur/alat tes

à Bukan hanya dilakukan dengan menerjemahkan alat ukur dari bahasa asing
ke bahasa Indonesia saja.

à Namun juga menyesuaikan apakah tes tersebut kontekstual dengan kondisi


sosial budaya masyarakat

Tujuan Adaptasi alat ukur :


Menentukan apakah alat ukur dapat mengukur konstruk yang sama dalam bahasa
dan budaya yang berbeda, memilih penerjemah, memutuskan akomodasi yang
sesuai, sampai mengecek kesetaraannya dalam bentuk yang diadaptasi
(Hambleton, Merenda, & Spielberger 2005).
Contoh mengukur konstruk yang sama dalam gambar, bahasa dan budaya yang
berbeda??
Secara garis besar ada lima tahap langkap adaptasi alat ukur yang
harus dilalui, yakni:

1. Menerjemahkan tes asli ke bahasa sasaran. Terjemahan dilakukan oleh


dua orang yang bekerja independen. Penerjenah haruslah memiliki
kemampuan baik dalam dua bahasa, baik bahasa asal alat tes maupun
bahasa sasaran alat tes.

2. Tahap kedua adalah sintesis. Dari dua terjemahan tadi, kemudian dicari
persamaan dan perbedaannya hingga akhirnya diperoleh satu terjemahan
yang disepakati yang selanjutnya disebut sebagai draf skala terjemahan.
3. Terjemahan kembali ke bahasa asal. Draf skala terjemahan yang sudah disusun
kemudian diterjemahkan kembali ke bahasa asal skala itu dibuat. Terjemahan
balik dilakukan oleh penerjemah profesional. Hasil terjemahan balik kemudian
dibandingkan dengan skala aslinya, apakah ada perbedaan makna dalam hasil
terjemahan tersebut.

4. Dikusikan dengan ahli, dalam hal ini bisa berupa pembuat tes asli/ ahli bahasa/,
ahli pengukuran, atau siapapun yang menguasai konsep tes yang disusun.
Disukusi ini dilakukan guna memastikan adanya kesetaraan makna antara skala
asli dengan skala yang sudah diterjemahkan. Jika dirasa tidak ada perbedaan
makna dari kedua skala tersebut, maka dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
5. Try out dengan menguji cobakan tes hasil adaptasi ke subjek dalam jumlah
kecil. Uji coba ke subjek dalam jumlah kecil ini dilakukan untuk mengetahui
apakah instruksi dan item dalam skala tersebut dapat dipahami dengan baik
oleh responden atau belum. Jika secara kualitatif item dalam tes sudah bisa
dipahami, baru dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan jumlah sampel
yang lebih besar.

6. Tahap terakhir: Pengumpulan tes yang di adaptasi ke pengembang tes asli


agar data tes terdokumentasi.
2. Melakukan riset untuk pendidikan dan
pelatihan
a. Meneliti kebutuhan pendidikan dan pelatihan
psikologi di bidang penerbangan.

b. Mengukur aspek-aspek psikologi yang


berhubungan dengan efektivitas pendidikan dan
pelatihan.

c. Mengukur efektivitas pelatihan psikologi.


a. Meneliti kebutuhan pelatihan psikologi dan
Pendidikan di bidang penerbangan.

Perbedaaan pelatihan dan pengembangan

Pelatihan Pengembangan
Lebih di tekankan pada peningkatan Lebih ditekankan pada peningkatan
kemampuan untuk melakukan pengetahuan untuk melakukan
pekerjaan yang spesifik pada saat ini pekerjaan dimasa yang akan datang,
Mis : kerjasama, empati, komunikasi yang dilakukan melalui pendekatan
dlsb. yang terintegrasi dengan kegiatan
lain untuk mengubah perilaku kerja.
Kenapa pelatihan itu perlu dilakukan/diberikan??

• Pegawai baru seringkali belum memahami secara benar bagaimana


melakukan pekerjaannya

• Pegawai lama merasa bosan/jenuh dengan pekerjaannya selama ini

• Perubahan-perubahan P’aturan dalam lingkungan kerja.

