Anda di halaman 1dari 40

Disusun Oleh :

Diah Ismiati H 17710173


Nor Azizah 17710192
Siti Hajar Istiqomah 17710128
Nama : Ny.AF
Umur : 44 Tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Sisir timur RT 007 / RW 004 Tanjung
Widoro Bungah Gresik
Nama Suami : Son Haji
Umur : 45th
Pekerjaan : Peternak ayam

MRS : 07 Januari 2019


ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Nyeri Perut bagian bawah

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke RSIS dengan rujukan bidan dengan keluhan nyeri
perut bagian bawah setelah disminore selama 3 bulan, HPHT 15-11-2018
disertai mual muntah dan pusing melebihi dari kehamilan
sebelumnya. Pasien juga mengeluh adanya perdarahan seperti haid
satu kali pada bulan November selama 1 hari dan diperiksa ke RS
Bungah dengan hasil USG didapatkan tidak ada janin dan gambaran
seperti buah anggur, tetapi pasien tidak MRS hanya diberi obat. Pasien
dirujuk oleh RS bungah ke Poli Kandungan RSIS 4 Januari untuk
pemeriksaan lebih lanjut, karena masih keluar flek darah kecokelatan
selama 7 hari terakhir, pasien tangal 7 Januari kembali ke poli
kandungan untuk mengambil hasil pemeriksaan dan MRS untuk
persiapan Kuretase.
ANAMNESIS
Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat Hipertensi disangkal
• Riwayat Diabetes Melitus disangkal
• Riwayat asma disangkal
Riwayat Alergi
Riwayat Alergi obat-ibatan dan makanan disangkal
Riwayat Pernikahan
 Menikah pada usia 25 tahun (lama menikah 19 tahun)
Riwayat Haid
 Menarche : 14 Tahun
 HPHT : 15-11-2018
ANAMNESIS
Riwayat Kehamilan & persalinan yang lalu
Keha Sua Cara Tempat Masa KB Yang Riwayat Anak
milan mi persali persali nifas dipakai
ke- ke- nan nan
L/P BB TB Usi
a
1 1 Sponta Bidan 40 Spiral L 3000 - 8Th
n hari bulan
2 1 Sponta Bidan 40 Pil P 2900 - 6Th
n hari bulan

3 1 Hamil
saat ini
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Status Generalis
KU : Baik
Kesadaran : kompos mentis
TD : 130/80
Nadi : 89x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36.5 C
PEMERIKSAAN UMUM
Kepala Leher :
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), edema
papelbra (-/-) pembesaran KGB (-) Pembesaran Kelenjar
teiroid (-)
Thorax :
• I : Pergerakan Thirax Simetris
• P : nyeri tekan (+), massa tumor (-)
• P : sonor pada kedua lapang paru, pekak pada jantung,
batas paru-hepar SIC linea midclavikuladextra, batas
jantung dalam batas normal
• A : bunyi pernapasan Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -
/-, bunyi jantung murni reguler
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Jantung : SI dan II reguler (+) murmur(-), gallop (-)
Payudara : Simetris, putting susu menonjol
Abdomen
 I : Tampak cembung, striae (+), linea nigra (+)
 A : Peristaltik (+) kesan normal
 P : timpani
 P : Nyeri tekan pada perut bagian bawah
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Vagina :
pengeluaran darah pervaginam (+), lendir (+), flour
albus (-), penyakit kelamin (-), varices (-)

Ekstremitas :
Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik (+/+), oedema (-/-)
STATUS OBSETRI
Pemeriksaan Luar
 I : tampak cembung, striae (+), linea nigra (+)
 P : Leopold I : (-)
Leopold II : (-)
Leopold III : (-)
Leopold IV : (-)
• A : DJJ (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
07 januari 2019
Nama Metode Hasil Nilai normal
pemeriksaan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin Flowcytometri 13.3 11,4 g % - 15,1 g %

