Anda di halaman 1dari 17

Sifat Amanah Nabi

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. AlAhzab [33]: 21).

Sahabatku, Setelah Shiddiq, sifat Nabi dan Rasul berikutnya, yang pasti dimiliki, adalah Amanah, yang berarti dapat dipercaya. Rasulullah SAW sendiri sebelum menjadi Rasul, beliau sudah digelari Al Amin (Yang Dapat Dipercaya). Dengan demikian, tidak mungkin seorang Nabi dan Rasul bersifat khianat.

Allah SWT. berfirman: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. (Q.S. AnNisa [4]: 58).

Sifat amanah Nabi, mempunyai pengertian bahwa Nabi Muhammad SAW selalu menjaga amanah yang diembannya. Tidak pernah menggunakan wewenang dan otoritasnya sebagai nabi dan rasul atau sebagai pemimpin bangsa Arab untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan keluarganya, namun yang dilakukan beliau semata untuk kepentingan Islam dan ajaran Allah.

Sebagai contoh bahwa beliau sangat amanah dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa salah seorang sahabt beliau yang bernama Abu Thalhah pernah memberikan sebidang tanah yang subur kepada beliau tapi beliau tidak menggunakan tanah itu dengan seenaknya, tetapi beliau mencari sanak saudara

abu thalhah yang berkehidupan kurang layak dan memberikan tanah itu untuk mereka, supaya taraf perekonomian mereka meningkat. Marilah kita selaku umatnya untuk berusaha menjadi orang yang amanah.

Dalam tarikh diriwayatkan pada suatu kali Rasulullah pernah berjanji kepada Abdullah bin Abdul Haitsma untuk datang ke suatu tempat yang disepakati pada hari tertentu. Abdullah lupa untuk singgah di tempat yang disepakati tersebut. Tiga hari kemudian, ia teringat janjinya dan pergi ke tempat itu. Di sana ia kaget, ternyata Muhammad masih menunggunya di hari yang ketiga.

Demikianlah pesona amanah yang memancar dari Nabi kita, yang sudah melekat jauh sebelum baginda memperoleh kenabian. Di tengah kaumnya, beliau adalah yang paling utama kepribadiannya, paling jujur tutur katanya, paling patuh memenuhi janji, dan paling bisa dipercaya, sehingga masyarakat menggelarinya al-Amin (yang dapat dipercaya).

Setelah baginda menjadi Nabi dan Rasul Allah, sifat amanah tidak hanya menempel pada perilakunya, tapi juga meluncur dari ujarannya. Maka, Nabi pun bersabda dalam sebuah ungkapan yang mengekspresikan kebesaran jiwa pengucapnya, "Tunaikanlah amanah terhadap orang yang mengamanatimu dan janganlah berkhianat terhadap orang yang mengkhianatimu," (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Ingatlah juga saat Nabi Muhammad SAW. ikut menyelesaikan permusuhan di antara kaum Quraisy pada masa jahiliyah, yang membuahkan kesepakatan Hilf al-Fudhul. Perhatikan juga contoh teladan beliau ketika menjalankan bisnis Siti Khadijah (sebelum beliau menikah); juga ketika beliau mendamaikan para pemuka Quraisy yang bertikai tentang masalah siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad di bangunan Kabah yang baru direnovasi. Semua itu menjadikan beliau dijuluki Al-Amien (yang dapat dipercaya) oleh kaumnya.

Jadi, Islam bukan hanya memerintahkan membangun budaya amanah yang terbukti memberikan makna positif bagi sebuah jalinan interaksi sosial, tapi juga membekali umatnya agar tidak terseret ke dalam arus budaya destruktif yang acapkali meruntuhkan pilar-pilar kekuatan dan keharmonisan hubungan sosial. Ketika muncul benih budaya khianat --orang sangat sulit dipegang kata dan janjinya, jangan kemudian malah dibesar-besarkan dan dipelintir sedemikian rupa sehingga tampak bersih, tapi harus dibasmi dengan sikap amanah dan kejujuran. Lebih-lebih ketika perilaku dusta dan khianat sudah menggurita dari

tingkat bawah sampai tingkat atas, sikap amanah menjadi sangat mahal dan langka sekali.

Padahal, sikap bajik ini punya arti besar bagi pelakunya. Dalam bisnis, misalnya, kita tahu bahwa kepercayaan adalah modal dasar darinya. Sekali saja kepercayaan itu dinodai, maka rekan usaha akan kapok, sehingga Nabi menyatakan, "Sifat amanah mengundang datangnya rezeki, dan khianat mengundang datangnya kefakiran," (HR ad-Dailami).