• Meningkatkan dan memperbaiki produktivitas.


Manfaat pelatihan dan pengembangan
(William B. Werther,Jr dan Keith Davis)
v Memperbaiki/meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di
semua level organisasi
v Memperbaiki moral/moril tenaga kerja
v Mengingatkan kembali kepada pegawai tujuan organisasi
v Menigkatkan keterbukaan, dan kejujuran dlsb
v Memperbaiki hubungan antara atasan dan bawahan
v Dlsb.
Langkah menyusun pelatihan dan pengembangan

• Need Assessment
• Sasaran dan Materi Program Pelatihan
• Metode Pelatihan dan Prinsip Belajar
• Mengevaluasi Program Pelatihan
Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan adalah penentuan kebutuhan pelatihan dan
pengembangan yang akan dilakukan.

• Kebutuhan organisasi
• Kebutuhan tugas
• Kebutuhan pegawai
Analisis Organisasi
Analisis organisasi menentukan dimana pelatihan dapat dilakukan dan
dimana seharusnya dilakukan di dalam organisasi.
Analisis ini memfokuskan pada organisasi secara keseluruhan, antara
lain mencakup analisis
* Tujuan organisasi
* Analisis sumber daya,
* Analisis efisiensi, dan
* analisis iklim organisasi.
Analisis Tugas
Menganalisis tugas-tugas yang harus dilakukan dalam setiap jabatan,
yang dapat dipelajari dari perilaku peran tersebut di atas, dan informasi
analisis jabatan, yaitu uraian tugas, persyaratan tugas, dan standar
unjuk kerja yang terhimpun dalam informasi sumberdaya manusia
organisasi. Menentukan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
yang dibutuhkan untuk melakukan tugas-tugas tersebut secara efektif.
Pemilihan Metode pelatihan
1. On the job training Dilakukan pada waktu jam kerja berlangsung,
baik secara formal maupun informal.
Metode:
• Job Instruction Training
• Coaching
• dll
2. Off the job training dilakukan secara khusus di luar pekerjaan
a) Lecture/kuliah
b) Video Presentation
c) Vestibule Training/Simulation
d) Role Playing
e) Program Learning
f) Laboratory Learning
g) Action Learning/praktek
Evaluasi pelatihan dan pengembangan
a) Reaksi peserta terhadap isi dan proses pelatihan
b) Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman latihan
Pertanyaan(kuisioner):
1. apakah peserta menyukai program pelatihan
Dibandingkan dengan
2. program pelatihan dirasakan bermanfaat hasil pre test dan post
test
3. mudah dipahami dll
Evaluasi pelatihan dan pengembangan
c) Perubahan perilaku
Cara:
Bertanya pada atasannya, rekan, atau pengamatan di lapangan

d) Perbaikan pada organisasi


dilihat dari:
Kecelakaan kerja yang terjadi, menurunya ketidak
hadiran/keterlambatan dan penurunan biaya proses kerja
3. Melakukan riset tentang keselamatan penerbangan
Why Human Error?

A. Tindakan yang tidak aman (unsafe act)

1. Pilot tidak melakukan prosedur sebagaimana mestinya sesuai aturan yang berlaku
(noncompliance with Standard Operating Procedure) ketika menghadapi kondisi
perubahan cuaca.
2. Pilot terlalu percaya diri (over of confidence) terhadap kondisi suatu bandara (condition
of airport).

3. Ketidakakuratan pelaporan tentang kondisi terkini dari landasan (nonacurate


reporting of contimanted runway) atau mengenai perubahan kondisi cuaca (failure to
provide timely and accurate wind/weather information) oleh ATC kepada pilot.
B. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition)

1. Terjadinya kesalahan sistem (engine system failure), seperti kesalahan


sistem hidrolik (loss of hydraulic system), landing gear system valve block
or damaged/malfunction, dan terdapat perbedaan antara brake pressure
kanan dan kiri.

2. Kondisi landas pacu (runway) tergenang air.

3. Perubahan kondisi cuaca secara tiba-tiba khususnya perubahan arah


angin baik tailwind maupun crosswind.

