Anda di halaman 1dari 29

Case Report Session (CRS_

“ Sirosis Hepatis et causa


Hepatitis B “

Pembimbing:
dr. Fenny Febrianty, Sp.PD
Oleh :
Dora Yolanda E Simanungkalit, S.Ked (g1a219050)
Laporan kasus

Tn.A, 40 tahun datang ke IGD Rumah Sakit


Umum Daerah Raden Mattaher dengan
keluhan perut membesar sejak 1 bulan yang
lalu, BAK seperti air teh, Riwayat Alkohol (+),
Vital Sign dalam batas normal, HbsAg (+)
Analisa kasus
Anamnesis tambahan

– Sebelumnya apakah Tn.A merasakan nyeri perut? Jika iya, didaerah mana?
– Apakah nyeri perut yang dirasakan diawali dengan nyeri di ulu hati?
– Apakah Tn.A ada pembengkakan di bagian ektremitas atas maupun bawah ataupun di
daerah anggota tubuh lainnya?
– Apakah Tn.A merasakan sesak? Jika iya, apakah sampai mengganggu aktivitas Tn.A?
– Apakah Tn. A merasakan nyeri dada? Berdebar-debar?
– Apakah Tn.A ada merasakan nyeri saat BAK? Saat BAK apakah merasakan nyeri?
Apakah ada keluar pasir saat BAK? Setelah BAK apakah Tn.A merasa puas?
– Bagaimana dengan BAB Tn.A? Apakah BAB Tn.A ada berubah warna?
Anamnesis tambahan

– Bagaimana dengan nafsu makan Tn.A? Apakah Tn.A mengalami penurunan berat badan?
– Apakah Tn.A ada keluhan demam, mual, maupun muntah?
– Apakah Tn.A ada keluhan batuk maupun flu?
– Apakah Tn.A ada keluhan nyeri pinggang?
– Apakah Tn.A ada riwayat sakit serupa seperti perut membesar sebelumnya?
– Apakah Tn.A memeiliki riwayat penyakit kuning ?
– Apakah Tn.A memiliki riwayat penyakit hipertensi ataupun kencing manis ?
– Dimana tempat tinggal Tn.A? Dengan siapa Tn.A tinggal?
– Apa pekerjaan Tn. A?
Pemeriksaan fisik

Status Generalisata – SpO2


– Keadaan Umum – TB
– Kesadaran – BB
– Vital Sign – IMT
– TD : dalam batas normal – Kepala
– HR : dalam batas normal – Bentuk Kepala

– RR : dalam batas normal – Ekspresi muka

– Suhu : Dalam batas normal


Pemeriksaan fisik

– Mata Jantung
– Inspeksi (Melihat ictus cordis, tampak atau tidak)
– Exopthalmus/Endopthalmus
– Palpasi (Ictus cordis teraba atau tidak, kuat
– Konjungtiva, Sklera, Pupil angkat atau tidak)
– Perkusi (Apakah terdapat pembesaran
jantung/kardiomegali atau tidak)
– Leher
– Batas Atas
– Kelenjar getah bening – Batas Kiri

– Kaku kuduk – Batas Kanan


– Pinggang Jantung
– Auskultasi (Apakah terdapat bunyi jantung
tambahan atau tidak)
Pemeriksaan fisik
pulmo Abdomen
– Inspeksi (Bentuk perut saat berbaring cembung atau tidak,
Kolateral vena ada atau tidak)
– Inspeksi (Bentuk dada saat respirasi simetris atau
– Palpasi (apakah terdapat distensi atau tidak; adakah nyeri
tidak dan adanya spider nevi atau tidak)
tekan di daerah abdomen tertentu; terdapat hepatomegali
– Palpasi (Melihat nyeri tekan ada atau tidak, atau splenomegali atau tidak)
fremiktus taktil)
– Perkusi (apakah terdapat Shifting dullness maupun
– Perkusi (Apakah ada perubahan suara dari sonor atau undulasi)
tidak) – Auskultasi (bagaimana bising usus)
– Auskultasi (Apakah terdapat Ronki atau tidak)
Pada kriteria SEKASIH, pada Sirosis hepatis
Pada kriteria SEKASIH, pada Sirosis ditemukan perut yang Cembung, Kolateral
Hepatis ditemukan adanya Spider Nevi Vena, Ascites, dan Splenomegali.
Pemeriksaan fisik

Ekstremitas
– Superior (Terdapat Eritema palamaris atau tidak)
– Inferior (Terdapat Edema atau tidak)

Pada kriteria SEKASIH, pada Sirosis hepatis ditemukan


adanya Eritema Palmaris
Pemeriksaan penunjang

Darah Rutin
– WBC : nilai normal 3,6 – 11 /µL MCV : nilai normal 80 – 100 fl
– RBC : nilai normal 3.80 – 5,20 /µL MCH : nilai normal 29 – 34 pq
– HGB : nilai normal 11,7 – 15,5 g/dl MCHC : nilai normal 32 – 36 g/dl
– PLT : nilai normal 150 – 400 /µL HCT : nilai normal 35 – 47 %
Pemeriksaan penunjang

Darah Rutin

Pemeriksaan USG

Pemeriksaan Kimia Darah

Pemeriksaan Urine Rutin

Tes HBV-DNA
Diagnosis
Sirosis Hepatis e.c Hepatitis B

Differential diagnose : hepatoma & abses hepar


TATALAKSA

TERAPI NON-FARMAKOLOGI TERAPI FARMAKOLOGI


– Tirah baring – IVFD RL
– Pemasangan kateter folley
– Pemasangan NGT
– Inj.furosemid 1x 10 gram
– Diet rendah garam 5,2 gr atau 90 mmol/hari – Spironolacton 2 x 50 mg
– Observasi tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
respirasi)
– Propanolol 2 x 10 mg
– Observasi berat badan, lingkar perut, – Lamivudine 1 x 100 mg
keseimbangan cairan (input-output)
– Observasi darah rutin, faal hepar
RESEP OBAT
EDUKASI

