Anda di halaman 1dari 10

METODE PENANGANAN KONFLIK DALAM PELAKSANAAN PROYEK

KONSTRUKSI GEDUNG DI SURAKARTA

Herman Susila

Abstrak

Kota Surakarta merupakan kota yang sedang berkembang, salah satu strategi
dan prioritas pembangunan yang dilaksanakan pemerintahan kota Surakarta dalam
upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat luas adalah peningkatan
infrastruktur kota, rehabilitasi bangunan pasar tradisional dan pemberdayaan
pedagang pasar, serta gedung-gedung pemerintah fasilitas pelayanan publik. Dalam
pelaksanaan pembangunan tersebut banyak permasalahan yang terjadi, terbukti
sebanyak 30 proyek Pemkot yang dibiayai dana alokasi khusus (DAK) dan APBD
2007 tidak memenuhi target waktu (Pemkot Surakarta,2009). Hal ini menunjukkan
bahwa dalam tahap pelaksanaan proyek di Surakarta banyak terjadi konflik yang
salah satu akibat dari konflik tersebut adalah penyelesaian pekerjaan yang tidak
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan .
Dalam tahap pelaksanaan proyek konstruksi melibatkan banyak pihak yang
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan tujuan,
pandangan, pendapat dari masing-masing pihak akan dapat menimbulkan konflik.
Konflik tersebut harus segera diselesaikan dengan cara yang tepat untuk
meminimalkan pengaruh buruk terhadap keberhasilan proyek. Oleh karena itu,
metode penanganan konflik yang tepat menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui bagaiman metode penanganan konflik yang sering digunakan dalam
pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Surakarta. Data diperoleh melalui survei
kuesioner dengan responden yang diteliti adalah kontraktor, konsultan pengawas dan
owner pada tingkat manajemen menengah yang pernah terlibat dalam pelaksanaan
pembangunan konstruksi gedung. Analisis dilakukan dengan mencari frekuensi dari
hasil jawaban responden. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tahap
pelaksanaan konstruksi, metode yang sering digunakan untuk menyelesaikan konflik
yang terjadi pada sumber konflik akibat kontrak dan spesifikasi, sumber daya
manusia, manajemen dan organisasi unsur - unsur proyek, keadaan proyek, biaya
dan perbedaan kultur adalah sama yaitu dengan menggunakan pendekatan problem
solving.