25
TEORI SEBAB LAKA TERBANG
1. Teori kebetulan murni (Pure Chance Theory)
“ Kecelakaan Terjadi atas kehendak Tuhan, scr alami dan kebetulan saja
kejadiannya, shg tdk adapola yang jelas rangkaian peristiwanya”

2. Teori Kecenderungan (Accident Prone Theory)


“Pekerja ttt lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang
mmg cenderung utk mengalami kecelakaan”
3. Teori 3 Faktor Utama (Three Main Factor Theory).
“ Penyebab Kecelakaan adalah peralatan (machine), lingkungan kerja
(media) dan pekerja itu sendiri (man)”.

4. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory).


“Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (Unsave Condition) dan
perbuatan berbahaya (Unsave Action)”.

5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory). “Pada akhirnya semua


kecelakaan kerja, langsung dan tdk langsung disebabkan kesalahan manusia.
7. Teori Keju Swiss (Swiss Chese Theory).
Teori ini dikemukanan oleh James Reason dari Univ
Manchester dan Dante Orlandella.
Dinamakan “keju” kr peristiwa kecelakaan yg terjadi
dianalogikan dg keadaan keju yg tampilannya tampak
bolong-bolong
•Teori sweet chese model ini digunakan utk menganalisa penyebab kegagalan sistematis
di bidang penerbangan.

•Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan kecelakaan ada lebih dari
satu faktor penyebab, dan penyebab-penyebab ini mewakili perbuatan dan kondisi atau
situasi tdk aman.
•Keju tampak berlubang-lubang Dan jika keju itu diletakkan berjajar setelah dipotong-potong.

•Maka, Setiap lubang dari keju dpt (dianalogikan) menggambarkan kelemahan manusia atau
sistem dan terus menerus berubah bervariasi besar dan psosisinya.

•Berbagai kelemahan yg terkumpul akhirnya suatu saat bisa membuat beberapa lubang yg
berada di garis lurus shg transparan yg menggambarkan sebuah kecelakaan
•Teori ini sering digunakan dlm menganalisis kejadian kecelakaan pesbang
Mekanisme Terjadinya kecelakaan menurut Teori Keju Swiss
Ø Pada dasarnya laka tjd akbt pengulangan kegagalan pada 4 layer (lapisan)

Ø 4 layer yg menyususn tjdnya suatu accident adalah sbb:

1. Organization Influences (pengaruh organisasi dan kebijakan management)

2. Unsafe Supervision (pengawasan yg tdk baik)

3. Precondition for Unsafe Act (kondisi yg mendukung munculnya unsafe act)

4. Unsafe Act ( Pl atau tndkn tdk aman yg dilkkn dn berhbgn lsg dg tjdnya
accident)
The Reason Model And Accident Causal chain
(model alasan rantai penyebab kecelakaan) dlm tj
dn ya laka)
je m e n
k a n mana
ij a
s i d a n keb
a
r uh organis ) fe Act)
ng a b ai k Uns a
fl uence (Pe an yg tdk un c ulnya
n s m
i zat i onal I ( Pe ngawa n dukung
e
Organ up ervisi
on
n d i si yg m n yg
fe S ct ( k o ama
Unsa U n safe A n tidak erjadinya
or ka
o n dition f tau tinda dengan t
Prec u a sung
e r i l ak l an g
e A ct (P hubungan
f
Unsa an dn ber
k
dilaku aan)
ak
kecel
1. Organizational Influence (Pengaruh organisasi dan kebijakan
manajemen dlm tjdnya laka)
a) Sumber daya / Manajemen:
(1) SDM : Seleksi, Penempatan, Pelatihan
(2) Keuangan: Berlebihan pemotongan biaya, kurangnya dana
(3) Peralatan/fasilitas sbr daya: desain tdk memadai,
pembelian peralatan yg tdk cocok
b) Iklim Organisasi
(1) Struktur organisasi : Rantai komando, kewenangan
pendelegasian, komunikasi, kejelasan tgg jwb.
(2) Kebijakan: Punishment and reward, promosi, penggunaan
obat2an dn alkohol
(3) Budaya : Norma dn aturan, Nilai dn keyakinan, keadilan dlm
menjalankan organisasi
c) Proses Organisasi

