Anda di halaman 1dari 49

1. Apa saja dasar – dasar klinis mendiagnosis bronkopneumonia?

Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut:


a. Sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
Kriteria WHO :
- Anak umur <2 bulan : ≥ 60 x/ menit
- Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 x/ menit
- Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 x / menit
- Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 x / menit

b. Kenaikan suhu tubuh


c. Rhonki basah sedang nyaring (crackles)
d. Foto thorax : menunjukkan gambaran infiltrat dan difus
e. Leukositosis : Pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan lomfosit
predominan, dan bakteri 15.000 – 40.000/mm3 neutrofil yang predominan.

(Sumber: Behrman RE, kliegman RM., Jenson B. 2008. Nelson Textbook of


Pediatrics. 17th ed. Philadelphia: WB Saunders)

2. Apa saja jenis – jenis anemia?

Anemia diklasifikasikan menurut beberapa hal, yaitu:


a) Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
i. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit
1. Anemia defisiensi besi
2. Anemia defisiensi asam folat
3. Anemia defisiensi vitamin B12
ii. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
1. Anemia akibat penyakit kronis
2. Anemia sideroblastik
iii. Anemia defisiensi vitamin B12
1. Anemia aplastic
2. Anemia mieloptisik
3. Anemia pada keganasan hematologi
4. Anemia diseritropoietik
5. Anemia pada sindrom mielodisplastik
b) Anemia akibat hemoragi
i. Anemia pasca perdarahan akut
ii. Anemia akibat perdarahan kronik
c) Anemia hemolitik
i. Anemia hemolitik intrakorpuskular
i) Gangguan membran eritrosit (membranopati)
ii) Gangguan enzim eritrosit (enzimopati): anemia akibat defisiensi
G6PD
iii) Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati): thalassemia dan
hemoglobinopati struktural
ii. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
i) Anemia hemolitik autoimun
ii) Anemia hemolitik mikroangiopatik
iii) Lain-lain
d) Anemia dengan penyebab yang tidak diketahui atau dengan patogenesis yang
kompleks

(Sumber: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2016. Buku


Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi VI. Jakarta: Interna Publishing)

3. Apa kandungan dari asam folat?

Asam folat merupakan senyawa induk dari sekumpulan senyawa yang secara umum
disebut folat. Senyawa ini mempunyai berat molekul (BM) 441. Molekul asam folat
terdiri dari tiga gugus yaitu pteridin, suatu cincin yang mengandung atom nitrogen,
cincin psoriasis amino- benzoic acid (PABA) dan asam glutamat.

(Sumber : Tangkilisan, HA., Rumbajan, D., 2002. Defisiensi Asam Folat. Sari
pediatri Vol. 4 No. 1)

4. Apa definsi bronkiolitis dan tanda tanda klinis nya?

Bronkiolitis merupakan peradangan di bronkiolus
dan dikenal dengan berbagai


definisi antara lain:


1. Penyakit viral yang mempunyai karakteristik demam, pilek, dan wheezy cough
yang bersifat kering

2. Gejala klinis yang diawali dengan prodromal infeksi virus saluran respiratori atas
diikuti dengan peningkatan usaha napas dan wheezing pada anak <2 th


Karakteristik bronkiolitis antara lain: inflamasi akut, nekrosis sel epitel saluran
respiratori kecil, produksi mukus meningkat, edema mukosa dan bronkospasme

(Sumber : Garna , H., Nataprawira, HM., 2014. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak Ed ke – 5. Jakarta: Departemen / SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP. Dr. Hasan Sadikin)

5. Apa perbedaan bronkopneumonia dan pneumonia?

Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru. Kebanyakan kasus


pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab non
infeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Sedangkan bronkopneumonia,
disebut juga pneumonia lobularis dinyatakan dengan adanya daerah infeksi yang
berbecak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm yang mengelilingi dan melibatkan
bronkus. Bronkopneumonia adalah radang paru-paru pada bagian lobularis yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh agen infeksius
seperti bakteri,virus, jamur dan benda asing, yang ditandai dengan gejala demam
tinggi, gelisah, dispnoe, napas cepat dan dangkal (terdengar adanya ronki basah),
muntah, diare, batuk kering dan produktif

(Sumber : Alexander Dicky K.N., Anggraeni, Janar Wulan. 2017. Tatalaksana


Terkini Bronkopneumonia pada Anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek. Lampung : J
Medula Unila Vol. 7 No. 2)

6. Siapa penemu kuman TBC?

Pada 1882, Robert Koch berhasil mengidentifikasi kuman Mycobacterium


tuberculosis. Pada 1906 vaksin BCG berhasil ditemukan.

(Sumber :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin_tb.pdf)

7. Apa pemeriksaan penunjang TBC?

a. Pemeriksaan Penunjang Tes kulit tuberkulin


Tes tuberkulin dilakukan dengan menyuntikkan purified protein derivative (PPD)
RT23 2TU kekuatannya setara dengan PPDS 5 TU secara intradermal sebanyak 0,1
mL pada permukaan volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48–72 jam sesudah
injeksi. Pada anak imunokompeten, tanpa melihat status imunisasi BCG maka cut-
off point diameter transversal indurasi ≥10 mm dikatakan (+), sedangkan pada anak
imunodefisiensi seperti penderita HIV dan KEP berat maka cut-off point diameter
transversal indurasi ≥5 mm

b. Konfirmasi bakteriologi
WHO merekomendasikan pemeriksaan batang tahan asam (BTA) dan kultur baik
dari sediaan sputum (disarankan pada anak usia ≥10 th), aspirat cairan lambung,
cairan tubuh lain (pleura, perikardial, dll.), biopsi kelenjar limfe ataupun organ lain
bila fasilitas laboratorium tersedia

c. Pemeriksaan radiologi
Gambaran foto Rontgen toraks pada TB paru tidak khas, dan gambaran normal
tidak dapat menyingkirkan diagnosis TB jika klinis dan pemeriksaan penunjang lain
mendukung. Gambaran radiologis yang sering ditemukan adalah pembesaran
kelenjar limfe hilus. Pada adult type TB ditemukan gambaran infiltrat yang luas
atau kavitas. Gambaran radiologis lain yang dapat ditemukan adalah milier,
konsolidasi segmental/lobar, efusi pleura, atelektasis, kalsifikasi disertai infiltrat,
dan tuberkuloma

d. Pemeriksaan lain
Serologis dan polymerase chain reaction (PCR) tidak direkomen- dasikan dilakukan
secara rutin untuk diagnosis TB. Interferon- gamma release assays (IGRAs)
digunakan untuk mendiagnosis infeksi laten TB dan hasil pemeriksaan ini tidak
dipengaruhi oleh imunisasi BCG. Pemeriksaan HIV dianjurkan dilakukan pada
semua penderita TB
Mengingat sulit mendiagnosis TB pada anak, maka Unit Kerja Koordinasi (UKK)
Respirologi PP IDAI bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia membuat sistem skoring yang sudah dites dalam suatu penelitian dan
sudah direvisi untuk mempermudah diagnosis TB anak terutama di daerah dengan
fasilitas kesehatan yang kurang memadai

(Sumber : Garna , H., Nataprawira, HM., 2014. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak Ed ke – 5. Jakarta: Departemen / SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP. Dr. Hasan Sadikin)

8. Bagaimana cara pembacaan foto thorax?

Cara membaca thorax adalah :


1. Foto dibaca dari apeks hingga ke basal.
2. Foto dibaca dari kanan kekiri secara zig-zag.
3. Dapat dibaca dari dalam keluar atau dari luar kedalam
4. Adapun hal-hal yang dinilai :

a. Simetrisitas foto
Foto yang dapat dibaca dengan baik adalah foto yang simetris antara kiri
dankanannya

b. Kulit
Kulit merupakan soft tissue, dilihat apakah ada soft tissue swelling akibat
traumatumpul atau tajam padathorax

c. Keadaan tulang
Dinilai ada tidaknya fraktur, ada tidaknya destruksi tulang, ada tidaknya kelainan
atauanomali pada tulang, seperti skoliosis, kifosis, lordosis, fork rib, bridge rib.

d. Trakea dan mediastinum dinilai apakah normal atau ada kelainan

f. Parenkim paru.
- Hilus, merupakan tempat keluar masuknya arteri vena pulmonalis dan
aliranlimfe. Normalnya diameter trachea sama dengan diameter hilus. Hilus
memberikan gambaran yang padat. Hilus kiri lebih tinggi daripada hilus
bagiankanan karena ada jantung. Hilus kanan biasanya terletak di ICS IV-V.
- Bronchovaskular marking, normalnya sudah tidak ada lagi vaskularisasi
samapai 2/3 bagian paru karena pembuluh darah akan menyempit ke
perifer.Gambaran ramai ini bila bronchovaskular marking 2/3 lapangan
paru.Gambaran meningkat bila vaskular melebar akibat adanya bendungan atau
kongestif.
- Lesi, dilihat adanya lesi pada lobus segmen paru. Perlu diketahui segmen
danlobus ini karena adanya penyakit tertentu yang hanya menyerang lobus atau
segmen tertentu

g. Diafragma
Bedakan diafrgma kanan dan kiri

h. Pluera
Pada pleura yang perlu diperhatikan adalah sudut costophrenicus-nya.
Normalnyasudut ini tajam. Ada beberapa keadaan yang sudut ini menumpul,
seperti efusi pleura,bentuk dada, emfisema, penebalan pleura dan adanya
perselubungan

i. Jantung
Dinilai bentuk jantung dan ukurannya. Jantung dirontgen akan memberikan
gambaranradio opak sedangkan paru memberikan gambaran radio lusen karena
berisi udara

(Sumber: Maleuka RG. Radiologi diagnostic. Yogyakarta : Pustaka Cendikia. 2006


dan Librianty N. Catatan praktis radiologi. Palembang: Simetri. 2008)

9. Apa efek samping pemberian O2 ?

Efek samping pemberian oksigen terhadap sistem pernapasan, diantaranya dapat


menyebabkan depresi napas, kercaunan oksigen dan nyeri substernal. Keracunan
oksigen (O2) terjadi apabila pemberian oksigen (O2) dengan konsentrasi tinggi (di
atas 60%) dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan menimbulkan perubahan
pada paru dalam bentuk kongesti paru, penebalan membran alveoli, edema,
konsolidasi dan atelektasis. Nyeri substernal dapat terjadi akibat iritasi pada trakea
yang menimbulkan trakeitis. Hal ini terjadi pada pemberian oksigen (O2)
konsentrasi tinggi dan keluhan tersebut biasanya akan diperpa-rah ketika oksigen
(O2) yang diberikan kering atau tanpa humidifikasi. Efek samping pemberian terapi
oksigen (O2) terhadap susunan sa- raf pusat apabila diberikan dengan konsentrasi
yang tinggi maka akan da- pat menimbulkan keluhan parestesia dan nyeri pada
sendi sedangkan efek samping pemberian terapi oksigen (O2) terhadap mata,
terutama pada ba- yi baru lahir yang tergolong prematur, keadaan hiperoksia dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan pada retina akibat proliferasi pembuluh da- rah
yang disertai dengan perdarahan dan fibrosis atau seringkali disebut sebagai
retrolental fibroplasia.

(Sumber: Mangku G, Senapathi TGE. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi.
Edisi II. Jakarta. Indeks. 2017)

10. Bagaimana farmakokinetik ambroxol dan dosis yang benar?

Absorpsi :Diabsorpsi dengan baik dan cepat setelah pemberian oral (70-80%).
Puncak konsentrasi dalam plasma dicapai dalam waktu 0.5 sampai 3 jam
Distribusi :Dalam dosis terapi, sekitar 90% dari ambroxol yang berikatan
dengan protein plasma di dalam darah. Distribusi setelah per oral, IM dan IV dari
darah ke organ berlangsung cepat dengan konsentrasi maksimal dalam paru-paru.
T1/2 = 3 jam.
Metabolisme :Sekitar 30% setelah pemberian oral dieliminasi melalui first pass
effect. Penelitian pada mikrosom hati manusia menunjukkan enzim CYP3A4
berperanan penting terhadap metabolisme ambroxol di hati. Ambroxol pertama kali
dimetabolisme di hati melalui proses glukuronidasi dan beberapa sisanya (sekitar
10% dari dosis) dimetabolisme menjadi metabolit kecil yakni asam
dibromanthranilik.
Ekskresi :Jumlah ekresi ginjal adalah sekitar 90%.

Dosis
Dosis sedian tablet / cairan untuk dewasa dan anak diatas 12 tahun :
Dewasa: 30-120 mg/hari dibagi dalam tiga dosis. . Efek teraupetik dapat
ditingkatkan dengan pemberian dosis 60 mg 2 kali sehari. Regimen 60 mg 2 kali
sehari juga sangat cocok untuk terapi gangguan saluran pernapasan akut dan terapi
inisial untuk kondisi kronis yang lebih dari 14 hari.
Dosis dapat dikurangi menjadi 2 kali sehari, untuk pengobatan yang lama.

Dosis sediaan cair untuk anak


o Dosis untuk anak dihitung = 1,2 – 1,6 mg/kgBB/hari
o Anak-anak 5-12 tahun: sehari 3 kali 15 mg.
o Anak-anak 2 - 5 tahun: sehari 3 kali 7,5 mg.
o Anak-anak dibawah 2 tahun : sehari 2 kali 7,5 mg.
o Dosis tersebut atas dosis untuk terapi inisial, bisa dikurangi setengahnya setelah
14 hari.Pada indikasi gangguan saluran pernapasan akut, terapi bisa dikaji ulang
jika gejala tidak mengalami perbaikan atau malah memperparah penyakit
selama pemberian pengobatan
o Pada neonatus dapat diberikan infus 20 mg/kg/hari.
o Ambroxol dapat ditoleransi baik pada batas pemberian 25 mg/kg/hari.

(Sumber: Ramana, G., Kartik, R. D., & Sravanthi, O. (2012). Design and Evaluation
of Natural Gum Based Oral Controlled Release Matrix. Scholars Research
Library , 1105-1114.
Hesham, F. E., Muhammed, I. E., Sunia, M. E., & Muna, A. E. (2006). Evaluation
of the Role of Postnatal Ambroxol in the Prevention and Treatment of Respiratory
Distress Syndrome in Preterm Neonates. NCBI , 41-46.
Kimbria, G. (2009). Stability study of ambroxol hydrochlorid sustained release
pellets coated with acrylic polymer. Journal of Pharma and Science , 36-43.)
11. Bagaimana waktu paruh ampicilin?

Waktu Paruh

- 0,7-1,5 jam pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal.


- Waktu Paruh 4 jam pada neonatus usia 2-7 hari, Waktu paruh 2,8 jam pada
neonatus usia 8-14 hari, dan 1,7 jam pada neonatus usia 15-30 hari.