Kata kunci : konflik, proyek konstruksi, problem solving


1. PENDAHULUAN Santosa (2009) memasukkan sumber
daya manusia dan biaya juga sebagai
1.1. Latar Belakang sumber konflik.
Proyek konstruksi merupakan
suatu rangkaian kegiatan-kegiatan
yang umumnya berjangka waktu 1.2. Perumusan Masalah
pendek, dinamis, intensitas kegiatan Masalah yang diteliti dalam
berbeda-beda dan dana yang terbatas. penelitian ini adalah bagaimana
Dalam rangkaian kegiatan tersebut metode yang sering digunakan untuk
terdapat suatu proses yang mengolah menyelesaikan konflik yang terjadi
sumber daya proyek menjadi suatu pada pelaksanaan konstruksi gedung di
hasil kegiatan yang berupa bangunan. Surakarta?
Proses yang terjadi dalam rangkaian
kegiatan tersebut melibatkan pihak- 1.3 Tujuan Penelitian
pihak yang terkait baik secara Sesuai dengan masalah
langsung maupun tidak langsung. tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
Dengan banyaknya pihak yang terlibat mengetahui metode atau cara
dalam proyek konstruksi maka potensi penyelesaian yang sering digunakan
terjadinya konflik sangat besar. untuk menyelesaikan konflik yang
Permasalahan-permasalahan terjadi pada pelaksanaan konstruksi
dalam pelaksanaan proyek akan gedung di Surakarta.
muncul apabila tujuan proyek tersebut
tidak tercapai. Permasalahan ini 1.4 Batasan Penelitian
apabila tidak dikelola dengan baik Untuk menghindari ruang
maka akan menjadi konflik atau lingkup penelitian yang terlalu luas
perselisihan antara unsur-unsur yang dan dapat memberi arah dalam
terlibat dalam pelaksanaan proyek pelaksanaan penelitian sesuai dengan
tersebut. Konflik merupakan kondisi tujuan yang akan dicapai maka perlu
terjadinya ketidakcocokan antar nilai dilakukan pembatasan terhadap
atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, penelitian yang dikerjakan. Batasan
baik yang ada dalam diri individu dalam penelitian ini adalah :
maupun dalam hubungannya dengan
orang lain. Kondisi yang telah 1. Penelitian dilakukan terhadap
dikemukakan tersebut dapat perusahaan – perusahaan
mempengaruhi efisiensi dan kontraktor, konsultan pengawas
produktifitas kerja (Thomas , 1978). dan pemilik (owner) pada level
manajemen menengah baik dari
Banyak faktor yang dapat instansi pemerintah maupun swasta
menimbulkan konflik, Marzouk et.al yang pernah menangani proyek
(2007) dalam penelitiannya konstruksi gedung berskala
menyatakan ada empat sumber konflik menengah kebawah dalam kontrak
dalam proyek konstruksi yaitu kontrak tradisional.
dan spesifikasi, masalah budaya, 2. Konflik yang diteliti adalah konflik
manajemen dan organisasi unsur-unsur internal proyek pada tahap
proyek dan kondisi proyek. Selain itu pelaksanaan konstruksi.
Thamhain dan Wilemon dalam
3. Konflik yang diteliti sebatas perbedaan pendapat atau
konflik yang tidak sampai tahap ketidakcocokan antara unsur-unsur
persengketaan (tidak melibatkan proyek (stakeholders) dalam
pengadilan) antar organisasi unsur- memenuhi kewajiban kontrak mereka,
unsur proyek yaitu pemilik, dimana konflik tersebut belum menjadi
konsultan pengawas dan persengketaan.
kontraktor.
4. Obyek penelitian di wilayah
2.2 Sumber Konflik Dalam Proyek
Surakarta.
Konstruksi
2. TINJAUAN PUSTAKA Dalam setiap proyek konstruksi,
2.1 Definisi Konflik di satu sisi perhatian utama kontraktor
adalah menyelesaikan proyek sesuai
Konflik merupakan kondisi
dengan jadwal yang telah ditentukan
terjadinya ketidakcocokan antar nilai dan berusaha untuk dapat memperoleh
atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai,
keuntungan finansial, sementara di sisi
baik yang ada dalam diri individu lain owner membutuhkan fasilitas