(1) Operasi : jadwal pnb-an/kerja, tekanan hsl/wkt dlm menyelesaikan


tgs, insentif dll
(2) Prosedur : Ketersediaan prosedur standar (SOP), kejelasan definisi
tujuan, dokumentasi, instruksi
(3) Pengawasan : Manajemen Resiko dn program keselamatan dan
kesehatan kerja.
2. Unsafe Supervision (pengawasan yg tdk baik)
a) Pengawasan yg tdk memadai
-gagal utk m”berikn bimbingan
-gagal utk memberikan doktrin operasioanl
-gagal utk memberikan pgwsan
-gagal utk melacak kualifikasi
-gagal utk memberikan data yg benar
-tdk memberikan wkt istirahat yg memadai
b) Gagal Memperbaiki masalah yg telah diketahui

- gagal utk memperbaiki kesalahan dokumen


- Gagal utk melaporkan tidnakan yg tidak aman
- Gagal utk menegakkan aturan
- dll
3. Precondition for Unsafe Act (kondisi yg mendukung munculnya Unsafe Act)

a) Kondisi karyawan

(1) Kondisi mental: Perhatian terganggu,


kangen rumah, kelelahan mental.

(2) Kondisi Fisik: Gangguan fisik/sakit.

(3) Keterbatasan mental: Kurang rekreasi,


keterbatasan kemampuan intelektual
dll
b) Keterampilan Karyawan

(1) Organisasi yg tdk menyediakan pelatihan yg sesuai dg kebutuhan

(2) Karyawan tdk “menyerap” seluruh materi pelatihan/enggan mengikuti


pelatihan.
4. Unsafe Act (Perilaku atau tindakan tidak aman yg dilakukan dn berhubungan langsung
dengan terjadinya kecelakaan).

a) Kesalahan
(1) Kesalahan yg disbbkn olh lemahnya ketrampilan :
-Tdk mampu memprioritaskan pekerjaan
-Mengabaikan prosedur
-Menghilangkan tahapan pekerjaan
(2) Kesalahan Pengambilan Keputusan

- Prosedur yg tidak benar


- Kesalahan mendiagnosa kondisi darurat
- Salah merespon kondisi darurat
- Miskin keputusan

(3) Kesalahan Persepsi


(2) Kesalahan Pengambilan Keputusan

- Prosedur yg tidak benar


- Kesalahan mendiagnosa kondisi darurat
- Salah merespon kondisi darurat
- Miskin keputusan

(3) Kesalahan Persepsi


b) Pelanggaran
(1) Tdk mematuhi instruksi/aturan
(1) Tdk mematuhi instruksi
(2) Tdk menggunakan alat yg seharusnya
(3) Melakukan pekerjaan diluar kewenangan
(4) Melanggar pekerjaan yg berlebihan
(5) Tidak melakukan persiapan pekerjaan
(6) dll

44
Seleksi awak pesawat dan
SDM penerbangan lainnya
1. Menyusun dan menetapkan persyaratan bagi calon
penerbang maupun SDM penerbangan lainnya.
2. Menyusun baterai tes/asesmen yang akan digunakan
dalam seleksi.
3. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data
psikologi.
4. Melaksanakan interpretasi dan evaluasi/penilaian data
psikologi.
1. Menyusun dan menetapkan persyaratan bagi
calon penerbang maupun SDM penerbangan
lainnya.
2 Menyusun baterai tes/asesmen yang akan
digunakan dalam seleksi.
3. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan
data psikologi.