(Sumber: http://obat-drug.blogspot.com/2015/07/ampisilin-obat-ampicillin.html)

12. Apa komposisi dari cairan RL?


Kandungan RL:

➢Natrium 130 mEq/L


➢ Kalium 4 mEq/L


➢Kalsium 2,7 mEq/L


➢Klorida 109.5 mEq/L


➢Laktat 27.5 mEq/L


➢Osmolaritas 274 mOsm/L

(Sumber:
https://www.sanbefarma.com/public/product_brosur/PI_INFUSAN_RL_IND.pdf)

13. Apa komposisi KAEN 3B?

 Na 50 mEq
 K 20 mEq
 Cl 50 mEq
 lactate 20 mEq
 glucose 27 g.

(Sumber: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ka-en%203b/)

14. Hitung kebutuhan cairan usia 2 tahun dengan BB 8 kg!


15. Sebutkan TTV pada pemeriksaan klinis untuk anak usia 1 tahun!

Suhu : Suhu tubuh normal berkisar antara 36,1oC sampai dengan 37,5oC.

Denyut jantung normal: Saat bangun 100 – 150x / menit dan 90 – 160 x/ menit saat
tidur

Frekuensi napas normal : 20 – 30 x/menit

Tekanan darah normal : Sistolik 90 – 105 dan 55 – 70 untuk diastolik


(Sumber: https://www.honestdocs.id/ttv-normal-bayi-baru-lahir)

16. Sebutkan komposisi ASI dengan ibu yang anaknya sudah berusia 1 tahun!

ASI dari ibu yang dietnya cukup dan imbang akan memasok nutrien yang
diperlukan, kecuali, mungkin flourida dan sesudah beberapa bulan, vitamin D.
Simpanan besi cukup untuk 6 bulan pertama bayi cukup bulan. Kandungan Besi
pada ASI diserap dengan baik oleh bayi, tetapi dietnya harus ditambah pada usia
4-6 bulan dengan tambahan tepung dan biji-bijian dan makanan bayi diperkaya
dengan besi atau dengan salah satu preparat besi fero. ASI berisi vitamin C cukup
untuk kebutuhan bayi, asalkan masukan ibu cukup. Kandungan kolostrum berbeda
dengan air susu yang matur, karena kolostrum mengandung berbeda dengan air susu
yang matur, karena kolostrum dan hanya sekitar 1% dalam air susu matur, lebih
banyak mengandung imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih, yang
kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan
penyakit (infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak,
mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na)
dan seng (Zn).

(Sumber: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123858-S09118fk-Faktor%20anak-
Literatur.pdf

17. Sebutkan komposisi susu SGM untuk anak 1 tahun!

- Asam Linoleat Omega 6 : 910 mg


- Protein : 5mg
- Vitamin D3 : 55%
- Kalsium : 40 %
- Vitamin A : 45%
- Zinc : 25%
- Vitamin C : 40%
- Zat besi : 35%

(Sumber : https://www.sarihusada.co.id/Produk/SGM-Eksplor/SGM-Eksplor-
1PLUS)

18. Dalam menghitung kebutuhan makanan, apa saja yang harus diperhitungkan
dalam kasus gizi kurang?
19. Apa itu SpO2 ?

SpO2 (Saturation of Peripheral Oxygen) atau saturasi Oksigen adalah ukuran


seberapa banyak persentase oksigen yang mampu dibawa oleh hemoglobin.
Hemoglobin merupakan molekul protein didalam darah yang dapat mengikat
oksigen. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply oksigen didalam
tubuh adalah Oksigen saturasi (SpO2). Karena oksigen saturasi bisa menunjukkan
apakah hemoglobin dapat mengikat oksigen atau tidak. Sehingga kekurangan
oksigen yang beresiko pada kerusakan organ-organ penting didalam tubuh dan
kematian dapat ditanggulangi. Hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam
darah (PO2) dan oksigen saturasi dalam darah adalah “Semakin tinggi PO2dalam
darah maka semakin tinggi pula SaO2. Nilai PO2 dalam keadaan normal adalah
sekitar 90 mm Hg dan oksigen saturasi paling sedikit 95 %. Oleh karena itu, sangat
sulit untuk mengukur kadar oksigen yang saturasi dengan hemoglobin dalam darah

(Sumber : https://www.scribd.com/doc/188132188/SPO2-referat)

20. Apa saja yang harus diperhatikan untuk anamnesis pasien sesak?

Keluhan sesak napas seringkali berhubungan dengan penyakit saluran napas atau
penyakit kardiovaskular. Diteliti saat keluhan sesak napas timbul, apakah keluhan
tersebut sudah berulang ataukah baru pertama kali. Ditanyakan dengan berapa
bantal anak tidur (sesak yang makin berat bila anak tidur tanpa bantal disebut
ortopne). Pasien juga ditanyakan apakah perasaan sesak timbul setelah melakukan
latihan fisis (lari atau berjalan agak jauh, naik tangga); bila terdapat hal ini disebut
toleransi latihan menurn. Lebih baik ditanyakan setelah berlari atau berjalan berapa
meter pasien menjadi sesak. Secara umum ditanyakan apakah pasien menjadi lebih
mudah cepat dibandingkan teman sebayanya. Pada bayi menurunnya toleransi
latihan dapat dinilai dengan menanyakan apakah bayi cepat lelah apabila menetek
atau minum susus botol; ditanyakan berapa lama ia kuat mengisap terus – menerus,
dan berapa mililiter susu botol dapat dihabiskan setiap kali bayi minum. Keluhan
lain yang menyertai sesak dapat juga mengarahkan ke diagnosis yang tepat.
Keluhan lain yang perlu ditanyakan adalah batuk, mengi, perut membesar, pernah
sakit sendi yang berpindah – pindah, demam, sakit dada, sianosis, dan apakah ada
riwayat tersedak.

(Sumber: Latief, Abdul. dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Edisi
ke 3. Jakarta: Sagung Seto)

21. Apa saja yang harus diperhatikan untuk anamnesis pasien demam?

Demam adalah salah satu keluhan yang paling sering dikemukakan, yang terdapat
pada berbagai penyakit baik infeksi maupun non – infeksi. Pada setiap keluhan
demam perlu ditanya berapa lama demam berlangsung. Karakteristik demam
ditanyakan lebih detil seperti kapan waktu dimulai (hari dan jam), berapa suhunya
(jika sudah diukur), apakah sudah diberikan obat dan bagaimana responnya. Selain
itu juga perlu ditanyakan

- Apakah timbulnya mendadak, remiten, intermitten, kontinu


- Apakah terutama terjadi pada malam hari, atau berlangsung beberapa hari,
kemudian menurun lalu naik lagi, dan sebagainya
- Apakah pasien menggigil, kejang, kesadaran menurun, meracau, mengigau,
mencret, muntah, sesak napas, terdapatnya manifestasi perdarahan

(Sumber: Latief, Abdul. dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Edisi
ke 3. Jakarta: Sagung Seto)

21. Apa saja yang harus diperhatikan untuk anamnesis pasien batuk?

Keluhan batuk sering juga dikemukakan oleh orang tua pasien. Perlu diketahui
berapa lama batuk berlangsung, juga apakah batuk sering berulang atau kambuh.
Sifat batuk juga diteliti, apakah batuk bersifat spasmodik, kering atau
produktif/banyak dahak. Dirinci pula sifat dahaknya: kekentalan, warna, bau, serta
adanya darah pada dahak. Keluhan lainnya yang menyertai batuk penting diketahui:
sesak napas, mengi, keringat malam, sianosis, berat badan turun, apakah pasien
memerlukan oerubahan posisi (ortopne), muntah dan sebagainya. Terdapatnya
orang di sekitar pasien yang juga menderita batuk mungkin dapat memberikan
petunjuk untuk diagnosis.

(Sumber: Latief, Abdul. dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Edisi
ke 3. Jakarta: Sagung Seto)

23. Bagaimana karakteristik BAB yang tidak normal?

24. Apa saja yang harus diperhatikan untuk anamnesis pasien mencret?

Keluhan mencret seringkali menyertai gangguan traktus gastrointestinalis, atau


merupakan keluhan penyerta pada penyakit lain. Perlu diketahui, apakah mencret
berlangsung akut atau kronik. Perlu ditanyakan frekuensi defekasisehari, banyaknya
feses setiap kali defekasi, konsistensi tinja, warnanya (hitam seperti ter, hijau,
kuning, putih seperti dempul), baunya (busuk, anyir), serta apakah disertai lendir
dan/atau darah. Selain rasa mulas, tenesmus serta kolik, perlu juga ditanyakan
keluhan – keluhan lain yang menyertai mencret, misalnya terdapat muntah, sesak
napas, kejang, gangguan kesadaran, kecing berkurang, lemas, lecet di dubur, dubur
keluar dan sebagainya.

(Sumber: Latief, Abdul. dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Edisi
ke 3. Jakarta: Sagung Seto)

25. Apa saja yang harus diperhatikan untuk anamnesis pasien menangis setiap
kencing?

26. Apa saja imunisasi untuk ibu hamil?

a. Jenis imunisasi Yang Dibutuhkan Wanita Hamil

 Tetanus (Tetanus Toksoid) : vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil untuk
mencegah tetanus neonatorum (tetanus pada bayi) dan sebaiknya diberikan
pada wanita yang tidak melengkapi 3 kali imunisasi dasar atau 10 tahun
boster
 Hepatitis B : untuk wanita dengan risiko tinggi Hepatitis B (memiliki > 1
pasangan seksual dalam 6 bulan terakhir, memiliki riwayat Penyakit
Menular Seksual, penggunaan narkoba suntik)
 Influenza (Inaktif) : vaksin ini dapat mencegah penyakit serius pada ibu
hamil namun sebaiknya diberikan setelah minggu ke-14

b. Jenis imunisasi yang dipertimbangkan diberikan pada wanita hamil dengan


pajanan infeksi spesifik

 Pneumokokus : diberikan pada triwulan kedua atau ketiga pada wanita


dengan risiko tinggi infeksi pneumokokus atau dengan penyakit kronik
(wanita dengan gangguan jantung, paru, atau penyakit hati; penurunan
kekebalan tubuh; diabetes)
 Rabies : direkomendasikan bagi mereka yang terpajan dengan rabies
 Hepatitis A : belum banyak penelitian mengenai keamanan imunisasi ini
selama kehamilan, namun risikonya rendah (karena vaksin berasal dari virus
inaktif)
 Vaksin Polio Oral & Vaksin Polio Inaktif

c. Jenis imunisasi yang tidak direkomendasikan pada wanita hamil

 MMR (Mumps, Measles, Rubella) : merupakan kontraindikasi bagi


kehamilan karena kemungkinan risiko kelainan bawaan pada janin. Wanita
sebaiknya menunggu selama 3 bulan sebelum hamil setelah menerima
vaksin virus hidup ini
 Varisela : tidak dianjurkan selama kehamilan karena kemungkinan infeksi
varisela pada janin (vaksin merupakan virus hidup). Diberikan minimal 1
bulan sebelum kehamilan
 HPV (Human Papiloma Virus) : memiliki kaitan efek samping terhadap
janin dan ibu hamil. Data vaksinasi pada wanita hamil terbatas

(Sumber: National Network for Immunization Information


http://www.immunizationinfo.org/issues/general/vaccines-pregnant-women)

27. Informasi apa yang harus didapatkan pada ibu dengan riwayat persalinan
spontan?
28. Berapa kebutuhan kalori anak usia 8 bulan / kgBB?
29. Apa perbedaan definisi pertumbuhan dan perkembangan?

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan


interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.

Sedangkan, perkembangan adalah bertambahnya fungsi/kemampuan sensoris


(dengar, lihat, raba, rasa, cium), motorik (gerak kasar, halus), kognitif
(pengetahuan, kecerdasan), komunikasi/ berbahasa, emosi – sosial, dan
kemandirian.

(Sumber: Rivanica, Rhipiduri, Oxyandi, Miming. 2016. Buku Ajar Deteksi Dini
Tumbuh Kembang dan Pemeriksaan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Salemba Medika)

30. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang?

Faktor Dalam (Internal)


1. Ras/etnik atau bangsa
2. Keluarga
3. Umur
4. Jenis Kelamin
5. Genetik
6. Kelainan kromosom
Faktor Luar (Eksternal)
1. Faktor Prenatal
a. Gizi
b. Mekanis
c. Toksin/Zat kimia
d. Radiasi
e. Infeksi
f. Kelainan imunologi
g. Psikologis ibu
2. Faktor Persalinan
3. Faktor Pasca persalinan
a. Gizi
b. Penyakit kronis/ kelainan kongenital
4. Faktor Lingkungan Fisik dan Kimia
5. Faktor Psikologis
6. Faktor Sosial – Ekonomi
7. Faktor Lingkungan Pengasuhan
8. Faktor Stimulasi
9. Faktor Obat – obatan

(Sumber: Sumber: Rivanica, Rhipiduri, Oxyandi, Miming. 2016. Buku Ajar Deteksi
Dini Tumbuh Kembang dan Pemeriksaan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Salemba
Medika)

31. Apa saja yang dinilai / evaluasi dalam perkembangan anak?

Hal – hal yang perlu di evaluasi dalam perkembangan anak adalah

- motorik (kasar & halus)


- sensoris
- kognitif
- komunikasi/ berbahasa
- emosi- sosial
- kemandirian

(Sumber: Sumber: Rivanica, Rhipiduri, Oxyandi, Miming. 2016. Buku Ajar Deteksi
Dini Tumbuh Kembang dan Pemeriksaan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Salemba
Medika)

32. Siapa penemu vaksin BCG?

Vaksin BCG merupakan singkatan dari Bacille Calmette-Guérin yang merupakan


nama dari penemunya, dokter Albert Calmette dengan seorang peneliti yang
bernama Camille Guerin. 


(Sumber : http://digilib.unimus.ac.id/) 

33. Bagaimana cara pemberian, dosis dan efek samping vaksin BCG? Kapan mulai
diberikan?

a) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan


dengan mengggunakan alat suntik steril Auto Distruct Scheering (ADS) 5 ml.
b) Dosis pemberian: 0,05 ml.
c) Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertion musculus
deltoideus). Dengan menggunakan Auto Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml.
d) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
e) Efek samping yang sering terjadi pada bayi yang mendapatkan vaksin BCG
adalah demam atau suhu tubuh yang tinggi dari biasanya. Selain itu, tidak sedikit
akan timbul pembengkakan pada bekas suntikan. Pembengkakan akan berupa
seperti benjolan yang melepuh dan terkadang terlihat nanah di tengahnya. Jika Anda
atau anak Anda mengalami hal ini, sangat disarankan untuk tidak menyentuh atau
memberikan obat apapun. Pembengkakan akan sembuh dalam waktu 1-2 minggu.
Walaupun pada akhirnya akan terdapat bekas yang terlihat. Namun, ini merupakan
keberhasilan dari vaksin BCG yang bereaksi pada tubuh penerima vaksin. 