maupun dalam hubungannya dengan yang baik dengan harga seekonomis
orang lain. Kondisi yang telah mungkin. Tujuan dari masing-masing
dikemukakan tersebut dapat pihak tersebut tampaknya bertentangan
mengganggu bahkan menghambat
dan upaya-upaya dari masing-masing
tercapainya emosi atau stres yang pihak tersebut dalam mencapai tujuan
mempengaruhi efisiensi dan
mereka, mungkin akan mengakibatkan
produktivitas kerja (Thomas, 1978). konflik. Selain itu, dalam organisasi
Konflik didefinisikan dalam yang dibentuk untuk melaksanakan
kamus bahasa inggris adalah proyek pembangunan terdiri dari
ketidaksetujuan tentang sesuatu yang berbagai disiplin ilmu, beragam
penting, atau ketidakcocokan antara norma, perilaku dan budaya. Oleh
orang-orang atau sekelompok orang karena itu, sangat jelas bahwa didalam
atas ide-ide, minat, keyakinan, perilaku melaksanakan proyek berada pada
perasaan, atau tujuan. Handy (1983) lingkungan yang kompetitif yang dapat
mendefinisikan konflik sebagai menimbulkan ketegangan-ketegangan.
dimulainya proses bila satu pihak Banyak penulis yang telah
merasa bahwa pihak lain akan melakukan penelitian untuk
menggagalkan tujuannya. Fenn et.al. mengetahui penyebab konflik dalam
(1997) berpendapat bahwa konflik proyek konstruksi. Menurut Hellard
timbul karena ada ketidakcocokan
(1997), faktor utama yang
kepentingan. Soeharto (2001) konflik menyebabkan konflik dalam
didefinisikan sebagai tumbukan
konstruksi adalah :
diantara unsur-unsur atau pemikiran 1. Kondisi kontrak
yang berlawanan.
− Kurangnya kesempurnaan
Atas dasar bermacam-macam dalam dokumen kontrak
definisi konflik dari peneliti-peneliti − Kegagalan dalam pembayaran
sebelumnya, maka dalam penelitian ini − Kondisi psikologi orang dalam
konflik dianggap sebagai tindakan atau proyek konstruksi
keadaan yang dihasilkan dari
2. Gambar desain yang tidak lengkap
− Masalah bawah permukaan 3. Berdamai atau koompromi
tanah (compromise)
− Risiko-risiko 4. Mendinginkan suasana (smoothing)
− Perencanaan yang kurang 5. Menarik diri (withdrawal)
lengkap
− Metode kerja dan spesifikasi a. Forcing
3. Proses konstruksi Forcing berarti memaksakan
4. Konsumen kehendak atau pandangan dari satu
− Kepemilikan publik pihak kepada pihak lain yang sedang
− Jaminan terlibat konflik. Artinya, pada saat
forcing, ada pihakyang menang dan
5. Waktu ada pihak yang kalah. Hal ini dapat
terjadi bila pihak yang satu posisinya
Menurut Filley (1975) terlalu kuat terhadap yang lain. Selain
penyebab utama timbulnya konflik itu, biasanya pihak yang kalah
yang sering terjadi di lingkungan memilika ketergantungan yang bersifat
proyek adalah batas wewenang dan prinsip terhadap pemenang.
tanggung jawab kurang jelas, adanya
konflik kepentingan, adanya hambatan a. Pemecahan masalah (problem
komunikasi, adanya pertentangan lama solving)
yang belum terselesaikan, tidak adanya
pengertian bersama (consensus). Pemecahan masalah sering juga
Thamhain dan Wilemon dalam disebut konfrontasi, karena sifatnya
penelitiannya mengidentifikasi sumber adalah membicarakan secara terbuka
konflik dalam proyek konstruksi antara dan langsung berdialog antara pihak-
lain konflik masalah jadwal, prioritas, pihak yang terlibat. Jadi dalam hal ini,
tenaga kerja, masalah teknis, terlebih dahulu didefinisikan apa yang
administrasi, personalitas dan biaya ( menjadi konflik, mencari dan
Soeharto, 2001). Penelitian yang mengumpulkan informasi, sebab-sebab
dilakukan Marzouk et.al (2007) terjadinya konflik, menganalisis
mengidentifikasi ada empat sumber berbagai alternative yang dipandang
konflik yaitu masalah kontrak, masalah palaing baik.
