Anda di halaman 1dari 36

c.

Waktu yang tepat, sesuai dngan kebijakan institusi atau kebiasaan klien di
tempat tingglnya.

3.2. Pengkajian Fisik

3.2.1. Identitas Klien


Nama : Ny.S Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 70 th Suku : Jawa
Alamat : Agama : Islam
Pendidikan : Status perkawinan : Janda
Tanggal masuk ke panti werdha : Tanggal pengkajian :

3.2.2. Status Kesehatan


1. Status Kesehatan Saat Ini
Klien mengatakan nyeri di bagian kepala ketika bangun, nyeri terasa seperti

dipukul, nyeri yang dirasakan di kepala bagian belakang dekat tengkuk leher,
skala nyeri 5 dari 10, dan nyeri mengganggu aktivitas klien, nyeri terjadi 2-3
menit dan terasa ketika bangun dari posisi.
2. Status Kesehatan Dahulu
Ny.S sudah menderita penyakit
penyakit DM dan Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu.
3. Status Kesehatan Keluarga
Ny.S mengatakan dikeluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama.
4. Riwayat Tanda-Tanda Vital
TD : 150/100

BB : 40 kg
TB : 150 cm
IMT : 26, 66

4.2.3. Tinjauan Sistem


1. Keadaan umum
Kadar gula darah Ny.S 400. Badannya tidak enak semua, lemas, sendi-sendi
kaku, digerakan sakit, sering pipis dan kaki sering kesemutan.
2. Kepala
Mesocephal, rambut berwarna putih, tidak ada lesi, dan tidak ada nyeri tekan.
3. Wajah/Muka
Bentuk wajah oval, kulit wajah keriput, bibir lembab, tidak ada lesi sekitar
wajah.
4. Mata
Klien tidak memakai kacamata, kedua mata klien sudah tidak bisa melihat,

tidak ikterik.
5. Telinga
Kedua telinga simetris, telinga sedikit kotor
6. Mulut dan gigi
Bibir lembab, gigi masih lengkap, tidak sariawan.
7. Leher
Tidak ada benjolan/pembesaran kelenjar tiroid.
8. Dada
I : pengembangan dada simetris kanan dan kiri, tulang dada terlihat jelas.

P : taktil fremitus teraba sama-sama antara kanan dan kiri, depan dan
belakang.
P : perkusi dada redup.
A : bunyi nafas vaskuler.
9. Jantung
P : tidak ada pemberasan jantung
P : perkusi suara redup
A : tidak terdapat bunyi jantung tambahan
10. Abdomen

I : cekung, tidak terdapat lesi


P : timpani
P : tidak ada nyeri tekan
A : bising usus 7x/menit
11. Ekstremitas atas
Kuku bersih, capillary refil kembali <3 detik, kekuatan otot 4/4
12. Ekstremitas bawah
Kuku bersih, capillary refil kembali <3 detik, telapak kaki pecah-pecah,
terdapat luka di punggung kaki, kekuatan otot 4/4
4.3. Pengkajian Psikososial dan Spiritual

3.3.1. Psikososial
Ny.S mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan di panti seperti senam, kerja
bakti, dan pemeriksaan kesehatan lasian dan TAK. Ny.S jarang mengobrol
dengan teman dan jarang keluar kamar karena matanya tidak bisa melihat.

3.3.2. Identifikasi masalah emosional


PERTANYAAN TAHAP 1

1. Apakah klien mengalami sukar tidur?


Ya
2. Apakah klien sering merasa gelisah ?
Ya
3. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?
Ya

4. Apakah klien sering was-was atau kuatir ?


Ya
Lanjutkan ke pertayaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “
Ya “

PERTANYAAN TAHAP 2

1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam sebulan?
Ya
2. Ada masalah atau banyak pikiran ?
Tidak
3. Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain ?
Ya
4. Menggunakan obat tidur/ penenang atas anjuran dokter ?
Tidak
5. Cenderung mengurung diri ?
Ya

MASALAH EMOSIONAL POSITIIF (+)


3.3.3. Spiritual
Ny.S rutin mengikuti pengajian
pengajian setiap haris kamis

3.4. Pengkajian Fungsional Klien

3.4.1. KATZ Indeks


Termasuk /kategori manakah klien ?
A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), Menggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah, dan mandi.
mandi.
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas.
C. Mandiri kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.
D. Mandiri, kecuali mandi,berpakaian, dan satu fungsi yang lain.
E. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi lain.
F. Mandiri, kecuali mandi berpakaian, ketoilet berpindah dan satu fungsi lain.
G. Ketergantungan semua fungsi diatas.
H. Lain-lain
Keterangan :
Nilai indeks B

3.4.2. Modifikasi dari Barthel Indeks


Termasuk yang manakah klien

DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN

1. Makan Frekuensi : 3x

Jumlah : 0.5
5 10
porsi

Jenis : biasa

2. Minum Frekuensi : -

Jumlah : 750 cc
5 10
Jenis : air
putih & the manis

3. Berpindah dari kursi roda ke 5-10 15


tempat tidur, sebaliknya

4. Personal toilet (cuci muka, Frekuensi : 2 kali


0 5
menyisir rambut, gosok gigi )

5. Keluar masuk toilet (mencuci


pakaian, menyeka tubuh, 5 10
menyiram)

6. Mandi 5 15 Frekuensi : 2 kali

7. Jalan di permukaan datar 0 5

8. Naik turun tangga 5 10

9. Mengenakan pakaian 5 10

10. Kontrol bowel (BAB) Frekuensi : 1 kali

Konsistensi : padat
5 10 kadang cair, warna
kuning dan bau
khas

11. Kontrol bladder (BAK) Frekuensi : 3-6 kali

5 10 Warna : kuning
dan bau khas

12. Olah raga/ latihan Frekuensi :


5 10 seminggu 1 kali

Jenis : senam

13. Rekreasi atau pemanfaatan Frekuensi : -


7 10
waktu luang
Jenis :-

Keterangan :

Setelah dilakukan pengkajian, Ny.S 87, ketergantungan sebagian


3.5. Pengkajian Status Mental Gerontik

3.5.1. Identifikasi tingkat kerusakan inelektual dengan menggunakan Sho


Short
rt
P ortab
ortable
le M
Meenta
ntall S ta
tatus
tus Qu
Queesti
stione
onerr (SPSMQ)
Intruksi :
Ajukan pertanyaan 1- 10 pada daftar ini dan catat semua
se mua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan

Benar Salah No Pertanyaan


Pertanyaan

√ 01 Tanggal berapa hari ini ?

√ 02 Hari apa sekarang ?

√ 03 Apa nama tempat ini ?

√ 04 Dimana alamat anda ?

√ 05 Berapa umur anda ?

√ 06 Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir)

√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?

√ 08 Siapa presiden indonesia sebelunya ?

√ 09 Siapa nama Ibu anda ?

√ Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3


10
dari setiap angka baru, semua secara menurun
Total score 8

Interpretasi hasil :
Berdasarkan hasil pengkajian dengan SPMSQ, Ny.S menjawab salah 2 pertanyaan.
Dan dapat disimpulkan Ny.S mengalami gangguan ringan.

3.5.2. Identifikasi asfek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE
(Mini Mental Status Exam)

1. Orientasi Kalkulasi
2. Registrasi Mengigat kembali
3. Perhatian Bahasa
ASPEK NILAI NILAI
NO KRITERIA
KOGNITIF MAKS KLIEN

1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :


Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
Orientasi 5 5 Dimana kita berada :

 Negara Indonesia
 Propinsi Jawa Barat
 Kota
 PSTW
 Wisma
2. Registrasi 3 2 Sebutkan nama 3 obyek (oleh pemeriksa)
1 detik untuk mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tayakan pada klien
ketiga obyek tadi. (untuk disebutkan)

 Obyek
 Obyek

Obyek
3. Perhatian dan 5 1 Minta klien untuk memulai dari angka 100
kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat

 93
 86
 79
 72
 65

4. Mengingat 3 1 Minta klien untuk mengulangi 3 obyek


pada no 2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1
point untuk masing-masing obyek

5. Bahasa 9 7 Tunjukkan pada klien suatu benda dan


tanyakan namanya pada klien


(misal jam tangan)
 (misal pensil)
Minta klien untuk mengulang kata berikut
“tak ada jika, dan, atau, tetapi”. Bila
benar, nilai satu point.

 Pernyataan benar 2 buah : tak


ada,tetapi.

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri dari 3 langkah :

“Ambil kertas di tangan anda, lipat dua da


taruh di lantai”

 Ambil kertas
 Lipat dua
 Taruh di lantai

Perintahkan pada klien untuk hal berikut


(bila aktivitas sesuai perintah nilai point 1)

 Tutup mata anda

Perintahkan pada klien untuk menulis satu


kalimat atau menyalin gambar.

 Tulis satu kalimat


 Menyalin gambar

TOTAL NILAI 21
Interpretasi hasil :

Dari hasil penkajian MMSE, Ny.S mendapatkan skor 21, dapat disimpulkan bahwa
kerusakan aspek fungsi mental ringan.