(Sumber : http://digilib.unimus.ac.id/)

34. Apa singkatan dari BCG?

Vaksin BCG merupakan singkatan dari Bacille Calmette-Guérin

(Sumber : http://digilib.unimus.ac.id/)

35. Mulai umur berapa anak diberikan vaksin DPT?

2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan booster saat usia 18 bulan

(Sumber: Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 Tahun Rekomendasi Ikatan Dokter


Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2017)

36. Mulai umur berapa anak diberikan vaksin DT?

Untuk mendapatkan hasil vaksinasi yang optimal dan tahan lama, seorang anak
harus mendapatkan 3 dosis Vaksin DT dalam tahun pertama hidupnya (mulai dari 2
bulan, dipisahkan dengan jarak paling sedikit 4 minggu di antara dua dosis), dan
satu dosis vaksin penguat pada usia 18 bulan. Dua dosis vaksin penguat lainnya
akan diberikan kepada siswa-siswa kelas satu sekolah dasar dan kelas enam sekolah
dasar. Vaksin DT dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya.
(Sumber: :
https://www.fhs.gov.hk/sc_chi/other_languages/bahasa_indonesia/child_health/imm
unization/15657.html)

37. Mulai umur berapa anak diberikan vaksin TT?

Imunisasi dengan vaksin yang mengandung tetanus toxoid (TT) diberikan sebagai
ulangan/penguatan kekebalan pada anak SD sejak tahun 1984 melalui program
Upaya Kesehatan Sekolah (UKS). Imunisasi TT pada anak usia sekolah memegang
peranan penting untuk memberi perlindungan jangka panjang terhadap tetanus. Bila
mendapat imunisasi lengkap mulai bayi (tiga dosis DPT) dan usia sekolah (satu
dosis DT, dan dua dosis TT/Td) maka kekebalan yang timbul dapat bertahan hingga
dua puluh lima tahun dari imunisasi terakhir. Sehingga imunisasi anak sekolah
merupakan salah satu cara/metoda handal untuk mengeliminasi tetanus maternal
dan neonatal.

(Sumber: Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan . Eliminasi Tetanus


Maternal dan Neonatal, Kemenkes RI 2012)

38. Sebutkan kuman penyebab tetanus!

Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan kekakuan otot dan spasme yang
periodik dan berat. C. tetani adalah bakteri Gram positif anaerob yang ditemukan di
tanah dan kotoran binatang. Bakteri ini berbentuk batang dan memproduksi spora,
memberikan gambaran klasik seperti stik drum, meski tidak selalu terlihat. Bersifat:

- Obligat anaerob, tumbuh di suhu 33-37oC


- Saprophytic
- Bakteri gram positif
- Membentuk spora yang dapat bertahan di tanah selama bulanan sampai tahunan
-Motil
- Basil
(Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482484/
https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/clostridium-tetani)

39. Sebutkan derajat tetanus pada anak?

Tingkat keparahan tetanus:


Kriteria Pattel Joag
Kriteria 1: rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, dan kekakuan otot tulang
belakang
Kriteria 2: Spasme, tanpa mempertimbangkan frekuensi maupun derajat keparahan
Kriteria 3: Masa inkubasi ≤ 7hari
Kriteria 4: waktu onset ≤48 jam
Kriteria 5: Peningkatan temperatur; rektal 100ºF ( > 400 C), atau aksila 99ºF ( 37,6
ºC).
Grading
Derajat 1 (kasus ringan), terdapat satu kriteria, biasanya Kriteria 1 atau 2 (tidak ada
kematian)
Derajat 2 (kasus sedang), terdapat 2 kriteria, biasanya Kriteria 1 dan 2. Biasanya
masa inkubasi lebih dari 7 hari dan onset lebih dari 48 jam (kematian 10%)
Derajat 3 (kasus berat), terdapat 3 Kriteria, biasanya masa inkubasi kurang dari 7
hari atau onset kurang dari 48 jam (kematian 32%)
Derajat 4 (kasus sangat berat), terdapat minimal 4 Kriteria (kematian 60%)
Derajat 5, bila terdapat 5 Kriteria termasuk puerpurium dan tetanus neonatorum
(kematian 84%).

Derajat penyakit tetanus menurut modifikasi dari klasifikasi Albleet’s :


Grade 1 (ringan) Trismus ringan sampai sedang, spamisitas umum, tidak ada
penyulit pernafasan, tidak ada spasme, sedikit atau tidak ada disfagia.
Grade 2 (sedang) Trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan atau sedang
namun singkat, penyulit pernafasan sedang dengan takipneu
Grade 3 (berat) Trismus berat, spastisitas umum, spasme spontan yang lama dan
sering, serangan apneu, disfagia berat, spasme memanjang spontan yang sering dan
terjadi refleks, penyulit pernafasan disertai dengan takipneu, takikardi, aktivitas
sistem saraf otonom sedang yang terus meningkat.
Grade 4 (sangat berat) Gejala pada grade 3 ditambah gangguan otonom yang berat,
sering kali menyebabkan “autonomic storm”.

(Sumber : http://hmpd.fk.ub.ac.id/tetanus-2/)

40. Sebutkan gejala awal tetanus neonatorum

Masa inkubasi berkisar antara 3-14 hari, tapi bisa lebih pendek atau lebih panjang.
Prognosis dipengaruhi oleh masa inkubasi, semakin pendek masa inkubasi biasanya
semakin jelek prognosisnya. Diagnosis tetanus neonatorum biasanya dapat
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis. Manifestasi klinis meliputi gejala
progresif adanya kesulitan minum (menghisap dan menelan), peka rangsang dan
bayi menangis terus menerus. Gejala khas yang lain adalah adanya kekakuan dan
spasme otot. Kekakuan otot melibatkan otot masseter, otot-otot perut dan tulang
belakang. Spasme otot bersifat intermiten dengan interval waktu yang berbeda-beda
tergantung dari tingkat keparahan penyakit (1-4).
Trismus disebabkan oleh adanya spasme pada otot massester dan terjadi pada lebih
dari separuh pasien tetanus neonatorum beberapa hari setelah lahir. Gejala ini akan
diikuti dengan kekakuan pada otot leher dan kesulitan dalam menelan. Bayi menjadi
rewel, gelisah dan sulit minum. Spasme pada otot fasial menyebabkan risus
sardonicus. Kontraksi tonik otot abdomen dan lumbal menghasilkan gejala
opisthotonus dan diikuti dengan fleksi dan adduksi tangan serta kepalan tangan
seperti petinju. Spasme pada awalnya terjadi beberapa detik dan memanjang seiring
dengan semakin memberatnya penyakit. Pasien sadar dan menangis karena nyeri
akibat spasme otot. Spasme otot sangat mudah dicetuskan oleh rangsangan taktil,
visual maupun auditorial. Adanya demam kemungkinan akibat aktivitas otot yang
berlebihan. Spasme otot laringeus dan respiratorius menyebabkan obstruksi, asfiksia
dan sianosis (1-4).
Perjalanan alamiah tetanus neonatorum adalah adanya peningkatan keparahan
penyakit pada 7 hari pertama diikuti kondisi yang tetap pada minggu kedua dan
berkurang secara bertahap pada 2 – 6 minggu berikutnya. Tetanus sering
menyebabkan kematian sekitar 60 – 90%. Komplikasi yang sering terjadi adalah
bronkopneumonia, pneumonia aspirasi dan atelektasis. Angka kematian dapat
menurun dengan adanya perawatan intensif dan ventilator (1-4).

(Sumber: Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan . Eliminasi Tetanus


Maternal dan Neonatal, Kemenkes RI 2012)

41. Bagaimana pengobatan pasien tetanus anak?

 Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan.


 Berikan diazepam 10 mg/kgBB/hari IV dalam 24 jam atau bolus IV setiap 3 jam
(0.5 mL per kali pemberian), maksimum 40 mg/kgBB/hari.
 Jika jalur IV tidak terpasang, berikan diazepam melalui rektum.
 Jika frekuensi napas < 20 kali/menit, obat dihentikan, meskipun bayi masih
mengalami spasme. Jika bayi mengalami henti napas selama spasme atau
sianosis sentral setelah spasme, berikan oksigen dengan kecepatan aliran
sedang. Jika belum bernapas spontan lakukan resusitasi dan jika belum berhasil
dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas NICU.
 Jika ada, beri human tetanus immunoglobulin 500 IU IM atau tetanus antitoksin
5 000 IU IM
 Tetanus toksoid 0.5 mL IM diberikan pada tempat yang berbeda dengan tempat
pemberian antitoksin
 Penisilin prokain 50 000 IU/kgBB/hari IM dosis tunggal atau Metronidazol IV
selama 10 hari
 Jika terjadi kemerahan dan/atau pembengkakan pada kulit sekitar pangkal tali
pusat, atau keluar nanah dari permukaan tali pusat, atau bau busuk dari area tali
pusat, berikan pengobatan untuk infeksi lokal tali pusat.

(Sumber : http://www.ichrc.org/3123-tetanus)

42. Apa kuman penyebab pertusis

Bordetella pertusis

(Sumber: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2016. Buku


Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi VI. Jakarta: Interna Publishing)

43. Sebutkan sinonim pertusis !

Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh berdetella pertusis,
nama lain penyakit ini adalah Tussis Quinta, whooping cough, batuk rejan, violent
cough dan di cina disebut batuk seratus hari)

(Sumber: Soedarmo, S.S.P., dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Ed. 2
Jakarta: IDAI)

44. Sebutkan tingkat / derajat manifestasi klinis pertusis!


Masa inkubasi: 3–12 hr Terbagi atas 3 stadium:

1. Stadium kataral (1–2 mgg)
Gejala klinisnya minimal dengan/tanpa demam,


rinorea, anorek- sia, frekuensi batuk meningkat

2. Stadium paroksismal (2 6 mgg)
Karakteristik (paling nyata pada usia 6 bl–5


th): batuk paroksis- mal dicetuskan oleh pemberian makan (bayi) dan aktivitas; fase
inspiratori batuk atau batuk rejan (inspiratory whooping); post- tussive
vomiting
Dapat pula dijumpai: muka merah atau sianosis, mata menonjol, lidah
menjulur, lakrimasi, hipersalivasi, distensi vena leher selama serangan, apatis, BB
menurun, perdarahan subkonjungtiva

3. Stadium konvalesens (≥2 mgg)
Gejala akan berkurang dalam beberapa mgg s.d.
beberapa bl, dapat terjadi petekia pada kepala/leher, perdarahan konjungtiva, dan
terdengar crackles difus.

(Sumber : Garna , H., Nataprawira, HM., 2014. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak Ed ke – 5. Jakarta: Departemen / SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP. Dr. Hasan Sadikin)

45. Sebutkan komplikasi pertussis !

- Pneumonia. Merupakan komplikasi tersering dari pertusis yang disebabkan oleh


infeksi sekunder bakteri atau akibat aspirasi muntahan.
Tanda yang menunjukkan pneumonia bila didapatkan napas cepat di antara episode
batuk, demam dan terjadinya distres pernapasan secara cepat.

- Kejang. Hal ini bisa disebabkan oleh anoksia sehubungan dengan serangan apnu
atau sianotik, atau ensefalopati akibat pelepasan toksin.

- Gizi kurang. Anak dengan pertusis dapat mengalami gizi kurang yang disebabkan
oleh berkurangnya asupan makanan dan sering muntah.
Cegah gizi kurang dengan asupan makanan adekuat, seperti yang dijelaskan pada
perawatan penunjang.

- Perdarahan dan hernia


Perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis sering terjadi pada pertusis. Tidak ada
terapi khusus.

- Hernia umbilikalis atau inguinalis dapat terjadi akibat batuk yang kuat. Tidak
perlu dilakukan tindakan khusus kecuali terjadi obstruksi saluran pencernaan, tetapi
rujuk anak untuk evaluasi bedah setelah fase akut.

(Sumber: http://www.ichrc.org/47-pertusis)
46. Sebutkan kuman penyebab difteri!

Difteria merupakan penyakit menular saluran respiratori akut yang disebabkan oleh
bakteri gram-positif batang Corynebacterium diphtheriae yang bersifat
toksigenik
Dikenal beberapa serotipe yaitu gravis, intermedius, mitis, dan belfanti;
serotipe gravis merupakan serotipe yang paling sering ditemukan pada saat wabah.
Bakteri ini dapat mengolonisasi daerah hidung, faring terutama daerah tonsil, uvula,
laring, kadang daerah genital, mata, dan di daerah tropis atau orang dengan higiene
yang buruk bakteri dapat ditemukan di kulit

Spesies Corynebacterium lain seperti Corynebacterium ulserans dan


Corynebacterium pseudotuberculosis walaupun jarang dapat juga menghasilkan
toksin difteria dan dapat menimbulkan gejala klasik difteria

(Sumber : Garna , H., Nataprawira, HM., 2014. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak Ed ke – 5. Jakarta: Departemen / SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP. Dr. Hasan Sadikin)

47. Sebutkan penyebab utama gelaja difteri!

Difteri adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae,


yang dapat menghasilkan eksotoksin bila diinsersi Corynephage yang membawa
gen diphtheria toxin (dtx). Corynebacterium ulcerans dan Corynebacterium
pseudotuberculosis juga dapat menghasilkan eksotoksin dan menyebabkan penyakit
yang mirip difteri (diphtheria - like diseases).

((Sumber: Fitriana, Harli Novriani. 2014. Penatalaksanaan Difteri. Jakarta:


Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Balitbangkes, Kemenkes RI)

48. Apa kandungan pseudomembran dan sifat – sifat pseudomembran?

Corynebacterium diphtheria yang masuk ke dalam tubuh dapat berkembang biak


pada mukosa saluran nafas, untuk kemudian memproduksi eksotoksin yang disebut
diph- theria toxin (dt). Toksin yang terbentuk tersebut kemudian dapat diserap oleh
membran mukosa dan menimbulkan peradangan dan penghancuran epitel saluran
nafas hingga terjadi nekrosis, leukosit akan menginfiltasi daerah nekrosis sehingga
banyak ditemukan fibrin yang kemudian akan membentuk patchy exudate, yang
masih dapat dilepaskan. Pada keadaan lanjut akan terkumpul fibrous exudate yang
membentuk pseudomembran (membran palsu) dan semakin sulit untuk dilepas serta
mudah berdarah. Umumnya pseudomembran terbentuk pada area tonsil, faring,
laring, bahkan bisa meluas sampai trakhea dan bronkus. Membran palsu dapat
menyebabkan edema pada jaringan mukosa dibawahnya, sehingga dapat
menyebabkan obstruksi saluran nafas dan kematian pada penderita difteri
pernafasan.
(Sumber: Fitriana, Harli Novriani. 2014. Penatalaksanaan Difteri. Jakarta:
Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Balitbangkes, Kemenkes RI)

49. Sebutkan jenis – jenis difteri berdasarkan lokasi!

Gejala difteri itu sendiri dibedakan berdasarkan lokasi infeksi, bila di pernafasan
maka disebut difteri pernafasan/ respiratory yang meliputi area tonsilar, faringeal,
dan nasal. Difteri pernafasan merupakan penyakit pada saluran nafas yang sangat
serius, sebelum dikembangkannya pengobatan medis yang efektif, sekitar setengah
dari kasus dengan gejala difteri pernafasan meninggal. Pada anak-anak yang
menderita difteri ini, lokasi utama terdapat pada tenggorokan bagian atas dan
bawah.

Difteri lain (non pernafasan) selain difteri pernafasan adalah difteri hidung, kulit,
vulvovaginal dan anal auditori eksternal. Pada difteri hidung gejala awal biasanya
mirip seperti flu biasa, yang kemudian berkembang membentuk membran
dijaringan antara lubang hidung dengan disertai lendir yang dapat bercampur darah.
Toksin yang dihasilkan oleh difteri hidung ini tidak dengan mudah dapat diserap ke
dalam tubuh tapi dapat dengan mudah menyebarkan infeksi kepada or- ang lain.

Infeksi kulit C.diphtheriae relatif jarang terjadi di daerah yang secara ekonomi baik,
paling sering dilaporkan pada tuna wisma dan biasanya terjadi di daerah tropis.
Difteri kulit biasanya berupa ruam kulit atau terjadinya ulkus kulit yang kronis
(bentuk yang paling umum), biasanya co-infeksi dengan Staphylococcus dan
Streptococcus dan dapat menginfeksi luka yang sudah ada sebelumnya. Awalnya,
infeksi terjadi di daerah yang terbuka, seringkali kecil, trauma dapat menyebabkan
warna kemerahan dan rasa sakit, sampai akhirnya lesi terbuka.

(Sumber: Fitriana, Harli Novriani. 2014. Penatalaksanaan Difteri. Jakarta:


Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Balitbangkes, Kemenkes RI)

50. Sebutkan kuman penyebab polio!

Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang
bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus Polio terdiri dari 3 strain

yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family
Picornaviridae.

(Sumber:http://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/poliomyelitis-
penyakit-virus-polio/#.XQSEzYgzbDc)

51. Bagaimana patofisiologi polio?


Pada umumnya virus yang tertelan akan menginfektir epitel orofaring, tonsil,
kelenjar limfe leher dan usus kecil. Faring akan segera terkena setelah virus masuk,
dan karena virus tahan terhadap asam lambung maka virus akan sampai ke saluran
cerna bagian bawah tanpa proses in-aktivasi. Dari faring setelah bermultiplikasi,
menyebar ke jaringan limfe dan tonsil berlanjut ke aliran limfe dan pembuluh darah.
Virus dapat dideteksi pada nasofaring setelah 24 jam sampai 3-4 minggu. Infeksi
susunan saraf pusat terjadi akibat viremia yang menyusul replikasi cepat virus ini.
Virus polio menempel dan berbiak pada sel usus yang mengandung PVR
(poliovirus receptor) dan dalam waktu sekitar 3 jam setelah infeksi telah terjadi
kolonisasi. Sel yang mengandung PVR bukan hanya sel di tenggorok dan usus saja,
namun juga sel monosit dan motor neuron di SSP (PVR mungkin berbeda). Sekali
terjadi perkaitan virion dan replikator, integrase RNA ke dalam virion berjalan
cepat, sehingga dari saat infeksi sampai pelepasan virion baru, hanya memerlukan
4-5 jam saja. Virus yang bereplikasi secara lokal kemudian menyebar pada monosit
dan kelenjar limfe yang terkait. Perlekatan dan penetrasi bias dihambat oleh
secretory IgA lokal. Kejadian neuropati pada poliomyelitis merupakan akibat
langsung dari multiplikasi virus di jaringan mati.keadaan reversibilitas fungsi
sebagian disebabkan karena sprouting dan seolah kembali seperti sediakala dalam
waktu 3-4 minggu setelah onset.
Virus ditularkan oleh infeksi droplet dari orofaring (penularan langsung) atau lewat
tinja penderita yang infeksius. Penularan terutama terjadi dari penularan langsung
manusia ke manusia secara oral-oral atau tertelan virus liar dari tinja yang infeksius
pada waktu 3 hari sebelum dan sesudah masa prodromal. Meskipun virus polio
tahan alkohol dan lisol namun dapat dimatikan oleh chlorine (misal obat pemutih
cucian) sebelum dibuang. Meskipun penularan terutama karena tercemarnya
lingkungan oleh virus polio dari penderita yang infeksius namun kemampuan virus
ini di lingkungan sangat terbatas.
(Sumber: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis)

52. Apa saja komplikasi polio?


Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita poliomielitis antara lain:
a. Melena cukup berat sehingga memerlukan transfuse, yang mungkin diakibatkan
erosi usus superfisial
b. Dilatasi lambung akut dapat terjadi mendadak selama stadium akut atau
konvalesen (dalam keadaan pemulihan kesehatan/stadium menuju kesembuhan
setelah serangan penyakit/masa penyembuhan), menyebabkan gangguan
respirasi lebih lanjut.
c. Hipertensi ringan yang lamanya beberapa hari atau beberapa minggu, biasanya
pada stadium akut, mungkin akibat lesi pusat vasoregulator dalam medulla.
d. Ulkus dekubitus dan emboli paru, dapat terjadi akibat berbaring yang lama di
tempat tidur, sehingga terjadi pembusukan pada daerah yang tidak ada
pergerakan (atrofi otot) sehingga terjadi kematian sel dan jaringan.
e. Hiperkalsuria, yaitu terjadinya dekalsifikasi (kehilangan zat kapur dari
tulang/gigi) akibat penderita tidak dapat bergerak.
f. Kontraktur sendi, yang sering terkena kontraktur antara lain sendi paha, lutut,
dan pergelangan kaki.
g. Pemendekan anggota gerak bawah, biasanya akan tampak salah satu tungkai
lebih pendek dibandingkan tungkai lainnya, disebabkan karena tunngkai yang
pendek mengalami atrofi otot.
h. Skoliosis, tulang belakang melengkuk ke salah satu sisi, disebabkan
kelumpuhan sebagian otot punggung, dan juga kebiasaan duduk atau berdiri
yang salah.
i. Kelainan telapak kaki, dapat berupa kaki membengkok keluar atau ke dalam.
(sumber:
https://www.academia.edu/32513769/BAB_I_II_POLIO.docxhttps://www.acad
emia.edu/32513769/BAB_I_II_POLIO.docx)

53. Sebutkan 2 jenis vaksin polio dan bagaimana tata cara pemberiannya!

Oral Poliovirus Vaccine (OPV)


OPV sering disebut sebagai vaksin polio Sabin sesuai nama penemunya, bentuk
trivalent (tOPV) untuk mencegah tiga jenis virus polio. Vaksin tOPV adalah vaksin
hidup yang dilemahkan (live-attenuated virus vaccine), diberikan tiga dosis secara
serial untuk memberikan kekebalan seumur hidup. Vaksin polio oral lebih efektif
untuk pemberantasan poliomyelitis, karena virus yang dilemahkan akan
mengadakan replikasi di traktus gastrointestinalis bagian bawah. Hal ini dapat
menutup replikasi virus sehingga virus lain tidak dapat menempel dan
menyebabkan kelumpuhan. Kemampuan ini dapat menekan transmisi virus saat
KLB. Namun, vaksin OPV adalah virus yang dilemahkan, yang dapat mengalami
mutasi sebelum dapat bereplikasi dalam usus dan diekskresi keluar. Hal ini
menimbulkan kerugian berupa munculnya circulating vaccine derived polio viruses
(cVDPVs) dan vaccine associated paralytic poliomyelitis (VAPP). Saat ini mulai
dipertimbangkan pemberian vaksin OPV bivalent (bOPV) yang berisi virus tipe 1
dan 3 sesuai rekomendasi WHO.

Inactivated poliovirus vaccine (IPV)


Vaksin polio inaktif (IPV) sebenarnya lebih dulu ditemukan daripada OPV, disebut
juga polio Salk, sesuai dengan nama penemunya Jonas Salk di tahun 1955. Vaksin
IPV berisi virus inaktif, berisi 3 tipe virus polio liar. Vaksin yang disuntikan akan
memunculkan imunitas yang dimediasi IgG dan mencegah terjadinya viremia serta
melindungi motor neuron. Vaksin IPV mampu mencegah kelumpuhan karena
menghasilkan antibody netralisasi yang tinggi. Pada tahun 1980an, komposisi awal
IPV yang ditemukan Salk dikembangkan sehingga memiliki kandungan antigen
yang lebih tinggi, dikenal sebagai enhanced-potency IPV (eIPV) dan digunakan
sampai sekarang. Pemberian IPV pada berbagai studi dilaporkan dapat
menyebabkan serokonversi terhadap ketiga virus polio sebesar 94% setelah
pemberian dua dosis dan 99-100% setelah pemberian injeksi 3 dosis. Keuntungan
lain IPV adalah dapat diberikan pada kasus dengan status immunocompromised.
Namun bila dibandingkan dengan OPV, vaksin inaktif ini kurang kuat dalam
memberikan perlindungan mukosa dan kurang efektif untuk menimbulkan herd
immunity. Harga vaksin IPV ini juga relatif mahal. Di negara maju, pemberian IPV
lebih direkomendasikan karena dapat mengurangi angka kejadian VAPP dan
VDPV.

Cara pemberian dan Dosis imunisasi


Vaksin tOPV mengandung tiga macam galur virus polio, setiap dosis 0,1 mL/2 tetes
terdiri dari tipe 1 > 106 CCID50, tipe 2 > 105 CCID50, dan tipe 3 > 105.8 CCID50.
Vaksin IPV diberikan melalui suntikan. Vaksin IPV berisi tiga jenis virus polio
yang dilemahkan. 4 suntikan dengan selang waktu 2 bulan antara tiap dosis
menghasilkan kekebalan yang tahan lama. IPV dapat mengganti dengan vaksin
polio oral (OPV) jika dosis polio sebelumnya diberikan melalui mulut. Vaksin IPV
diberikan secara intramuskuler (IM), dengan dosis 0,5 ML di paha kiri.

(sumber: Irawan, Hindra. 2014. Eradikasi Polio. Ilmu Kesehatan Anak Universitas
Indonesia. Jakarta: Sari Pediatri)

54. Jelaskan jadwal imunisasi polio!


Imunisasi dasar OPV atau IPV mulai umur 2-3 bulan tiga dosis berturut-turut
dengan interval waktu 6-8 minggu. Imunisasi booster dilakukan pada usia 18 bulan.
Imunisasi dapat diberikan Bersama-sama waktunya dengan suntikan vaksin dpt dan
Hib. Pemberian setelah dua dosis OPV, memberikan 90%-93% untuk tipe 1, 99%-
100% tipe 2, dan 76%-98% tipe 3. Setelah pemberian tiga dosis serokonversi
mencapai hamper 100% untuk ketiga tipe.
(sumber: buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia)

55. Nama lain dari diagnosis campak?


Campak atau morbili atau rubeola merupakan infeksi umum yang terjadi pada anak
dan menyebar melalui droplet.

(Sumber: Rozalia, Donna. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Morbili. Lampung:


Fakultas Kedokteran Universitas Lampung)

56. Bagaimana cara pemberian, dosis dan efek samping imunisasi campak?
- Dosis vaksin campak 0,5 ml.
- Pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan walaupun dapat
diberikan secara intramuskular
- Imunisasi campak diberikan lagi pada umur 18 bulan dan saat masuk sekolah
SD (Program BIAS)
- Bila menggunakan vaksin campak rubella (MR) maka hanya diberikan 2 kali,
yaitu umur 9 dan 18 bulan.
- Tidak ada efek samping dalam imunisasi. Demam ringan, ruam merah, bengkak
ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi adalah reaksi normal yang
akan menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian ikutan pasca imunisasi yagn serius
sangat jarang terjadi
(sumber: Buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/daftar-pertanyaan-seputar-imunisasi-
campak/measles-dan-rubella-mr)

57. Jelaskan trias gejala campak!


3C = Cough (Batuk), Coryza (pilek), Conjunctivitis (peradangan selaput
mata/konjungtivitas).
Morbili memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang masing-masing
memiliki ciri khusus.6-8 Stadium prodormal berlangsung kira-kira 4-5 hari dengan
gejala demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Stadium erupsi
yang berlangsung 4-7 hari setelah stadium prodormal ditandai dengan timbulnya
bercak koplik dan ruam mulai muncul dari belakang telinga menyebar ke wajah,
badan, lengan dan kaki. Stadium konvalensi atau stadium akhir ditandai dengan
erupsi yang mulai menghilang.
(Sumber: Rozalia, Donna. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Morbili. Lampung:
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung)

58. Bagaimana patofisiologi campak?


Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet
melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah
timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang
dapat ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas maupun
berhubungan dengan sel mononuklear, kemudian mencapai kelenjar getah bening
regional. Disini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dimulailah
penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel mononuklear yang
terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak (Sel Warthin),
sedangkan limfosit-T (termasuk T-supressor dan T-helper) yang rentan terhadap
infeksi, turut aktif membelah.

Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap,
tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu ketika virus
masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring,
konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.

Pada hari ke 9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva,
akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada saat itu
virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan
manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek
disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah
proses peradangan epitel pada system saran pernafasan diikuti dengan manifestasi
klinis berupa demam tinggi, anak tampai sakit berat dan tampak suatu ulsera kecil
pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, ang dapat tanda pasti untuk
menegakkan diagnosis.

Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed


hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam maculopapular pada hari ke-
14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi pada
kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel T. Fokus
infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampai secara mikroskopik
di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit.

(sumber: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis)

59. Apa saja komplikasi campak?


a. Laryngitis akut
b. Bronkopneumonia
c. Kejang demam
d. Ensefalitis
e. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)
f. Otitis Media
g. Enteritis
h. Muntan dan mencret di fase prodromal akibat invasi virus ke dalam sel mukosa
usus
i. Konjungtivitis
j. Sistem kardiovaskular
k. Adenitis servikal
l. Purpura trombositopenik dan non-trombositopenik
m. Pada ibu hamil dapat terjadi abortus, partus prematurus, dan kelainan kongenital
pada bayi
n. Aktivasi tuberculosis
o. Pneumomediastinal
p. Emfisema subkutan
q. Apendisitis
r. Gangguan gizi sampai kwarsiorkor
s. Infeksi piogenik pada kulit
t. Kankrum oris (noma)
(sumber: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis)
60. Apa saja komplikasi penyakit hepatitis B?
Hepatitis B kronik merupakan penyulit jangka lama pada Hepatitis B akut. Penyakit
ini terjadi pada sejumlah kecil penderita Hepatitis B akut. Kebanyakan penderita
Hepatitis B kronik tidak pernah mengalami gejala hepatitis B akut yang jelas.
Hepatitis fulminan merupakan penyulit yang paling ditakuti karena sebagian besar
berlangsung fatal. Lima puluh persen kasus hepatitis virus fulminan adalah dari tipe
B dan banyak diantara kasus hepatitis B akut fulminan terjadi akibat ada koinfeksi
dengan hepatitis D atau hepatitis C. Angka kematian lebih dari 80% tetapi penderita
hepatitis fulminan yang berhasil hidup biasanya mengalami kesembuhan
biokimiawi atau histologik. Terapi pilihan untuk hepatitis B fulminan adalah
transplantasi hati
(Sumber: Soewignjo S, Gunawan S. 2008. Hepatitis virus B, edisi ke-2. Jakarta:
EGC.)

61. Bagaimana cara pemberian imunisasi hepatitis B anak <1 tahun serta jadwal
imunisasinya?
Vaksin hepatitis B terbuat dari bagian dari virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B
tidak akan mengakibatkan infeksi hepatitis B. Vaksin biasanya diberikan sebanyak
2, 3 hingga 4 kali suntik dalam jangka waktu 1 hingga 6 bulan secara intramuskular
bagian paha kanan atau kiri sebelah lateral.

62. Apa alasan imunisasi hepatitis B tidak boleh di daerah gluteus?


Vaksin hepatitis B rekombinan jangan diberikan pada daerah gluteal, atau
intradermal, karena tidak akan memberikan respon optimal dan dapat merusak saraf
gluteal atau intradermal.
(sumber: http://www.bumn.go.id/biofarma/berita/3069)

63. Apa tujuan dari anamnesis kita pertanyakan dan penghasilan orang tuanya?
Data keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran
keadaan sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien. Banyak penyebab
kesakitan maupun kematian yang berlatar-belakang pada keadaan sosial ekonomi
keluarga, misalnya malnutrisi dan tuberkulosis.
(Sumber: Buku Pemeriksaan Klinis pada Anak dan Bayi)

64. Apa tujuan dari anamnesis kita pertanyakan tentang tetangga dan
lingkungannya?

Untuk mengetahui faktor resiko dan pola penyebaran penyakit pasien.

65. Apa itu pemeriksaan pediatric assessment triangle?


Tiga komponen PAT adalah:
a. Penampilan anak
Penampilan anak seringkali merupakan cerminan kecukupan ventilasi dan oksigen
otak. Namun demikian beberapa keadaan lain dapat pula mempengaruhi
penampilan anak seperti hipoglikemi, keracunan, infeksi otak, perdarahan atau
edema otak atau juga penyakit kronik susunan saraf pusat.
b. Upaya napas
Upaya napas merefleksikan usaha anak mengatasi gangguan oksigenasi dan
ventilasi. Karakteristik hal yang dinilai adalah:
- Suara napas yang tidak normal: mengorok, parau, stridor, merintih, menangis
- Posisi tubuh yang khas: Sniffing, tripoding, menolak berbaring, head bobbing
- Retraksi
- Cuping hidung
c. Sirkulasi kulit
Sirkulasi kulit mencerminkan kecukupan curah jantung dan perfusi ke organ vital.
Yang dinilai:
- Pucat: mukosa tampak kurang merah karena aliran darah ke darah tersebut
- Mottling: berbecak kebiruan akibat vasokontriksi
- Sianosis: mukosa tampak biru
(Sumber: https://dokumen.tips/documents/3-penilaian-kegawatdaruratan-anak.html)
66. Bagaimana cara pemeriksaan kesadaran?
Kesadran baru dapat dinilai bila pasien tidak tidur. Penilaian kesadaran dinyatakan
sebagai:
- Komposmentis: pasien sadar sepenuhnya dan memberikan respons yang
adekuat terhadap semua stimulus yang diberikan
- Apatik: pasien dalam keadaan sadar, namun tampak acuh tak acuh
terhadap keadaan sekitar, ia memberi respons yang adekuat bila
diberikan stimulus.
- Somnolen: yakni tingkat kesadaran yang lebih rendah daripada apatik,
pasien tampak mengantuk, selalu ingin tidur; ia tidak responsive
terhadap stimulus ringan, tetapi masih memberikan respons terhadap
stimulus yang agak keras, kemudian tertidur lagi.
- Sopor: pada keadaan in pasien tidak memberikan respons ringan maupun
sedang tetapi masih memberi sedikit respons terhadap stimulus yang
kuat, reflex pupil terhadap cahaya masih positif
- Koma: pasien tidak bereaksi terhadap stimulus apa pun, reflex pupil
terhadap cahaya tidak ada, ini adalah tingkat kesadaran yang paling
rendah.
- Delirium: keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, yang biasanya
disertai disorientasi, iritatif, dan salah persepsi terhadap rangsang
sensorik hingga sering terjadi halusinasi.
(Sumber: Latief, Abdul., dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan
Anak Edisi ke-3. Jakarta: Sagung seto)

67. Bagaimana metode pemeriksaan GCS?


Pada GCS terdapat 3 komponen yaitu pergerakan bola mata, verbal dan pergerakan
motorik yamg dinilai dengan memberikan skor masing-masing komponen. Nilai
total dari ketiga komponen berkisar antara 3-15, dengan nilai makin kecil semakin
buruk prognosisnya. Pada pasien dengan cedera otak dapat diklasifikasikan sebagai
ringan (skor GCS 14-15), sedang (skor GCS 9-13), dan berat (skor GCS ≤8). Selain
mudah dilakukan, GCS dapat digunakan sebagai prediksi untuk menentukan
prognosis jangka Panjang dengan sensitivitas 79-97% dan spesifitas 84-97%.

(Sumber: Dewi, Rismala. 2016. Tinjauan Pustaka Penilaian Kesadaran Pada Anak
Sakit Kritis: Glasglow Coma Scale atau Full Outline Unresponsiveness Score?.
Jakarta: Sari Pediatri)

68. Sebutkan cara pemeriksaan GCS lebih cepat daripada GCS (ada 2)?
FOUR score dikembangkan untuk mengatasi berbagai keterbatasan yang dimiliki
GCS. Skala ini memberikan lebih banyak informasi dengan adanya empat
komponen penilaian: refleks batang otak, penilaian mata, respon motoric dengan
spektrum luas, pola napas abnormal, serta usaha napas pada pasien yang memakai
ventilator, dengan skala penilaian 0-4 untuk masing-masing komponen. Four score
dianggap lebih baik dibandingkan dengan skala-skala yang telah ada sebelumnya
dalam mengklasifikasikan penurunan kesadaran. Four score lebih sederhana dan
memberikan informasi yang lebih baik terutama pada pasien-pasien yang
terintubasi. Skala ini dapat membantu klinisi bertindak lebih cepat atas perubahan
klinis pasien dan memudahkan dalam pertukaran informasi yang lebih akurat
dengan klinisi lain. Kelebihan lain dari FOUR score adalah tetap dapat digunakan
pada pasien-pasien dengan gangguan metabolik akut, syok, atau kerusakan otak
nonstructural lain karena skala ini dapat mendeteksi perubahan kesadaran lebih dini.
Dengan rentang skala penilaian yang sama di tiap komponen yakni 0-4 maka
menjadi lebih mudah diingat

Menilai koma (coma = C) atau kejang (convulsion = C) atau kelainan status mental
lainnya

Apakah anak koma? Periksa tingkat kesadaran dengan skala AVPU:

A: sadar (alert)
V: memberikan reaksi pada suara (voice)
P: memberikan reaksi pada rasa sakit (pain)
U: tidak sadar (unconscious)
(Sumber: Dewi, Rismala. 2016. Tinjauan Pustaka Penilaian Kesadaran Pada Anak
Sakit Kritis: Glasglow Coma Scale atau Full Outline Unresponsiveness Score?.
Jakarta: Sari Pediatri)

69. Apa saja yang dinilai dari nadi?


Pemeriksaan nadi harus dilakukan pada keempat ekstremitas. Dalam menilai nadi,
kesalahan seringkali dilakukan adalah pemeriksa hanya menghitung frekuensi nadi
per menit; padahal seharusnya penilaian nadi harus mencakup:
a. Frekuensi atau laju nadi
Laju nadi paling baik dihitung dengan pasien dalam keadanan tidur. Nilai normal
nadi pada berbagai tingkat usia dapat dilihat dari apendiks. Bila tidak mungkin
dilakukan pada anak dalam keadaan tidur, harus diberikan catatan keadaan anak
pada waktu nadi diperiksa (bangun tenang, gelisah, menangis, berontak). Perlu
ditekankan bahwa penghitungan nadi harus disertai pula dengan penghitungan laju
jantung, untuk menyingkirkan terdapatnya pulsus defisit, yakni denyut jantung yang
tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi, sehingga laju jantung lebih tinggi
daripada laju nadi.

Takikardia adalah laju jantung yang lebih cepat daripada normal. Keadaan ini antara
lain dapat terjadi pada keadaan demam, aktivitas fisis, ansietas, tirotoksikosis,
miokarditis, gagal jantung, dehidrasi, atau renjatan. Pada demam, kenaikan suhu
1°C diikuti oleh kenaikan denyut nadi sebanyak 15-20 / menit. Pada pasien demam
tifoid, kenaikan denyut nadi tersebut relatif sedikit apabila dibandingkan kenaikan
suhu (disebut bradikardi relatif), sedangkan pada demam reumatik kenaikan denyut
nadi lebih tinggi dibandingkan kenaikan suhu (tanpa gagal jantung atau demam,
pasien demam reumatik menunjukkan takikardia). Pada takikardia sinus selalu
terjadi variasi 10-15 denyut dari menit ke menit, akan tetapi pada takikardia
supraventrikular paroksisma, disamping nadi sulit dihitung oleh karena cepatnya
(lebih dari 200/menit), laju nadi juga teraba konstan sepanjang waktu serangan.

Bradikardia adalah frekuensi denyut jantung yang lebih lambat dan frekuensi
normal. Keadaan ini bila terjadi pada demam, menyarakan terdapatnya infeksi
salmonella. Bradikardia sinus juga dapat terjadi pada tekanan intrakranial meninggi,
sepsis, hipotiroidisme, anoreksia nervosa, atau intosikasi digitalis. Pada remaja
olahragawan yang terlatih juga dapat didapatkan bradikardia sinus. Blok jantung
komplet adalah contoh bradikardia yang berbahaya; kelainan ini dapat kongenital
ataupun didapat.
b. Irama
Dalam keadaan normal irama nadi adalah teratur. Disritmia (aritmia) sinus adalah
ketidakteraturan nadi yang paling sering dijumpai. Pada keadaan ini denyut nadi
teraba lebih cepat pada waktu inspirasi dan lebih lambat pada waktu ekspirasi. Hal
ini sering terdapat pada anak usia 3 tahun, dan makin jelas pada remaja, terutama
bila laju nadi kurang dari 100/menit. Keadaan ini adalah norma, bahkan merupakan
petunjuk adanya cadangan jantung (cardiac reserve) yang baik. Disritmia sinus
jarang terjadi pada bayi.

c. Isi atau kualitas


Isi perabaan nadi yang normal disebut cukup. Pulsus seler (disebut juga sebagai
water-hammer pulse atau corrigan’s pulse) adalah nadi yang teraba sangat kuat dan
turun dengan cepat, akibat tekanan nadi (perbedaan tekanan sistolik dan diastolic)
yang besar. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan pulsasi kapiler, yang dapat
diperiksa dengan cara menekan ujung kuku dengan ringan (Quinke’s pulse). Bila
didengarkan dengan stetoskop di a.femoralis, terdengar suara seperti letusan pistol
(pistol shot sign), atau terdengar semacam bising sistolik dan diastolic (Durosiez
sign). Pulsus seler ini terdapat pada insufisiensi aorta, ductus arteriosus persisten,
fistula arterio-vena atau pada keadaan hiperkinetik seperti tirotoksikosis dan
anemia.

d. Ekualitas nadi
Dalam keadaan normal isi nadi teraba sama pada keempat ekstremitas. Pada
koartasioaorta, nadi pada ekstremitas teraba sangat kuat sedang pada ekstremitas
bawah teraba lemah sampai tidak teraba. Pada penyakit takayasu, yang sering
mengenai cabang arkus aorta, nadi di ekstremitas bawah teraba normal sedangkan
di ekstremitas atas lemah atau tidak teraba. Tromboemboli di arteria perifer
menyebabkan nadi distal dari emboli menjadi tidak teraba atau teraba kecil.
Keadaan tersebut disertai pula dengan perbedaan tekanan darah pada ekstremitas
atas dan bawah.
(Sumber: Buku Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak)

70. Apa saja yang dinilai dari pernafasan?


Pemeriksaan harus mencakup:
a. Laju napas
b. Irama atau keteraturan
c. Kedalaman
d. Tipe atau pola pernapasan
Cheyne strokes: pernapasan cepat dan dalam, diikuti oleh periode pernapasan yang
lambat dan dangkal, serta akhirnya apneu beberapa saat.
Takipneu: pernapasan yang cepat yang seringkali terlihat pada pelbagai penyakit
paru.
Bradipneu: pernapasan yang lambat, terdapat pada gangguan pusat pernapasan,
tekanan intrakranial meninggi, pengaruh obat sedatif, alkalosis atau keracunan.
Hiperpneu: pernapasan yang dalam, dapat terjadi pada asidosis, anoksia, serta
kelainan susunan saraf pusat.
Hipopneu: pernapasan yang dangkal, dan biasanya menunjukkan terdapatnya
gangguan surunan saraf pusat.
Eupne: pernapasan kedalamannya normal
Dispneu: kesulitan bernapas yang ditandai dengan pernapasan cuping hidung,
retraksi subcostal, intercostal, atau suprasternal, dapat disertai sianosis dan takipneu.
Ortopneu: kesulitan napas bila pasien berbaring, yang berkurang apabila pasien
duduk atau berdiri; keadaan ini terdapat pada asma, gagal jantung, edema paru,
epiglottitis, croup, dan fibrosis kistik.
(Sumber: Buku Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak).