Dalam hadist lain Rasulullah SAW bersabda: Seorang pedagang yang amanah dan jujur (kelak di akhirat) berada bersama dengan para nabi, ash-shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang shalih. (H.R. AtTirmidzi)[4] Wallahualam bissawab

Brakallhu l wa lakum, Matur syukran n Terima kasih. Semoga Bermanfaat ya Jakarta, 11 Nopember 2010 Billahit taufiq wal hidayah Wassalamualaikum wr.wb Imam Puji Hartono/IPH(Gus Im) "Utamakan SEHAT untuk duniamu, Utamakan AKHLAK dan SHALAT untuk akhiratmu" Diposkan oleh sandjaja di 08:33 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook http://artikelapasajalah.blogspot.com/2010/11/sifat-amanah-nabi.html

amanah Imam Nawawi rahimahullah dalam kitabnya yang bernama Riyadhushshalihin menyebutkan satu bab yang berjudul " babul amri bi adail amanah" (bab perintah menunaikan amanah). Amanah dalam bahasa arab memberikan beberapa makna; sebagian di antaranya adalah amanah yang diberikan Allah kepada semua hamba-Nya berupa ibadah yang dibebankan kepada mereka semua. Ada juga amanah harta, yaitu titipan yang diberikan kepada seseorang untuk disampaikan kepada pemiliknya, atau untuk kemashlahatan yang memegang

uang tersebut, atau untuk kemashlahatan keduanya. Yang pertama biasanya dinamakan wadi'ah. Adapun untuk keperluan sang pemegang uang atau barang, ini biasanya dinamakan 'ariyah (pinjaman). Adapun barang yang memberikan mashalah untuk keduanya, itulah yang dinamakan 'ainul musta'jar (barang yang disewakan), karena pemilik dan pengguna barang, sama-sama mendapatkan faedah dari barang tersebut. Ini juga termasuk amanah. Juga termasuk amanah, dan inilah amanah yang paling berat tangung jawabnya, yaitu amanah kekuasaan yang umum maupun yang khusus. Seperti seorang raja, presiden dan para pembantunya. Mereka diberi amanah yang sangat besar, yaitu amanah semua umat. Amanah terhadap semua kepentingan umat, baik mashlahah agama maupun dunia, diberikan amanah terhadap semua harta milik negara, ia tidak dibenarkan menggunakannya di luar keperluan orang banyak. Inilah yang sangat jarang kita temukan pada masa sekarang, dari tingkat yang tertinggi hingga yang terendah. Intinya adalah bahwa amanah adalah satu bab yang sangat luas yang bersumber dari dua hal: 1. Amanah yang berhubungan dengan hak-hak Allah SWT. Yaitu amanah yang diberikan Allah SWT kepada semua hamba untuk beribadah kepada Allah SWT. 2. Amanah yang berhubungan dengan hak-hak manusia. Dan sebagiannya telah disinggung di depan. Semua itu diperintahkan oleh Allah SWT untuk ditunaikan. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,...... (QS. 4:58) Dan termasuk perintah untuk menunaikan amanah adalah perintah memelihara amanah tersebut, bagaimana mungkin kita dapat menunaikan amanah tersebut kalau kita tidak memeliharanya. Termasuk bagian dari amanah adalah sesuatu yang dibicarakan antara seseorang dengan temannya dalam hal-hal yang sangat pribadi, tidak boleh bagi temannya untuk memberi tahu orang lain, karena ini adalah bagian dari amanah. Termasuk bagian dari amanah adalah apa yang dilakukan seseorang dengan istrinya. Sesungguhnya sejahat-jahat manusia di sisi Allah SWT adalah seseorang yang bergaul dengan istrinya kemudian ia menceritakan apa yang terjadi antaranya dan istrinya kepada orang lain, seperti yang disebutkan dalam hadits yang shahih. "Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya sejahat-jahat manusia di sisi Allah SWT pada hari qiamat adalah seseorang yang berkumpul dengan istrinya kemudian ia membuka rahasia istrinya tersebut (kepada orang lain) ". (HR:Muslim 1437 )

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (QS. 33:72) Allah SWT mengemukakan amanah, maksudnya Allah SWT memberikan tugas dan kewajiban kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi mereka tidak menyanggupi tugas tersebut karena memang terlalu berat dan juga karena kekhawatiran ketiganya kalau tidak bisa menunaikannya. Mungkin timbul satu pertanyaan: bagaimana Allah SWT menawarkan amanah kepada ketiganya? Padahal ketiganya adalah benda mati yang tidak memiliki akal dan perasaan. Jawabannya adalah bahwa semua benda mati di sisi Allah adalah benda hidup yang memiliki akal dan perasaan. Ingat sebuah hadits yang berbunyi: "Sesungguhnya ketika Allah SWT menciptakan qalam (pena) Dia SWT berfirman kepadanya: Tulislah!" perhatikanlah hadits ini. Allah SWT berfirman kepadanya sedangkan ia adalah benda mati. Kemudia qalam menjawab dengan pertanyaan: Apa yang akan saya tulis? Karena perintah yang diberikan Allah SWT adalah perintah yang mujmal (umum). Lalu Allah SWT memerintahkan dengan firman-Nya: "Tulislah semua yang akan terjadi sampai hari kiamat." (HR: Tirmzi no.2155, Abu Daud 4700 dan Ahmad dalam musnad 5/317) dishahihkan oleh Syaikh Albani. Hadits ini juga merupakan penolak terhadap keberadaan hadits yang menerangkan bahwa awal makhluk adalah nur muhammad. Maka qalam itupun menulis apa yang akan terjadi sampai hari kiamat. Amanah itu akhirnya dipikul oleh manusia, bagaimana memikulnya? Manusia memikulnya dengan dua perkara: akal dan rasul. Akal adalah keistimewaan yang diberikan Allah SWT kepada manusia, bukan kepada makhluk lainnya. Sedangkan Rasul yang diutus Allah kepada umat manusia untuk menjelaskan perbedaan antara yang hak yang batil. Sehingga tidak ada lagi uzur bagi manusia. Tetapi Allah SWT menutup ayat ini dengan menjelaskan sifat manusia bahwa mereka adalah dhalum dan jahul. Apa maksudnya? Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, apakah insan di sini umum atau khusus bagi orang kafir?. Ada yang mengatakan bahwa insan di sini khusus untuk orang kafir, merekalah yang bersifar dzalum dan jahul. Sedangkan orang yang beriman mereka adalah yang memiliki ilmu, hikmah, adil. Ada juga yang berpendapat bahwa lafadz insan dalam ayat ini adalah lafadz umum sesuai dengan tabiatnya sedangkan orang yang beriman, mereka diberi hidayah oleh Allah SWT dengan mendapat petunjuk dari-Nya dan mereka adalah pengecualian dari dua sifat di atas. Terlepas dari pendapat di atas, maka barangsiapa yang tidak menunaikan amanah, merekalah yang bersifat dengan dua sifat di atas dan siapa yang menunaikannya merekalah yang terhindar dari dua sifat tersebut. Wallahu A'lam.

Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda: "tanda munafik ada tiga: bila berbicara ia berbohong, bila berjanji ia menyalahi dan bila diberi amanah ia berkhianat". Dalam satu riwayat: "sekalipun ia shalat dan puasa dan mengira dirinya adalah seorang muslim" (HR:Bukhari 33, Muslim 59) Munafik adalah orang yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran. Dan yang dijelaskan dalam hadits di atas adalah nifak amali (perbuatan) bukan i'tiqadi, namun nifak amali bisa membawa kepada nifak I'tiqadi (keyakinan). Yang menjadi inti dari pembicaraan kita di sini adalah yang ketiga yaitu orang yang jika diberi amanah, ia berkhianat. Jika dititipi uang ia berkhianat, jika ada rahasia antara anda dan dia, ia berkhianat. Apabila ia diberi amanah dalam bentuk jabatan ia berkhianat, hal tersebut adalah dengan tidak menggunakan jabatan sebagaimana mestinya. Rasulullah SAW menceritakan dengan hadits tersebut karena dua hal: Pertama: hendaklah kita berhati-hati terhadap ketiga sifat di atas, karena merupakan tanda-tanda kemunafikan. Dikhawatirkan nifaq amali ini bisa membawa kepada nifaq I'tiqadi yang mengeluarkan seseorang dari Islam, sedangkan ia tidak tahu. Kedua: agar kita berhati-hati kalau berhadapan dengan orang yang memiliki sifat demikian, supaya kita jangan sampai terperdaya dengan sifat bohong, ingkar janji dan khianat yang ada pada orang tersebut. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Huzaifah Ibnul Yaman ra. ia menceritakan bahwa Rasulullah SAW menceritakan kepada para sahabat bahwa amanah telah diturunkan dan ditanamkan dalam hati setiap orang. (ini sudah merupakan fithrah bagi manusia bagi setiap manusia) Kemudian turunlah alQur'an, maka setiap muslim tahu tentang amanah dari al-Qur'an maupun dari sunnah. (maka hal itu memperkuat kedudukan amanah bagi setiap orang). Kemudian Rasulullah SAW menceritakan tentang diangkatnya amanah: seseorang ketika sedang tidur, maka diangkatlah amanah dari hatinya sehingga tinggal sedikit yang tersisa dari hatinya. Kemudian ia tidur lagi, maka diangkat lagi dari hatinya sehingga yang tertinggal di hatinya hanya seperti al-majal (bekas di tangan ketika selesai kerja). Sehingga sangat jarang kita dapatkan orang yang menunaikan amanah dengan sebenar-benarnya. Sehingga dikata orang: di kampung fulan ada orang yang bersifat amanah. Ini karena sangat sedikitnya orang yang menunaikan amanah dalam arti yang sesungguhnya. (Muttafaqun 'Alaih) Wallahu A'lam. Maksudnya, amanah adalah satu sifat yang merupakan fithrah yang diberikan Allah SWT kepada setiap manusia, sebelum turunnya Al-Qur'an dan adanya hadits Rasulullah SAW. Lalu datanglah al-Qur'an dan sunnah yang memperkuat fithrah ini, sehingga memperkuat keimanan umat Islam dan keteguhan dalam menjalankan amanah.