budaya, manajemen dan organisasi
b. Berdamai atau kompromi
unsur-unsur proyek dan kondisi
proyek. Kompromi berarti kedua belah
pihak telah memikirkan berbagai
alternative, member dan menerima,
2.3 Metode Penanganan Konflik dan mencari pemecahan yang sampai
Ditinjau dari sudut manajerial, batas-batas tertentu dapat diterima oleh
metode - metode penaanganan konflik kedua belah pihak.
antara lain (Soeharto, 2001) :
c. Menarik diri (withdrawal)
1. Memaksakan kehendak (Forcing)
Langkah ini dapat diartikan
2. Mencari upaya pemecahan masalah
sebagai menghindari (tidak bersedia
(problem solving)
menghadapi) terjadinya ketidak
cocokan dalam saat tertentu. Hal ini
bisa jadi disebabkan karena belum atau cara penanganan konflik yang
adanya konsep yang jelas untuk sering digunakan adalah jika
mendinginkan suasana, sambil mempunyai nilai frekuensi terbasar.
memikirkan pendekatan lain pada
waktu yang lebih baik.
3.2 Tahapan Penelitian
d. Mendinginkan suasana Tahapan yang direncanakan
(smoothing) dalam penelitian ini dibagi menjadi
Mendinginkan suasana dilakukan beberapa tahap, yaitu:
dengan cara menekankan aspek yang a. Identifikasi masalah dan tujuan
positif (dari sudut kepentingan penelitian
bersama) dari bagian isu yang menjadi Identifikasi masalah dan tujuan
sumber konflik dan menomor duakan penelitian sebagaimana diuraikan
atau mengesampingkan sementara pada bab pendahuluan. Untuk
perbedaan pendapat bagian isu yang dapat mengidentifikasi metode
lain. Jadi, disini diusahakan menjaga atau cara menangani konflik,
agar suasana tetap bersahabat. maka dilakukan kajian terhadap
teori-teori dan literature.
b. Desain kuesioner
3. METODE PENELITIAN Kuesioner di buat sebagai alat
3.1. Kerangka Pikir untuk mengumpulkan data yang
digunakan sebagai dasar untuk
Keberhasilan proyek pem- analisis dalam mencapai tujuan
angunan tergantung dari beberapa yang telah ditentukan dalam
variabel, salah satu variabel kunci penelitian ini. Pertanyaan-per-
adalah bagaimana cara dari masing- tanyaan yang disusun dalam
masing unsur pembangunan itu kuesioner bertujuan untuk me-
menangani konflik yang dihadapi ngumpulkan informasi tentang :
(Diekman et al., 1994). Dari penelitian
terdahulu, Studi yang dilakukan Yates - Data responden
dan Hardcastel dalam Ntiyakunze - Sumber-sumber konflik
(2011) menemukan bahwa konflik dan - Cara penyelesaian konflik yang
sengketa menyebabkan naiknya biaya sering digunakan
langsung maupun tidak langsung c. Pengumpulan data
dalam proyek. Oleh karena itu perlu Alat untuk mengumpulkan data
adanya pengelolaan konflik yang baik, dalam penelitian ini adalah
antara lain adalah mengetahui menggunakan kuesioner yang
bagaimana cara menanganinya jika dibagikan kepada responden yang
terjadi konflik. pernah terlibat dalam pelaksanaan
Tujuan yang diharapkan dalam proyek konstruksi gedung di
penelitian ini adalah untuk mengetahui Surakarta. Responden terdiri dari
metode penanganan konflik yang pemilik proyek, konsultan
sering digunakan. Analisis yang pengawas dan kontraktor.
digunakan ialah dengan mencari nilai d. Pengolahan data
frekuensi dari jawaban responden. Setelah memperoleh data di
Indikator untuk mengetahui metode lapangan, kemudian dilakukan
perhitungan dengan metode yang f. Kesimpulan dan Saran
sesuai tujuan penelitian.
e. Analisis dan Pembahasan 3.3. Variabel Penelitian
Hasil pengolahan data yang Variabel - variabel sumber
dihasilkan pada butir (d) penyebab konflik, diambil dari
kemudian dianalisis dan dikaji penelitian - penelitian sebelumnya
lebih lanjut. seperti yang ada pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Variabel-variabel penelitian.

