Mochamad Dava Wardana 17700157
Mochamad Dava Wardana 17700157
Skenario 3
“BAYI KUNING”
Oleh :
Mochamad Dava Wardana
NPM : 17700157
Kelompok 10
Dosen Pembimbing Tutor:
Eva Diah Setijowati, dr., MSi.Med
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN.....................................................................................................
Latar Belakang...........................................................................................................
BAB I Skenario..........................................................................................................
BAB II Kata Kunci....................................................................................................
BAB III Problem........................................................................................................
Rumusan Masalah..........................................................................................
Tujuan............................................................................................................
BAB IV Pembahasan.................................................................................................
Batasan...........................................................................................................
Anatomi Fisiologi..........................................................................................
BAB V Hipotesis Awal..............................................................................................
BAB VI Analisis Diferential Diagnosa......................................................................
BAB VII Hipotesis Akhir..........................................................................................
BAB VIII Mekanisme Diagnosis...............................................................................
BAB IX Strategy Menyelesaikan Masalah................................................................
BAB X Prognosis dan Komplikasi............................................................................
BAB XI Daftar Pustaka.............................................................................................
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada SGD ini pada scenario 3, didapatkan kasus Seorang bayi usia 6 hari
dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan badan menjadi kuning. Menurut Saifuddin,
(2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama 1 jam pertama kelahiran.
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai
usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2007) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram.
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia
28 hari. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi
berusia 8-28 hari. (Wafi Nur Muslihatun, 2010).
Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam
kebutuhan zat gizi (Wong, 2003).
Tanda-tanda neonatus normal adalah appearance color (warna kulit) seluruh tubuh
kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit, grimace (reaksi terhadap
rangsangan) menangis/batuk/bersin, activity (tonus otot) gerakan aktif, respiration
(usaha nafas) bayi menangis kuat. (Mochtar 1998 dalam Rukiyah 2012).
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 380C) atau terlalu dingin (kurang
dari 360C), warna kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva), terjadi pada hari ke-2
sampai ke-3 tidak biru, pucat, memar. Pada saat diberi makan, hisapan kuat, tidak
mengantuk berlebihan, tidak muntah. Tidak juga terlihat tanda-tanda infeksi seperti
tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah. Dapat berkemih
selama 24 jam, tinja lembek, sering hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja,
bayi tidak menggigil atau tangisan kuat, dan tidak terdapat tanda: lemas, mengantuk,
lunglai, kejangkejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Prawirohardjo
2002 dalam Rukiyah 2012).
BAB I
Scenario
Seorang bayi usia 6 hari dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan badan menjadi
kuning
BAB II
Kata Kunci
BAB III
Problem
Rumusan Masalah
Apa penyebab warna kulit bayi tersebut kulitnya menguning?
Apakah normal kulit menguning pada saat keadaan neonatus?
Apakah bayi terlahir premature atau normal?
Bagaimana pathofisiologi bayi menguning?
Penyakit apa saja yang berhubungan dengan menguningnya bayi dalam
keadaan neonates
Apa saja factor yang memper berat dan memperingan bayi menguning
Apakah diagnose pada bayi menderita menguning tersebut?
Apa saja pemeriksaan penungjang dari kasus tersebut?
Komplikasi apa saja yang kemungkinan terjadi pada bayi tersebut?
Bagaimana tatalaksana pada kasus tersebut?
Apa prognosa dari kasus tersebut?
Bagaimana memonitoring pada kasus tersebut?
Bagimana cara pencegahan/edukasi pada kasus bayi menguning?
Tujuan
Untuk mengetahui penyebab menguningnya warna kulit bayi tersebut
Untuk mengetahui apakah normal kulit menguning pada neonates
Untuk mengetahui pathofisiologis bayi menguning
Untuk mengetahui penyakit apa yang berhubungan dengan menguningnya
bayi tersebut
Untuk mengetahui factor pemberat pada kasus tersebut
Untuk menganalisis diagnose pada kasus
Untuk mengetahui komplikasi apasaja yang dapat terjadi pada kasus
Untuk mengetahui prognosis pada kasus
Untuk mengetahui cara monitoring pada kasus tersebut
Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan mengedukasi pada kasus
tersebut
BAB IV
PEMBAHASAN
2. G6PD defisiensi
Defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD) adalah penyakit
keturunan akibat kekurangan enzim G6PD. Penyakit ini lebih sering terjadi
pada anak laki-laki.
Enzim G6PD membantu sel darah merah tetap berfungsi normal dan menjaga
sel darah merah dari senyawa berbahaya. Bila tubuh kekurangan enzim ini, sel
darah merah akan pecah lebih cepat dibanding pembentukannya sehingga
menyebabkan anemia.
Etiologi
Glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD) disebabkan oleh mutasi atau
perubahan pada gen penghasil enzim G6PD yang dapat diturunkan kepada
anak. Mutasi pada gen tersebut menyebabkan penderita penyakit ini
kekurangan atau tidak memiliki enzim G6PD sama sekali.