Namun pada akhir zaman, amanah akan di ambil dan diangkat dari umat manusia. Sehingga pada akhir zaman, seperti pada masa kita sekarang ini, jarang kita temukan orang-orang yang benar-benar berpegang teguh dengan amanah, yang selalu menjalankan amanah sebagaimana mestinya. Semoga kita termasuk orang yang selalu bisa menjaga amanah, dengan menunaikannya sebagaimana mestinya. Wallahu A'lam bishawab. Wassalamu'alaikum Wr Wb Diposkan oleh muhammad arifin waktu 21:13 http://artikelmuhammadarifin.blogspot.com/2010/08/amanah.html

Artikel: Pendidikan Agama Islam Pengertian Amanah dan Penerapannya


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara syari, amanah bermakna.Amanah merupakan salah satu mandat atau tanggung jawab yang dititipkan kepada seseorang untuk menjalaninya dengan rasa tanggung jawab. amanah tidak melulu menyangkut urusan material dan hal-hal yang bersifat fisik. Kata-kata adalah amanah. Menunaikan hak Allah adalah amanah. Memperlakukan sesama insan secara baik adalah amanah. Apapun yang diberikan Allah Swt adalah amanah yang akan menjadi beban diakhirat nanti. B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Amanah 2. Amanah dan Iman 3. Macam-Macam Amanah 4. Makna Amanah 5. Dalil-Dalil Syariat 6. Hubungan Amanah Dengan Keimanan 7. Jenis-Jenis Amanah

BAB II

PEMBAHASAN A. Pengertian Amanah Rasulullah saw. bersabda, Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji. (Ahmad dan Ibnu Hibban) Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara syari, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Itulah makna yang terkandung dalam firman Allah swt.: Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah-amanah kepada pemiliknya; dan apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian menetapkan hukum dengan adil. (An-Nisa: 58) Ayat di atas menegaskan bahwa amanah tidak melulu menyangkut urusan material dan halhal yang bersifat fisik. Kata-kata adalah amanah. Menunaikan hak Allah adalah amanah. Memperlakukan sesama insan secara baik adalah amanah. Ini di perkuat dengan perintahNya: Dan apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian menetapkan hukum dengan adil. Dan keadilan dalam hukum itu merupakan salah satu amanah besar. Itu juga di perjelas dengan sabda Rasulullah saw., Setiap kalian adalah pemimpin dan karenanya akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Amir adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Lelaki adalah pemimpin di tengah keluarganya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan atas anak-anaknya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentangnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang itu. Dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. (Muttafaq Alaih) Dan Allah SWT. berfirman: Sesungguhnya Kami menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Namun mereka menolak dan khawatir untuk memikulnya. Dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim lagi amat bodoh. (Al-Ahzab 72) Dari nash-nash Al-Quran dan sunnah di atas nyatalah bahwa amanah tidak hanya terkait dengan harta dan titipan benda belaka. Amanah adalah urusan besar yang seluruh semesta menolaknya dan hanya manusialah yang diberikan kesiapan untuk menerima dan memikulnya. Jika demikian, pastilah amanah adalah urusan yang terkait dengan jiwa dan akal. Amanah besar yang dapat kita rasakan dari ayat di atas adalah melaksanakan berbagai kewajiban dan menunaikannya sebagaimana mestinya. B. Amanah dan Iman

Amanah adalah tuntutan iman. Dan khianat adalah salah satu ciri kekafiran. Sabda Rasulullah saw. sebagaimana disebutkan di atas menegaskan hal itu, Tiada iman pada orang yang tidak

menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji. (Ahmad dan Ibnu Hibban) Barang siapa yang hatinya kehilangan sifat amanah, maka ia akan menjadi orang yang mudah berdusta dan khianat. Dan siapa yang mempunyai sifat dusta dan khianat, dia berada dalam barisan orang-orang munafik. Disia-siakannya amanah disebutkan oleh Rasulullah saw. sebagai salah satu ciri datangnya kiamat. Sebagaimana disampaikan Abu Hurairah semoga Allah meridhainya, Rasulullah saw. bersabda, Jika amanah diabaikan maka tunggulah kiamat. Sahabat bertanya, Bagaimanakah amanah itu disia-siakan, wahai Rasulullah? Rasulullah saw. menjawab, Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran. (Al-Bukhari) C. Macam-macam Amanah

Pertama, amanah fitrah. Dalam fitrah ada amanah. Allah menjadikan fitrah manusia senantiasa cenderung kepada tauhid, kebenaran, dan kebaikan. Karenanya, fitrah selaras betul dengan aturan Allah yang berlaku di alam semesta. Allah swt. berfirman: Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, Betul, (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (Al-Araf: 172). Akan tetapi adanya fitrah bukanlah jaminan bahwa setiap orang akan selalu berada dalam kebenaran dan kebaikan. Sebab fitrah bisa saja terselimuti kepekatan hawa nafsu dan penyakit-penyakit jiwa (hati). Untuk itulah manusia harus memperjuangkan amanah fitrah tersebut agar fitrah tersebut tetap menjadi kekuatan dalam menegakkan kebenaran. Kedua, amanah taklif syari (amanah yang diembankan oleh syariat). Allah SWT. telah menjadikan ketaatan terhadap syariatnya sebagai batu ujian kehambaan seseorang kepadaNya. Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah telah menetapkan fara-idh (kewajibankewajiban), maka janganlah kalian mengabaikannya; menentukan batasan-batasan (hukum), maka janganlah kalian melanggarnya; dan mendiamkan beberapa hal karena kasih sayang kepada kalian dan bukan karena lupa. (hadits shahih) Ketiga, amanah menjadi bukti keindahan Islam. Setiap muslim mendapat amanah untuk menampilkan kebaikan dan kebenaran Islam dalam dirinya. Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa yang menggariskan sunnah yang baik maka dia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang rang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun. (Hadits shahih) Keempat, amanah dakwah. Selain melaksanakan ajaran Islam, seorang muslim memikul amanah untuk mendakwahkan (menyeru) manusia kepada Islam itu. Seorang muslim bukanlah orang yang merasa puas dengan keshalihan dirinya sendiri. Ia akan terus berusaha untuk menyebarkan hidayah Allah kepada segenap manusia. Amanah ini tertuang dalam ayat-Nya: Serulah ke jalan Rabbmu dengan hikmah dan nasihat 0yang baik. (An-Nahl: 125)