71. Sebutkan suara – suara pernapasan abnormal!

1. Crackles
Adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan pembukaan kembali
jalan napas yang menutup. Terdengar selama : inspirasi.
* Fine crackles / krekels halus
Terdengar selama : akhir inspirasi. Karakter suara : meletup, terpatah-patah.
Penyebab : udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchioles /
penutupan jalan napas kecil. Suara seperti rambut yang digesekkan.
* Krekels kasar
Terdengar selama : ekspirasi. Karakter suara : parau, basah, lemah, kasar, suara
gesekan terpotong.
Penyebab : terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin
akan berubah ketika klien batuk.
2. Wheezing (mengi)
Adalah bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya lebih lama dari krekels.
Terdengar selama : inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat
ekspirasi.
Penyebab : akibat udara melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian.
Dapat dihilangkan dengan batuk.
Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yang berhubungan dengan
aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit (seperti pada asma dan bronchitis
kronik). Wheezing dapat terjadi oleh karena perubahan temperature, allergen,
latihan jasmani, dan bahan iritan terhadap bronkus.

3. Ronchi
Adalah bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama : ekspirasi.
Penyebab : gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi
napas. Obstruksi : sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor.
Contoh : suara ngorok.
* Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama waktu
ekspirasi disertai adanya mucus/secret pada bronkus. Ada yang high pitch (menciut)
misalnya pada asma dan low pitch oleh karena secret yang meningkat pada bronkus
yang besar yang dapat juga terdengar waktu inspirasi.
* Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada
waktu inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh secret di
dalam alveoli atau bronkiolus. Ronki basah dapat halus, sedang, dan kasar. Ronki
halus dan sedang dapat disebabkan cairan di alveoli misalnya pada pneumonia dan
edema paru, sedangkan ronki kasar misalnya pada bronkiekstatis.

(Sumber : https://nishapramawaty.wordpress.com/2010/10/14/suara-napas-normal-
dan-abnormal/amp/)

72 Sebutkan 9 tempat pemeriksaan suhu!

1. Arteri pulmonalis
Suhu tubuh yang diangap palin mendekati suhu yang terukur oleh thermostat di
hipotalamus adalah suhu darah arteri pulmonalis, tetapi pengukuran tersebut
merupakan cara invasiv, menggunakan kateter arteri pulmonal sehingga hanya
sesuai digunakan untuk perawatan intensif tau pasien badan tertentu.

2. Esofagus
Suhu esofagus dianggap suhu yang mendekati suhu inti karena dekat dengan arteri
yang membawa darah dari jantung ke otak, dan lebih tidak invasive dibandingkan
dengan pengukuran suhu arteri pulmonalis. Namun suhu esofagus tidak sama
sepanjang esophagus. Pada esofagus bagian atas dipengaruhi udara trakeal sedankan
bagian 1/3 bawah paralel dengan suhu aliran daerah arteri pulmonalis.

3. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan tempat lain yang digunakan untuk pengukuran suhu
tubuh, karena diasumsikan bahwa urin merupakan hasil filtrasi darah yang
ekuivalen dengan 20% curah jantung dan merefleksikan suhu rata-rata aliran darah
yang melalui ginjal pada satuan waktu tertentu. Namun tingkat keakuratan
pengukuran suhu sangat tergantung dari jumlah urin yang keluar.

4. Rektal
Suhu rektal diangap sebagai baku emas dalam pengukuran suhu karena bersifat
praktis dan akurat dalam estimasi rutin suhu tubuh. Namun demikian ditemukan
beberapa kelemahan. Bezinger dkk menyatakan pada rektum tidak ditemukan
sistem termoregulasi. Suhu rektal lebih tinggi dibandingkan tempat lain (arteri
pulmonalis), hal ini mungkin akibat aktivitas metabolik bakteri feses. Nilai suhu
rektal dipengaruhi oleh kedalaman insersi termometer, kondisi aliran darah, dan ada
atau tidaknya feses. Selain itu terapat risiko perforasi rektal dan infeksi nosokomial.

5. Oral
Pengukuran oral lebih disukai karena kemudahan dalam teknik penukurannya,
demikian juga dengan responnya terhadap perubahan suhu inti tubuh. Suhu
sublingual cukup dapat diterima secara klinis karena arteri utamanya merupakan
cabang arteri karotid eksterna dan mempunyai respon yang cepat terhadap
perubahan suhu ini.

6. Aksila
Pengukuran suhu aksila relative mudah bagi pemeriksa, nyaman bagi pasien, dan
mempunyai risiko yang paling kecil untuk penyebaran penyakit. Kelemahan
pengukuran suhu aksila terletak pada sensitivitasnya yang rendah dan mempunyai
variasi suhu yan tinggi dan sangat sipengaruhi suhu lingkungan.

7. Membran timpani
Secara teoritis membran timpani merupakan tempat yang ideal untuk pengukuran
suhu inti karena terdapat arteri yang berhubungan dengan pusat termoregulasi.
Termometer membran timpani saat ini menggunakan metode infrared radiation
emitted detectors (IRED). Walaupun dari segi kenyaman cukup baik, pengukuran
suhu membran timpani hingga saat ini jarang dipergunakan karena variasi nilai suhu
yang berkorelasi denga suhu oral atau rektal cukup besar.
8. Kulit
Proses
kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam
fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi menyebabkan konduksi panas dari inti
tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator
panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

9. Vagina
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat
atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi
hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan
pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur atau ovulasi.
Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer
basal ini dapat digunakan secara per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan
pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-
36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik
menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius.
Pada saat itulah terjadi masa subur atau ovulasi.
(Sumber:Wahidiyat Iskandar, Pemeriksaan Fisis, Dalam buku Diagnosis Fisis Pada
Anak Edisi Ke-2. Jakarta, 2003. Halaman 18)

73. Sebutkan jenis-jenis edema di dalam tubuh!


1. Edema perifer
Pembengkakan yang satu ini biasanya terjadi di pergelangan kaki, kaki, tangan, dan
lengan. Selain bengkak, edema perifer biasanya membuat seseorang kesulitan untuk
menggerakkan bagian tubuh tersebut. Edema perifer biasanya menandai adanya
masalah pada sistem peredarah darah, kelenjar getah bening, dan ginjal.

2. Edema paru
Edema paru adalah kondisi saat paru-paru mengalami kelebihan cairan, sehingga
Anda menjadi sulit bernapas. Kondisi ini biasanya terjadi akibat penyakit gagal
jantung kongestif atau cedera paru akut. Orang yang mengalami edema paru
biasanya memiliki detak jantung yang lebih cepat dari biasanya, lemas, dan batuk
yang kadang disertai dengan darah. Gejala ini biasanya akan semakin parah saat
Anda berbaring. Edema paru adalah kondisi serius, bahkan termasuk gawat medis.
Pasalnya, edema di paru ini bisa menyebabkan gagal napas hingga kematian.

3. Edema serebral
Sesuai dengan namanya, edema serebral terjadi di otak. Kondisi ini muncul karena
berbagai pemicu seperti saat kepala terhantam benda keras, pembuluh darah yang
tersumbat atau pecah, memiliki tumor, hingga reaksi alergi.
Edema serebral termasuk kondisi yang mengancam nyawa. Gejalanya biasanya
meliputi sakit kepala, leher kaku atau sakit, hilang ingatan sebagian atau
seluruhnya, linglung, mual, muntah, dan pusing.

4. Edema makula
Edema makula adalah komplikasi serius retinopati diabetik. Kondisi ini terjadi
ketika cairan menumpuk di bagian mata yang disebut makula, tepatnya di tengah
retina. Hal ini terjadi saat pembuluh darah yang rusak di retina mengeluarkan cairan
ke makula. Akibatnya, pembengkakan pun tidak bisa dihindari. Edema makula
biasanya membuat seseorang mengalami gangguan penglihatan, termasuk dalam
melihat warna.

5. Edema pedal
Edema pedal terjadi saat cairan berkumpul di kaki bagian atas dan bawah. Kondisi
ini paling sering menyerang orang yang lebih tua atau hamil. Oleh karena itu, orang
yang mengalami edema pedal biasanya sulit bergerak karena kaki sering kali mati
rasa.

6. Limfedema
Limfedema adalah pembengkakan di lengan dan kaki yang disebabkan oleh
kerusakan pada kelenjar getah bening. Kerusakan ini paling sering terjadi akibat
perawatan kanker seperti operasi dan radiasi. Bahkan, kanker itu sendiri juga bisa
menghambat kelenjar getah bening dan menyebabkan penumpukan cairan.
(Sumber : www.hellosehat.com)
74. Apa bahasa kedokteran dari kurus?
spicæ tenues

(Sumber:https://www.google.com/search?q=google+translate&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b-ab)

75. 1kg berapa pon?

1 kg = 2,204 pon
Sumber : www.brainly.co.id

76. Apa perbedaan tinggi badan dengan panjang badan?


o Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri)
maka ditambahkan 0.7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan
o Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan diukur
panjangnya(telentang) maka dikurangi 0.7 cm untuk mengkonversi menjadi
tinggi badan.

(Sumber:Modul B Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak, Direktorat Bina Gizi,


Kemenkes RI, 2011)

77. Bagaimana cara mengukur lingkar kepala bayi yang benar?


Pengukuran lingkar kepala bayi diambil di sekitar bagian terbesar dari kepala anak.
Pita pengukur diletakkan 1-2 jari di atas alis ke bagian yang paling menonjol dari
bagian belakang kepala.

(sumber https://id.theasianparent.com/normalkah-besar-lingkar-kepala-bayi-anda)

78 Bagaimana cara mengukur LILA yang benar?

LILA merupakan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah
kulit. Pengukuran LILA dilakukan pada pertengahan antara pangkal lengan atas dan
ujung siku dalam ukuran cm (centi meter)

Langkah-langkah pengukuran LILA secara urut yaitu :


1 Tetapkan posisi bahu (acromion) dan siku (olecranon)
2 Letakkan pita pengukur antara bahu dan siku
3 Tetukan titik tengah lengan
4 Lingkarkan pita LILA tepat pada titik tengah lengan
5 Pita jangan terlalu ketat, jangan pula terlalu longgar
6 Pembacaan skala yg tertera pada pita (dalam cm (centi meter)

(Sumber : http://anna-malia.blogspot.com/2014/10/mengukur-status-gizi-dengan-
lila.html?m=1)

79. Apa yang diperiksa pada pemeriksaan kulit?


Inspeksi
1. Warna kulit
Periksa warna kulit adakah pucat, bintik-bintik, lebam, eritema, sianosis
ataupun jaundice.

2. Kelainan /lesi kulit


Normal : tidak terdapat lesi kulit
Abnormal : Terdapat lesi kulit
Pada inspeksi perlu diperhatikan lokasi dan penyebaran, warna, bentuk, batas,
ukuran setiap jenis morfologi (efloresensi) di masing-masing lokasi.
Bentuk Lesi:
 Lesi Primer : makula, papul, plak, urtika, nodus, nodulus, vesikel, bula,
pustul, dan kista
 Lesi Sekunder : skuama, krusta, erosi, ulkus dan sikatriks.

Palpasi
1. Temperatur
Anak memiliki kulit yang normalnya jika dipegang di pergelangan tangan atau
punggung tangan itu hangat. Jika kulit terasa panas mungkin mengindikasikan
adanya demam atau inflamasi, yang kalau kulit dipegang terasa dingin mungkin
tanda dari syok atau kedinginan.

2. Tekstur
Kulit anak itu memiliki tekstur yang halus, dan lembut. Periksa adakah area
kulit yang kasar, adanya penebalan atau indurasi.

3. Turgor kulit
Dalam mengevaluasi turgor kulit, cubit kecil sebagian kulit abdomen dengan
memakai jempol dan telunjuk, lalu lepaskan kulit yang dicubit, lihat berapa
lama kulit kembali. Tugor kulit yang bagus kembali dengan cepat. Turgor kulit
yang buruk kembali dengan lama, dan biasanya dihubungkan dengan dehidrasi.
Turgor kulit juga dapat diperiksa di abdomen, lengan dan paha. Jika terdapat
edema, kulit dapat tampak pucat. Untuk memeriksa edema, tekan kulit selama 5
detik, lepaskan dan lihat berapa cepat lekukanya hilang. Jika lekukannya hilang
dengan cepat, berati edemanya "nonpitting". Jika lama hilangnya, disebut
edema pitting.

4. Capillary Refill Time


Pemeriksaan untuk menentukan keadekuatan perfusi jaringan (sirkulasi oksigen
ke jaringan). Normalnya CRT <2 detik. Caranya dengan tekan ujung jari
sampai kulitnya pucat, lalu lepaskan jari dan lihat darahnya kembali ke vena.
Hitung berapa detik sampai warna kulit kembali seperti semula.

5. Lesi kulit
Jika terdapat lesi kulit, perhatikan masing-masing jenis lesi, apakah permukaan
rata, tidak rata (berbenjol-benjol), licin/halus atau kasar, konsistensi lesi misal
padat, kenyal, lunak dan adanya nyeri tekan. Perhatikan tanda tanda radang
akut atau tidak, yaitu tumor (benjolan atau pembengkakan), colour (warna
kemeraha), dolor (nyeri), kalor (panas), fungsiolesa (gangguan fungsi kulit).

(Sumber: http://www.prenhall.com/london2e/pages/london_final_ch35.pdf
Djuanda A., dkk. 2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Badan
Penerbit FKUI: Jakarta.)

80 Apa definisi dari BMI?

BMI (body mass index) atau Indeks Massa Tubuh adalah indeks yang paling mudah
dan paling sering digunakan untuk menggolongkan tingkat kegemukan dan
obesitas. Cara menghitungnya adalah dengan membagi berat badan seseorang
dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badannya dalam meter (kg/m2).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization), definisi
kegemukan adalah ketika BMI ≥ 25. Sedangkan definisi obesitas adalah ketika BMI
≥ 30. Akan tetapi, dikarenakan pada umumnya, orang Indonesia dan Asia memiliki
kadar lemak yang lebih tinggi daripada orang Barat, penggolongan batas BMI untuk
orang Indonesia dan Asia telah diubah sebagai berikut. Masyarakat dengan BMI di
atas 23 kg/m2 memiliki resiko menengah, dan BMI di atas 27.5 kg/m2 memiliki
resiko tinggi terhadap diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Kategori BMI (WHO):
* Kurus: BMI = <18.5
* Normal: BMI = 18.5–24.9
* Gemuk: BMI = 25–29.9
* Obesitas: BMI ≥ 30

Sumber : www.runsociety.com

81. Apa kepanjangan dari CDC-NCHS?

Centers for Disease Control and Prevention


National Center for Health Statistics
(Sumber: https://www.cdc.gov/cdc.pdf dan http://www.idai.or.id/professional-
resources/growth-chart/cdc )

82. Apa perbedaan pucat dan tampak anemis?

Sianosis adalah perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi 
kebiruan
akibat konsentrasi hemoglobin tereduksi yang berlebihan dalam darah. adanya
warna kebiruan adalah sebagai akibat dari peningkatan kadar hemoglobin terinduksi
atau devirat hemoglobin di dalam pembuluh darah kecil pada daerah tersebut. kulit
kemerahan yg menjadi ciri khas polisitemia vera harus dibedakan dengan sianosis.
kemerahan pada sianosis disebabkan oleh karboksihemoglobin. derajat sianosis
dimodifikasi oleh kualitas pigmen kutaneus. Deteksi klinis akurat mengenai derajat
dan adanya sianosis sulit, dan ditunjukan oleh oksimetri. 


Pucat atau pallor (bahasa Latin) adalah keadaan kulit lebih putih dari biasanya
yangPucat secara umumnya mengenai seluruh badan, dan seringkali terlihat pada
muka,konjungtiva, bagian dalam mulut, dan kuku. Pucat mungkin sulit untuk
dideteksi pada orang berkulit gelap, kadang pucat hanya dapat dilihat pada bagian
mata dan bagian dalam mulut.Pucat dapat disebabkan oleh kurangnya suplai darah
ke kulit seperti pada keadaan sejuk, pingsan, syok serta hipoglikemia atau
disebabkan oleh berkurangnya jumlah sel darah merah(anemia) 


(Sumber:Dorland, W.A. Newman.Dorland`s Pocket medical dictionary. Terjemahan


oleh Albertus Agung, 2011. Jakarta: EGC.) 


83. Sebutkan kelainan kepala berdasarkan bentuk!

Bentuk kepala abnormal:


- Sagital synostosis
- Metopic synostosis
- Bilateral coronal synostosis
- Unilateral coronal synostosis
- Lambdoid synostosis

(Sumber:
https://www.chw.org/~/media/Files/Medical%20Professionals/Education/Best%20P
ractices/7_HANDOUT_Jensen%20and%20Lew.pdf)

84. Sebutkan kelainan kepala berdasarkan ukuran!

Makrosefali menunjukkan lingkar kepala yang > 2 standar deviasi dari distribusi
normal. Makrosefali dapat disebabkan oleh hidrosefalus, megalensefali dan
thickened skull. Mikrosefali merupakan lingkar kepala yang kurang dari 2 SD di
bawah rata-rata usia dan jenis kelamin. Penyebab mikrosefal dapat dibagi menjadi
primer dan sekunder. Mikrosefal primer meliputi kondisi otak kecil karena tidak
pernah terbentuk baik karena genetik atau kelainan kromosom. Penyebab primer
meliputi kelainan kromosom, anencephale, encephalocele dan penyebab sekunder
seperti gangguan intrauterine (infeksi), cedera otak perinatal (perdarahan
intrakranial).

(Sumber: Santika A dan Purwanti A. 2015. Hubungan lingkar kepala dengan


perkembangan anak sindrom down. Media Medika Muda 4(4): 437-446)

85. Kapan ubun ubun besar pada anak menutup?

Pada usia 6 bulan sebagian kecil (3%) bayi normal tertutup ubun – ubunnya; pada
usia 9 bulan kurang lebih 15% dan usia 1 tahun 40%. Pada usia 19 bulan 90% dan
pada usia 24 bulan 100% bayi normal telah menutup ubun – ubun besarnya.

(Sumber: Latief, Abdul. dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Edisi
ke 3. Jakarta: Sagung Seto)
86. Sebutkan bahasa kedokteran UUK dan UUB!
➢Ubun ubun besar: fontanella mayor

➢Ubun ubun kecil: fontanella minor
(Sumber:https://www.scribd.com/doc/174070572/Ukuran-Ukuran-Panggul-
Kepala-Denominator-Hipomoklion) 


87. Apa istilah batas batas tulang kepala?

88. Sebutkan nama nama tulang tengkorak !

Kalvaria terbentuk dari bagian-bagian superior os frontal, parietal dan oksipital.


Tulang-tulang kalvaria terdiri atas lempeng tulang kortika dan diploe. Lempeng-
lempeng tulang kortika memberi kekuatan pada lengkung atap kranium, sementara
diploe berperan untuk meringankan berat kranium dan memberi tempat untuk
memproduksi sumsum darah

(Sumber: Sobotta)

89. Mengapa konjungtiva dapat digunakan untuk menilai anemis atau tidaknya
seseorang?

Konjungtiva merupakan lapisan tipis yang berada di mata yang berguna melindungi
sklera (area putih dari mata). Sel pada konjungtiva akan memproduksi cairan yang
akan melubrikasi kornea sehingga tidak kering. Konjungtiva terletak di kelopak
mata dinamakan konjungtiva palpebral dan yang akan memantulkan pada
permukaan anterior dari bola mata dinamakan konjungtiva bulbar. Konjungtiva
merupakan lekukan pada mata, normalnya konjungtiva itu berwarna kemerahan,
pada keadaan tertentu (misal pada anemia) konjungtiva akan berwarna pucat yang
disebut dengan nama konjungtiva anemis. Karena pada anemia terjadi kekurangan
eritrosit (sel darah merah) sehingga darah yang harusnya dialirkan ke seluruh tubuh
dengan cukup jadi tidak merata sementara itu konjungtiva merupakan salah satu
area sensitif yang apabila tidak 8 teraliri darah dengan sempurna akan tampak pucat
sama seperti halnya dengan sklera, bibir dan area kuku, sehingga selain
konjungtiva, bibir dan kuku juga tampak pucat. Jadi gambaran conjunctiva bisa
dikatakan sebagai salah satu prediktor status anemia pada wanita prakonsepsi dan
harus ditunjang dengan hasil dari pemeriksaan fisik yang lain meliputi gambaran
kuku, kulit dan bibir pada responden.

(Sumber:Qalbi, M., et al. 2014. Indikator Antropometri Dan Gambaran Conjunctiva


Sebagai Prediktor Status Anemia Pada Wanita Prakonsepsi Di Kota Makassar.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin)

90. Sebutkan bagian bagian mata yang bisa menentukan cekung atau tidaknya
seseorang!
Palpebra inferior

(Sumber: Sobotta)

91. Apa bahasa kedokterannya kelenjar getah bening?

Lymph

(Sumber: Sobotta)

92. Apa saja yang dinilai dalam pembesaran KGB?

Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan bersama dengan pemeriksaan organ


tubuh setempat. Yang diperiksa adalah kelenjar getah bening di daerah oksipital,
retroaurikular, servikal anterior dan inguinal. Harus selalu dirinci:

- ukuran
- bentuk
- mobilitas
- serta tanda – tanda radang.

Kelenjar yang teraba sampai 3 mm di semua daerah servikal dan inguinal kelenjar
yang besar tidak melebihi 1 cm masih normal untuk anak – anak dibawah usia 12
tahun.

(Sumber: Latief, Abdul. dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Edisi
ke 3. Jakarta: Sagung Seto)

93. Sebutkan kelainan – kelaianan bentuk telinga!

➢Microtia

Umumnya terjadi pada salah satu telinga. Microtia merupakan kelainan pada telinga
yang terjadi akibat pertumbuhan pinna atau aurikula atau daun telinga tidak
sempurna, sehingga menyebabkan kecacatan yang tidak hanya pada bentuk telinga
bagian luar, namun juga bagian lain pada telinga. Hal ini menyebabkan penderita
microtia umumnya juga mengalami gangguan pada fungsi pendengarannya.

➢ Protruding ear atau telinga berukuran besar
Kondisi ini memengaruhi 1 hingga


2 persen populasi, dapat terjadi pada salah satu maupun kedua telinga, dan
dipengaruhi oleh adanya gangguan pembentukan tulang rawan saat dalam
kandungan. Pada kelainan telinga protruding ear yang kerap dikenal juga sebagai
prominent ear, daun telinga tumbuh dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan
proporsi kepalanya maupun ukuran telinga pada umumnya, sehingga cenderung
tampak lebih mengarah ke luar. Meski begitu, bayi yang mengalami protruding ear
masih memiliki fungsi pendengaran yang baik.
(Sumber:Centers for Disease Control and Prevention (2018). Birth Defects: Facts
about Anotia/Microtia ; Manstein, C. Medscape (2017). Congenital Ear
Deformities. WebMD (2018). What Is Microtia/Anotia?)

94. Sebutkan bagian telinga yang dipasang anting!

Lobules auriculare

(Sumber: Sobotta)

95. Sebutkan definisi saddle nose!

Alias hidung pelana, adalah kondisi hilangnya struktur penyangga hidung sehingga
melemahkan septum hidung, menyebabkan hidung secara keseluruhan ringsek ke
dalam. Cacat bentuk hidung bisa terletak di batang hidung, di bagian tulang rawan,
atau di jembatan hidung. Septum hidung, dinding lunak yang membatasi dua lubang
hidung, bisa rusak dan terdorong ke kiri atau kanan, atau hidung dapat tumbuh
miring. Kondisi ini disebut penyimpangan septum hidung. Penyimpangan ini bisa
menyebabkan masalah pernapasan dan ketidaknyamanan karena salah satu atau
kedua bilih hidung lebih kecil daripada semestinya.

(Sumber: Latief, Abdul. dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Edisi
ke 3. Jakarta: Sagung Seto)

96. Apa bahasa kedokterannya cuping hidung?

Ala nasi

(Sumber: Sobotta)

97. Sebutkan batas – batas faring!

Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring)

Nasofaring:

Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah
palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah
vertebra servikal.

Orofaring:

Orofaring disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas
bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke
belakang adalah vertebra sevikal.

Laringofaring
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah
laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra servikal.

(Sumber: Sobotta)

98. Sebutkan lokasi kelenjar tonsil!

A) Tonsil Palatina

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa
tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil terletak di lateral
orofaring. Dibatasi oleh:

 Lateral – muskulus konstriktor faring superior


 Anterior – muskulus palatoglosus
 Posterior – muskulus palatofaringeus
 Superior – palatum mole
 Inferior – tonsil lingual

B) Tonsil Faringeal (Adenoid)

Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid
yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Adenoid terletak di dinding belakang
nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas
dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba
eustachius.

C) Tonsil Lingual

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen
sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata

(Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23175/Chapter%20II.pdf?se
quence=3&isAllowed=y)

99. Sebutkan secara berutu dari luar ke dalam apa saja yang diperiksa pada mulut!
- Adakah trimus; kesulitan membuka mulut
- Bibir
- Mukosa pipi
- Gusi (gingiva)
- Palatum
- Lidah
- Gigi-geligi
- Salivasi
- Faring
- Laring
(Sumber:Effiaty, A., et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok dan Leher. FKUI, Jakarta)

100. Sebutkan kelainan-kelainan kongenital pada bibir!


- Cleft Lip
- Cleft Palate
(Sumber: Dixon, et al. (2011). Cleft Lip and Palate: Understanding Genetic
and Environmental Influences. Nature Reviews: Genetics, 12(3), pp. 167-
178)

101. Tuliskan rumus gigi susu!

(Sumber:Anatomi Gigi Edisi 8)

102. Tuliskan rumus gigi dewasa!

(Sumber:Anatomi Gigi Edisi 8)

103. Apa itu iktus cordis?


Denyutan dinding thorax karena pukulan ventrikel kiri pada dinding thorax. Bila
normal akan berada di ICS-5 pada linea medioclavikularis kiri selebar 1 cm saja.
(Sumber : https://www.medscape.org/PhysicalExamination)

104. Apa saja yang dinilai dalam iktus cordis?


Penilaian dilanjutkan pada kualitas denyut, iktus kordis yang kuat menunjukkan
adanya peningkatan curah jantung. Denyut yang teraba perlu dikonfirmasi
dengan menggunakan pemeriksaan bimanual, yaitu meletakkan telapak tangan
kiri di batas sternum dengan tangan kanan meraba iktus kordis.
(Sumber:https://www.medscape.org/PhysicalExamination)

105. Sebutkan batas-batas jantung normal!


- Batas kanan dibentuk oleh atrium dextrum
- Batas kiri oleh auricula sinistra
- Bawah oleh ventriculus sinister. Batas bawah terutama dibentuk oleh
ventriculus dexter tetapi juga oleh atrium dextrum dan apex oleh ventriculus
dexter.
- Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
- Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
- Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
- Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
(Sumber:Sobotta)

106. Apa yang dimaksud bunyi jantung I-II?


Bunyi jantung normal pada dasarnya dapat dibedakan menjadi bunyi jantung
pertama (S1) dan bunyi jantung kedua (S2). Bunyi jantung pertama (S1) muncul
akibat 2 penyebab yaitu: penutupan katub atrioventrikular (katub mitral dan
trikuspidalis) dan kontraksi otot-otot jantung. Bunyi jantung kedua disebabkan
dari penutupan katub semilunaris (katub aorta dan pulmonal). Bunyi jantung
pertama memiliki frekuensi yang lebih rendah dan waktu yang sedikit lebih
lama dibandingkan dengan bunyi jantung kedua. Bunyi jantung kedua memiliki
frekuensi nada yang lebih tinggi dan memiliki intensitas yang maksimum di
daerah aorta.
(Sumber:Cameron, John R (2003). Fisika Tubuh Manusia Ed.2. Jakarta:
EGC. hlm. 189–190)

107. Apa saja bunyi jantung tambahan?


- Murmur
- Gallop
(Sumber:Everyday Health (2015). What The Sound of Your Heart Says
About Your Health)

108. Jika terdengar bising jantung apa saja yang dinilai?


- Kulit yang tampak biru, terutama di ujung jari dan bibir.
- Pembengkakan atau kenaikan berat badan tiba-tiba.
- Sesak napas.
- Batuk kronis.
- Pembesaran hati.
- Pembesaran vena di leher.
- Kurangnya nafsu makan dan kegagalan tumbuh normal (pada bayi).
- Nyeri dada.
- Pusing.
- Pingsan.
(Sumber:Heart Murmur https://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/heart-murmurs/symptoms-causes/syc-20373171)