Kondisi tersebut akan memengaruhi keberlangsungan hidup sel darah. Bila
tidak memiliki enzim G6PD dalam jumlah yang cukup, sel darah merah akan
lebih mudah pecah. Sel darah merah juga akan lebih mudah pecah bila dipicu
oleh beberapa faktor berikut:
Konsumsi fava beans.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus.
Paparan napththalene, senyawa yang terdapat dalam kamper.
Obat-obatan, seperti antibiotik, antimalaria, serta obat pereda nyeri.
Faktor Resiko
Defisiensi G6PD lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Hal ini karena gen
penghasil enzim G6PD terdapat di kromosom X. Seperti diketahui, pria
memiliki kromosom XY, sedangkan wanita memiliki kromosom XX. Dengan
kata lain, seorang wanita hanya bisa terserang defisiensi G6PD, apabila kedua
orang tuanya menderita penyakit ini.
Manifestasi Klinis
Defisiensi G6PD bisa tidak menimbulkan gejala apapun. Namun bila banyak
sel darah merah yang pecah, penderita dapat mengalami gejala dan
tanda anemia hemolitik, seperti:
Pusing.
Kulit pucat.
Tubuh mudah lelah.
Urine berwarna gelap.
Kulit dan bagian putih mata menguning (penyakit kuning).
Pembesaran organ hati dan limpa.
Jantung berdebar.
Sesak napas.
Manifestasi Klinis
Bayi menguning
Analisis DD
Icterus Kongenital G6PD Breast
neonatorum hiperbilirunema feeding
jaundice
Bilirubin + + + +
meningkat
Kulit tampak + + + +
menguning
Urin tampak + - + +
menguning
Feses berwarna + - + +
kuning kecoklatan
Bayi aktif + - - -
meminum asih
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR ( DIAGNOSIS )
Berdasarkan analisa kelompok, pada akhirnya mendapat diagnosis yang paling logis
yaitu Ikterus Neonatorum ( Jaundice )
BAB VIII
MEKANISME DIAGN
IKTERUS NEONATORUM
BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH
a. Medica Mentosa
ujuan utama dalam penatalaksanaan ikterus neonatorum adalah untuk mengendalikan
agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan kern ikterus
atau ensefalopati bilirubin, serta mengobati penyebab langsung ikterus. Pemberian
fototerapi, dan jika tidak berhasil dilanjut dengan transfuse tukar dapat dilakukan untuk
mempertahankan kadar maksimum bilirubin total dibawah kadar maksimum pada bayi
preterm dan bayi cukup bulan yang sehat. Pemberian substrat yang dapat menghambat
metabolism bilirubin (plasma atau albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik ,
pemberian kolesteramin), terapi sinar atau transfusi tukar, merupakan tindakan yang juga
dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin
Transfusi tukar
Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yangdilanjutkan
dengan pemasukan darah dari donor dalam jumlah yang sama. Teknik ini secara tepat
mengeliminasi bilirubin dari sirkulasi. antibodi yang bersirkulasi yang menjadi target
eritrosit juga disingkirkan. transfusi tukar sangat menguntungkan pada bayi yang
mengalami hemolisis oleh sebab apapun. Satu atau dua kateter sentral ditempatkan, dan
sejumlah kecil darah pasien dikeluarkan, kemudian ditempatkan sel darah merah dari
donor yang telah dilampurkan dengan plasma. Prosedur tersebut diulang hingga dua kali
lipat volume darah telah digantikan. selama prosedur,elektrolit dan bilirubin serum harus
diukur secara periodik. jumlah bilirubin yang dibuang dari sirkulasi bervariasi tergantung
jumlah bilirubin di jaringan yang kembali masuk ke dalam sirkulasi dan rata-rata
kecepatan hemolisis.
b. Non Medica Mentosa
Fototerapi
Fototerapi dapat digunakan tunggal atau dikombinasi dengan transfusi pengganti untuk
menurunkan bilirubin. Bila neonatus dipapar dengan cahaya berintensitas tinggi, tindakan
ini dapat menurunkan bilirubin dalam kulit. Secara umum, fototerapi harus diberikan
pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang
dari 1000 gram harus difototerapi bila konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa pakar
mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksis 24 jam pertama pada bayi berisiko
tinggi dan berat badan lahir rendah.
BAB X
KOMPLIKASI DAN
PROGNOSIS
Bayi kuning adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan umumnya tidak
berbahaya. Tanda-tanda bayi kuning mudah terlihat karena ciri khas pewarnaan kuning pada
kulit dan juga pada bagian putih mata. Namun komplikasi juga dapat terjadi apabila bayi tidak
mendapat penanganan yang tepat dan komplikasi tersebut biasanya juga berbahaya dan berikut:
Prognosis :
Edukasi :
Edukasi yang diberikan kepada orang tua adalah menyarankan untuk benar benar melihat gejala
yang sudah jelas dan untuk menindak cepat dengan cara berkonsultasi ke dokter, dan untuk
edukasi setelah penanganan terapi mengedukasi untuk melakukan perawatan lanjutan yang bias
dilakukan di rumah dan diharapkan supaya ibu bias memberikan asih yang cukup sesuai dengan
anjuran agar nutrisi bayi dapat terpenuhi
BAB XI
DAFTAR PUSTAKA