4. Wawancara.

5. Melaksanakan interpretasi dan evaluasi/penilaian


data psikologi, serta pembuatan laporan hasil
Mengevaluasi calon penerbang dn awak
pesawat selama diklat
Bersama Team Manajemen Melakukan Pelatihan
bagi awak pesawat dan SDM penerbangan lainnya
• CRM à Crew resources managemen
a. Komunikasi
b. Kerjasama
c. Kepemimpinan, pengambilan keputusan dan ekrjasama
d. Empati
e. Situational Awerness
Latar Belakang

1. Tetap tingginya faktor manusia sebagai penyebab Acc/Inc.

2. Menekan Acc/Inc disebabkan faktor manusia yg berhub


aspek-aspek non-teknis.

3. Keseimbangan Technical Skill & Human/Group Skill


John Lanber (1975), seorang Psikolog NASA
mengembangkan konsep CRM (Crew Resources
Management)
Pada th yg sama, Allan Diehl dari USAF
mengaplikasikan TQM (Total Quality
Management) Th 1993, dari 1700 kasus ACC/INC
USAF
CRM à Meningkatkan Savety
TQM à Meningkatkan produktivitas kerja
Tujuan
! Pembekalan pengetahuan, keterampilan serta sikap dan perilaku awak pesawat agar
dapat melaksanakan missi operasi/penerbangan sesuai fungsi, peran dan tugas.
! Menekan tingkat kecelakaan disebabkan factor manusia yang berhubungan dengan
kondisi non teknis.
Penyusunan materi CRM
• Dasar : TNA (Training Need Anlisis)
• Training Need Analysis adalah proses analisa yang dilakukan untuk
mengetahui faktor apa saja yang harus diperbaiki atau ditingkatkan
didalam perusahaan agar kinerja karyawan meningkat.

TUJUAN :
1. Sbg Data Penentuan peserta training.
2. Sbg dasar dalam menyusun materi pelatihan/silabus, trainer dan -
metode penyampaian.
3. Memastikan bahwa penurunan kinerja atau pun masalah yg ada
disbkn kr krgnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap kerja.

4. Sbg dasar penysunan keb anggaran training.


KOMPONEN CRM
1. Software a. Regulasi Manual
b. Standar oprasi prosedur (SOP)
2. Hardware : Kokpit (instrumen kokpit, kursi pilot, komputer dll)
3. Environment : Temperatur, noise, wheather,dll

4. Liveware : Pilot, flight crew, Maintenance personel, ground crew dll


Apa itu Situational Awareness?

“Situational Awareness adl pengamatan yg akurat


terhdp faktor2 dan kondisi2 yg dpt mempengaruhi
keselamatan operasi pesawat dan crew”

(ICAO & Industry CFIT Task Force)


Situational Awareness Mencakup

• Mengamati apa yg terjadi disekeliling anda (Level 1)


• Mengerti/memahami apa maknanya (Level 2)
• Mengantisipasi apa yg akan terjadi (Level 3)
Elemen-elemen
Situational Awareness?
• Knowledge
• Experience
• Training
• Health / physical state
• Attitude / psychological state
• Understanding of goals
Tanda2 Hilangnya
Situational Awareness
• Ambiguity atau confusion
• Fixation
• Gagal mencapai/menemukan target
Situational Awareness dapat dipengaruhi
oleh :

• Stress
• Fatigue
• Alcohol.
Mencegah Hilangnya SA
• Delegasikan sebagian tugas ketika hadapi beban kerja tinggi
• Kumpulkan informasi
• Kemukakan kondisi2 yg penting
• Monitor dan evaluasi
• Prediksi ke depan dan perhatikan aspek2 yg terkait
• Perhatikan tanda2 penurunan situational awareness
Permasalahan psikologis yang khas di dunia penerbangan
• Masalah inteligensi dan aptitude serta faktor-faktor psikologis lainnya
yang berpengaruh pada pendidikan dan pelatihan penerbang.

Ø Motivasi yang kuat dan sehat khususnya untuk mengatasi kesulitan-


kesulitan dalam menguasai keterampilan yang umumnya
membutuhkan waktu lama.

• Misi penerbangan tertentu, khususnya di lingkungan penerbangan


militer, seperti terbang tinggi, terbang rendah, aerobatik.

63

Anda mungkin juga menyukai