109. Sebutkan bentuk dada abnormal serta definisi


- Barrel Chest : Bentuk dada yang menyerupai barel, hal itu terjadi karena
hasil hiperinflasi paru. Hiperinflasi ialah terjebaknya udara akibat saluran
pernapasan yang sempit/menyempit. Pada keadaan ini terjadi peningkatan
diameter anteroposterior. Penyakit yang bermanifestasikan barrel chest ini
misalnya asma berat dan PPOK (jenis emfisema). Umumnya di temukan di
pria.
- Funnel Chest : Bentuk dada ini terjadi ketika adanya gangguan (defek)
perkembangan tulang paru yang menyebabkan depresi ujung bawah sternum
(tulang tengah di dada). Pada bentuk dada seperti ini rentan terjadi
penekanan jaringan terhadap jantung dan pembuluh darah besar, sehingga
murmur (suara bising) pada jantung sering terjadi. Funnel chest dapat terjadi
pada pasien dengan penyakit rikets atau sindrom marfan.
- Pigeon Chest : Bentuk dada ini terjadi ketika ada pergeseran yang
menyebabkan "lengkungan keluar" pada sternum dan tulang iga. Pada
keadaan ini juga terjadi peningkatan diameter anteroposterior. Pigeon chest
dapat terjadi pada pasien dengan penyakit rikets, sindrom marfan, atau
kifoskoliosis berat.
- Flat Chest : pasterior memendek etiologi bilateral pleuro pulmonary fibrosis.
- Pigeon chest sternum ½ distal melengkung ke anterior, bagian lateral
dinding thorax kompressi ke medial (seperti dada burung), etiologi ricketsia
dan kelainan congenital.
(Sumber:Huddleston, C. 2004. Pectus Excavatum. Semin Thorac
Cardiovasc Surg. 16(3), pp. 225-232)

110. Definisi bentuk dada normal dan ukurannya!


Secara normal, perbandingan antara diameter anteroposterior (jarak dari dada ke
punggung) dan diameter lateral (lebar dada) adalah 1:2. Dada di inspeksi
terutama mengenai postur, bentuk dan kesimetrisan ekspansi serta keadaan
kulit.Bentuk dada berbeda antara bayi dan orang tua dewasa. Dada bayi
berbentuk melingkar dengan diameter dari depan kebelakang (anterior-
posterior) sama dengan diameter tranversal. Pada orang dewasa perbandingan
antara diameter artero posterior dengan diameter tranversal adalah 1:2.
(Sumber:Huddleston, C. 2004. Pectus Excavatum. Semin Thorac
Cardiovasc Surg. 16(3), pp. 225-232)

111. Jenis-jenis suara nafas dan definisi!


- Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini
dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar
keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih
panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut.
Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.
- Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.
- Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan
vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang.
Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah
thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
(Sumber:https://www.medscape.org/BreathingSound)

112. Jenis-jenis rhonki dan definisinya!


 Rhonki kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama
waktu ekspirasi disertai adanya mucus/secret pada bronkus. Ada yang high
pitch (menciut) misalnya pada asma dan low pitch oleh karena secret yang
meningkat pada bronkus yang besar yang dapat juga terdengar waktu
inspirasi.
 Rhonki basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu
pada waktu inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan
oleh secret di dalam alveoli atau bronkiolus. Ronki basah dapat halus,
sedang, dan kasar. Ronki halus dan sedang dapat disebabkan cairan di
alveoli misalnya pada pneumonia dan edema paru, sedangkan ronki kasar
misalnya pada bronkiekstatis.
(Sumber:https://www.medscape.org/BreathingSound)

113. Jenis-jenis rhonki ditemukan pada penyakit apa saja?


- Pneumonia,
- Bronkitis kronik
- Cystic fibrosis
- PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)

(Sumber: https://www.practicalclinicalskills.com/rhonchi)

114. Sebutkan kelainan-kelainan yang ada di tulang belakang!


- Skoliosis
- Kifosis
- Lordosis
(Sumber: Ratini, M. (2014). Spine Curvature Disorders: Lordosis,
Kyphosis, Scoliosis, and More. [online] WebMD. Available at:
http://www.webmd.com/back-pain/guide/types-of-spine-curvature-
disorders#1)

115. Sebutkan jenis-jenis tulang belakang!


Tulang Belakang dikenal juga dengan istilah Tulang Vertebra. Tulang ini
merupakan tulang tak beraturan yang secara keseluruhan membentuk punggung.
Jika dihitung, terdapat sebanyak 33 tulang punggung yang ada pada manusia. 33
total tulang belakang ini kemudian dibagi ke dalam 5 bagian yakni:
- Tulang leher atau Serviks, sebanyak 7 ruas.
- Tulang punggung atau Thorax, sebanyak 12 ruas.
- Tulang pinggang atau Lumbal, sebanyak 5 ruas.
- Sacrum, sebanyak 5 ruas.
- Koksigea, sebanyak 4 ruas
(Sumber:Sobotta)

116. Sebutkan penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan asites?


- Hepatitis kronik B atau C
- Ketergantungan alkohol
- Fatty liver
- Portal vein thrombosis
- Congestive heart failure
- Pankreatitis
- Pericarditis

(Sumber: https://medlineplus.gov/ency/article/000286.htm)

117. Mulai usia berapa hepar anak tidak teraba?


Hati
Hati dapat dipalpasi secara monomanual atau bimanual, palpasi hati lebih
banyak dilakukan dengan ujung jari. Untuk melakukan pengukuran besarnya
hati, digunakan patokan dua garis, yakni:
- Garis yang menghubungkan pusat dengan titik potong garis mid-
klavikularis
kanan dengan arkus kosta
- Garis yang menghubungkan pusat dengan processus xifoideus.

Dalam keadaan normal pada anak Indonesia sampai usia 5-6 tahun hati masih
teraba sampai berukuran 1/3-1/3 dengan tepi tajam, konsistensi kenyal,
permukaan, tanpa nyeri tekan.

(Sumber: Latief, Abdul., dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan
Anak Edisi ke-3. Jakarta: Sagung seto)

118. Sebutkan kelainan kongenital pada abdomen?


- Omfalokel adalah kantung peritoneum dan selaput amnion yang
berisikan organ intraabdominal seperti usus dan hati.
- Gastrokisis adalah eviserasi usus melalui defek otot rektus abdominis
di sebelah lateral umbilicus.
- Hernia umbilikalis
- Sindrom prune belly
- Sindrom eagle barret

(Sumber: Latief, Abdul., dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan
Anak Edisi ke-3. Jakarta: Sagung seto)

119. Sebutkan kelainan kongenital pada diafragma?


- Hernia bochdalek
- Eventrasi diafragma
- Hernia hiatal esophagus

(Sumber: Harberg FJ., et al. 1976. Congenital anomalies of the


diaphragm. Personal experience with thirty-five consecutive cases. Am J
Surg. 132(6):747-8.)

120. Apa definisi trofi otot?


Trofi pada otot adalah ukuran otot yang diukur dengan cara inspeksi dan
palpasi dan dibandingkan antara kanan dan kiri.
(Sumber:http://fk.unsoed.ac.id/sites/)

121. Apa definisi tonus otot?


Kontraksi otot yang terjadi dan selalu dipertahankan keberadaannya oleh otot
itu sendiri. Penyebab utama tonus otot adalah refleks yang disebabkan oleh
adanya aliran impuls berkesinambungan muscle spindle yang mengaktivasi
motoneuron. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa konsistensi otot
mungkin tidak hanya bergantung kepada aktivitas otot, tetapi bergantung juga
pada berbagai sifat yang terdapat di dalam otot itu sendiri.
(Sumber:http://fk.unsoed.ac.id/sites/)

122. Refleks-refleks dan tata cara pemeriksaan reflex patologis bawah?


Terdapat berbagai perasat untuk memeriksa refleks patologis, tetapi
hanya dikemukaakan yang sering dilakukan pada bayi dan anak. Refleks
Babinski dialkukan dengan menggores permukaan plantar kaki dengan alat
yang sedikit runcing. Bila positif akan terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari
kaki disertai dengan menyebarnya jari kaki yang lain.
Refleks Oppenheim dilakukan dengan cara menekan sisi medial
pergelangan kaki, reaksi yang terjadi adalah seperti pada refleks Babinski.
Pada pemeriksaan refleks Hoffmann dilakukan ketukan pada falang terakhir
jari kedua; apabila positif akan terjadi fleksi jari pertama dan ketiga.
Klonus pergelangan kaki diperiksan dengan melakukan dorsofleksi kaki
pasien dengan cepat dan kuat sementara sendi lutut diluruskan dengan tangan
lain pemeriksa yang diletakkan pada fosa poplitea. Bila klonus positif terjadi
gerkaan fleksi dan ekstensi kaki secara terus-menerus dan cepat. Klonus
patella adalah gerakan patella naik turun denagn cepat, timbul pada patella
ditekan kuat-kuat dan cepat, sememntara tungkai dalam keadaan ekstensi dan
lemas. Klonus seringkali menyertai setiap keadaan dengan hiper-refleksi dan
refleks patologis.

(Sumber: Latief, Abdul., dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan
Anak Edisi ke-3. Jakarta: Sagung seto)

123. Tuliskan bahasa kedokteran tentang rambut di aksila?

124. Apa bahasa latin dan bagian-bagian payudara?


Secara umum payudara (mammae) dibagi atas korpus, areola dan puting.
Korpus adalah bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus
(penghasil ASI), lobulus, dan lobus. Areola merupakan bagian yang
kecokelatan atau kehitaman di sekitar putting. Tuberkel–tuberkel Montgomery
adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola. Puting (papilla mammaria)
merupakan bagian yang menonjol dan berpigmen di puncak payudara dan
tempat keluarnya ASI. Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan
beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus laktiferosa.

(Sumber: http://digilib.unila.ac.id/20642/15/BAB%20II.pdf)

125. Sebutkan lokasi kantung susu yang terbanyak pada payudara?


Lobolus, lobus dan saluran susu
(Sumber:Breast Anatomy.
https://my.clevelandclinic.org/health/articles/8330-breast-anatomy)

126. Sebutkan tulang yang berada di daerah pubis?


Tulang pelvis merupakan komposisi dari tiga buah tulang yakni dua
tulang coxae, tulang sacrum (sacrum), dan tulang coccygeus.Tulang coxae
terdiri dari tulang ilium, tulang pubis, dan tulang ischium. Tulang pubis terdiri
dari ramus superior ossis pubis dan ramus inferior ossis pubis. Kedua rami
tersebut dibatasi oleh foramen obturatorium. Tulang coccygeus terbentuk dari
tiga atau empat vertebre yang berangsur mengecil dari atas atas kearah bawah.
Tulang sakrum terletak di antara tulang ilium, dilihat dari atas tampak
bagian tengah adalah basis yang terbentuk karena hubungan permukaan diskus
intervertebralis dengan vertebre lumbalis ke lima. Bagian basis yang menonjol
kedalam disebut promontorium. Tulang panggul wanita berbeda dengan tulang
panggul pria. Kerangka tulang pria lebih kekar dan kuat, sedangkan kerangka
perempuan lebih ditujukan kepada pemenuhan fungsi reproduksi. Pada wanita
bentuk thorak bagian bawah lebih besar, panggul berbentuk ginekoid dengan
ala iliaka lebih lebar dan cekung, promontorium kurang menonjol, simphisis
lebih pendek, lordosis lumbal lebih jelas, dan inklinasi pelvis lebih besar.
Tulang pelvis mempunyai empat buah sendi yakni dua sendi sakroiliaka
kanan dan kiri, sendi sakrokoksigeus, dan sendi sakrolumbalis. Persendian
tersebut diperkuat oleh ligamen-ligemen. Ligamen-ligamen ini saat kehamilan
menjadi lemah sehingga sendi menjadi tidak stabil terutama pada sendi
sakroiliaka mudah terjadi subluksasi, dan pada simfisis pubis sering terjadi
simfisiolisis.

(Sumber: https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1390361029-3-
BAB%20II%20FIX%201.pdf)

127. Bagaimana pemeriksaan Hb dengan cara sahli?


Pada cara ini Hb diubah menjadi hematin asam, kemudia warna yang terjadi
dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu. Cara:
- Masukkan kira-kira 5 tetes HCl 0,1 n ke dalam tabung pengencer
hemometer
- Isaplah darah (kapiler, EDTA, atau oxalate) dengan pipet Hb sampai
garis tanda 20 ul
- Hapuslah darah yang melekatpada sebelah luar ujung pipet
- Catatlah waktunya dan segeralahalirkan darah dari pipet ke dalam
dasar tabung pengencer yang berisi HCl itu. Hati-hati jangan sampai
terjadi gelembung udara
- Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCl yang jernih it uke dalam
pipet 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih tinggal
dalam pipet
- Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa; warna
campuran menjadi cokelat tua
- Tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang
pengaduk yang tersedia. Persamaan warna campuran dan batang
standard harus dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan
tabung diputar demikian sehingga garis bagi tidka terlihat
- Bacalah kadar Hb dengan gram/100 ml darah.

(Sumber: Gandasoebrata R, 1985. Penuntun Laboratorium Klinik.


Jakarta: Dian Rakyat)

128. Bagaimana cara menghitung leukosit dan perhitungannya?


Darah diencerkan dalam pipet leukosit, kemudian dimasukkan ke dalam
kamar hitung. Jumlah leukosit dihitung dalam volume tertentu dengan
mengenakan factor konversi jumlah leukosit per ul darah dapat
diperhitumgkan. Larutan pengencer ialah larutan Turk yang mempunyai
susunan sbb: larutan gentainviolet 1% dalam air 1 ml, asam asetat glasial 1 ml;
aqua dest ad 100 ml. saringlah sebelum dipakai.
Pengenceran yang terjadi dalam pipet ialah 20 kali. Jumlah semua sel
yang dihitung dalam keempat bidang itu dibagi 4 menunjukkan jumlah
leukosit dalam 0,1 ul. Kalikan angka itu dengan 10 (untuk tinggi) dan 20
(untuk pengenceran) untuk mendapat jumlah leukosit dlaam 1 ul darah.
Singkat: jumlah sel yang dihitung kali 50 = jumlah leukosit per ul darah.
(Sumber: Gandasoebrata R, 1985. Penuntun Laboratorium Klinik.
Jakarta: Dian Rakyat)

129. Bagaimana cara membuat darah apus tepi?


- Letakkan sedian yang akan dipulas di atas rek tempat memulas dengan
lapisan darah ke atas
- Teteskanlah sekian banyak metilalkohol ke atas sediaan itu, sehingga
bagian yang terlapis darah tertutup seluruhnya. Biarkan selama 5 menit
atau lebih lama.
- Tuangkanlah kelebihan metilalkohol dari kaca
- Liputilah sediaan itu dengan Giemsa yang telah diencerkandengan
larutan penyangga dan biarkan selama 20 menit.
- Bilaslah dengan air suling
- Letakkan sediaan dalam sikap vertical dan biarkan mengering pada
udara.

(Sumber: Gandasoebrata R, 1985. Penuntun Laboratorium Klinik.


Jakarta: Dian Rakyat)

Anda mungkin juga menyukai