3.6. Pengkajian Keseimbangan

( TINNETI, ME, DAN GINTER, SF, 1998)


Pengkajian keseimbangan di nilai dari dua komponen utama dalam bergerak, dari kedua
komponen tersebut dibagi lagi dalam beberapa gerakan yang perlu diobservasi oleh
perawat. Kedua komponen tersebut adalah :

a. Perubahan posisi atau keseimbangan


keseimbangan

Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini, atau beri nilai 1 jika
klien menunjukkan salah satu dari kondisi dibawah ini :

Bangun dari kursi (dimasukkan dalam analisis)*

Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong tubuhnya ke
atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil
pada saat berdiri pertama kali.

Nilai : 1

Duduk ke kursi (dimasukkan dalam analisis)*

Menjatuhkan diri ke kursi,tidak duduk ditengah kursi

Keterangan : (*) Kursi yang keras tanpa lengan

Nilai : 1

Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum pelahan-


lahan sebanyak 3 kali)

Klien menggerakkan kaki, memegang obyek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh
sisi-sisinya.

Nilai : 1
Mata tertutup

Sama seperti diatas (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan untuk
keseimbangan).

Nilai : 1

Perputaran
Perputaran leher

Menggerakkan kaki, menggenggam obyek untuk dukngan, kaki tidak menyentuh


sisi- sisinya, keluhan vertigo,pusing atau keadaan tidak stabil.

Nilai : 0

Gerakan menggapai sesuatu

Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara
berdiri pada jung-ujung jari kaki, tidak stabil, memegang sesuatu utuk dukungan.

Nilai : 1

Membungkuk

Tidak mampu membungkuk untuk mengambil obyek-obyek kecil (misal pulpen)


dari lantai, memegang obyek untuk bisa berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha
multipel untuk bangun.

Nilai : 1

b. Komponen gaya berjalan atau gerakan

Beri nilai 0 jika menunjukkan kondisi di bawah ini, atau beri nilai 1 jika klien
menunjukkan salah satu dari kondisi di bawah ini :

Minta klien untk berjalan ke tempat yang ditentukan

Ragu-ragu, tersandung, memegang obyek untuk dukungan.

Nilai : 0

Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)

Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),

mengangkat kaki terlalu tinggi (>5 cm).


Nilai : 1

Kontuinitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien)

Setelah langkah-langkah awal, langkah menjadi tidak konsisiten, memulai


mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai.

Nilai : 1

Kesimetrisan
Kesimetrisan langkah (lebuh bai8k diobservasi dari samping klien)

Tidak berjalan dalamgaris lurus,bergelombang dari sisi ke sisi.

Nilai : 1

Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari belakang
klien).

Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.

Nilai : 1

Berbalik

Berhenti sebelum berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang, memegang obyek untuk


dukungan.

Nilai : 1

Intervensi hasil :

Jumlah skor 11 : resiko jatuh berat

Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, dan dapat diinterpretasikan sebagai
berikut :

0–5 : Risiko jatuh Ringan

6 – 10 : Risiko jatuh sedang

11 – 15 : Risiko jatuh berat


3.7. Analisa Data
Hari/ Diagnosa
Data Fokus
Tanggal Keperawatan
Senin, 9 DS: Ketidakefektifan manajemen kesehatan
Mei Ny. S berkata, kadar gula darah diri: diabetes mellitus b.d konsumsi

2016 hampir 400. Badannya nggak enak makanan beresiko meningkatkan gula
semua, lemes, sendi-sendi kaku, darah (tidak diet),makanan beresiko
digerakin sakit, sering pipis, kaki meningkatkan tekanan darah, dan kurang
sering kesemutan. aktivitas fisik
Ny. S berkata,sering pusing, leher
terkadang kaku, tangan saya kram dan
kaki terkadang kesemutan.
Ny. S berkata,masih suka makan yang
manis sama asin mbak.

DO:
GDS 370 mg/dL (pemeriksaan tanggal
11-5-2016)
BB = 40 kg, TB = 150 cm, IMT =
26,66 (normal
(normal)
Klien tampak lemas
Klien tidak menghabiskan
makanannya. Klien hanya
menghabiskan ¼ - ½ porsi makan.

Hasil pengkajian Short Portable


Mental State Quessionare
menunjukkan gangguan kognitif
ringan.
Senin, 9 DS: Gangguan rasa nyaman : b.d gejala
Mei - P: Klien mengatakan nyeri lutut terkait penyakit (nyeri pada lutut)
2016 ketika bangun dari duduk dan
akan berdiri
- Q: Klien mengatakan nyeri lutut
seperti ditusuk-tusuk
- R: Nyeri pada kedua lutut kaki
kanan dan kiri
- S: Skala 5 dari 10, nyeri
mengganggu aktivitas klien
- T: Nyeri terjadi 2-3 menit, mulai

muncul saat bangun dari posisi


duduk ke posisi berdiri
DO :
- TD 150/100 mmHg
- Klien mengalami ansietas sedang
- Klien nampak tidak nyaman

Senin, 9 DS : Resiko jatuh b.d riwayat jatuh ± 10 kali,


Mei - Ny. S berkata, “Saya sudah sering penurunan kekuatan ekstremitas bawah :

2016 jatuh mbak, kurang lebih 10 kali nyeri lutut.


jatuh.”
- Ny. S berkata, “ini lho mbak sakit
(menunjuk lutut), kalo duduk dan
mau berdiri rasanya lutut saya
sakit sekali.”
- Ny. S berkata, “Lutut saya sakit
sejak saya jatuh itu mbak.”
DO :
- Skor keseimbangan : 11 (resiko
jatuh tinggi)
- Ny. S dapat berjalan sendiri
dengan menggunakan tongkat.
- Klien berjalan sangat pelan dan
berhati-hati
- Usia 70 tahun
- Ny. S mengalami jatuh sebanyak
10 kali.
- Klien tidak bisa melihat
Senin, 9 DS : Kepedihan kronis b.d kehilangan orang
Mei Ny. S berkata, “ Saya tidak punya terdekat dan kehilangan dukungan
2016 siapa-siapa, suami saya sudah keluarga (00137)
meninggal, saudara saya sudah
tidak peduli dengan saya mbak.”

Ny. S berkata, “ Ny. S berkata,


“saya merasa takut jika nanti saya
sakit tidak ada yang merawat
saya mbak, selain itu juga
keluarga saya tidak ada yang tahu
saya tinggal disini.”
Ny. S berkata,” Saya sudah
pasrah sama Allah swt jika
dirinya harus tinggal dipanti dan

Ny. S mengatakan sudah siap ji


jika
ka
Allah swt memanggilnya.”
memanggilnya.”
Do :
 Ny. S merasa takut jika saat sakit
tidak ada yang merawat.
 Ny. S terlihat sedih saat
menceritakan saudaranya tidak ada
yang peduli
 Ny. S terlihat sering tiduran dan
jarang berkomunikasi dengan
anggota panti lainnya
3.8. Prioritas Masalah
Dx. Keperawatan
Keperawatan Prioritas Pembenaran
Kepedihan kronis pada Ny. S di High priority Klien merasa tidak ada yang peduli
ruang mawar Panti Wredha dengan klien lagi sehingga klien lebih
Harapan Ibu Semarang sering menyendiri dikamar.. Apabila
berhubungan dengan kehilangan kepedihan tidak diatasi klien akan
orang terdekat dan kehilangan menjadi depresi. Sehingga
dukungan keluarga menyebabkan klien berisiko untuk
melakukan risiko bunuh diri.
Ketidakefektifan manajemen Medium priority Klien masih sering mengkonsumsi teh
kesehatan diri pada Ny. S di manis, terkadang cemilan yang manis-
ruang mawar Panti Wredha manis, makanan yang asin. Sehingga
Harapan Ibu Semarang: diabetes jika pola makan klien tidak diatur
dia tur maka
mellitus berhubungan dengan akan menyebabkan gula klien naik dan
konsumsi makanan beresiko tekanan darah klien tinggi
meningkatkan gula darah (tidak
diet), hipertensi berhubungan
dengan konsumsi makanan
beresiko meningkatkan tekanan
darah, dan kurang aktivitas fisik
Gangguan rasa nyaman: nyeri Medium priority Nyeri pada lutut yang di alami klien
pada Ny. S di ruang mawar dapat menyebabkan terganggunya
Panti Wredha Harapan Ibu aktivitas klien sehingga klien sering
Semarang berhubungan dengan tiduran di kamar karena jika berakivitas
gejala terkait penyakit (nyeri klien merasakan sakit, pusing, dan lutut
pada lutut) terasa nyeri.
Resiko jatuh pada Ny. S di ruang Low priority Klien memiliki gangguan penglihatan,
mawar Panti Wredha Harapan kedua mata klien sudah tidak dapat
Ibu Semarang berhubungan melihat oleh karena itu memiliki risiko
dengan riwayat jatuh ± 10 kali, tinggi jatuh. Apabila risiko jatuh tidak
penurunan kekuatan ekstremitas dapat ditangani akan menyebabkan klien
bawah:nyeri lutut berisiko tinggi untuk cedera sepeti patah
tulang.
3.9. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan Kode
No. Dx. Keperawatan Intervensi
Umum Khusus NIC