– Hindari alkohol
– Bed rest
– Makan lemak secukupnya
– Diet rendah garam
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFENISI

Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang


menyebabkan proses difus pembentukan nodul dan
fibrosis. Sirosis hati juga merupakan penyakit hati kronis
yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal
oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul
regenerasi sel hati.
ETIOLOGI

Etiologi Sirosis Hepatis


Inflamasi Genetik/kongenital
 Virus
 Sirosis bilier primer
Hepatitis B (15 persen)
 Kekurangan antitripsin alpha
Hepatitis C (47 persen)
 Hemokromatosis
 Schistosomiasis
 Penyakit perlemakan hati non
 Autoimun alkohol
Toksik Gagal jantung kongestif
 Alkohol (18 persen) Budd-Chairi syndrome
 Methotrexate
Tidak diketahui (14 persen)
MANIFESTASI KLINIS

Sumber :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68776/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
PATOFISIOLOGI

Infeksi hepatis viral B/C  Peradangan sel hati  Nekrosis


hepatoseluler  Kolaps lobulus hati  Jaringan parut
disertai septa fibrosa difus & nodul sel hati  Distorsi
percabangan pembuluh hepatik & Gangguan aliran darah
porta  Hipertensi Portal  Peradangan pada Nekrosis
pada sel duktules sinusoid dan retikulo endotel 
Fibrinogenesis & Septa aktif  Jaringan kolagen menjadi
Irreversibel  Sirosis Hepatis
DIAGNOSIS

Bagan Proses Penegakan Diagnosis Sirosis Hepatis

Sumber : https://caiherang.com/tatalaksana-sirosis-hati /
KOMPLIKASI

Peritonitis
Ensepalopa
Bakterial
ti
Spontan
Hepatikum
(PBS)

Sindrom
Varises
Hepatorena
Esophagus
l
TATALAKSANA

– Terapi ditujukan mengurangi


– progresi penyakit,
– menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati,
– pencegahan dan penanganan komplikasi.
– Terapi meliputi hal umum seperti kondisi nutrisi, kebugaran, dan kualitas hidup.
– Bilamana tidak ada koma hepatik diberikan diet yang mengandung protein
1g/kgBB dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari.
TATALAKSANA

– Tatalaksana pasien sirosis yang masih kompensata ditujukan untuk mengurangi progresi
kerusakan hati. Terapi pasien ditujukan untuk menghilangkan etiologi, di antaranya: alkohol dan
bahan-bahan lain yang toksik dan dapat mencederai hati dihentikan penggunaannya.
– Pada pasien dengan HbsAg positif, menandakan adanya infeksi dari virus hepatitis B (HBV).
Dalam keberhasilan pemberian antiviral sangat diperlukan penentuan genotipe HBV.
– Identifikasi dini HBV menggunakan metode molekuler yaitu tes HBV-DNA.
– Pengukuran kadar HBV-DNA dapat dilakukan dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction
(PCR)
– Lamivudin sebagai terapi antiviral lini pertama untuk HBV diberikan 100 mg secara oral setiap
hari selama satu tahun. Namun pemberian lamivudin setelah 9-12 bulan menimbulkan mutasi
YMDD sehingga terjadi retensi obat.
TATALAKSANA

– Pengukuran HBV-DNA disebut juga viral load, yang diukur dalam International
Unit per mililiter atau IU/mL.
– Interpretasi hasil:
– < 300 IU/mL  infeksi inaktif
– 300 – 10.000 IU/mL  level moderate
– >100.000 IU/mL  level tinggi
TATALAKSANA

Asites
– Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari.
– Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretik.
– Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari.
– Respon diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema
kaki atau 1 kg/hari dengan adanya edema kaki.
– Bilamana pemberian spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi dengan furosemid dengan dosis
20-40 mg/hari.
– Pemberian furosemid bisa ditambah dosisnya bila tidak ada respon, maksimal dosisnya 160 mg/hari.
– Parasintesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi
dengan pemberian albumin.
PROGNOSIS

– Prognosis sirosis sangat bervariaasi dipengaruhi sejumlah faktor, meliputi


etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi dan penyakit lain yang menyertai.
– Klasifikasi Child-Pugh, juga untuk menilai prognosis pasien sirosis yang akan
menjalani operasi, variabelnya meliputi konsentrasi bilirubin, albumin, ada
tidaknya asites dan ensefalopati juga status nutrisi.
Parameter A(1) B(2) C(3)

Bilirubin (mg/dl) <2 2-3 >3

Albumin (g/dl) >3.5 2.8-3.5 < 2.8

Ascites - Ringan, terkontrol Sedang-berat, sulit


dengan diuretik. terkontrol dengan
diuretik
Keterangan:
Jumlah nilai 5-6: Child A (gangguan
Encefalopati - Grade 1-2 (minimal) Grade 3-4
fungsi hati ringan)
(berat/koma)
Jumlah nilai 7-9: Child B (gangguan
fungsi hati sedang)
PT (detik 4 4-6 >6
memanjang) Jumlah nilai 10-15: Child C
(gangguan fungsi hati berat)
INR <1.7 1.7-2.3 >2.3

TOTAL SKOR 5-6 7-9 10-15


THANK YOU FOR YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai