Situasional
Penyalahgunaan
Ketergantungan
Etiologi HIV
• Harboenangin (dikutip dari Yatim, 1986) mengemukakan ada beberapa
faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu narkoba
yaitu faktor eksternal dan fakto rinternal
Faktor Internal
Faktor Kepribadian
Inteligensia
Usia
Faktor Eksternal
Keluarga
a) Intoksikasi Opioida
d)Intoksikasi alkohol
e)Intoksikasi kokain
lanjutannn
2. Ketergantungan NAPZA (Withdrawl/syndrome putus zat)
Sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang yang biasa menggunakan secara rutin,
pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau menurunkan jumlah zat yang biasa digunakan
Terapi putus zat opioda, terapi ini sering dikenal dengan istilah detoksifikasi. Terapi
detoksifikasi dapat dilakukan dengan cara berobat jalan maupun rawat inap. Lama
program detoksifikaisi berbeda-beda ada yang 1-2 minggu untuk detoksifikasi
konvensional ada yang 24-48 jam untuk detoksifikasi opioid dalam anestesi cepat.
Detoksifikasi hanyalah merupakan langkah awal dalam proses penyembuhan dari
penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA
Lanjutann
• Penyalahgunaan Napza dapat menimbulkan adanya gangguan psikiatri lain
(komorbiditas atau dual diagnosis yang akan menyulitkan upaya terapi maupun
rehabilitasi. Komorbiditasnya yaitu
o Gangguan tidur, gangguan fungsi seksual, cemas, depresi berat, pada
penyalahgunaan heroin atau putaw.
o Paranoid (perasaan curiga berlebihan), psikosis, depresi berat kadang-kadang
percobaan bunuh diri, mania agitasi, cemas sampai panik, keadaan ini dijumpai
pada penyalahgunaan stimulansia seperti amfetamin, ekstasi, shabu, kokain
o Depresi, cemas sampai panik dan paranoid dapat dilihat para pengguna alkohol
dan sedatif-hipnotika.
Manifestasi Klinis NAPZA
• Tanda dan Gejala NAPZA ketika penderita telah mencapai fase kecanduan dan
mencoba untuk menghentikan penggunaan, dia akan mengalami gejala putus obat
atau sakau
Apabila NAPZA yang digunakan adalah heroin dan morfin (opioid), maka
gejalanya dapat berupa: Hidung tersumbat, Gelisah, Keringat berlebih, Sulit
tidur, Sering menguap, Nyeri otot.
Setelah satu hari atau lebih, gejala putus obat dapat memburuk. Beberapa
gejala yang dapat dialami adalah:Diare, Kram perut, Mual dan
muntah,Tekanan darah tinggi, Sering merinding, Jantung berdebar,
Penglihatan kabur/buram.
Pemeriksaan Diagnostik
• Urinary Drugs Testing
-Haus, mual/anoreksia
Asuhan Keperawatan
• Pengkajian
Anamesa/wawancara
Pada saat melakukan anamnesa, yang perlu dilakukan adalah mengkaji
keluhan utama saat ini, riwayat pemakaian zat, jenis zat, cara pakai zat dan
dosis setiap kali pakai, frekuensi pemakaian zat (jam/hari/minggu/bulan/dan
kapan terakhir pemakaian zat tersebut digunakan).
Pemeriksaan Fisik
Kaji jalan napas: Periksa adanya sumbatan seperti lidah, sekret, benda asing,
dan darah
Kaji pernapasan: Periksa adanya bunyi napas, irama pengembangan paru dan
pola napas
Lanjutann
• Kaji sirkulasi: Periksa sirkulasi dengan memeriksa kulit, akral dan nadi. Atasi segera
jika kulit pucat dan andi cepat atau kecil, Karena ada kemungkinan terjadi syok.
• Kaji tingkat kesadaran: Periksa status neurologis dengan GCS (Glasgow Coma
Scale). Respon yang dinilai adalah respon membuka mata, respon motorik dan
respon verbal.
• Kaji intoksikasi: Intoksikasi perlu dikaji untuk mengetahui adanya obat atau zat
makanan, kimia, gas Karena sering ditemui kasus di IGD seringkali klien datang
dengan masalah depresi berat yang mencoba bunuh diri dengan bahan-bahan
tersebut.
• Kaji nyeri
• Kaji integument
• Turgor kulit
• Kaji muskoloskeletal
• Kaji psikososial
Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering ditemukan
pada kegawatdaruratan NAPZA diantaranya:
1. Bersihan jalan napas tidakefektik behubungan dengan adanya
sumbatan
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi susunan
syaraf pusat.
3. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake dan output tidak seimbang.
Intervensi Keperawatan
DX I: Ketidakefektifan bersihin jalan nafas
Tujuan: respiratory status ventilation
Intervensi:
O: Monitor respirasi dan status O2
Monitor status hemodinamik
M: Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Keluarkan secret dengan batuk atau suction
Lakukan fisioterapi dada bila perlu
Berikan pelambab udara kasa basah NaCl lembab
E: Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam
Jelaskan pada pasien atau keluarga tentang penggunaan peralatan
suction,O2, Inhalasi
K: Beri antibiotik
lanjutann
Dx II: Ketidakefektifan di pola nafas
Tujuan: Respiratory status ventilation dan airway patency
Intervensi:
O: Monitor vital sign
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Monitor pola nafas
Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
M : Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Lakuakan fisioterapi dada bila perlu
Bersihkan mulut hidung dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
E: Ajarkan bagaimana batuk
Informasikan pada pasein dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas
K: Berikan bronkodilator
Lanjutan
Dx III: Volume cairan kurang dari kenutuhan tubuh b.d intake dan output
ridak seimbang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x dalam 24 jam
volume cairan PX kembali normal
Intervensi:
O: Posisikan pasien untuk mendaoatkan perfusi yang optimal buat dan
pertahankan kepatenan jalan nafas,sesuai kebutuhan
Pasang dan pertahankan akses di vena besar
M: Monitor tanda-tanda vital tekanan darah orthostatik status mental dan
output urin
Monitor tekanan oksimetri,sesuai kebutuhan
monitor EKG sesuai kebutuhan
E: -
K: -
JURNAL TERKAIT
Metode
Penelitian ini menggunakan desain riset kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskriptif. Lokasi penelitian di ruang Melati RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang. Penelitian dilakukan selama tujuh
bulan. Partisipan yang ikut dalam penelitian ini sebanyak empat orang
perawat dengan tingkat pendidikan minimal D3 keperawatan dan dengan
pengalamn kerja minimal 5 tahun. Data dikumpulkan dengan metode
wawancara semi terstruktur dengan waktu kurang lebih 20-40 menit dan
direkam dengan alat perekam.
lanjutann
• Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini mengungkapkan tiga tema antara lain: melaksanakan tahapan-
tahapan dalam proses keperawatan, kesadaran diri, empati.
Melaksanakan tahapan-tahapan dalam proses keperawatan. Tahapan proses
keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam merawat pasien perilaku kekerasan
yang disebabkan halusinasi adalah semua tahapan yang ada dalam proses keperawatan,
hal ini didapat dari hasil penelitian yang mana dalam tema melaksanakan tahapan-
tahapan dalam proses keperawatan didapatkan sub tema mulai dari melakukan
pengkajian, menentukan diagnosa, membuat rencana keperawatan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa semua partisipan telah melaksanakan
semua tahapan-tahapan yang ada dalam proses keperawatan tetapi ada beberapa
komponen, tidak dilaksanakan, dengan alasan kondisi pasien. Juga didapatkan hasil
tema kesadaran diri dan empati. Hubungan antara ketiga tema tersebut diatas telah
membentuk suatu siklus. Yang mana siklus tersebut terus berputar, mulai dar
Kesadaran Diri – Empati – Melaksanakan Tahapan-Tahapan Dalam Proses
Keperawatan.
Terapi Modalitas Keperawatan Atau Terapi
Komplementer
• Modalitas Terapi Napza
Therapeutic Community -TC Model
Model Medik
Model Minnesota
Model Eklektik
Model Multi Disiplin
Model Tradisional
Faith Based Model
• Herbal: Kuncari, Juanedi, Yulianti, dan Suty. (2011), terdapatobat herbal
yang digunakan untuk pengguna/pecandu narkoba, yaitu: Habbatussauda
atau jintan hitam.