Rasulullah saw. juga bersabda, Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang dengan usaha Anda, maka hal itu pahalanya bagi Anda lebih dibandingkan deng0an dunia dan segala isinya. (al-hadits) Kelima, amanah untuk mengukuhkan kalimatullah di muka bumi. Tujuannya agar manusia tunduk hanya kepada Allah swt. dalam segala aspek kehidupannya. Tentang amanah yang satu ini, Allah swt. menegaskan: Allah telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wahyukan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah-belah tentangnya. (Asy-Syura: 13) Keenam, amanah tafaqquh fiddin (mendalami agama). Untuk dapat menunaikan kewajiban, seorang muslim haruslah memahami Islam. Tidaklah sepatutnya bagi orang-orang yang beriman itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama. (At-Taubah: 122) Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (An-Nur: 55) D. MAKNA AMANAH

1. Secara Bahasa: Bermakna al-wafa (memenuhi) dan wadiah (titipan) 2. Secara Definisi: Seorang muslim memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya. Hal ini didasarkan pada firman ALLAH SWT: Sesungguhnya ALLAH memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipan-titipan kepada yang memilikinya, dan jika menghukumi diantara manusia agar menghukumi dengan adil (QS 4/58) Maka yang termasuk amanah bukan hanya dalam hal materi atau hal yang berkaitan dengan kebendaan saja, melainkan berkaitan dengan segala hal, seperti memenuhi tuntutan ALLAH adalah amanah, bergaul dengan manusia dengan cara yang terbaik adalah amanah, demikian seterusnya. E. DALIL-DALIL SYARIAT

1. Al-Quran: Kedua firman ALLAH SWT di atas (QS 4/58; 33/72) dan QS 2/283; 8/27; 23/8; 70/32 2. As-Sunnah: Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban kelak di hari Kiamat, seorang pemimpin pemerintahan adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang rakyatnya, suami adalah pemimpin dan akan diminta

pertanggungjawaban tentang anggota keluarganya, istri adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang rumah tangga suaminya serta anak-anaknya, dan seorang pembantu adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang harta benda majikannya, ingatlah bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban kelak di hari Kiamat. (HR Muttafaq alaih, dalam Lulu wal Marjan hadits no. 1199) Ada 4 perkara yang jika semuanya ada pada dirimu maka tidak berbahaya bagimu apa yang terlepas darimu dalam dunia: Benar ketika berbicara, menjaga amanah, sempurna dalam akhlaq, menjaga diri dari meminta. (HR Ahmad dalam musnadnya 2/177; Hakim dalam alMustadrak 4/314 dari Ibnu Umar ra; berkata Imam al-Mundziri ttg hadits ini: Telah meriwayatkan Ahmad, Ibnu Abi Dunya, Thabrani, Baihaqi dengan sanad yang hasan, lih. AtTarghib wa Tarhib 3/589) F. HUBUNGAN AMANAH DENGAN KEIMANAN

1. Amanah Merupakan Tuntutan Iman, dan khianat merupakan tanda hilangnya keimanan dan mulai merasuknya kekafiran dalam diri seseorang. Sabda nabi SAW: Tidak ada iman pada orang-orang yang tidak ada amanah dalam dirinya, dan tidak ada agama pada orang yang tidak bisa dipegang janjinya. (HR Ahmad 3/135, Ibnu Hibban dalam shahihnya Mawarid azh-Zhaman-47, al-Bazzar dalam musnadnya Kasyful Astar-100, lih. Juga dalam Albani Shahih Jami Shaghir-7056. 2. Hilangnya Amanah Merupakan Tanda Kiamat, yang salah satu cirinya adalah dipegangnya amanah oleh yang orang-orang bukan ahlinya dalam masalah tersebut. Sabda nabi SAW: Ketika amanah telah disia-siakan maka tunggulah tibanya Kiamat. Kata para sahabat ra: Bagaimanakah disia-siakannya wahai rasuluLLAH? Jawab nabi SAW: Ketika suatu urusan dipegang oleh yang bukan ahlinya maka tunggulah tibanya Kiamat. (HR Bukhari dalam Fathul Bari hadits no. 59 dan 6496) 3. Hilangnya Amanah Terjadi Bertahap, sebagaimana sabda nabi SAW: Seorang tertidur maka hilanglah amanah dari hatinya bagaikan titik hitam, lalu ketika ia tertidur lagi maka hilanglah amanah tersebut bagaikan bekas/jejak, demikianlah seterusnya sampai tidak ada lagi amanah dihatinya, dan tidak ada lagi di hati manusia, sehingga mereka tidak menemukan lagi orang yang amanah. Maka berkatalah sebagian mereka: Di tempat anu masih ada seorang yang bisa dipercaya. Sampai dikatakan kepada seseorang: Ia tidak bisa dipegang, tidak berakal, tidak ada dihati mereka sebesar biji sawi dari keimanan. (HR Muslim dalam Mukhtashar Shahih Muslim hadits no. 2035) G. JENIS-JENIS AMANAH

