Anda di halaman 1dari 7

Komunikasi terapeutik pada kelompok dan tenaga kesehatan

Ameyuza Mega
Fadila Putri
Muthia Helmi

 
Kelas 3a
z DosenPembimbing :
Ns. Amelia Susanti,M.kep,Sp,Kep.J
A. Pembahasan Topik
z
 Definisi Kelompok

Menurut teori griffin, kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi dan saling
mempengaruhi satu dengan lainnya, dan dibentuk bersama berdasarkan pada interes atau tujuan yang sama.
Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok terhadap struktur sosial kelompok dan norma
yang diadopsinya. Perilaku kolektif merupakan tindakan seseorang oleh karena pada saat yang sama berada
pada tempat dan berperilaku yang sama pula.

 Cara melakukan komunikasi pada kelompok

Menurut Fisher ada 4 fase dalam melakukan komunikasi pada kelompok. Pertama, fase orientasi ketika
anggota masih dalam taraf perkenalan, belum dapat memastikan idenya dapat diterima atau tidak.
Pernyataan, pendapat, dan ide masih bersifat sementara, dikemukakan dengan hati-hati, dan tanpa banyak
fakta pendukung. Kedua, fase konflik ketika mulai muncul pertentangan dari anggota kelompok. Pernyataan,
pendapat, dan ide menjadi lebih tegas dan berkurang keraguannya. Anggota juga mulai berani berargumen
dan menentukan sikap.
Ketiga, fase timbulnya sikap-sikap baru ketika konflik dan komentar menjadi berkurang. Anggota kelompok
z
tidak lagi gigih dalam berargumen. Sikap yang sebelumnya tidak setuju menjadi setuju dengan usulan dan
keputusan. Keempat, fase dukungan ketika usulan dan keputusan semakin nampak. Pertentangan dan
perbedaan pendapat tidak ada dan berubah menjadi dukungan. Anggota kelompok bersama-sama mencari
kesepakatan dan saling mendukung.

 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan komunikasi kelompok pada pelayanan kesehatan

 Dinamika Kebiasaan Interpersonal

Kebiasaan interpersonal seseorang dapat dilihat melalui tanda dan simbol yang digunakannya. Ketika seseorang
mengatakan bahwa ia merasa malu lalu mukanya memerah, dapat dilihat bahwa perkataannya merupakan
simbol dan muka yang memerah adalah tanda. Simbol dan tanda yang muncul berdasarkan apa yang mereka
pikirkan ketika mendengar suatu hal. Hal ini juga dipengaruhi oleh norma, latar belakang, dan budaya yang
diterapkan sehingga setiap simbol dan tanda dapat berarti beda. Tenaga kesehatan perlu memahami faktor-
faktor ini agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan mengurangi komplain dari pasien.
z
 Sosial dan Proses Kognitif

 Kebutuhan sosial dan faktornya

Kebutuhan sosial adalah motif yang mendorong seseorang untuk melakukan komunikasi. Ada banyak faktor
seperti usia dan gender. Orang muda ingin berkomunikasi karena ingin bersenang-senang sedangkan orang tua
karena ingin dipuji. Ada faktor umum lainnya seperti kebiasaan budaya, tingkat kedekatan, tingkat
pengetahuan akan topik yang dibicarakan, keterbukaan kepada ide baru, dan pemikiran individu itu sendiri.
Kita perlu untuk sensitif terhadap hal ini agar dapat beradaptasi.

 Proses kognitif

Pengetahuan dan sikap seseorang akan berubah mengikuti informasi yang diberikan. Diperlukan pemahaman
akan persepsi orang lain agar komunikasi dan interaksi sesuai dengan tujuan kita. Dalam komunikasi
kesehatan, perlu memberikan bukti dan menggunakan alat dalam memberikan rekomendasi bukan hanya
sekedar mengatakan agar sehat atau menyelamatkan nyawa.
 Kemampuan Menjual Diri dan Konseling

Dalam komunikasi
z kesehatan, hal ini berpengaruh pada kemampuan tenaga kesehatan untuk menyarankan
suatu strategi kesehatan dan memprioritaskan isu kesehatan. Kemampuan ini juga mempengaruhi hubungan
kita dengan pasien dan pengobatan. Oleh karena itu, setiap profesi kesehatan harus dapat dipercaya dan
dihormati oleh kliennnya.

 Komunikasi sebagai Kompetensi Dasar Klinis

Hal ini dapat menghemat waktu ketika kita memberi rekomendasi kepada pasien dan mereka mengikuti
sambil mengoptimalkan hasil dan kepuasan pasien. Kita perlu memahami nilai budaya, bahasa, perbedaan
gaya, aspek verbal, dan aspek nonverbal lainnya karena hal itu penting dalam berkomunikasi. Hal yang
terpenting adalah tenaga kesehatan harus dapat berkomunikasi dengan baik walaupun tujuan utama meraka
adalah untuk menolong orang lain. Tidak dapat berkomunikasi dengan baik dapat menjadi salah satu
kendala dalam profesi.

 Barriers to Effective Provider-Patient Communications

Ada beberapa hambatan yang menyebabkan pasien enggan berkomunikasi seperti waktu, kendala
pendidikan dan bahasa, perbedaan budaya, umur,keterbatasan kognitif, kurang paham dengan kesehatan
dan pengobatan, stress, dan tidak seimbanganya jumlah pasien dan tenaga kesehatan. Diperlukan
pengetahuan dan pengalaman menghadapi kendala-kendala tersebut.
 Tren dalam Penyedia Komunikasi Untuk Pasien

Ketika ada trenz baru, ada sebagian orang yang menikmati dan dapat beradaptasi tapi sebagian ada yang
kesulitan untuk menghadapi permintaan yang meningkat dari pasien. Dibutuhkan pelatihan komunikasi
kesehatan dan intervensi dapat menolong orang untuk lebih bertanggung jawab dengan keputusan kesehatan
dengan cara berkomunikasi.

 Transforming Patient-Provider Relationships into Partnerships

Komunikasi kesehatan dapat meningkatkan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien dengan cara
meningkatkan kesadaran akan isu komunikasi agar dapat mencapai hasil pelayanan kesehatan. Pelatihan dalam
metodologi dan pengembangan pesan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan menjawab
pertanyaan dari pasien dengan cara efektif. Pelatihan ini juga membantu agar pasien tetap pada topik dan
merasa mereka diperhatikan oleh tenaga kesehatan.

 Technology-Mediated Communications

Hal ini dapat mempengaruhi hubungan pasien dan tenaga kesehatan karena pasien dapat banyak bertanya
berdasarkan informasi yang mereka dapatkan di internet. Internet dapat meningkatkan kemampuan pasien
untuk mencari informasi dan menentukan keputusan. Hal ini tentu harus diimbangin dengan kemampuan
literasi yang baik sehingga tidak tertipu informasi hoax.
z

Terima kasih...

Anda mungkin juga menyukai