Pembimbing:
dr. Fenny Febrianty, Sp.PD
Oleh :
Dora Yolanda E Simanungkalit, S.Ked (g1a219050)
Laporan kasus
– Sebelumnya apakah Tn.A merasakan nyeri perut? Jika iya, didaerah mana?
– Apakah nyeri perut yang dirasakan diawali dengan nyeri di ulu hati?
– Apakah Tn.A ada pembengkakan di bagian ektremitas atas maupun bawah ataupun di
daerah anggota tubuh lainnya?
– Apakah Tn.A merasakan sesak? Jika iya, apakah sampai mengganggu aktivitas Tn.A?
– Apakah Tn. A merasakan nyeri dada? Berdebar-debar?
– Apakah Tn.A ada merasakan nyeri saat BAK? Saat BAK apakah merasakan nyeri?
Apakah ada keluar pasir saat BAK? Setelah BAK apakah Tn.A merasa puas?
– Bagaimana dengan BAB Tn.A? Apakah BAB Tn.A ada berubah warna?
Anamnesis tambahan
– Bagaimana dengan nafsu makan Tn.A? Apakah Tn.A mengalami penurunan berat badan?
– Apakah Tn.A ada keluhan demam, mual, maupun muntah?
– Apakah Tn.A ada keluhan batuk maupun flu?
– Apakah Tn.A ada keluhan nyeri pinggang?
– Apakah Tn.A ada riwayat sakit serupa seperti perut membesar sebelumnya?
– Apakah Tn.A memeiliki riwayat penyakit kuning ?
– Apakah Tn.A memiliki riwayat penyakit hipertensi ataupun kencing manis ?
– Dimana tempat tinggal Tn.A? Dengan siapa Tn.A tinggal?
– Apa pekerjaan Tn. A?
Pemeriksaan fisik
– Mata Jantung
– Inspeksi (Melihat ictus cordis, tampak atau tidak)
– Exopthalmus/Endopthalmus
– Palpasi (Ictus cordis teraba atau tidak, kuat
– Konjungtiva, Sklera, Pupil angkat atau tidak)
– Perkusi (Apakah terdapat pembesaran
jantung/kardiomegali atau tidak)
– Leher
– Batas Atas
– Kelenjar getah bening – Batas Kiri
Ekstremitas
– Superior (Terdapat Eritema palamaris atau tidak)
– Inferior (Terdapat Edema atau tidak)
Darah Rutin
– WBC : nilai normal 3,6 – 11 /µL MCV : nilai normal 80 – 100 fl
– RBC : nilai normal 3.80 – 5,20 /µL MCH : nilai normal 29 – 34 pq
– HGB : nilai normal 11,7 – 15,5 g/dl MCHC : nilai normal 32 – 36 g/dl
– PLT : nilai normal 150 – 400 /µL HCT : nilai normal 35 – 47 %
Pemeriksaan penunjang
Darah Rutin
Pemeriksaan USG
Tes HBV-DNA
Diagnosis
Sirosis Hepatis e.c Hepatitis B
– Hindari alkohol
– Bed rest
– Makan lemak secukupnya
– Diet rendah garam
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFENISI
Sumber :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68776/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
PATOFISIOLOGI
Sumber : https://caiherang.com/tatalaksana-sirosis-hati /
KOMPLIKASI
Peritonitis
Ensepalopa
Bakterial
ti
Spontan
Hepatikum
(PBS)
Sindrom
Varises
Hepatorena
Esophagus
l
TATALAKSANA
– Tatalaksana pasien sirosis yang masih kompensata ditujukan untuk mengurangi progresi
kerusakan hati. Terapi pasien ditujukan untuk menghilangkan etiologi, di antaranya: alkohol dan
bahan-bahan lain yang toksik dan dapat mencederai hati dihentikan penggunaannya.
– Pada pasien dengan HbsAg positif, menandakan adanya infeksi dari virus hepatitis B (HBV).
Dalam keberhasilan pemberian antiviral sangat diperlukan penentuan genotipe HBV.
– Identifikasi dini HBV menggunakan metode molekuler yaitu tes HBV-DNA.
– Pengukuran kadar HBV-DNA dapat dilakukan dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction
(PCR)
– Lamivudin sebagai terapi antiviral lini pertama untuk HBV diberikan 100 mg secara oral setiap
hari selama satu tahun. Namun pemberian lamivudin setelah 9-12 bulan menimbulkan mutasi
YMDD sehingga terjadi retensi obat.
TATALAKSANA
– Pengukuran HBV-DNA disebut juga viral load, yang diukur dalam International
Unit per mililiter atau IU/mL.
– Interpretasi hasil:
– < 300 IU/mL infeksi inaktif
– 300 – 10.000 IU/mL level moderate
– >100.000 IU/mL level tinggi
TATALAKSANA
Asites
– Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari.
– Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretik.
– Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari.
– Respon diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema
kaki atau 1 kg/hari dengan adanya edema kaki.
– Bilamana pemberian spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi dengan furosemid dengan dosis
20-40 mg/hari.
– Pemberian furosemid bisa ditambah dosisnya bila tidak ada respon, maksimal dosisnya 160 mg/hari.
– Parasintesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi
dengan pemberian albumin.
PROGNOSIS