Leukosit Flowcytometri 8200 4500 - 11000

LED WesternGreen 24 0 - 20

Hitung Jenis Slide 0/0/0/66/27/7 1 – 2/0-1/3-5/40-50/20-40/48

PCV/Hematokrit Flowcytometri 40 37 - 47 %

Trombosit Flowcytometri 264000 150000 - 450000

MCV Flowcytometri 85 80 - 94

MCH Flowcytometri 29 26 - 32

MCHC Flowcytometri 34 32 - 36

Golongan Darah Aglutinasi “O” -


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama Metode Hasil Nilai normal
pemeriksaan

GULA DARAH

Gula Darah Acak GOD - PAP 70 < 200 mg/dl

IMUNOLOGI

HBs Ag (stick) Chromatographic Negatif Negatif

Anti HIV Tes Chromatographic Non - reaktif

SD HIV Chromatographic Non reaktif Non reaktif

Fokus HIV - -

VIKIA - -

Kesimpulan - Non reaktif belum tentu -


hasilnya negative. Mungkin
klien sedang masa jendela dari
infeksi HIV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Beta Hcg sebelum kuret
(31-Desember 2018)
Nama Pemeriksaan Metode Hasil Nilai Normal

IMUNOLOGI

BHCG -

Beta HCG Elisa 609,83 -

1 Minggu - - 10 - 30 mlu/mL

2 Minggu - - 30 - 100 mlu/mL

3 Minggu - - 100 - 1.000 mlu/mL

4 Minggu - - 1000 - 10.000 mlu/mL

2 - 3 Bulan - - 30.000 - > 100.000

TRIMESTER 2 - - 10.000 - 30.000 mlu/mL

TRIMESTER 3 - - 5.000 - 15.000 mlu/mL


Hasil Beta Hcg II Setelah Kuret
18 Januari 2018
Nama Pemeriksaan Metode Hasil Nilai Normal