3.4 Metode Analisis Data Tabel 4.1 Distribusi frekuensi jawaban


responden terhadap metode yang sering
Analisis dalam penelitian ini dipilih untuk menangani konflik
menggunakan analisis distribusi frekuensi.
Analisis distribusi frekuensi digunakan Faktor
N
Metode
untuk menunjukkan persentase jawaban No. penyebab Persentase
penanganan
konflik
yang diberikan responden berdasarkan nilai
pada masing-masing faktor. Pada analisis Forcing
7,1 %
frekuensi dapat dihitung dengan rumus : Problem solving 81,0 %
N Compromise 9,5 %
Kontrak dan
1 Smoothing -
spesifikasi
1

Withdrawal 2,4 %
4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Forcing 2,4 %
Analisis terhadap variabel metode Problem solving 69,0 %
Compromise 21,4 %
menangani konflik pada tahap pelaksanaan Sumber
1 daya Smoothing 4,8 %
konstruksi dilakukan dengan mencari 2 manusia

frekuensi jawaban yang dipilih responden Withdrawal 2,4 %

kemudian dipersentasekan. Analisis Forcing 2,4 %


menggunakan software SPSS 13.0 dan Problem solving 76,2 %
Manajemen Compromise 14,3 %
didapat hasil frekuensi jawaban responden dan
1 Smoothing 7,1 %
seperti pada tabel 4.7 berikut ini : organisasi
3
unsur-unsur
proyek Withdrawal -
Faktor
N
Metode
No. penyebab Persentase
penanganan
konflik 4,8%, kemudian metode forcing dan
Forcing 7,1 % metode withdrawal besarnya frekuensi
Problem solving 57,1 %
Compromise 23,8 %
sama yaitu 2,4 %.
Kondisi
1
4 proyek Smoothing 11,9 % Pada faktor manajemen dan
Withdrawal - organisasi unsur-unsur proyek metode
yang sering digunakan untuk menangani
Forcing 11,9 %
Problem solving 52,4 % konflik pada tahap pelaksanaan proyek
Compromise 28,6 % konstruksi adalah menggunakan metode
1 Smoothing 4,8 % problem solving dengan frekuensi
Biaya
5
sebesar 76,2 %, selanjutnya metode
Withdrawal 2,4 %
compromise dengan frekuensi sebesar
14,3 %, metode smoothing dengan
Forcing -
Problem solving 35,7 %
frekuensi 7,1 %, metode forcing dengan
Compromise 40,5 % frekuensi sebesar 2,4 % dan tidak ada
Perbedaan
1 Smoothing 23,8 % responden yang memilih metode
6 kultur
withdrawal. Pada faktor kondisi proyek
Withdrawal - metode yang sering digunakan untuk
menangani konflik pada tahap
pelaksanaan proyek konstruksi adalah
menggunakan metode problem solving
Dari hasil distribusi frekuensi dengan frekuensi sebesar 57,1 %,
jawaban responden terhadap metode selanjutnya metode compromise dengan
yang sering dipilih untuk menangani frekuensi sebesar 23,8%, metode
konflik sebagaimana terlihat pada tabel smoothing dengan frekuensi sebesar
4.16 didapat bahwa metode yang sering 11,9 %, metode forcing dengan
digunakan untuk menangani konflik frekuensi sebesar 7, menggunakan
pada tahap pelaksanaan konstruksi metode problem solving dengan 1 % dan
akibat faktor kontrak dan spesifikasi tidak ada responden yang memilih
adalah menggunakan metode problem metode withdrawal.
solving dengan frekuensi sebesar 81,0 Pada faktor biaya metode yang
%. Metode selanjutnya adalah metode sering digunakan untuk menangani
compromise dengan frekuensi 9,5%, konflik pada tahap pelaksanaan proyek
metode forcing dengan frekuensi 7,1 %, konstruksi adalah frekuensi sebesar 52,4
metode withdrawal dengan frekuensi %, selanjutnya metode compromise
sebesar 2,4 % dan tidak ada yang dengan frekuensi 28,6 %, metode
memilih metode smoothing. Pada faktor forcing dengan frekuensi sebesar 11,9%,
sumber daya manusia metode yang metode smooting dengan frekuensi
sering digunakan untuk menangani sebesar 4,8% dan metode withdrawal
konflik pada pelaksanaan proyek dengan frekuensi sebesar 2,4 %. Pada
konstruksi adalah menggunakan metode faktor perbedaan kultur metode yang
problem solving dengan frekuensi sering digunakan untuk menangani
sebesar 69,0 %, selanjutnya metode konflik
compromise dengan frekuensi 21,4%,
metode smoothing dengan frekuensi
pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi kontrak dan spesifikasi, sumber daya
adalah menggunakan metode compromise manusia, manajemen dan organisasi unsur -
dengan frekuensi sebesar 40,5%, selanjutnya unsur proyek, keadaan proyek, biaya dan
metode problem solving dengan frekuensi
perbedaan kultur. Berdasar hasil analisis
sebesar 35,7 % dan metode smoothing
dengan frekuensi sebesar 23,8 %. metode yang sering digunakan untuk
Sedangkan metode forcing dan metode menyelesaikan konflik akibat dari keenam