Islam adalah agama yang sempurna, ia adalah sistem yang mencakup IPOLEKSOSBUDHANKAM (Idiologi, POLitik, Ekonomi, SOSial BUDaya serta pertaHANan dan KeAManan). Islam tidak hanya bicara aqidah atau ibadah saja melainkan ia adalah sebuah sistem yang paripurna mencakup aqidah dan ibadah, agama dan negara, peradaban dan pedang. Oleh karenanya maka amanah yang dibebankan ALLAH SWT atas seorang muslim adalah mengarahkan semua sistem di atas agar sesuai dengan aturan ALLAH SWT, dan membebaskan manusia dari penyembahan manusia atas manusia dalam seluruh aspek

kehidupan menuju penyembahan kepada ALLAH SWT saja, tiada sekutu bagi-NYA, untukNYA kita beramal dan kepada-NYA kita akan kembali. Oleh karena itu maka amanah yang diberikan kepada manusia adalah sebagai berikut:
1. Amanah Fithrah: Yaitu amanah yang diberikan oleh Sang Pencipta SWT sejak manusia dalam rahim ibunya, bahkan jauh sejak dimasa alam azali, yaitu mengakui bahwa ALLAH SWT sebagai RABB/Pencipta, Pemelihara dan Pembimbing (QS 7/172). 2. Amanah Syariah/Din: Yaitu untuk tunduk patuh pada aturan ALLAH SWT dan memenuhi perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA, barangsiapa yang tidak mematuhi amanah ini maka ia zhalim pada dirinya sendiri, dan bodoh terhadap dirinya, maka jika ia bodoh terhadap dirinya maka ia akan bodoh terhadap RABB-nya (QS 33/72). 3. Amanah Hukum/Keadilan: Amanah ini merupakan amanah untuk menegakkan hukum ALLAH SWT secara adil baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat maupun bernegara (QS 4/58). Makna adil adalah jauh dari sifat ifrath (ekstrem/berlebihan) maupun tafrith (longgar/berkurangan). Amanah Ekonomi: Yaitu bermuamalah dan menegakkan sistem ekonomi yang sesuai dengan aturan syariat Islam, dan menggantikan ekonomi yang bertentangan dengan syariat serta memperbaiki kurang sesuai dengan syariat (QS 2/283). Amanah Sosial: Yaitu bergaul dengan menegakkan sistem kemasyarakatan yang Islami, jauh dari tradisi yang bertentangan dengan nilai Islam, menegakkan amar maruf dan nahi munkar, menepati janji serta saling menasihati dalam kebenaran, kesabaran dan kasih-sayang (QS 23/8). Amanah Pertahanan dan Kemanan: Yaitu membina fisik dan mental, dan mempersiapkan kekuatan yang dimiliki agar bangsa, negara dan ummat tidak dijajah oleh imperialisme kapitalis maupun komunis dan berbagai musuh Islam lainnya (QS 8/27).

4.

5.

6.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara syari, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Macam-macam amanah : amanah fitrah amanah Syariah. Amanah Merupakan Tuntutan Iman, dan khianat merupakan tanda hilangnya keimanan dan mulai merasuknya kekafiran dalam diri seseorang. Sabda nabi SAW: Tidak ada iman pada orang-orang yang tidak ada amanah dalam dirinya, dan tidak ada agama pada orang yang tidak bisa dipegang janjinya.

Hilangnya Amanah Merupakan Tanda Kiamat, yang salah satu cirinya adalah dipegangnya amanah oleh yang orang-orang bukan ahlinya dalam masalah tersebut. Sabda nabi SAW: Ketika amanah telah disia-siakan maka tunggulah tibanya Kiamat Dalil-Dalil: Al-Quran: Kedua firman ALLAH SWT di atas (QS 4/58; 33/72) dan QS 2/283; 8/27; 23/8; 70/32. As-Sunnah : Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban kelak di hari Kiamat B. Saran

Amanah merupakan sesuatu kepercayaan yang diberikan kepada umat manusia dari siapapun kepada siapapun dan harus dipertanggung jawabkan baik burukya dihadapan Allah swt dikemudian hari.

Share this:

Twitter Facebook

http://sitichotijah269.wordpress.com/tugas-kuliah/tugas-internet-desing/artikelpendidikan-agama-islam-pengertian-amanah-dan-penerapannya/

Amanah dan Tanggung Jawab


Posted on Januari 11, 2012 by M.Arief Sutisna

Kalau orang mau memperhatikan syariat Islam dan seluruh ajaran-Nya, maka dia akan mendapati bahwa keseluruhannya tidak lain adalah untuk mashlahat dan kebahagiaan manusia. Salah satu perilaku dan pengajaran tertinggi di dalam Islam adalah diwajibkannya sifat amanah, yang ini merupakan perbendaharaan agama Islam, kekayaan yang sangat mendasar dan bahkan agama itu merupakan amanah. Ada tiga kata sepadan yang semuanya dibentuk dari huruf alif, mim dan nun, ketiganya memiliki hubungan yang erat, yaitu aman, amanah dan iman dan makna ketiganya hampir serupa yaitu menunjukkan kepada ketenangan atau tumaninah. Amanah menunjukkan pada kepercayaan, dan kepercayaan adalah ketenangan, sedang aman adalah hilangnya rasa takut dan ini juga berarti ketenangan, kemudian iman bermakna pembenaran dan ketetapan (iqrar) serta amal perbuatan, yang didalamnya terdapat pula ketenangan. Oleh karena itu Allah menyebut hamba-Nya dengan sebutan mukmin karena hanya orang mukmin saja yang dapat memelihara amanat Allah, menunaikan serta memegangnya dengan erat, sebagaimana difirmankan oleh Allah, artinya, Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, (QS. 23:8) Dalam konteks perilaku kehidupan sehari-hari amanah memilki arti tumbuhnya sikap untuk memelihara dan menjaga apa saja yang menjadi perjanjian atau tanggungan manusia berupa benda nyata atau yang bersifat maknawi. Hal ini seperti yang ditunjukkan di dalam sabda nabi SAW, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinannya. Maka amanah memiliki makna yang sangat luas yang mencakup seluruh hubungan muamalah dan hak-hak pihak lain yang harus ditunaikan. Maka secara garis besar amanah terbagi menjadi tiga bagian: 1.Amanah dalam Menunaikan Hak-hak Allah Azza wa Jalla. Yaitu dengan menauhidkan-Nya, mengesakan-Nya di dalam beribadah, mengerjakan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi apa yang Dia larang, semata-mata untuk mengharapkan

keridhaan Allah. Ini merupakan amanah yang terbesar, yang setiap hamba wajib melaksanakannya pertama kali sebelum amanah-amanah yang lain. Dan darinya akan muncul seluruh bentuk amanah yang lain. 2.Amanah dalam Nikmat yang Diberikan Allah. Seperti nikmat pendengaran, penglihatan, pemeliharaan, harta dan anak-anak. Juga amanah badan dan segala isinya, kepala dan kemampuan otaknya untuk berfikir. Maka setiap mukallaf wajib menggunakan nikmat-nikmat tersebut sesuai fungsinya yang Allah ciptakan dan dalam rangka menunaikan perintah-perintah Allah. Apabila anggota badan, kesehatan, harta dan seluruh nikmat yang kita terima digunakan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Taala, maka berarti kita telah merealisasikan amanah serta menunaikan sesuai tuntutannya. Dan sebagai balasannya maka Allah akan menjaga dan memelihara orang yang berbuat demikian dan juga menjaga nikmat tersebut. Nabi SAW bersabda, artinya, Jagalah Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah Allah maka dia akan kau dapati dihadapanmu. Seorang salaf berkata, Barang siapa bertakwa kepada Allah maka dia telah menjaga dirinya sendiri, dan barang siapa menyia-nyiakan ketakwaan kepada-Nya maka berarti dia menyianyiakan dirinya sendiri, sedangkan Allah tidak pernah membutuhkannya. Oleh karenanya siapa saja yang menunaikan amanah dalam menjaga batasan-batasan Allah serta memelihara hak-hak Nya, baik yang berkaitan dengan dirinya atau apa yang diberikan oleh Allah berupa nikmat, harta dan sebagainya maka Allah akan menjaganya untuk kebaikan agama dan dunianya. Sebab balasan itu sesuai dengan amal usaha seseorang sebagaimana firman Allah swt, Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). (QS. 2:40) Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. 47:7) 3.Amanah dalam Menunaikan Hak Sesama Manusia Seperti titipan, harta, rahasia, aib dan kehormatan dan lain sebagainya. Al Quran telah menyebutkan tentang keutamaan sifat amanah dalam banyak ayat, yang sekaligus menganjurkan kepada kita untuk memelihara dan menjaganya. Diantaranya adalah firman Allah, artinya, Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, Juga firman Allah yang menyebutkan sifat-sifat orang mukmin yang berhak mendapatkan surga Firdaus Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, (QS. 23:8) Berkaitan dengan amanah ada sebuah ayat yang sangat mulia yang menceritakan tentang tawaran Allah kepada langit , bumi dan gunung untuk memikul amanah, namun mereka semua enggan karena merasa tidak mampu, lalu amanah tersebut dipikul oleh manusia. Allah swt berfirman, Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (QS. 33:72)