IMUNOLOGI

BHCG -

Beta HCG Elisa 461,65 -

Tidak Hamil -

1 Minggu - 10 - 30 mlu/mL

2 Minggu - 30 - 100 mlu/mL

3 Minggu - 100 - 1.000 mlu/mL

4 Minggu - 1000 - 10.000 mlu/mL

2 - 3 Bulan - 30.000 - > 100.000

TRIMESTER 2 - 10.000 - 30.000 mlu/mL

TRIMESTER 3 - 5.000 - 15.000 mlu/mL


ASSESMENT
Ibu :
GIIIP2002 13 minggu dengan Mola Hidatidosa + Primi Tua
Planning Terapi
KURETASE
FOLLOW UP 1
Hari dan tanggal
07 – 01 – 2019 S: Px datang ke Poli Kandungan Rsud A:G3P2-1 dengan Mola Hidatidosa 13
Ibnu Sina Gresik hamil ke – 3, mengeluh minggu Primi Tua
adanya flek-flek atau bercak darah dan
Rencana Tindakan :
nyeri perut bawah. Mual (+) muntah (+)
dan pusing (+). Kuretase
KU: baik
TD: 130/80 mmHg, S/N:36,5/89 x/menit
RR: 20x/menit
VT: tidak dilakukan
TFU: (-)
His: (-) jarang DJJ : (-)
Skala nyeri 2
FOLLOW UP 1
08 – 01 – 2019 S: Pasien masih mengatakan adanya A:G3P2-1 dengan Mola Hidatidosa 13
Jam 08.00 flek flek atau bercak darah. Pasien siap minggu Primi Tua
kuret pada pukul 10.00 KU: baik
P :Kuretase
TD: 130/70 mmHg, S/N:36,5/89 x/menit
Bioticol 3x1
RR: 20x/menit
Bledstop 3x1
VT: tidak dilakukan
Prenamia 2x1
TFU: (-)
His: (-) jarang DJJ : (-)
Skala nyeri 2
08 – 01 – 2019 S: pasien mengeluh keluar darah sedikit, A : Post Kuretase Mola Hidatidosa
Jam 16.00 mual (+),pusing (+)
P: Terapi tetap
KU: cukup
Terpasang kasa 2 biji didalam vagina sampai
TD: 125/51 mmHg, S/N:36/65 x/menit
besok pagi
RR: 18x/menit
VT: tidak dilakukan
TFU: (-)
His: (-) jarang DJJ : (-)
Skala nyeri 2
FOLLOW UP 1
09 – 01 – 2019 S: pasien mengeluh keluar A : Post Kuretase Mola
Jam 08.00 darah sedikit, mual (-),pusing Hidatidosa
(-), BAK dan BAB normal
P: Bioticol 3x1
KU : Baik
Bledstop 3x1
TD : 126/57 mmHg,
Prenamia 2x1
S/N:36,5/65 x/menit
Tampon didalam vagina
RR: 18x/menit
diambil
VT: tidak dilakukan
Skala nyeri 2 Pasien Keluar RSIS
FOLLOW UP 2
Hari dan Tanggal Terapi
18 – Januari – 2018 S : Pasien datang ke RSUD
Ibnu Sina Gresik untuk
melakukan kuretase ke – 2
pada pukul 10.30 di ruang V.K
K.U : Baik
TD: 130/70 mmHg,
S/N:36,5/89 x/menit
RR: 20x/menit
VT: tidak dilakukan
TFU: (-)
His: (-) jarang DJJ : (-)
Skala nyeri : 1
Lanjutan
21-01-2019 Hasil :
- Beta hCG : 461,56
- Patologi Anatomi : didapatkan 1-2 sel
TROFROBLAST yang Viable
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Definisi : Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang
berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan
adanya pertumbuhan janin, hampir seluruh vili korialis
mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik.

 Secara makroskopik, : berupa gelembung-


gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan
jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa
millimeter sampai 1 atau 2 cm.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
A. Etiologi
Biasanya terjadi amenorea 1-2 bulan. Mungkin
terdapat mual dan muntah yang signifikan. Akhirnya
terjadi perdarahan uterus pada hampir semua kasus yang
mungkin bervariasi dari sekedar bercak, hingga
perdarahan hebat. Perdarahan dapat berawal tepat
sebelum abortus mola spontan atau yang lebih sering,
berlangsung secara interminten selama beberapa minggu
sampai bulan. Pada mola tahap lanjut mungkin terjadi
perdarahan uterus yang tersamar disertai anemia defisiensi
besi derajat sedang.2
B. Faktor resiko
1. Usia
Wanita berusia 36 – 40 tahun memiliki resiko 2x lipat dan
mereka yang berusia lebih dari 40 tahun hampir 10x lipat. 2
2. Riwayat kehamilan Mola
Terdapat peningkatan resiko subtansial untuk penyakit
trofoblastik requrent.
3. Faktor resiko lain
Pemakaian kontrasepsi oral dan durasinya serta riwayat
keguguran meningkatkan kemungkinan kehamilan mola
hingga 2x lipat . Studi-studi lain mengemukakan adanya
peran merokok berbagai defisiensi vitamin dan
peningkatan usia ayah.
EPIDEMIOLOGI
Pada penelitian di Manado pada tahun 2002
ditemukan kasus mola hidatidosa 1:123 kehamilan,
dan pada tahun 2003 ditemukan kasus mola
hidatidosa 1:245 kehamilan.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di


tempat yang sama pada tahun 2012–2013 diperoleh
sebanyak 39 kasus mola hidatidosa yang didistribusi
berdasarkan kelompok umur, paritas, pendidikan,
dan kadar hemoglobin penderita.
PATOFISIOLOGI
Plasenta dengan vili korialis yang berkembang
tidak sempurna dengan gambaran adanya
pembesaran, edema, dan vili vesikuler sehingga
menunjukkan berbagai ukuran trofoblas
profileratif tidak normal.
KLASIFIKASI
GEJALA KLINIS
 Pada minggu ke 14 - 16 kehamilan dimana ukuran
rahim lebih besar dari kehamilan biasa.
 Mual dan muntah yang lebih dari kehamilan biasa
 Gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas,
gugup, penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan,
tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab
 Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan
pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah,
proteinuria (terdapat protein pada air seni)
Diagnosis

Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada


perempuan dengan amenora, perdarahan pervaginam,
gejala kehamilan yang berlebihan, uterus yang lebih besar
dari tuanya kehamilan dan tidak ditemukan tanda
kehamilan pasti seperti balotemen, teraba kerangka janin
dan detak jantung anak.

Untuk memperkuat diagnosis :


• pemeriksaan kadar hCG dalam darah atau
urin,(HCG me↑)
• USG, menunjukkan gambaran yang khas, badai salju
(snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang
lebah (honey comb).
Diagnosis yang paling tepat bila telah keluarnya
gelembung mola. Namun, bila kita menunggu
sampai gelembung mola keluar biasanya sudah
terlambat karena pengeluaran gelembung umunya
disertai perdarahan yang banyak dan keadaan
umum pasien menurun. Terbaik ialah bila dapat
mendiagnosis mola sebelum keluar.
• Pada TM I gambaran tidak spesifik, sehingga sulit
dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed
abortion, abortus inkompletus, atau mioma uteri.
• Pada TM II gambaran lebih spesifik. Kavum uteri berisi
masa ekogenik bercampur bagian-bagian anekoik
vesicular berdiameter antara 5-10 mm. Gambaran
tersebut dapat dibayangkan seperti gambaran sarang
lebah (honey comb) atau badai salju (snow storm).
Penanganan mola hidatidosa dapat terdiri atas 4
tahap :
1. Perbaikan keadaan umum
 transfusi darah : memperbaiki syok atau anemia &
menghilangkan / mengurangi penyulit seperti
preeklampsia atau tirotoksikosis.
 waktu mengeluarkan mola dengan kuratage didahului
pemasangan infus dan uterotonika (10 UI oksitosin dlm
500 ml RL ,40-60 tetes /menit) , sehingga pengecilan
rahim dapat mengurangi perdarahan.
2. Pengeluaran jaringan mola (dilihat dari usia penderita dan
paritas)
 (kuratage/vakum kuratage)
 Histerektomi (bila umur tua & paritas ↑)
3. Pengobatan profilaksis dengan sitostatika (kemoterapi)
Untuk menghindari terjadinya degenerasi ganas, perlu
diberikan profilaksis dengan sitostatika (kemoterapi)
Methotraxate (MTX) atau Actinomycin D( perlu perawatan dan
pengawasan di RS)
4. Pemeriksaan tindak lanjut
Tes hCG harus mencapai nilai N 8 minggu setelah
evakuasi.(pengawasan 1 tahun) , Untuk tidak mengacaukan
pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk tidak
hamil dulu
PROGNOSIS
Dinegara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir
tidak ada, mortalitas akibat mola hidatidosa ini mulai
berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini dan terapi
yang tepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian
akibat mola masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2%
dan 5,7%. 1
KOMPLIKASI
 Perdarahan yang hebat sampai syok
 Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan
anemia
 Infeksi sekunder
 Perforasi karena tindakan atau keganasan
 Tirotoksikosis.1
KESIMPULAN
Pasien atas nama Ny.AF datang ke RSUD Ibnu Sina Gresik dengan rujukan pasien
mengalami amenore selama 3 bulan sejak haid terakhir pada tanggal 15-11-2018. Pasien
mengatakan nyeri perut bagian bawah semakin hari semakin nyeri, disertai perdarahan
pervaginam berupa bercak berwarna kecokelatan, mual muntah dan pusing yang hebat.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan data pemeriksaan laboratorium