1 Kepedihan kronis pada Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Luangkan waktu bersama klien
Ny. S di ruang mawar tindakan keperawatan tindakan keperawatan 2. Bantu klien berfokus secara
Panti Wredha Harapan selama 15 hari selama 7 x 30 menit relistis terhadap perubahan
Ibu Semarang diharapkan kepedihan diharapkan kepedihan status kesehatan karena
berhubungan dengan klien berkurang dengan klien berkurang dengan kehilangan

kehilangan orang kriteria hasil: kriteria hasil : 5820 3. Beri terapi dzikirdan Spiritual
terdekat dan kehilangan 1. Klien menyatakan 1. Klien mampu Emotional Freedom Technique
dukungan keluarga perasaan negatif dan menceritakan Anxiety reduction:
reduction:
kesedihan klien semua hal yang 1. Bantu klien mengenal situasi
hilang menjadi yang menimbulkan kecemasan
2. Tingkat kecemasan kesedihannya 2. Bantu klien untuk
klien menurun dari 2. Klien menyatakan mengungkapkan perasaan,
sedang menjadi perasaan ikhlas ketakutan dan persepsi
kecemasan ringan terkait kondisinya 3. Dengarkan keluhan klien
3. Klien sekarang dengan penuh perhatian
mengekspresikan 3. Klien dapat 4. Instrusikan klien untuk
senang mengikuti kegiatan menggunakan teknik relaksasi
untuk mengurangi nafas dalam

kesedihannya Menurut 2 jurnal yang ditemukan,


selain dukungan keluarga, dukungan

social seperti teman, perawat, dll


dapat meningkatkan kualitas hidup
klien.

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Setelah dilakukan 5510 H ea


ealth
lth E duc
ducat
atii on
manajemen kesehatan tindakan keperawatan tindakan keperawatan 1. Berikan pendidikan kesehatan
diri pada Ny. S di ruang selama 15 hari, selama 7 x 30 menit, tentang diabetes mellitus :
mawar Panti Wredha diharapkan manajemen diharapkan klien definisi, penyebab, tanda gejala,
Harapan Ibu Semarang: kesehatan diri klien mengurangi penataklaksana, dan komplikasi
diabetes mellitus dapat efektif dengan mengonsumsi makanan 2. Berikan pendidikan kesehatan
berhubungan dengan kriteria hasil : berisiko meningkatkan tentang hipertensi : definisi,
konsumsi makanan 1. Klien mampu kadar gula, penyebab, tanda gejala,
beresiko meningkatkan menerapkan diit pengetahuan klien penataklaksana, dan komplikasi
gula darah (tidak diet), DM dan diit HT meningkat dan Vi tal
tal sig
signnm
mon
onitoring
itoring
hipertensi berhubungan 2. Klien mampu ikut aktivitas fisik klien 6680 1. Monitor TTV : TD dan GDS
dengan konsumsi serta / secara meningkat dengan 2. Catat nilai TD dan GDS
makanan beresiko mandiri melakukan kriteria hasil : 3. Evaluasi adanya perubahan nilai
meningkatkan tekanan aktifitas fisik Diabetes Mellitus TD dan GDS
darah, dan kurang ringan minimal 1. Klien mampu
Nutrition management
aktivitas fisik sehari sekali selama mendeskripsikan 1. Motivasi klien untuk
5 menit : Senam pengertian mengurangi konsumsi makanan
Anti Stroke diabetes mellitus 1100 yang banyak mengandung gula
Hipertensi. 2. Klien termotivasi 2. Motivasi klien untuk
3. GDS klien <200 untuk melakukan mengurangi konsumsi makanan
mg/ dl diit DM yang banyak mengandung garam
Hipertensi
E xcercise
xcerci se p
prr omot
omotii on
3. Klien mampu
1. Anjurkan klien melakukan
mendeskripsikan 0200
kegiatan latihan pemanasan
pengertian
ringan
hipertensi
2. Ajarkan kegiatan latihan
4. Klien mengerti
pemanasan ringan
tahapan Senam
3. Motivasi klien untuk latihan
Anti Stroke
pemanasan ringan.
Hipertensi. dan
Menurut 3 jurnal yang ditemukan,
bersedia
1. penentuan jenis makanan yang
melakukan Senam
berhubungan dengan
Anti Stroke
peningkatan gizi pada lansia
Hipertensi.
dipengaruhi oleh jenis kelamin,
usia, penyakit yang menyertai,
gejala depresi, dan penggunaan

obat-obatan.
2. Pengaruh pendidikan kesehatan

tentang DM pada lansia dapat


meningkatkan manajemen
kesehatan diri lansia dan pola
hidup.
3. Pendidikan kesehatan,
pengecekan BMI yang diberikan
pada pasien lansia yang
hipertensi dan obesitas dapat
memgurangi angka kejadian DM
lansia.
3 Gangguan rasa nyaman: Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1400 Pain Manajement
nyeri pada Ny. S di tindakan keperawatan tindakan keperawatan 1. Monitor vital sign
ruang mawar Panti selama 15 hari, nyeri selama 7 x 30 menit, 2. Kaji pada klien apa yang
Wredha Harapan Ibu klien berkurang dengan rasa nyeri berkurang dilakukan ketika nyeri.
Semarang berhubungan kriteria hasil: dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan klien untuk
dengan gejala terkait 1. Skala berkurang dari 1. Tekanan darah meningkatkan istirahat dan tidur
penyakit (nyeri pada skala 5 menjadi 2 klien (sistolik≤ 150 4. Jelaskan kepada klien terkait
lutut) (00214) 2. Klien mampu mmHg, diastolik ≤ manajemen nyeri farmakologis
melakukan 90 mmHg ) dan non farmakologis.
manajemen nyeri 2. Skala berkurang Menurut 3 jurnal yang ditemukan,
secara mandiri dari skala 5 menjadi menajemen nyeri untuk kaki diabtes
2 yaitu :
3. Ekspresi wajah 1. kombinasi terapi musik dengan
tidak menunjukkan latihan ektremitas.
nyeri 2. perawatan kaki diabetes pada
4. Keluhan terhadap lansia.
nyeri berkurang
5. Pola tidur kembali
normal
4. Resiko jatuh pada Ny. S Setelah dilakukan Setelah dilakukan 6480 Enveiromental Management
di ruang mawar Panti tindakan keperawatan tindakan keperawatan 1. Sediakan lingkungan bersih,
Wredha Harapan Ibu selama 15 hari selama 7 x 30 menit aman, dan nyaman
Semarang berhubungan diharapkan klien tidak diharapkan gangguan 2. Tempatkan barang dimeja yang
dengan riwayat jatuh ± mengalami kejadian keseimbangan dapat rapi dan dapat dikendalikan
10 kali, penurunan jatuh, dengan kriteria teratasi, dengan kriteria 3. Anjurkan untuk dapat memberi
kekuatan ekstremitas hasil : hasil: cahaya matahari yang masuk.
bawah:nyeri lutut 1. Tidak ada kejadian 1. Klien selalu 6490 Fall Prevention
(00155) jatuh menggunakan alat 1. Anjurkan untuk tempatkan klien
2. Skor resiko jatuh bantu ketika diposisi yang aman ketika tidur
klien menurun berjalan 2. Anjarkan klien untuk memberi

menjadi resiko 2. Klien mengetahui pengamanan di sisi tempat tidur


rendah cara pencegahan 3. Anjurkan klien untuk

resiko jatuh memberikan alat bantu ketika


3. Klien bisa lebih berjalan
berhati-hati 4. Anjurkan untuk memberikan lap
pada area yang beresiko basah
basah
5. Ajarkan untuk meminimalkan
cedera
6. Lakukan latihan keseimbangan
Menurut 2 jurnal yang ditemukan
1. peningkatan kinerja fisik dapat
mempengaruhi keseimbangan
tubuh, sehingga resiko jatuh dapat
berkurang.
2. Strategi berjalan dengan
mengukur dimensi tekanan
plantar tanpa alas kaki, stabilitas
gaya berjalan dapat mengurangi
resiko jatuh.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami suatu proses
yang disebut Aging Process atau proses penuaaan.(Wahyudi, 2008).
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) terjadi akibat peningkatan umur
harapan hidup manusia yang merupakan dampak positif dari keberhasilan pembangunan
nasional, khusunya di bidang kesehatan. Dengan peningkatan populasi lansia di
Indonesia, berbagai masalah kesehatan yang khas pada lansia akan meningkat. Salah satu
penyakit yang menyertai lansia adalah penyakit Diabetes Mellitus (DM). Diabetes
Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relative. Penyebab terjadinya penyakit DM pada lansia yaitu proses
penuaan, gaya
ga ya hidup dan keberadaan penyakit
pen yakit lain yang menyertainya. Peran dukungan
keluarga dan dukungan social sangatlah berpengaruh pada peningkatan kualtias dan
manajemen perawatan diri terutama pada pasien lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Amin & Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action.

[ADA] American Diabetes Association. 2010. Standard of Medical Care in Diabetes 2010.

Sudoyo, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV.Pusat. Penerbit
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta.

Gonzalez-Gonzalez, C., Tysinger, B., Goldman, D. P., & Wong, R. (2017). Projecting
diabetes prevalence among Mexicans aged 50 years and older: The Future Elderly
Model-Mexico (FEM-Mexico). BMJ Open, Open, 7(10). https://doi.org/10.1136/bm
htt ps://doi.org/10.1136/bmjopen-
jopen-
2017-017330

Pan, X., Bai, J. jiao, Sun, J., Ming, Y., Chen, L. rong, & Wang, Z. (2016). The characteristics
of walking strategy in elderly patients with type 2 diabetes. International Journal of
Nursing Sciences,
Sciences, 3(2), 185–189. https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2016.05.002
https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2016.05.002

Kasthuri, A., Krishnamurthy, A., Kiran, P., Mohammad, A., & Shanbhag, D. (2016).
Knowledge and practice regarding hypertension and diabetes among the elderly in a
rural area in southern India following an educational program: A comparative study.
st udy.
Journal of Social Health and Diabetes,
Diabetes, 4(1), 030–035. https://doi.org/10.4103/2321-
https://doi.org/10.4103/2321-
0656.176574

Ishak, N. H., Mohd Yusoff, S. S., Rahman, R. A., & Kadir, A. A. (2017). Diabetes self-care
and its associated factors among elderly diabetes in primary care. Journal of Taibah
University Medical Sciences,
Sciences, 12
12(6),
(6), 504–511.
https://doi.org/10.1016/j.jtumed.2017.03.008

Ji, L., Bai, J. J., Sun, J., Ming, Y., & Chen, L. R. (2015). Effect of combining music media
therapy with lower extremity exercise on elderly patients with diabetes mellitus.
International Journal of Nursing Sciences,
Sciences, 2(3), 243–247.
https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2015.07.008

Khairani, R., Ilmu, B., Dalam, P., Kedokteran, F., Trisakti, U., & Khairani, K. D. R. (2007).
Prevalensi diabetes melitus dan hubungannya dengan kualitas hidup lanjut usia di
masyarakat UNIVERSA MEDICINA Prevalence of diabetes mellitus and the
relationship with quality of life of older people in the community. Universa Medicina,
Medicina,
2626262626 (261), 18–26.

Hewston, P., Garcia, A., Alvarado, B., & Deshpande, N. (2018). Fear of Falling in Older
Adults with Diabetes Mellitus: The IMIAS Study. Canadian Journal on Aging, 37(3),
261–269. https://doi.org/10.1017/S071498081800
https://doi.org/10.1017/S071498081800020X
020X
Gentil, L., Vasiliadis, H. M., Berbiche, D., & Préville, M. (2017). Impact of depression and
anxiety disorders on adherence to oral hypoglycemics in older adults with diabetes
mellitus in Canada. European Journal of Ageing
Ageing, 14
14(2),
(2), 111–121.
https://doi.org/10.1007/s10433-016-0390-3

Tasci, I., Safer, U., & Naharci, M. I. (2019). Multiple Antihyperglycemic Drug Use is
Associated with Undernutrition Among Older Adults with Type 2 Diabetes Mellitus: A
Cross-Sectional Study. Diabetes Therapy,
Therapy, 10
10(3),
(3), 1005–1018.
https://doi.org/10.1007/s13300-019-0602-x

Cockcroft, D. W., Faaaai, F., Nair, P., Frcpc, F., Nair, P., & Frcpc, F. (2012). Reproduced
with permission of the copyright owner . Further reproduction prohibited without.
Journal of Allergy and Clinical Immunology
Immunology,, 130
130(2),
(2), 556.
https://doi.org/10.1016/j.jaci.2012.05.050

Wang, Q., Zhang, X., Fang, L., Guan, Q., Guan, L., & Li, Q. (2018). Prevalence, awareness,
treatment and control of diabetes mellitus among middle-aged and elderly people in a
rural Chinese population: A cross-sectional study. PLoS ONE, 1313(6),
(6), 1–12.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0198343

Kim, H., & Kim, K. (2017). Health-Related Quality-of-Life and Diabetes Self-Care
Self-Car e Activity
in Elderly Patients with Diabetes in Korea. Journal of Community Health,
Health, 42
42(5),
(5), 998–
1007. https://doi.org/10.1007/s10900-017-0347-2
https://doi.org/10.1007/s10900-017-0347-2

Whitehouse, C. R., Sharts-Hopko, N. C., Smeltzer,


Smeltzer , S. C., & Horowitz, D. A. (2018).
Supporting transitions in care for older adults with type 2 diabetes mellitus
melli tus and obesity.
Research in Gerontological Nursing, 11 11(2),
(2), 71–81. https://doi.org/10.3928/19404921-
https://doi.org/10.3928/19404921-
20180223-02

Felea, G. M., Covrig, M., Manea, D. I., & Titan, E. (2013). Perceptions of life burdens and of
the positive side of life in a group of elderly patients with diabetes: A qualitative
analysis through grounded theory. Revista de Cercetare Si Interventie Sociala,
Sociala, 40
40,, 7–20.

Ahmad Sharoni, S. K., Mohd Razi, M. N., Abdul Rashid, N. F., & Mahmood, Y. E. ((2017).
2017).
Self-efficacy of foot care behaviour of elderly
elderl y patients with diabetes. Malaysian Family
Physician, 12
Physician, 12(2),
(2), 2–8.

Ahmad Sharoni, S. K., Shdaifat, E. A., Abd Mohd Majid, H. A., Shohor, N. A., Ahmad, F., &
Zakaria, Z. (2015). Social support and self-care activities
activiti es among the elderly patients
with diabetes in Kelantan. Malaysian Family Physician,
Physician, 10 10(1),
(1), 34–43.

Sharoni, S. K. A., Rahman, H. A., Minhat, H. S., Shariff-Ghazali, S., & Ong, M. H. A.
(2018). The effects of self-efficacy enhancing program on foot self-care behaviour of
older adults with diabetes: A randomised controlled trial in elderly care facility,
Peninsular Malaysia. PLoS ONE, 13 13(3),
(3), 1–24.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0192417

Bigelow, A., & Freeland, B. (2017). Type 2 Diabetes Care in the Elderly. Journal for Nurse
Practitioners,, 13
Practitioners 13(3),
(3), 181–186. https://doi.org/10.1016/j.nurpra.2016.08.010
https://doi.org/10.1016/j.nurpra.2016.08.010
Ishak, N. H., Mohd Yusoff, S. S., Rahman, R. A., & Kadir, A. A. (2017). Diabetes self-care
and its associated factors among elderly diabetes in primary care. Journal of Taibah
University Medical Sciences,
Sciences, 12
12(6),
(6), 504–511.
https://doi.org/10.1016/j.jtumed.2017.03.008

Khairani, R., Ilmu, B., Dalam, P., Kedokteran, F., Trisakti, U., & Khairani, K. D. R. (2007).
Prevalensi diabetes melitus dan hubungannya dengan kualitas hidup lanjut usia di
masyarakat UNIVERSA MEDICINA Prevalence of diabetes mellitus and the
relationship with quality of life of older people in the community. Universa Medicina,
Medicina,
2626262626 (261), 18–26.

Hewston, P., Garcia, A., Alvarado, B., & Deshpande, N. (2018). Fear of Falling in Older
Adults with Diabetes Mellitus: The IMIAS Study. Canadian Journal on Aging, 37(3),
261–269. https://doi.org/10.1017/S071498081800
https://doi.org/10.1017/S071498081800020X
020X

Gentil, L., Vasiliadis, H. M., Berbiche, D., & Préville, M. (2017). Impact of depression and
anxiety disorders on adherence to oral hypoglycemics in older adults with diabetes
mellitus in Canada. European Journal of Ageing
Ageing, 14
14(2),
(2), 111–121.
https://doi.org/10.1007/s10433-016-0390-3

Cockcroft, D. W., Faaaai, F., Nair, P., Frcpc, F., Nair, P., & Frcpc, F. (2012). Reproduced
with permission of the copyright owner . Further reproduction prohibited without.
Journal of Allergy and Clinical Immunology
Immunology,, 130
130(2),
(2), 556.
https://doi.org/10.1016/j.jaci.2012.05.050

Wang, Q., Zhang, X., Fang, L., Guan, Q., Guan, L., & Li, Q. (2018). Prevalence, awareness,
treatment and control of diabetes mellitus among middle-aged and elderly people in a
rural Chinese population: A cross-sectional study. PLoS ONE, 1313(6),
(6), 1–12.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0198343

Kim, H., & Kim, K. (2017). Health-Related Quality-of-Life and Diabetes Self-Care
Self-Car e Activity
in Elderly Patients with Diabetes in Korea. Journal of Community Health,
Health, 42
42(5),
(5), 998–
1007. https://doi.org/10.1007/s10900-017-0347-2
https://doi.org/10.1007/s10900-017-0347-2

Whitehouse, C. R., Sharts-Hopko, N. C., Smeltzer,


Smeltzer , S. C., & Horowitz, D. A. (2018).
Supporting transitions in care for older adults with type
t ype 2 diabetes mellitus and obesity.
Research in Gerontological Nursing, 11 11(2),
(2), 71–81. https://doi.org/10.3928/19404921-
https://doi.org/10.3928/19404921-
20180223-02

Felea, G. M., Covrig, M., Manea, D. I., & Titan, E. (2013). Perceptions of life burdens and of
the positive side of life in a group of elderly patients with diabetes: A qualitative
analysis through grounded theory. Revista de Cercetare Si Interventie Sociala,
Sociala, 40
40,, 7–20.

Sharoni, S. K. A., Rahman, H. A., Minhat, H. S., Shariff-Ghazali, S., & Ong, M. H. A.
(2018). The effects of self-efficacy enhancing program on foot self-care behaviour of
older adults with diabetes: A randomised controlled trial in elderly care facility,
Peninsular Malaysia. PLoS ONE, 13 13(3),
(3), 1–24.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0192417
Bigelow, A., & Freeland, B. (2017). Type 2 Diabetes Care in the Elderly. Journal for Nurse
Practitioners,, 13
Practitioners 13(3),
(3), 181–186. https://doi.org/10.1016/j.nurpra.2016.08.010
https://doi.org/10.1016/j.nurpra.2016.08.010

Huang, E. S. (2016). Management of diabetes mellitus in older people with comorbidities.


BMJ (Online),
(Online), 353
353(May
(May 2005), 1–11. https://doi.org/10.1136/bmj.i2200
https://doi.org/10.1136/bmj.i2200
LAMPIRAN

NINDI TRI Y.

1. Judul : The effects of self-efficacy enhancing program on foot self-care behaviour of

older adults with diabetes: A randomised controlled trial in elderly care facility,
Peninsular Malaysia (2018)

P : 184 responden direkrut tetapi hanya 76 yang memenuhi kriteria seleksi di


Semenanjung Malaysia

I : Uji coba terkontrol secara acak dilakukan selama 12 minggu di antara orang dewasa
yang lebih tua dengan diabetes di fasilitas perawatan lansia di Semenanjung Malaysia. Di
bagi menjadi dua kelompok yaitu intervensi dan kelompok control dengan intervensi
utama adalah perawatan kaki DM.

C : Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas program pendidikan


kesehatan berdasarkan teori self-efficacy pada perilaku perawatan kaki untuk orang
dewasa yang lebih tua dengan diabetes. Kelompok intervensi (tiga fasilitas perawatan
lansia) menerima program pendidikan kesehatan tentang perilaku perawatan mandiri
kaki sementara kelompok kontrol (tiga fasilitas perawatan lansia) menerima perawatan
standar. Peserta dinilai pada awal, dan pada minggu ke-4 dan minggu ke-12 tindak lanjut.
Perilaku perawatan kaki, efikasi diri perawatan kaki (ekspektasi efikasi), harapan hasil
perawatan kaki dan pengetahuan perawatan kaki meningkat pada kelompok intervensi
dibandingkan dengan kelompok kontrol (p <0,05).

O : perawatan kaki atau self-efficacy efektif digunakan dan dapat dijadikan sebagai salah
satu Pendidikan kesehatan penyakit diabetes guna meningkatkan perilaku perawatan kaki
untuk lansia yang tinggal di fasilitas perawatan institusional.

2. Judul : Health-Related Quality-of-Life and Diabetes Self-Care Activity in Elderly


Patients with Diabetes in Korea (2017)

P : individu yang berusia lebih dari 60 tahun yaitu 365 dari 387 pasien lansia dengan
dibetes
I : pemilihan sampel dilakukan dengan convenience sampling. Sedangkan untuk
pengambilan data
dat a peneliti mengunakan metode wawancara secara individu dan mengisi
kuesioner.

C : Untuk pasien diabetes, depresi dilaporkan berkaitan erat dengan perawatan diri, dan
diketahui bahwa penderita depresi mengakibatkan dua kali lebih beresiko terkena
diabetes daripada penderita yang tidak terkena depresi, dan pada pasien diabetes yang
menderita depresi, kontrol glikemik akan menjadi buruk dan kejadian komplikasi kronis
dan mortalitas meningkat, mengakibatkan peningkatan biaya medis. Depresi pada pasien
usia lanjut dengan diabetes dapat dilihat sebagai variabel penting untuk HRQOL karena
penderita diabetes dengan gejala depresi cenderung mengabaikan perawatan diri.
Kkrining depresi teratur untuk pasien diabetes lansia dan manajemen depresi yang tepat
berdasarkan hasil yang diperoleh dapat membantu meningkatkan kegiatan perawatan diri
seperti diet, olahraga, hubungan kelompok pendukung, dan kondisi fisik [28], dan pada
akhirnya dapat meningkatkan HRQOL mereka. Keadaan emosional lansia telah diakui
sebagai faktor yang mempengaruhi perawatan-diri diabetes.

O : Dengan dukungan keluarga dan dukungan sosial secara signifikan mempengaruhi


perawatan diri di kalangan penderita diabetes lanjut usia guna meningkatkan kualitas
hidup lansia dengan penderita diabetes.

3. Prevalence, awareness, treatment and control of diabetes mellitus among middle-aged


and elderly people in a rural Chinese population: A cross-sectional study

P : 10.851 penduduk yang berusia diatas 40 tahun dari 11 kota di Ningyang, Shandong,
china

I : penelitian ini menggunakan studi cross-sectional, Studi observasional ini menganalisis


prevalensi diabetes mellitus dan kesadaran, pengobatan dan kontrol glikemik diabetes
pada populasi pedesaan Cina.

C : Diabetes mellitus (DM) menduduki peringkat tinggi dalam agenda kesehatan


internasional sebagai pandemi global dan sebagai ancaman terhadap kesehatan manusia
dan ekonomi global. Sejak reformasi di Cina, perkembangan sosial-ekonomi, perubahan

gaya hidup dan penuaan penduduknya, DM telah menjadi masalah kesehatan yang
mendesak. Studi terbaru menunjukkan bahwa prevalensi DM di Cina telah mencapai
lebih dari 10% di antara orang dewasa Cina, yang jauh lebih tinggi dari rata-rata dunia.
Di seluruh dunia, hampir setengah dari orang dengan DM tidak terdiagnosis, tetapi
tingkat yang tidak terdiagnosis di Cina adalah 69,83%. Beban substansial dalam hal
kesehatan masyarakat dan perawatan medis meningkat. Oleh karena itu, sangat penting
untuk menilai karakteristik epidemiologis dan faktor risiko diabetes tipe 2 dan
melakukan intervensi elektif pada populasi tertentu. Ada banyak komplikasi DM, seperti
retinopati diabetik dan nefropati diabetik, yang dapat menyebabkan kebutaan dan gagal
ginjal. Selain itu, DM meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan kematian terkait,
yang menyebabkan pengeluaran tinggi. IDF melaporkan bahwa lebih dari 10% biaya
kesehatan di Tiongkok dapat dikaitkan dengan DM.

O : DM mungkin telah mencapai situasi yang mendesak pada populasi pedesaan usia
menengah dan lansia. Hasil penelitian menunjukan bahwa DM dapat dikurangi melalui
manajemen dan pendidikan yang tepat. Kontrol glikemik yang memadai dapat secara
signifikan mengurangi risiko komplikasi terkait DM, menyebabkan keterlambatan
perkembangan penyakit dan untuk mencegah perkembangan DM dan komplikasi terkait
te rkait
di daerah pedesaan.

4. Judul : Diabetes in the Elderly

P : lansia dengan umur di atas 60 tahun di Amerika

I : jurnal ini menggunakan pendekatan praktis untuk penilaian, asuhan keperawatan, dan
perawatan medis diabetes pada lansia.
lansia . Ini menyoroti
men yoroti tantangan utama dan menyarankan
solusi untuk masalah klinis yang sering dihadapi masyarakat.

C : Lansia adalah kelompok penting dan berbeda dari orang yang hidup dengan diabetes.
Para lansia memiliki konstitusi biomedis, psikologis, dan sosial yang unik. Kebutuhan
mereka berbeda dari orang muda. Ini menyiratkan bahwa perawatan khusus harus
dilakukan sambil mengevaluasi dan merencanakan perawatan dan manajemen mereka.
Manajemen diabetes pada orang tua harus fokus pada pencegahan dan pembatasan
sindrom geriatri (kondisi medis yang dijumpai pada orang lanjut usia), hipoglikemia
(glukosa darah rendah), dan disfungsi neokognitif (gangguan fungsi sistem saraf dan
otak).
O : Lansia mewakili kelompok penderita diabetes yang berbeda namun heterogen.
Fisiologi unik mereka, patofisiologi, fitur klinis, kebutuhan, dan tantangan menunjukkan
bahwa mereka membutuhkan perawatan diabetes individual.

5. Judul : effect of combining music media therapy with lower extremity exercise on
elderly patients with diabetes mellitus
P : 72 pasien lansia di china
I : dibagi 2 kelompok, 38 kelompok control menerima latihan ektremitas dan 34
kelompok intervensi menerima latihan ektremitas diiringi dengan terapi music
C : Terdapat 5 jenis genre music yang dipilih kemudian music akan dikombinasikan
dengan latihan ektremitas dan latihan ektremitas yang diiringi music ternyata lebih
efektif dan meningkatkan kepatuhan dibandingkan latihan ektremitas tanpa terapi music.
O : perawatan media music yang dikombinasikan dengan latihan ektremitas bawah
keduanya signifikan meningkatkan kepatuhan berolahraga pada pasien lansia yang
menderita diabetes melitus, serta dapat meningkatkan sirkulasi darah pada kaki.

PIERCE AYRTON

1. Judul : Fear of Falling in Older Adults with Diabetes Mellitus: The IMIAS Study

P: Sampel IMIAS Kanada terdiri dari 799 orang dewasa yang tinggal bersama komunitas usia

dan jenis kelamin yang cocok (berusia 65-74) dari Kingston, Ontario (n = 398) dan Saint-
Hyacinthe, Quebec (n = 401). Untuk perekrutan awal, kami mengecualikan peserta jika mereka
memiliki lebih dari empat kesalahan pada skala orientasi Leganes Cognitive Test (LCT)

I : Peserta dikeluarkan
dikeluarkan untuk kemungkinan demensia (LCT ≤ 22) dan kuesioner FoF tidak

lengkap. Sampel darah disediakan oleh 78 persen sampel IMIAS Kanada di rumah sakit setempat
untuk mendapatkan nilai hemoglobin terglikasi (HbA1c). DM dipastikan oleh HbA1c ≥ 6,5
persen (Goldenberg & Punthakee, 2013) atau diagnosis dokter yang dilaporkan sendiri ketika
HbA1c <6,5 persen (48 mmol / mol) atau ketika nilai HbA1c tidak tersedia.

C : Beberapa faktor penentu berkembangnya rasa takut jatuh (FoF) tumpang tindih dengan

konsekuensi diabetes mellitus (DM). Kami membandingkan prevalensi dan keparahan FoF pada
orang dewasa yang lebih tua dengan dan tanpa DM dan mengidentifikasi mana determinan FoF
berkontribusi terhadap keparahan
keparahan FoF pada orang dewasa yang lebih tua dengan DM. Kami
menggunakan data dasar Kanada dari International Mobility in Aging Study (IMIAS) yang
mengidentifikasi 141 orang dewasa dengan DM (kelompok DM; usia: 68,88 ± 2,80 tahun) dan
620 tanpa DM (kelompok tanpaDM; kelompok: 68,81 ± 2,68 tahun) . FoF dikuantifikasi dengan
Falls Efficacy Scale – International (FES-I). Penentu FoF dievaluasi dalam domain demografis /
terkait kesehatan, fisik, psikologis, dan sosial. Perhatian yang tinggi terhadap FoF lebih umum
dan tingkat keparahan yang lebih tinggi dalam aktivitas 10/16 FES-I dalam kelompok DM
dibandingkan dengan kelompok noDM. Tingkat keparahan FoF yang lebih tinggi pada kelompok
DM dikaitkan dengan kinerja fisik yang buruk, menjadi wanita, riwayat jatuh, dan gejala depresi

klinis

O : Dari 799 peserta dalam sampel IIMIAS Kanada kami, kami mengecualikan tujuh untuk

kemungkinan demensia (LCT ≤ 22) dan 31 untuk kuesioner FES -I yang tidak lengkap. Dari 761
peserta yang tersisa, 141 (83 dengan HbA1c ≥ 6,5% [48 mmol / mol], 37 dengan HbA1c <6,5%
[48 mmol / mol] dengan diagnosis dokter, dan 21 dengan diagnosis dokter saja) diidentifikasi
dengan DM (DM) -group) dan 620 tanpa DM (non DM-group). Dari data yang tersedia, kami
mengidentifikasi 11 persen orang dewasa yang lebih tua memiliki kontrol glikemik yang tidak
tepat sasaran (HbA1c ≥ 8% [64 mmol / mol])

FoF dalam kategori FES-I perhatian tinggi lebih umum, dan FoF memiliki tingkat keparahan

yang lebih tinggi secara keseluruhan dan dalam 10 dari 16 aktivitas FES-I, pada orang dewasa
yang lebih tua dengan DM daripada pada mereka yang tidak DM. Kinerja fisik yang buruk,
menjadi wanita, riwayat jatuh, dan gejala depresi klinis merupakan penentu signifikan keparahan
FoF yang lebih tinggi pada orang dewasa yang lebih tua dengan DM. Efek kumulatif dari dua
atau lebih penentu FoF mengakibatkan keparahan FoF melebihi ambang batas FoF yang tinggi
(FES-II ≥ 28). Oleh karena itu, kami merekomendasikan protokol untuk skrining dan intervensi
(FES-
yang disesuaikan untuk kinerja fisik, riwayat jatuh, dan gejala depresi klinis mungkin bermanfaat
untuk mengurangi keparahan FoF pada pria dan wanita dengan DM dan yang berusia 65 dan
lebih tua.

2. Judul : Treatment Risk for Elderly Patients with Unruptured Cerebral Aneurysm from a
Nationwide Database in Japan
P : Sebanyak 36.017, termasuk 15.671 pasien
I : Untuk penelitian ini menggunakan Hasil dari Indeks Barthel pada saat dikeluarkan
diselidiki dan analisis regresi logistik multivariat mengidentifikasi faktor risiko untuk
morbiditas Indeks Barthel <90 pada saat dikeluarkan pada kelompok pasien nonelderly
dan lansia.
C : Faktor risiko morbiditas saat keluar adalah aneurisma arteri basilar dibandingkan
dengan arteri karotis interna (ICA), diabetes mellitus (rasio odds [OR], 2,0-2,5; interval

kepercayaan 95% [CI], 1,6-3,7), obat antiplatelet, dan antikoagulasi obat; Namun,
volume rumah sakit tertinggi dibandingkan dengan terendah adalah faktor risiko terbalik
pada kedua kelompok umur. Penggulungan endovaskular (OR, 0,4; 95% CI, 0,3-0,5)
adalah risiko terbalik yang signifikan pada kelompok lansia. Aneurisma arteri yang
berkomunikasi dengan anterior dibandingkan dengan ICA adalah risiko yang signifikan
si gnifikan
(OR, 1,6; 95% CI, 1,0-2,6) pada kelompok nonelderly; di sisi lain, aneurisma arteri
komunikasi anterior (OR, 0,7; 95% CI, 0,5-0,95) dan aneurisma arteri serebral menengah
(OR, 0,6; 95% CI, 0,5-0,8) dibandingkan dengan ICA secara signifikan risiko terbalik
pada lansia kelompok.
O : Penggulungan endovaskular setelah kontrol diabetes mellitus direkomendasikan
untuk pengobatan UCA pada pasien usia lanjut. Lokasi ICA dari aneurisma pada orang
tua harus diperhatikan sebagai risiko pengobatan.

ANGELINA

1. Judul : Perceptionss Of Life Burdens And Of The Positive Side Of Life In A Group Of
Elderly Patients With Diabetes: A Qualitative Analysis Through Grounded

TheoryMaura Gabriela FELEA, Mihaela COVRIG, Daniela Ioana MANEA, Emilia


TITAN Revista de cercetare [i interven]ie social\, 2013, vol. 40, pp. 7-20 The online
version of this article can be found at:

P : terdapat lima puluh tujuh orang, dari kedua jenis kelamin, berusia di atas 60 tahun
(kisaran = 60-91 tahun, rata-rata = 76,42 tahun) dan didiagnosis dengan diabetes, dari
dua kantor perawatan primer dari kabupaten Iasi, Romania. Di antara mereka, 34 adalah
pria dengan usia rata-rata 75,5 tahun, berkisar antara 60-91 tahun, setengah dari pria
paling banyak
ban yak berusia 74 tahun. Hanya
Han ya dua dari mereka duda, berusia 82 dan 91 tahun.
23 orang yang tersisa adalah wanita dengan usia rata-rata 77,8 tahun, berkisar 60-91
tahun; setengah dari mereka setidaknya berusia 78 tahun. Dua belas wanita adalah janda,
dengan kisaran usia antara 67-91 tahun.

I : Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara terbuka sehingga kami
menganalisis dan mengkodekan data sesuai dengan grounded theory. M.G. F.

C : Studi ini berfokus menemukan apa yang menjadi perhatian utama dari orang lanjut
usia yang lemah yang didiagnosis dengan diabetes, dalam hal persepsi beban hidup
mereka , pandangan khusus mereka tentang sisi positif kehidupan dan mengurangi upaya
mereka sesuai dengan kumulus penyakit dan penurunan kualitas hidup mereka, bukan

menjadi beban bagi anggota keluarga, menjaga martabat mereka di depan generasi muda,
mengendalikan evolusi penyakit mereka dan mengonseptualisasikan kepuasan hidup .
O :Hasil penelitian ini menunjukkan orang lanjut usia diabetes mengatasi penyakit
mereka dengan dukungan medis untuk mendorong perubahan positif dalam sisa hidup
mereka.

2. Judul : Impact of depression and anxiety disorders on adherence to oral hypoglycemics


in older adults with diabetes mellitus in CanadaGentil,
Canada Gentil, Lia; Vasiliadis, Helen-maria;
Berbiche, Djamal; Préville, Michel. European Journal of Ageing; Heidelberg Vol. 14,
Iss. 2, (Jun 2017): 111-121. DOI:10.1007/s10433-016-0390-3
DOI:10.1007/s10433-016-0390-3

P : 2811 orang dewasa yang lebih tua berusia 65 tahun ke atas dan 301 pasien yang
menerima farmakoterapi hipoglikemik oral.

I : Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari survei Quebec longitudinal
tentang kesehatan senior (Enquête sur la Santé des Ainés), menggunakan sampel
perwakilan 2811 orang dewasa yang lebih tua berusia 65 tahun ke atas. Sampel akhir
untuk analisis terdiri dari 301 pasien yang menerima farmakoterapi hipoglikemik oral.

C : Penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan dampak depresi dan gangguan


kecemasan pada kepatuhan terhadap hipoglikemik oral pada orang dewasa yang lebih tua
dengan diabetes mellitus. ini adalah salah satu studi pertama yang mengeksplorasi
hubungan antara status kesehatan mental dan kepatuhan minum obat hipoglikemik oral
berikutnya menggunakan survei dan database administrasi di Quebec. Ada kurangnya
pemahaman tentang bagaimana faktor spesifik pasien mempengaruhi kepatuhan
pengobatan yang rendah dan bagaimana intervensi yang efektif
ef ektif dapat ditargetkan untuk
mengatasi faktor-faktor ini dan meningkatkan kepatuhan pada orang dewasa yang lebih

tua. Kami mengamati bahwa responden dengan gangguan depresi dan kecemasan tidak
menunjukkan penurunan kepatuhan minum obat dibandingkan dengan mereka yang tidak
mengalami depresi dan gangguan kecemasan selama 24 bulan .

O : Dampak depresi dan kecemasan pada hasil diabetes, berpengaruh pada kepatuhan
minum obat lansia, maka strategi perlu diterapkan oleh tim penyedia layanan primer
untuk mengatasi masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Ini mungkin
termasuk upaya yang lebih intensif untuk mengenali dan mengobati depresi dan pada
pasien dewasa yang lebih tua dengan diabetes
diabetes di perawatan primer.
3. judul : Multiple Antihyperglycemic Drug Use is Associated with Undernutrition Among
Older Adults with Type 2 Diabetes Mellitus: A Cross-Sectional Study Received:
February 13, 2019

P : pasien berusia ≥ 65 tahun di klinik geriatrics .

I : Penelitian prospektif cross-sectional ini, melibatkan orang dewasa rawat jalan yang
lebih tua (≥ 65 tahun) dengan dan tanpa T2DM. Kami menilai status gizi menggunakan
men ggunakan
Formulir Singkat (Mini Nutritional Assessment-Short Form.) Pasien DMT2 yang
mengalami kekurangan gizi (n = 79) dan status gizi normal (n = 136) serupa untuk
sebagian besar parameter. Namun, mereka yang kurang gizi lebih sering perempuan dan
memiliki lebih banyak PJK, PAD, CVD komposit, anemia, dan multimorbiditas.
Dibandingkan dengan mereka yang status gizi normal, IMT rata-rata sedikit lebih tinggi
pada pasien dengan kekurangan gizi, tetapi prevalensi IMT \ 25 serupa. Pasien dengan
kekurangan gizi juga memiliki skor yang lebih rendah pada tes MNASF, MMSE, BADL,

dan IADL dan skor yang lebih tinggi pada GDS. Yang menarik, glukosa plasma puasa
mereka lebih tinggi daripada mereka yang berstatus gizi normal. Ada korelasi parsial
yang disesuaikan usia antara skor MMSE dan MNA-SF di kedua sampel total (r = 0,306,
p \ 0,001) dan kelompok T2DM (r = 0,332, p \ 0,001). Ada perbedaan numerik tetapi
tidak signifikan antara pasien dengan DMT2 dengan dan tanpa kekurangan gizi dalam
panjang diagnosis diabetes, HbA1c, dan tingkat overandpengobatan. Lebih banyak
pasien dengan kekurangan gizi menggunakan beberapa agen antihiperglikemik (< 2)
dibandingkan dengan mereka dengan status gizi normal. Tidak ada pasien dengan status
gizi normal yang menggunakan triple antihyperglycemics
antihype rglycemics (≥ 3 agen oral atau insulin),

tetapi 8,9% dari pasien dengan kekurangan gizi menggunakan pengobatan tersebut.
Penggunaan perawatan berbasis insulin (insulin tunggal atau insulin plus
antihyperglycemics oral) adalah serupa pada pasien dengan dan tanpa kekurangan gizi.
Lamanya durasi diabetes (rata-rata sekitar 10 tahun) berkorelasi positif dengan jumlah
obat antihiperglikemik (r = 0,338, p \ 0,001).

C : Tujuan kami dalam penelitian ini adalah untuk menguji proporsi dan hubungan antara
kurang gizi di antara orang dewasa yang tinggal di komunitas dengan T2DM dan untuk
mengidentifikasi hubungan antara risiko kekurangan gizi dan faktor-faktor lain seperti
usia, komorbiditas, dan obat-obatan.
O : Kami menemukan sepertiga orang dewasa yang tinggal di komunitas dengan
perjuangan DMT2 dengan kekurangan gizi, yang secara independen terkait dengan
beberapa faktor terkait usia dan penyakit termasuk kinerja fungsional, gejala depresi, dan
penggunaan beberapa obat antihiperglikemik. Sementara resep obat antihiperglikemik
telah meningkat dan ada bukti terbatas mengenai penghilangan obat hipoglikemik ,
asupan makanan yang terbatas atau pilihan yang buruk dapat mempengaruhi status gizi
di antara orang dewasa yang lebih tua dengan T2DM yang memiliki keterbatasan
fungsional, gangguan psikologis, dan penggunaan beberapa obat antihiperglikemik

4. judul : Social support and self-care activities among the elderly patients with
diabetes in Kelantan Ahmad Sharoni SK, Shdaifat EA, Mohd Abd Majid HA, Shohor
NA, Ahmad F, Zakaria Z Ahmad Sharoni SK, Shdaifat EA, Mohd Abd Majid HA, et al.
Social support and self-care activities among the elderly patients with diabetes in
Kelantan. Malays Fam Physician.
Physician. 2015;10(1):34-43.

P : 200 orang penderita diabetes lansia dipilih dari sampel, yang mewakili 36% dari total
populasi lansia di tiga rumah sakit di Kelantan Malaysa .

I : Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan


mengumpulkan data, yang terdiri dari
empat bagian: karakteristik demografis, data klinis, pertanyaan terkait dukungan sosial
dan pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas perawatan diri diabetes . Survei
dukungan sosial studi hasil medis (MOS) mencakup 19 item untuk menilai jenis
dukungan yang tersedia untuk orang tua. Kelima subskala yang mengukur dukungan
sosial terdiri dari dukungan emosional / informasi, dukungan nyata, dukungan kasih
sayang, interaksi sosial positif dan item tambahan. Kuesioner digunakan untuk mengukur
responden menggunakan skala Likert fivepoint, membaca 1 untuk tidak pernah ke 5
untuk semua waktu. Skor diselamatkan dari 100 menggunakan rumus berikut: [100 ×
[(Skor yang diamati - skor minimum yang mungkin) / (skor maksimum yang mungkin -
skor minimum yang mungkin)].Kuesioner skala aktivitas perawatan diri diabetes
(SDSCA) mencakup 11 item untuk menilai perawatan diri diabetes 7 hari sebelum
survei. Ini memiliki lima subskala mengukur dimensi berikut: diet, olahraga, tes gula
darah, obat-obatan dan perawatan kaki. Kuesioner mengukur kegiatan perawatan diri
yang diambil hanya 7 hari sebelum survei menggunakan skala Likert tujuh poin yang
berkisar dari 0 untuk tidak pernah dilakukan sampai 7 untuk dilakukan 7 hari per
minggu.
C : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dukungan sosial dan kegiatan
perawatan diri di antara pasien lansia dengan diabetes.

O : Hasil penelitian ini menunjukkan skor untuk dukungan sosial (rata-rata = 19.26; SD
= 2.63) dan kegiatan perawatan diri (rata-rata = 14.83; SD = 4.92). Sedang dukungan
sosial yang lebih tinggi dikaitkan dengan kadar hemoglobin terglikasi (HbA1c), kadar
gula darah puasa (FBS), durasi diabetes dan penurunan indeks massa tubuh (BMI) (p
<0,05). Diamati bahwa pasien dengan tingkat pendidikan rendah, Hb1Ac dan FBS,
dengan penyakit kronis lainnya dan yang telah menderita diabetes selama beberapa
waktu memiliki aktivitas perawatan diri yang rendah (p <0,05). Ada hubungan negatif
yang signifikan antara peningkatan dukungan sosial dan penurunan aktivitas perawatan
diri (p <0,05). Sehingga di perlukan penyedia layanan kesehatan keluarga dan teman-
teman harus memperkuat hubungan mereka dengan pasien lansia dengan diabetes untuk
memberikan lebih banyak dukungan sosial dan mempromosikan kepatuhan dengan
kegiatan perawatan diri diabetes untuk meningkatkan hasil klinis.

5. judul : Self-efficacy of foot care behaviour of elderly patients with diabetes Ahmad
sharoni sK, Mohd razi Mn, Abdul rashid nF, Mahmood Ye Ahmad Sharoni SK, Mohd
Razi MN, Abdul Rashid NF, et al. Self-efficacy
Self -efficacy of foot self
self-care
-care behaviour of elderly with
diabetes. Malays Fam Physician. 2017;12(2);2–8.

P : 200 Pasien diabetes berusia 60 tahun di dua rumah sakit umum di Malaysia

I : Penelitian cross-sectional dilakukan di dua rumah sakit umum di Malaysia dari Mei
hingga Juni 2015. Pasien diabetes berusia 60 tahun dengan kriteria inklusi khusus

diundang untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Para responden diwawancarai


menggunakan seperangkat kuesioner yang divalidasi. Data dianalisis dengan statistik
deskriptif dan inferensial (regresi linier berganda) menggunakan Paket Statistik untuk
Ilmu Sosial versi 20.0. Tingkat self-efficacy kaki (rata-rata + 31,39; standar deviasi =
7,76) dan perilaku perawatan kaki (rata-rata = 25,37; SD = 5,88) tinggi. Ada hubungan
positif yang signifikan antara self-efficacy
self- efficacy kaki (β = 0,41, p <0,001) dan jenis kelamin (β
= 0,30, p <0,001) dengan perilaku perawatan kaki.

C: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat efikasi diri dan perilaku
perawatan kaki dan hubungannya dengan karakteristik demografi pada pasien usia lanjut
dengan diabetes.
O : efikasi diri kaki dan perilaku perawatan kaki pada lansia dengan diabetes dalam
penelitian ini tinggi. Efikasi diri kaki dan jenis kelamin dikaitkan dengan perilaku
perawatan diri kaki. Intervensi khusus harus dilakukan untuk meningkatkan efikasi diri
dan perilaku perawatan kaki. Self-efficacy harus dimasukkan dalam edukasi diabetes
untuk meningkatkan perilaku perawatan kaki sendiri. Pasien harus dididik tentang
perlindungan kaki dan inspeksi,
ins peksi, dan menggunakan lotion pelembab karena faktor-faktor
ini membantu mencegah berkembangnya masalah kaki diabetik.

IMANUEL MAKUKER

1. Examination Of The Use Of Regular Diets For Elderly Nursing Home Residents With
Type 2 Diabetes

P : 34 lansia perawatan jangka panjang dengan diagnosis diabetes mellitus tipe 2.

I : Penelitian ini mengevaluasi penggunaan diet teratur untuk penderita diabetes tipe 2

lansia dalam pengaturan yang dilembagakan, menggunakan desain seri time series multi-
eksperimental semu. Penelitian ini dilakukan di empat panti jompo di bagian barat New
York.

C : Manajemen diet digunakan untuk untuk meningkatkan kontrol penyakit ini dan
mengurangi risiko komplikasi dari penyakit. Melihat dari tingginya risiko kekurangan gizi,
seingga penelitian telah berfokus pada penentuan diet optimal terapi untuk lansia dengan diabetes
yang tinggal di panti jompo. penderita diabetes pada lansia menggunakan diet terapeutik seperti
diet manis tanpa konsentrasi atau diet dengan karbohidrat terbatas. Diet seperti itu berbeda dari
diet biasa karena mereka tidak memiliki tambahan gula dan gantikan berbagai makanan dengan

"diet" atau makanan bebas gula.


O : perawatan maksimum untuk lansia dengan diabetes yang terlembagakan,
terlembagakan, perlu ditentukan
apa efek diet reguler pada konsumsi makanan, gizi status, berat badan, dan kontrol glikemik.
Penelitian diharapkan untuk mempertahankan status gizi di antara individu lansia yang
dilembagakan dengan diabetes saat disajikan dengan diet teratur. Peneliti juga berharap
menemukan perbaikan status gizi di antara individu lansia yang mengalami malnutrisi dengan
diabetes saat menjalani diet teratur.

2. Judul : Diabetes Self-Care


Self-Care and it’s Associated Factors Among Elderly Diabetes in
Primary Care (2017)

P : 143 pasien lansia dengan diabetes tipe2di rawat jalan Departemen Rumah sakit
Universitas Sains Malaysia
I : penilitian menggunakan studi scross-sectional dengan mengontrol diet, aktivitas fisik,
pemantauan glukosa darah, kepatuhan
kepatuhan pengobatan, dan perilaku kepatuh
kepatuhan
an situasional.
C : Lansia lebih mungkin menderita kronis penyakit dan kecacatan. Kondisi kronis
berdampak pada kualitas hidup lansia dan ekonomi yang dipertimbangkan. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), meningkatkan efektivitas dukungan manajemen
diri mungkin memiliki dampak yang jauh lebih besar pada kesehatan. Diabetes adalah
kondisi yang dapat dikelola sendiri.Meningkatkan efektivitas dukungan manajemen diri
mungkin berdampak besar pada perawatan kesehatan, terutama untuk orang
tua.Manajemen diri mengacu pada kemampuan individu untuk mengelola gejala,
pengobatan, konsekuensi fisik dan psikososial dan perubahan gaya hidup yang melekat
pada hidup dengan kondisi kronis.
O : Sosial Dukungan adalah salah satu aspek mendasar yang diperlukan untuk mencapai
kontrol yang baik dan hasil yang lebih baik pada pasien dengan kronis penyakit.
Perawatan intervensi keluarga harus tergabung dalam manajemen diabetes, terutama di
kalangan pasien lanjut usia, guna hasil klinis yang optimal daripada pasien yang dirawat
di Lembaga, karena kurangnya dukungan sosial, dan penurunan fungsi kognitif. Pasien
lansia dengan diabetes yang kekurangan dukungan keluarga dan sama sekali tidak
pengasuh selama periode sakit perlu meningkatkan mereka perawatan diri.

MARKUS ARSAI

1. Judul : Supporting Transitions in Care for Older Adults With Type 2 Diabetes Mellitus
and Obesity (2018)
Menurut ( Christina R. Whitehouse, PhD, CRNP, CDE; Nancy C. Sharts-Hopko, PhD,

RN, FAAN, ANEF, CNE; Suzanne C. Smeltzer, EdD, RN, ANEF, FAAN; and David A.
Horowitz, MD ).

P : 180 pasien terdiri dari DSME rawat inap ditambah kelompok perawatan rumah (n =
35); kelompok hanya DSME rawat inap (n = 100); dan kelompok yang menerima
perawatan biasa (n = 45). Berkisar antara 60 hingga 90 tahun.
tahun.

I : Intervensi perawatan transisi termasuk edukasi manajemen diri diabetes dan


perawatan rumah.

C : Ukuran Hasil Hasil dibandingkan untuk perbedaan antara dua kelompok intervensi,
DSME rawat inap atau DSME rawat inap ditambah homecare, dan kelompok perawatan
biasa pasien serupa yang tidak menerima intervensi. Hasil-hasil berikut ini dibandingkan:
tingkat rawat inap dan kontrol glikemik (yaitu, tingkat A1C). Rehospitalization
didefinisikan sebagai masuk ke rumah sakit dalam waktu singkat dari tinggal di rumah
sakit baru-baru ini (Komite Nasional untuk Jaminan Kualitas, 2014; Robinson, Howie-
Esquivel, & Vlahov, 2012). Tidak lebih dari satu rawat inap dihitung untuk setiap titik
waktu (30 hari, 90 hari, 6 bulan, dan 12 bulan), konsisten dengan langkah-langkah yang
telah dilaksanakan oleh peneliti sebelumnya (Jencks, Williams, & Coleman, 2009; Raval
et al. , 2015).

O : Hasil ini mendukung intervensi pendidikan perawatan transisi untuk orang dewasa
yang lebih tua dengan diabetes mellitus tipe 2 dan obesitas.

2. Judul : Prevalensi diabetes melitus dan hubungannya dengan kualitas hidup lanjut usia di
masyarakat

P : para lansia
lansia (usia ≥60 tahun) yang ada di Kecamatan Mampang Kotamadya Jakarta
Selatan

I : Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional) untuk


mencapai tujuan penelitian.

C : Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang besarnya prevalensi DM dan
hubungannya dengan kualitas hidup lansia di masyarakat melalui wawancara terstruktur,
pemeriksaan fisik, antropometri, pemeriksaan gula darah dan penilaian kualitas hidup
lansia berdasarkan WHOQOL-BREF. Hasil penelitian menunjukkan domain 4 (kondisi
lingkungan) mempunyai rata-rata skor tertinggi (14,1 ± 1,8) dan domain 2 (kondisi
psikologi) mempunyai rata-rata
r ata-rata skor terendah (12,9 ± 1,9). Lansia pria mempunyai rata-
rata skor lebih tinggi pada domain kesehatan fisik dan hubungan sosial dibandingkan
dengan lansia wanita. Prevalensi DM sebesar 15,8% didapatkan pada kelompok usia 60-
70 tahun dan lansia wanita memiliki prevalensi lebih tinggi dari lansia pria. Rata-rata
skor domain kondisi lingkungan lebih tinggi bermakna pada lansia yang tidak menderita
DM dan rata-rata skor kesehatan fisik lebih tinggi bermakna pada lansia yang menderita
obesitas.Semakin besar indeks massa tubuh maka skor domain kesehatan fisik akan
semakin meningkat secara bermakna. Semakin tinggi kadar gula darah puasa maka skor
domain kesehatan lingkungan akan semakin menurun secara bermakna.

Anda mungkin juga menyukai