Dalam ayat ini terkandung penjelasan tentang beratnya amanah dan beban yang harus ditanggung oleh manusia, dimana langit, bumi dan gunung sebagai makhluk Allah yang perkasa dan kuat merasa lemah dan enggan untuk memikul amanah itu, takut dan khawatir jikalau tidak sanggup menunaikannya. Akan tetapi manusia menawarkan diri untuk memikul amanah tersebut,dan dengan itu manusia berarti telah berlaku zhalim terhadap diri sendiri, sekaligus telah bersikap bodoh terhadap berbagai konskwensi yang begitu banyak dari amanah itu, berupa kerja keras sehingga tidak menjadikannya terjerumus ke dalam siksa. Oleh karenanya siapa saja yang menerima amanah ini, menjaganya serta menunaikan hakhaknya maka dia mendapatkan kemenangan dan pahala yang besar. Dan barang siapa yang menyia-nyiakannya, menelantarkan hak-haknya maka dia akan merugi dan mendapatkan siksa. Maka dalam lanjutan ayat Allah menjelaskan tiga golongan manusia dalam menunaikan amanah tersebut, yaitu munafik, musyrik dan mukmin. Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mumin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 33:73) Orang musyrik menyia-nyiakan amanah secara lahir dan batin, orang munafik menyianyiakan amanah secara batin meskipun secara lahirnya terlihat menunaikan amanah sedangkan orang mukmin menjaga amanah Allah secara lahir dan batin. Ada satu hal yang perlu diperhatikan tentang kengganan langit, bumi dan gunung, yang berbeda dengan keengganan iblis ketika diperintahkan sujud terhada Adam as. Perbedaanya adalah bahwa keengganan langit, bumi dan gunung adalah timbul dari kelemahan dan ketidakmampuan sedangkan keengganan iblis karena menolak dan takabbur (sombong). Hal yang kedua adalah bahwa yang disampaikan kepada langit,bumi dan gunung adalah tawaran yang disitu ada pilihan sedangkan yang disampaikan kepada iblis adalah perintah wajib yang harus, tidak ada pilihan lain selain patuh. Beberapa Pelajaran Seputar Amanah Amanah adalah akhlak yang bersifat utuh, tidak bisa hanya dilaksanakan sebagiannya saja. Maka orang yang amanah terhadap yang sedikit dan berkhianat terhadap yang banyak dia adalah khianah. Orang yang amanah dalam satu kondisi lalu berkhianat dalam kondisi yang lain maka berarti tidak amanah. Amanah adalah akhlak dan ciri keimanan. Dengan pendidikan keimanan dia akan menjadi baik dan bersih yaitu dengan menumbuhkan rasa kedekatan Allah, yang tak satupun tersembunyi di hadapan Allah, serta takut ketika ditanya di hadapan Allah. Orang yang amanah hanya ketika ada orang lain berarti dia belum merealisasikan amanah. Amanah adalah bekal paling besar dan paling baik yang dimiliki seseorang, jika seseorang terpercaya di dalam amanahnya maka itu merupakan kekayaan di dunia sebelum nanti di akhirat.

Amanah adalah kekuatan, dalam pengaruh dan kekuasaan, kemuliaan dan kecukupan, bahkan merupakan kekuatan jiwa sehingga tidak lemah dan tunduk terhadap hawa nafsu dan segala yang membawa kepada kebinasaan. Lawan amanah adalah khianat yaitu meninggalkan dan menyembunyikan yang hak dan yang seharusya disampaikan. Dan ini merupakan karakter utama orang munafik sebagaimana di dalam hadits yang masyhur, Nabi saw bersabda, artinya, Tanda-tanda orang munafik ada tiga, Jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari, dan jika dipercaya berkhianat. Macam-macam Khianat Allah swt berfirman, artinya, Hai orang-orang beriman, janganlah kamu, mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS. 8:27 Berdasar ayat ini, khianat ada tiga macam: 1.Khianat terhadap hak-hak Allah swt, yang paling besar adalah kufur dan syirik kemudian setelah itu disusul dengan fusuq (kefasikan) dan ishyan (kemaksiatan) .Tauhid,shalat, puasa, ikhlas,zakat, ruku,sujud,mandi janabah adalah contoh amanat seorang hamba di hadapan Allah swt, yang harus ditunaikan dengan benar dan tidak boleh dikhianati. 2.Khianat terhadap hak-hak Rasul saw, yaitu dengan meremehkan sunnah-sunnah dan pengajarannya, ghuluw (berlebihan) di dalam mengagungkan beliau, meninggalkan sunnah dan melakukan bidah atau membuat hal-hal baru di dalam agama padahal tidak pernah diajarkan oleh beliau SAW. 3.Khianat terhadap hak-hak sesama manusia, seperti khianat di dalam harta, kehormatan atau nasihat terhadap mereka. Amanah terhadap sesama manusia amat banyak, diantaranya adalah amanat anak,orang tua, kerabat,suami- istri, tetangga,amanah dalam jual beli, berbicara, pekerjaan, ilmu, nasihat, dan lain sebagainya. Semoga Allah menolong kita semua untuk dapat melaksanakan amanah kehidupan ini, amin. Wallahu alam bish shawab.
http://ariefsutisna.wordpress.com/2012/01/11/amanah/

Anda mungkin juga menyukai