menunjukkan beberapa tanda dan sebagai penunjang diagnosis yaitu:
Dari hasil anamnesa, pasien mengaku amenore selama 3 bulan (13minggu) dengan hasil
test PPT (+) dan juga mengeluh nyeri perut bagian bawah disertai bercak darah berwarna
kecokelatan, mual dan muntah semakin hari semakin bertambah. Pasien dirujuk dari
bidan karena semakin lama, flek semakin banyak.
Dari hasil USG terakhir di dapatkan gambaran “snow strorm” gambaran seperti badai
salju yang artinya adalah tampak molahidatosa, tpdak ditemukan adanya Denyut
Jantung janin.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang paling penting ada kasus ini adalah
pemeriksaan beta hCG di dapatkan hasil 609,83 yang artinya meningkat tetapi tidak
sesuai pada beta Hcg pada kehamilan normal usia 13 minggu dengan nilai normal 30.000
- >100.000. selain itu di dapatkan
Lanjutan..
pemeriksaan darah lengkap Hb 13.3, LED 24, Leukosit 8.200, PCV 40, Trombosit 264.000,
MCV 85, MCH 29, MCHC 24.
Pada kasus ini diduga adanya kehamilan mola karena dari anamnesis yang di
dapatkan.Hal ini sesuai dengan teori pada buku sarwono pada pemeriksaan USG di
dapatkan gambaran badai salju dan tidak ditemukan adanya detak jantung janin dimana
yang seharusnya pada kehamilan normal pada usia kehamilan 3 bulan sudah terdapat
detak jantung janin. Selain itu, pada hasil hCG pada kasus ini terjadi peningkatan pada
hari ke-100 dimana sesuai dengan keluhan pasien amenore sudah 3 bulan atau hari ke-
100 saat dilakukan pemeriksaan laboratorium hCG unuk pertama kali dan di diagnosa
dengan kehamilan mola.
Pada kasus ini berhubungan dengan usia maternal dimana factor resiko pada mola
komplit meningkat 2x lipat karena usia penderita lebih dari 35 tahun. Pengelolaan pada
kasus ini dilakukan evakuasi dengan 2x kuretase.Kuretase pertama pada tanggal 08-
Januari-2019 dan kuretase ke-2 pada tanggal 18 Januari 2019.Kuretase dilakukan sebanyak
2x untuk pencegahan perforasi dikarenakan faktor resiko lebih besar pada penderita
yang sudah lebih dari 35 tahun dibandingkan pada penderita dengan usia kurang dari 35
Th.
Selanjutnya setelah tindakan kuretase ke-2, dilakukan pemeriksaan hCG hasil 461,65dan
pemeriksaan jaringan Patologi Anatomi dengan hasil trofoblas viable. Histrektomi
dilakukan pada mola resiko tinggi usialebih
dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi
pusat atau lebih. Perlu dilakukan pengawasan lebih lanjut, dengan cara pasien
dianjurkan untuk tidak hamil dan menggunakan kontrasepsi oral (pil). Selain
itu, pemeriksaan ulang selama 2-3 tahun diantaranya pemeriksaan keadaan
serviks, uterus bertambah kecil atau tidak, Laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohadjo S. 2011. “Mola Hidatidosa”. Ilmu Kebidanan.
Edisi Keempat.P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo:
Jakarta hal.488-489
2. Cunninngham. dkk. 2002. Obstetri Williams. Edisi 23.
Vol 1. EGC: Jakarta. Halaman 273-274
3. Paputungan,Tiara,V.Wagey,W,Freddy.Lengkong,A,Rudy.
2016, Jurnal Profil penderita mola hidatidosa di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
4. Prawirohadjo S, Wiknjosastro H. 2014. “Mola Hidatidosa”.
Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohadjo: Jakarta. Halaman 208-214
TERIMA KASIH !!!

Anda mungkin juga menyukai