withdrawal 0 % artinya tidak ada yang sumber konflik tersebut adalah sama yaitu
memilih metode tersebut. dengan menggunakan metode problem
Hampir semua pelaksanaan proyek solving.
akan memungkinkan terjadi konflik karena
adanya interaksi antar tenaga kerja, antar
6. DAFTAR PUSTAKA
kelompok kerja, antar organisasi unsur-
unsur proyek karena adanya perbedaan Diekmann, J.E., Girard, M.J., and Abdul-Hadi,
persepsi, tujuan atau kepentingan. Dalam N. (1994). Dispute Potential Index: A
menghadapi atau menangani sebuah konflik, Study into the Predictability of
tiap-tiap kelompok atau organisasi akan Contract Disputes. Construction
berbeda cara dalam menyikapinya. Dalam Industry Institute, Boulder, Colo
penelitian ini secara umum metode dalam Fenn, P., Lowe, D. and Speek C. (1997).
menangani konflik dalam pelaksanaan “Conflict and dispute in construction”.
proyek konstruksi pada keenam sumber Contract Management Economics.
konflik yaitu kontrak dan spesifikasi, Journal of Management in Engineering,
sumber daya manusia, manajemen dan ASCE, Vol. 18No. 1:20.
organisasi unsur-unsur proyek, kondisi Filley, A.C. (1975). “Interpersonal Conflict
proyek, biaya dan perbedaan kultur adalah Resolution”. Glenview, Illinois: Scott,
menggunakan metode problem solving. Foresmen, 1975.
Metode problem solving merupakan metode Handy, C.B. (1983): Understanding
untuk mencari jalan atau alternatif-alternatif Organisations, London, Penguin
pemecahan yang mempertimbangkan Books, Hamondsworkh.
keuntungan pihak-pihak yang berkonflik. Hellard, B.R. (1997). “Preventing and solving
Metode ini bisa terlaksana dengan saling construction contract disputes”. Litton
educational publishing company.
terbuka dan saling percaya. Hasil analisis ini
Kissiedu, A. (2009), “The Development Of
sama dengan hasil penelitian Ntiyakunze
Appropriate Strategies For The
(2011), metode yang sering digunakan
Prevention Of Construction Disputes
dalam penanganan konflik pada pelaksanaan
In Ghana”. Master of theses Kwame
konstruksi untuk sumber konflik kontrak
Nkrumah University Of Science And
dan spesifikasi, kondisi proyek, biaya dan
Technology, Kumasi, Ghana.
perbedaan kultur adalah problem solving.
Malak, A.M., and Saadi, M.H., (2000).
“Claim-Avoidance Administrative
5. KESIMPULAN Procedures for Construction Projects”,
Procedings of the Congress,
Dari hasil studi literature dalam Construction Congress VI, Orlando,
penelitian ini diperoleh enam sumber Florida.
konflik pada tahap pelaksanaan proyek Marzouk, M.M., Mesteckawi, L.T., and Ibrahim,
konstruksi gedung, yaitu konflik akibat M.E. (2007). “Construction Disputes In
Egypt: Causes And Methodologies For
Resolution”, Twelfth International Santosa, B, (2009). “Manajemen Proyek
Colloqium on Structural and Konsep dan Implementasi”, Graha
Geotechnical Engineering, Cairo-Egypt. Ilmu, Yogyakarta.
Motsa, C.D. (2006). “Managing Construction Soeharto, I. (2001). “Manajemen Proyek
Disputes”, Theses Master of science (Dari Konseptual Sampai
(Construction Management), Faculty Operasional) Jilid 1”. Erlangga,
of Engineering UTM, Malaysia. Jakarta, 1999
Nazir, M. (1983). “Metode Penelitian”, Ghalia Sudarto, (2007),” Identifikasi Permasalahan
Indonesia, Jakarta. Pada Faktor Internal Yang
Ntiyakunze, S.K. (2011). “Conflicts in Mempengaruhi Kinerja Perusahaan
Building Projects in Tanzania : Jasa Konstruksi Di Indonesia”, Jurnal
Analysis of Couses and Management Teknologi, Edisi No. 2.
Approaches”, Building and Real Estate Thomas, K. W. (1978). 'Conflict and the
Economics Departmentof Real Estate collaborative ethic: An introduction',
and Construction Management Royal California Management Review, 21,
Instituteof Technology, Stockholm, 56-60.
Sweden.
Pemkot Surakarta, (2009).“30 Proyek Pemkot Biodata penulis :
Tak Penuhi Target “, diunduh dari
Herman Susila, Alumni S1 Teknik Sipil
http://www.surakarta.co.id
Universitas Tunas Pembangunan Surakarta
Poerdyatmono, B. (2007). “Alternatif
(1998), Pascasarjana (S2) Magister Teknik
Penyelesaian Sengketa Jasa
Sipil program studi Manajemen Konstruksi
Konstruksi”, Jurnal Teknik Sipil
Universitas Diponegoro (2012), Dosen
Universitas Atma Jaya, Volume 8 No.
program studi Teknik sipil Fakultas Teknik
1.
UTP Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai