Asam folat merupakan senyawa induk dari sekumpulan senyawa yang secara umum
disebut folat. Senyawa ini mempunyai berat molekul (BM) 441. Molekul asam folat
terdiri dari tiga gugus yaitu pteridin, suatu cincin yang mengandung atom nitrogen,
cincin psoriasis amino- benzoic acid (PABA) dan asam glutamat.
(Sumber : Tangkilisan, HA., Rumbajan, D., 2002. Defisiensi Asam Folat. Sari
pediatri Vol. 4 No. 1)
1. Penyakit viral yang mempunyai karakteristik demam, pilek, dan wheezy cough
yang bersifat kering
2. Gejala klinis yang diawali dengan prodromal infeksi virus saluran respiratori atas
diikuti dengan peningkatan usaha napas dan wheezing pada anak <2 th
Karakteristik bronkiolitis antara lain: inflamasi akut, nekrosis sel epitel saluran
respiratori kecil, produksi mukus meningkat, edema mukosa dan bronkospasme
(Sumber : Garna , H., Nataprawira, HM., 2014. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak Ed ke – 5. Jakarta: Departemen / SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP. Dr. Hasan Sadikin)
(Sumber :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin_tb.pdf)
b. Konfirmasi bakteriologi
WHO merekomendasikan pemeriksaan batang tahan asam (BTA) dan kultur baik
dari sediaan sputum (disarankan pada anak usia ≥10 th), aspirat cairan lambung,
cairan tubuh lain (pleura, perikardial, dll.), biopsi kelenjar limfe ataupun organ lain
bila fasilitas laboratorium tersedia
c. Pemeriksaan radiologi
Gambaran foto Rontgen toraks pada TB paru tidak khas, dan gambaran normal
tidak dapat menyingkirkan diagnosis TB jika klinis dan pemeriksaan penunjang lain
mendukung. Gambaran radiologis yang sering ditemukan adalah pembesaran
kelenjar limfe hilus. Pada adult type TB ditemukan gambaran infiltrat yang luas
atau kavitas. Gambaran radiologis lain yang dapat ditemukan adalah milier,
konsolidasi segmental/lobar, efusi pleura, atelektasis, kalsifikasi disertai infiltrat,
dan tuberkuloma
d. Pemeriksaan lain
Serologis dan polymerase chain reaction (PCR) tidak direkomen- dasikan dilakukan
secara rutin untuk diagnosis TB. Interferon- gamma release assays (IGRAs)
digunakan untuk mendiagnosis infeksi laten TB dan hasil pemeriksaan ini tidak
dipengaruhi oleh imunisasi BCG. Pemeriksaan HIV dianjurkan dilakukan pada
semua penderita TB
Mengingat sulit mendiagnosis TB pada anak, maka Unit Kerja Koordinasi (UKK)
Respirologi PP IDAI bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia membuat sistem skoring yang sudah dites dalam suatu penelitian dan
sudah direvisi untuk mempermudah diagnosis TB anak terutama di daerah dengan
fasilitas kesehatan yang kurang memadai
(Sumber : Garna , H., Nataprawira, HM., 2014. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak Ed ke – 5. Jakarta: Departemen / SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP. Dr. Hasan Sadikin)
a. Simetrisitas foto
Foto yang dapat dibaca dengan baik adalah foto yang simetris antara kiri
dankanannya
b. Kulit
Kulit merupakan soft tissue, dilihat apakah ada soft tissue swelling akibat
traumatumpul atau tajam padathorax
c. Keadaan tulang
Dinilai ada tidaknya fraktur, ada tidaknya destruksi tulang, ada tidaknya kelainan
atauanomali pada tulang, seperti skoliosis, kifosis, lordosis, fork rib, bridge rib.
f. Parenkim paru.
- Hilus, merupakan tempat keluar masuknya arteri vena pulmonalis dan
aliranlimfe. Normalnya diameter trachea sama dengan diameter hilus. Hilus
memberikan gambaran yang padat. Hilus kiri lebih tinggi daripada hilus
bagiankanan karena ada jantung. Hilus kanan biasanya terletak di ICS IV-V.
- Bronchovaskular marking, normalnya sudah tidak ada lagi vaskularisasi
samapai 2/3 bagian paru karena pembuluh darah akan menyempit ke
perifer.Gambaran ramai ini bila bronchovaskular marking 2/3 lapangan
paru.Gambaran meningkat bila vaskular melebar akibat adanya bendungan atau
kongestif.
- Lesi, dilihat adanya lesi pada lobus segmen paru. Perlu diketahui segmen
danlobus ini karena adanya penyakit tertentu yang hanya menyerang lobus atau
segmen tertentu
g. Diafragma
Bedakan diafrgma kanan dan kiri
h. Pluera
Pada pleura yang perlu diperhatikan adalah sudut costophrenicus-nya.
Normalnyasudut ini tajam. Ada beberapa keadaan yang sudut ini menumpul,
seperti efusi pleura,bentuk dada, emfisema, penebalan pleura dan adanya
perselubungan
i. Jantung
Dinilai bentuk jantung dan ukurannya. Jantung dirontgen akan memberikan
gambaranradio opak sedangkan paru memberikan gambaran radio lusen karena
berisi udara
(Sumber: Mangku G, Senapathi TGE. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi.
Edisi II. Jakarta. Indeks. 2017)
Absorpsi :Diabsorpsi dengan baik dan cepat setelah pemberian oral (70-80%).
Puncak konsentrasi dalam plasma dicapai dalam waktu 0.5 sampai 3 jam
Distribusi :Dalam dosis terapi, sekitar 90% dari ambroxol yang berikatan
dengan protein plasma di dalam darah. Distribusi setelah per oral, IM dan IV dari
darah ke organ berlangsung cepat dengan konsentrasi maksimal dalam paru-paru.
T1/2 = 3 jam.
Metabolisme :Sekitar 30% setelah pemberian oral dieliminasi melalui first pass
effect. Penelitian pada mikrosom hati manusia menunjukkan enzim CYP3A4
berperanan penting terhadap metabolisme ambroxol di hati. Ambroxol pertama kali
dimetabolisme di hati melalui proses glukuronidasi dan beberapa sisanya (sekitar
10% dari dosis) dimetabolisme menjadi metabolit kecil yakni asam
dibromanthranilik.
Ekskresi :Jumlah ekresi ginjal adalah sekitar 90%.
Dosis
Dosis sedian tablet / cairan untuk dewasa dan anak diatas 12 tahun :
Dewasa: 30-120 mg/hari dibagi dalam tiga dosis. . Efek teraupetik dapat
ditingkatkan dengan pemberian dosis 60 mg 2 kali sehari. Regimen 60 mg 2 kali
sehari juga sangat cocok untuk terapi gangguan saluran pernapasan akut dan terapi
inisial untuk kondisi kronis yang lebih dari 14 hari.
Dosis dapat dikurangi menjadi 2 kali sehari, untuk pengobatan yang lama.
(Sumber: Ramana, G., Kartik, R. D., & Sravanthi, O. (2012). Design and Evaluation
of Natural Gum Based Oral Controlled Release Matrix. Scholars Research
Library , 1105-1114.
Hesham, F. E., Muhammed, I. E., Sunia, M. E., & Muna, A. E. (2006). Evaluation
of the Role of Postnatal Ambroxol in the Prevention and Treatment of Respiratory
Distress Syndrome in Preterm Neonates. NCBI , 41-46.
Kimbria, G. (2009). Stability study of ambroxol hydrochlorid sustained release
pellets coated with acrylic polymer. Journal of Pharma and Science , 36-43.)
11. Bagaimana waktu paruh ampicilin?
Waktu Paruh
(Sumber: http://obat-drug.blogspot.com/2015/07/ampisilin-obat-ampicillin.html)
➢ Kalium 4 mEq/L
(Sumber:
https://www.sanbefarma.com/public/product_brosur/PI_INFUSAN_RL_IND.pdf)
Na 50 mEq
K 20 mEq
Cl 50 mEq
lactate 20 mEq
glucose 27 g.
(Sumber: https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ka-en%203b/)
Suhu : Suhu tubuh normal berkisar antara 36,1oC sampai dengan 37,5oC.
Denyut jantung normal: Saat bangun 100 – 150x / menit dan 90 – 160 x/ menit saat
tidur
16. Sebutkan komposisi ASI dengan ibu yang anaknya sudah berusia 1 tahun!
ASI dari ibu yang dietnya cukup dan imbang akan memasok nutrien yang
diperlukan, kecuali, mungkin flourida dan sesudah beberapa bulan, vitamin D.
Simpanan besi cukup untuk 6 bulan pertama bayi cukup bulan. Kandungan Besi
pada ASI diserap dengan baik oleh bayi, tetapi dietnya harus ditambah pada usia
4-6 bulan dengan tambahan tepung dan biji-bijian dan makanan bayi diperkaya
dengan besi atau dengan salah satu preparat besi fero. ASI berisi vitamin C cukup
untuk kebutuhan bayi, asalkan masukan ibu cukup. Kandungan kolostrum berbeda
dengan air susu yang matur, karena kolostrum mengandung berbeda dengan air susu
yang matur, karena kolostrum dan hanya sekitar 1% dalam air susu matur, lebih
banyak mengandung imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih, yang
kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan
penyakit (infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak,
mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na)
dan seng (Zn).
(Sumber: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123858-S09118fk-Faktor%20anak-
Literatur.pdf
(Sumber : https://www.sarihusada.co.id/Produk/SGM-Eksplor/SGM-Eksplor-
1PLUS)
18. Dalam menghitung kebutuhan makanan, apa saja yang harus diperhitungkan
dalam kasus gizi kurang?
19. Apa itu SpO2 ?
(Sumber : https://www.scribd.com/doc/188132188/SPO2-referat)
20. Apa saja yang harus diperhatikan untuk anamnesis pasien sesak?
Keluhan sesak napas seringkali berhubungan dengan penyakit saluran napas atau
penyakit kardiovaskular. Diteliti saat keluhan sesak napas timbul, apakah keluhan
tersebut sudah berulang ataukah baru pertama kali. Ditanyakan dengan berapa
bantal anak tidur (sesak yang makin berat bila anak tidur tanpa bantal disebut
ortopne). Pasien juga ditanyakan apakah perasaan sesak timbul setelah melakukan
latihan fisis (lari atau berjalan agak jauh, naik tangga); bila terdapat hal ini disebut
toleransi latihan menurn. Lebih baik ditanyakan setelah berlari atau berjalan berapa
meter pasien menjadi sesak. Secara umum ditanyakan apakah pasien menjadi lebih
mudah cepat dibandingkan teman sebayanya. Pada bayi menurunnya toleransi
latihan dapat dinilai dengan menanyakan apakah bayi cepat lelah apabila menetek
atau minum susus botol; ditanyakan berapa lama ia kuat mengisap terus – menerus,
dan berapa mililiter susu botol dapat dihabiskan setiap kali bayi minum. Keluhan
lain yang menyertai sesak dapat juga mengarahkan ke diagnosis yang tepat.
Keluhan lain yang perlu ditanyakan adalah batuk, mengi, perut membesar, pernah
sakit sendi yang berpindah – pindah, demam, sakit dada, sianosis, dan apakah ada
riwayat tersedak.
(Sumber: Latief, Abdul. dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Edisi
ke 3. Jakarta: Sagung Seto)
21. Apa saja yang harus diperhatikan untuk anamnesis pasien demam?
Demam adalah salah satu keluhan yang paling sering dikemukakan, yang terdapat
pada berbagai penyakit baik infeksi maupun non – infeksi. Pada setiap keluhan
demam perlu ditanya berapa lama demam berlangsung. Karakteristik demam
ditanyakan lebih detil seperti kapan waktu dimulai (hari dan jam), berapa suhunya
(jika sudah diukur), apakah sudah diberikan obat dan bagaimana responnya. Selain
itu juga perlu ditanyakan
(Sumber: Latief, Abdul. dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Edisi
ke 3. Jakarta: Sagung Seto)
21. Apa saja yang harus diperhatikan untuk anamnesis pasien batuk?
Keluhan batuk sering juga dikemukakan oleh orang tua pasien. Perlu diketahui
berapa lama batuk berlangsung, juga apakah batuk sering berulang atau kambuh.
Sifat batuk juga diteliti, apakah batuk bersifat spasmodik, kering atau
produktif/banyak dahak. Dirinci pula sifat dahaknya: kekentalan, warna, bau, serta
adanya darah pada dahak. Keluhan lainnya yang menyertai batuk penting diketahui:
sesak napas, mengi, keringat malam, sianosis, berat badan turun, apakah pasien
memerlukan oerubahan posisi (ortopne), muntah dan sebagainya. Terdapatnya
orang di sekitar pasien yang juga menderita batuk mungkin dapat memberikan
petunjuk untuk diagnosis.
(Sumber: Latief, Abdul. dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Edisi
ke 3. Jakarta: Sagung Seto)
24. Apa saja yang harus diperhatikan untuk anamnesis pasien mencret?
(Sumber: Latief, Abdul. dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Edisi
ke 3. Jakarta: Sagung Seto)
25. Apa saja yang harus diperhatikan untuk anamnesis pasien menangis setiap
kencing?
Tetanus (Tetanus Toksoid) : vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil untuk
mencegah tetanus neonatorum (tetanus pada bayi) dan sebaiknya diberikan
pada wanita yang tidak melengkapi 3 kali imunisasi dasar atau 10 tahun
boster
Hepatitis B : untuk wanita dengan risiko tinggi Hepatitis B (memiliki > 1
pasangan seksual dalam 6 bulan terakhir, memiliki riwayat Penyakit
Menular Seksual, penggunaan narkoba suntik)
Influenza (Inaktif) : vaksin ini dapat mencegah penyakit serius pada ibu
hamil namun sebaiknya diberikan setelah minggu ke-14
27. Informasi apa yang harus didapatkan pada ibu dengan riwayat persalinan
spontan?
28. Berapa kebutuhan kalori anak usia 8 bulan / kgBB?
29. Apa perbedaan definisi pertumbuhan dan perkembangan?
(Sumber: Rivanica, Rhipiduri, Oxyandi, Miming. 2016. Buku Ajar Deteksi Dini
Tumbuh Kembang dan Pemeriksaan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Salemba Medika)
(Sumber: Sumber: Rivanica, Rhipiduri, Oxyandi, Miming. 2016. Buku Ajar Deteksi
Dini Tumbuh Kembang dan Pemeriksaan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Salemba
Medika)
(Sumber: Sumber: Rivanica, Rhipiduri, Oxyandi, Miming. 2016. Buku Ajar Deteksi
Dini Tumbuh Kembang dan Pemeriksaan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Salemba
Medika)
(Sumber : http://digilib.unimus.ac.id/)
33. Bagaimana cara pemberian, dosis dan efek samping vaksin BCG? Kapan mulai
diberikan?
(Sumber : http://digilib.unimus.ac.id/)
(Sumber : http://digilib.unimus.ac.id/)
Untuk mendapatkan hasil vaksinasi yang optimal dan tahan lama, seorang anak
harus mendapatkan 3 dosis Vaksin DT dalam tahun pertama hidupnya (mulai dari 2
bulan, dipisahkan dengan jarak paling sedikit 4 minggu di antara dua dosis), dan
satu dosis vaksin penguat pada usia 18 bulan. Dua dosis vaksin penguat lainnya
akan diberikan kepada siswa-siswa kelas satu sekolah dasar dan kelas enam sekolah
dasar. Vaksin DT dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya.
(Sumber: :
https://www.fhs.gov.hk/sc_chi/other_languages/bahasa_indonesia/child_health/imm
unization/15657.html)
Imunisasi dengan vaksin yang mengandung tetanus toxoid (TT) diberikan sebagai
ulangan/penguatan kekebalan pada anak SD sejak tahun 1984 melalui program
Upaya Kesehatan Sekolah (UKS). Imunisasi TT pada anak usia sekolah memegang
peranan penting untuk memberi perlindungan jangka panjang terhadap tetanus. Bila
mendapat imunisasi lengkap mulai bayi (tiga dosis DPT) dan usia sekolah (satu
dosis DT, dan dua dosis TT/Td) maka kekebalan yang timbul dapat bertahan hingga
dua puluh lima tahun dari imunisasi terakhir. Sehingga imunisasi anak sekolah
merupakan salah satu cara/metoda handal untuk mengeliminasi tetanus maternal
dan neonatal.
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan kekakuan otot dan spasme yang
periodik dan berat. C. tetani adalah bakteri Gram positif anaerob yang ditemukan di
tanah dan kotoran binatang. Bakteri ini berbentuk batang dan memproduksi spora,
memberikan gambaran klasik seperti stik drum, meski tidak selalu terlihat. Bersifat:
(Sumber : http://hmpd.fk.ub.ac.id/tetanus-2/)
Masa inkubasi berkisar antara 3-14 hari, tapi bisa lebih pendek atau lebih panjang.
Prognosis dipengaruhi oleh masa inkubasi, semakin pendek masa inkubasi biasanya
semakin jelek prognosisnya. Diagnosis tetanus neonatorum biasanya dapat
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis. Manifestasi klinis meliputi gejala
progresif adanya kesulitan minum (menghisap dan menelan), peka rangsang dan
bayi menangis terus menerus. Gejala khas yang lain adalah adanya kekakuan dan
spasme otot. Kekakuan otot melibatkan otot masseter, otot-otot perut dan tulang
belakang. Spasme otot bersifat intermiten dengan interval waktu yang berbeda-beda
tergantung dari tingkat keparahan penyakit (1-4).
Trismus disebabkan oleh adanya spasme pada otot massester dan terjadi pada lebih
dari separuh pasien tetanus neonatorum beberapa hari setelah lahir. Gejala ini akan
diikuti dengan kekakuan pada otot leher dan kesulitan dalam menelan. Bayi menjadi
rewel, gelisah dan sulit minum. Spasme pada otot fasial menyebabkan risus
sardonicus. Kontraksi tonik otot abdomen dan lumbal menghasilkan gejala
opisthotonus dan diikuti dengan fleksi dan adduksi tangan serta kepalan tangan
seperti petinju. Spasme pada awalnya terjadi beberapa detik dan memanjang seiring
dengan semakin memberatnya penyakit. Pasien sadar dan menangis karena nyeri
akibat spasme otot. Spasme otot sangat mudah dicetuskan oleh rangsangan taktil,
visual maupun auditorial. Adanya demam kemungkinan akibat aktivitas otot yang
berlebihan. Spasme otot laringeus dan respiratorius menyebabkan obstruksi, asfiksia
dan sianosis (1-4).
Perjalanan alamiah tetanus neonatorum adalah adanya peningkatan keparahan
penyakit pada 7 hari pertama diikuti kondisi yang tetap pada minggu kedua dan
berkurang secara bertahap pada 2 – 6 minggu berikutnya. Tetanus sering
menyebabkan kematian sekitar 60 – 90%. Komplikasi yang sering terjadi adalah
bronkopneumonia, pneumonia aspirasi dan atelektasis. Angka kematian dapat
menurun dengan adanya perawatan intensif dan ventilator (1-4).
(Sumber : http://www.ichrc.org/3123-tetanus)
Bordetella pertusis
Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh berdetella pertusis,
nama lain penyakit ini adalah Tussis Quinta, whooping cough, batuk rejan, violent
cough dan di cina disebut batuk seratus hari)
(Sumber: Soedarmo, S.S.P., dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Ed. 2
Jakarta: IDAI)
3. Stadium konvalesens (≥2 mgg)
Gejala akan berkurang dalam beberapa mgg s.d.
beberapa bl, dapat terjadi petekia pada kepala/leher, perdarahan konjungtiva, dan
terdengar crackles difus.
(Sumber : Garna , H., Nataprawira, HM., 2014. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak Ed ke – 5. Jakarta: Departemen / SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP. Dr. Hasan Sadikin)
- Kejang. Hal ini bisa disebabkan oleh anoksia sehubungan dengan serangan apnu
atau sianotik, atau ensefalopati akibat pelepasan toksin.
- Gizi kurang. Anak dengan pertusis dapat mengalami gizi kurang yang disebabkan
oleh berkurangnya asupan makanan dan sering muntah.
Cegah gizi kurang dengan asupan makanan adekuat, seperti yang dijelaskan pada
perawatan penunjang.
- Hernia umbilikalis atau inguinalis dapat terjadi akibat batuk yang kuat. Tidak
perlu dilakukan tindakan khusus kecuali terjadi obstruksi saluran pencernaan, tetapi
rujuk anak untuk evaluasi bedah setelah fase akut.
(Sumber: http://www.ichrc.org/47-pertusis)
46. Sebutkan kuman penyebab difteri!
Difteria merupakan penyakit menular saluran respiratori akut yang disebabkan oleh
bakteri gram-positif batang Corynebacterium diphtheriae yang bersifat
toksigenik
Dikenal beberapa serotipe yaitu gravis, intermedius, mitis, dan belfanti;
serotipe gravis merupakan serotipe yang paling sering ditemukan pada saat wabah.
Bakteri ini dapat mengolonisasi daerah hidung, faring terutama daerah tonsil, uvula,
laring, kadang daerah genital, mata, dan di daerah tropis atau orang dengan higiene
yang buruk bakteri dapat ditemukan di kulit
(Sumber : Garna , H., Nataprawira, HM., 2014. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak Ed ke – 5. Jakarta: Departemen / SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP. Dr. Hasan Sadikin)
Gejala difteri itu sendiri dibedakan berdasarkan lokasi infeksi, bila di pernafasan
maka disebut difteri pernafasan/ respiratory yang meliputi area tonsilar, faringeal,
dan nasal. Difteri pernafasan merupakan penyakit pada saluran nafas yang sangat
serius, sebelum dikembangkannya pengobatan medis yang efektif, sekitar setengah
dari kasus dengan gejala difteri pernafasan meninggal. Pada anak-anak yang
menderita difteri ini, lokasi utama terdapat pada tenggorokan bagian atas dan
bawah.
Difteri lain (non pernafasan) selain difteri pernafasan adalah difteri hidung, kulit,
vulvovaginal dan anal auditori eksternal. Pada difteri hidung gejala awal biasanya
mirip seperti flu biasa, yang kemudian berkembang membentuk membran
dijaringan antara lubang hidung dengan disertai lendir yang dapat bercampur darah.
Toksin yang dihasilkan oleh difteri hidung ini tidak dengan mudah dapat diserap ke
dalam tubuh tapi dapat dengan mudah menyebarkan infeksi kepada or- ang lain.
Infeksi kulit C.diphtheriae relatif jarang terjadi di daerah yang secara ekonomi baik,
paling sering dilaporkan pada tuna wisma dan biasanya terjadi di daerah tropis.
Difteri kulit biasanya berupa ruam kulit atau terjadinya ulkus kulit yang kronis
(bentuk yang paling umum), biasanya co-infeksi dengan Staphylococcus dan
Streptococcus dan dapat menginfeksi luka yang sudah ada sebelumnya. Awalnya,
infeksi terjadi di daerah yang terbuka, seringkali kecil, trauma dapat menyebabkan
warna kemerahan dan rasa sakit, sampai akhirnya lesi terbuka.
Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang
bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus Polio terdiri dari 3 strain
yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family
Picornaviridae.
(Sumber:http://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/poliomyelitis-
penyakit-virus-polio/#.XQSEzYgzbDc)
53. Sebutkan 2 jenis vaksin polio dan bagaimana tata cara pemberiannya!
(sumber: Irawan, Hindra. 2014. Eradikasi Polio. Ilmu Kesehatan Anak Universitas
Indonesia. Jakarta: Sari Pediatri)
56. Bagaimana cara pemberian, dosis dan efek samping imunisasi campak?
- Dosis vaksin campak 0,5 ml.
- Pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan walaupun dapat
diberikan secara intramuskular
- Imunisasi campak diberikan lagi pada umur 18 bulan dan saat masuk sekolah
SD (Program BIAS)
- Bila menggunakan vaksin campak rubella (MR) maka hanya diberikan 2 kali,
yaitu umur 9 dan 18 bulan.
- Tidak ada efek samping dalam imunisasi. Demam ringan, ruam merah, bengkak
ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi adalah reaksi normal yang
akan menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian ikutan pasca imunisasi yagn serius
sangat jarang terjadi
(sumber: Buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/daftar-pertanyaan-seputar-imunisasi-
campak/measles-dan-rubella-mr)
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap,
tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu ketika virus
masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring,
konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.
Pada hari ke 9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva,
akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada saat itu
virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan
manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek
disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah
proses peradangan epitel pada system saran pernafasan diikuti dengan manifestasi
klinis berupa demam tinggi, anak tampai sakit berat dan tampak suatu ulsera kecil
pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, ang dapat tanda pasti untuk
menegakkan diagnosis.
61. Bagaimana cara pemberian imunisasi hepatitis B anak <1 tahun serta jadwal
imunisasinya?
Vaksin hepatitis B terbuat dari bagian dari virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B
tidak akan mengakibatkan infeksi hepatitis B. Vaksin biasanya diberikan sebanyak
2, 3 hingga 4 kali suntik dalam jangka waktu 1 hingga 6 bulan secara intramuskular
bagian paha kanan atau kiri sebelah lateral.
63. Apa tujuan dari anamnesis kita pertanyakan dan penghasilan orang tuanya?
Data keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran
keadaan sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien. Banyak penyebab
kesakitan maupun kematian yang berlatar-belakang pada keadaan sosial ekonomi
keluarga, misalnya malnutrisi dan tuberkulosis.
(Sumber: Buku Pemeriksaan Klinis pada Anak dan Bayi)
64. Apa tujuan dari anamnesis kita pertanyakan tentang tetangga dan
lingkungannya?
(Sumber: Dewi, Rismala. 2016. Tinjauan Pustaka Penilaian Kesadaran Pada Anak
Sakit Kritis: Glasglow Coma Scale atau Full Outline Unresponsiveness Score?.
Jakarta: Sari Pediatri)
68. Sebutkan cara pemeriksaan GCS lebih cepat daripada GCS (ada 2)?
FOUR score dikembangkan untuk mengatasi berbagai keterbatasan yang dimiliki
GCS. Skala ini memberikan lebih banyak informasi dengan adanya empat
komponen penilaian: refleks batang otak, penilaian mata, respon motoric dengan
spektrum luas, pola napas abnormal, serta usaha napas pada pasien yang memakai
ventilator, dengan skala penilaian 0-4 untuk masing-masing komponen. Four score
dianggap lebih baik dibandingkan dengan skala-skala yang telah ada sebelumnya
dalam mengklasifikasikan penurunan kesadaran. Four score lebih sederhana dan
memberikan informasi yang lebih baik terutama pada pasien-pasien yang
terintubasi. Skala ini dapat membantu klinisi bertindak lebih cepat atas perubahan
klinis pasien dan memudahkan dalam pertukaran informasi yang lebih akurat
dengan klinisi lain. Kelebihan lain dari FOUR score adalah tetap dapat digunakan
pada pasien-pasien dengan gangguan metabolik akut, syok, atau kerusakan otak
nonstructural lain karena skala ini dapat mendeteksi perubahan kesadaran lebih dini.
Dengan rentang skala penilaian yang sama di tiap komponen yakni 0-4 maka
menjadi lebih mudah diingat
Menilai koma (coma = C) atau kejang (convulsion = C) atau kelainan status mental
lainnya
A: sadar (alert)
V: memberikan reaksi pada suara (voice)
P: memberikan reaksi pada rasa sakit (pain)
U: tidak sadar (unconscious)
(Sumber: Dewi, Rismala. 2016. Tinjauan Pustaka Penilaian Kesadaran Pada Anak
Sakit Kritis: Glasglow Coma Scale atau Full Outline Unresponsiveness Score?.
Jakarta: Sari Pediatri)
Takikardia adalah laju jantung yang lebih cepat daripada normal. Keadaan ini antara
lain dapat terjadi pada keadaan demam, aktivitas fisis, ansietas, tirotoksikosis,
miokarditis, gagal jantung, dehidrasi, atau renjatan. Pada demam, kenaikan suhu
1°C diikuti oleh kenaikan denyut nadi sebanyak 15-20 / menit. Pada pasien demam
tifoid, kenaikan denyut nadi tersebut relatif sedikit apabila dibandingkan kenaikan
suhu (disebut bradikardi relatif), sedangkan pada demam reumatik kenaikan denyut
nadi lebih tinggi dibandingkan kenaikan suhu (tanpa gagal jantung atau demam,
pasien demam reumatik menunjukkan takikardia). Pada takikardia sinus selalu
terjadi variasi 10-15 denyut dari menit ke menit, akan tetapi pada takikardia
supraventrikular paroksisma, disamping nadi sulit dihitung oleh karena cepatnya
(lebih dari 200/menit), laju nadi juga teraba konstan sepanjang waktu serangan.
Bradikardia adalah frekuensi denyut jantung yang lebih lambat dan frekuensi
normal. Keadaan ini bila terjadi pada demam, menyarakan terdapatnya infeksi
salmonella. Bradikardia sinus juga dapat terjadi pada tekanan intrakranial meninggi,
sepsis, hipotiroidisme, anoreksia nervosa, atau intosikasi digitalis. Pada remaja
olahragawan yang terlatih juga dapat didapatkan bradikardia sinus. Blok jantung
komplet adalah contoh bradikardia yang berbahaya; kelainan ini dapat kongenital
ataupun didapat.
b. Irama
Dalam keadaan normal irama nadi adalah teratur. Disritmia (aritmia) sinus adalah
ketidakteraturan nadi yang paling sering dijumpai. Pada keadaan ini denyut nadi
teraba lebih cepat pada waktu inspirasi dan lebih lambat pada waktu ekspirasi. Hal
ini sering terdapat pada anak usia 3 tahun, dan makin jelas pada remaja, terutama
bila laju nadi kurang dari 100/menit. Keadaan ini adalah norma, bahkan merupakan
petunjuk adanya cadangan jantung (cardiac reserve) yang baik. Disritmia sinus
jarang terjadi pada bayi.
d. Ekualitas nadi
Dalam keadaan normal isi nadi teraba sama pada keempat ekstremitas. Pada
koartasioaorta, nadi pada ekstremitas teraba sangat kuat sedang pada ekstremitas
bawah teraba lemah sampai tidak teraba. Pada penyakit takayasu, yang sering
mengenai cabang arkus aorta, nadi di ekstremitas bawah teraba normal sedangkan
di ekstremitas atas lemah atau tidak teraba. Tromboemboli di arteria perifer
menyebabkan nadi distal dari emboli menjadi tidak teraba atau teraba kecil.
Keadaan tersebut disertai pula dengan perbedaan tekanan darah pada ekstremitas
atas dan bawah.
(Sumber: Buku Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak)
1. Crackles
Adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan pembukaan kembali
jalan napas yang menutup. Terdengar selama : inspirasi.
* Fine crackles / krekels halus
Terdengar selama : akhir inspirasi. Karakter suara : meletup, terpatah-patah.
Penyebab : udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchioles /
penutupan jalan napas kecil. Suara seperti rambut yang digesekkan.
* Krekels kasar
Terdengar selama : ekspirasi. Karakter suara : parau, basah, lemah, kasar, suara
gesekan terpotong.
Penyebab : terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin
akan berubah ketika klien batuk.
2. Wheezing (mengi)
Adalah bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya lebih lama dari krekels.
Terdengar selama : inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat
ekspirasi.
Penyebab : akibat udara melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian.
Dapat dihilangkan dengan batuk.
Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yang berhubungan dengan
aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit (seperti pada asma dan bronchitis
kronik). Wheezing dapat terjadi oleh karena perubahan temperature, allergen,
latihan jasmani, dan bahan iritan terhadap bronkus.
3. Ronchi
Adalah bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama : ekspirasi.
Penyebab : gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi
napas. Obstruksi : sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor.
Contoh : suara ngorok.
* Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama waktu
ekspirasi disertai adanya mucus/secret pada bronkus. Ada yang high pitch (menciut)
misalnya pada asma dan low pitch oleh karena secret yang meningkat pada bronkus
yang besar yang dapat juga terdengar waktu inspirasi.
* Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada
waktu inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh secret di
dalam alveoli atau bronkiolus. Ronki basah dapat halus, sedang, dan kasar. Ronki
halus dan sedang dapat disebabkan cairan di alveoli misalnya pada pneumonia dan
edema paru, sedangkan ronki kasar misalnya pada bronkiekstatis.
(Sumber : https://nishapramawaty.wordpress.com/2010/10/14/suara-napas-normal-
dan-abnormal/amp/)
1. Arteri pulmonalis
Suhu tubuh yang diangap palin mendekati suhu yang terukur oleh thermostat di
hipotalamus adalah suhu darah arteri pulmonalis, tetapi pengukuran tersebut
merupakan cara invasiv, menggunakan kateter arteri pulmonal sehingga hanya
sesuai digunakan untuk perawatan intensif tau pasien badan tertentu.
2. Esofagus
Suhu esofagus dianggap suhu yang mendekati suhu inti karena dekat dengan arteri
yang membawa darah dari jantung ke otak, dan lebih tidak invasive dibandingkan
dengan pengukuran suhu arteri pulmonalis. Namun suhu esofagus tidak sama
sepanjang esophagus. Pada esofagus bagian atas dipengaruhi udara trakeal sedankan
bagian 1/3 bawah paralel dengan suhu aliran daerah arteri pulmonalis.
3. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan tempat lain yang digunakan untuk pengukuran suhu
tubuh, karena diasumsikan bahwa urin merupakan hasil filtrasi darah yang
ekuivalen dengan 20% curah jantung dan merefleksikan suhu rata-rata aliran darah
yang melalui ginjal pada satuan waktu tertentu. Namun tingkat keakuratan
pengukuran suhu sangat tergantung dari jumlah urin yang keluar.
4. Rektal
Suhu rektal diangap sebagai baku emas dalam pengukuran suhu karena bersifat
praktis dan akurat dalam estimasi rutin suhu tubuh. Namun demikian ditemukan
beberapa kelemahan. Bezinger dkk menyatakan pada rektum tidak ditemukan
sistem termoregulasi. Suhu rektal lebih tinggi dibandingkan tempat lain (arteri
pulmonalis), hal ini mungkin akibat aktivitas metabolik bakteri feses. Nilai suhu
rektal dipengaruhi oleh kedalaman insersi termometer, kondisi aliran darah, dan ada
atau tidaknya feses. Selain itu terapat risiko perforasi rektal dan infeksi nosokomial.
5. Oral
Pengukuran oral lebih disukai karena kemudahan dalam teknik penukurannya,
demikian juga dengan responnya terhadap perubahan suhu inti tubuh. Suhu
sublingual cukup dapat diterima secara klinis karena arteri utamanya merupakan
cabang arteri karotid eksterna dan mempunyai respon yang cepat terhadap
perubahan suhu ini.
6. Aksila
Pengukuran suhu aksila relative mudah bagi pemeriksa, nyaman bagi pasien, dan
mempunyai risiko yang paling kecil untuk penyebaran penyakit. Kelemahan
pengukuran suhu aksila terletak pada sensitivitasnya yang rendah dan mempunyai
variasi suhu yan tinggi dan sangat sipengaruhi suhu lingkungan.
7. Membran timpani
Secara teoritis membran timpani merupakan tempat yang ideal untuk pengukuran
suhu inti karena terdapat arteri yang berhubungan dengan pusat termoregulasi.
Termometer membran timpani saat ini menggunakan metode infrared radiation
emitted detectors (IRED). Walaupun dari segi kenyaman cukup baik, pengukuran
suhu membran timpani hingga saat ini jarang dipergunakan karena variasi nilai suhu
yang berkorelasi denga suhu oral atau rektal cukup besar.
8. Kulit
Proses
kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam
fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi menyebabkan konduksi panas dari inti
tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator
panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
9. Vagina
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat
atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi
hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan
pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur atau ovulasi.
Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer
basal ini dapat digunakan secara per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan
pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-
36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik
menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius.
Pada saat itulah terjadi masa subur atau ovulasi.
(Sumber:Wahidiyat Iskandar, Pemeriksaan Fisis, Dalam buku Diagnosis Fisis Pada
Anak Edisi Ke-2. Jakarta, 2003. Halaman 18)
2. Edema paru
Edema paru adalah kondisi saat paru-paru mengalami kelebihan cairan, sehingga
Anda menjadi sulit bernapas. Kondisi ini biasanya terjadi akibat penyakit gagal
jantung kongestif atau cedera paru akut. Orang yang mengalami edema paru
biasanya memiliki detak jantung yang lebih cepat dari biasanya, lemas, dan batuk
yang kadang disertai dengan darah. Gejala ini biasanya akan semakin parah saat
Anda berbaring. Edema paru adalah kondisi serius, bahkan termasuk gawat medis.
Pasalnya, edema di paru ini bisa menyebabkan gagal napas hingga kematian.
3. Edema serebral
Sesuai dengan namanya, edema serebral terjadi di otak. Kondisi ini muncul karena
berbagai pemicu seperti saat kepala terhantam benda keras, pembuluh darah yang
tersumbat atau pecah, memiliki tumor, hingga reaksi alergi.
Edema serebral termasuk kondisi yang mengancam nyawa. Gejalanya biasanya
meliputi sakit kepala, leher kaku atau sakit, hilang ingatan sebagian atau
seluruhnya, linglung, mual, muntah, dan pusing.
4. Edema makula
Edema makula adalah komplikasi serius retinopati diabetik. Kondisi ini terjadi
ketika cairan menumpuk di bagian mata yang disebut makula, tepatnya di tengah
retina. Hal ini terjadi saat pembuluh darah yang rusak di retina mengeluarkan cairan
ke makula. Akibatnya, pembengkakan pun tidak bisa dihindari. Edema makula
biasanya membuat seseorang mengalami gangguan penglihatan, termasuk dalam
melihat warna.
5. Edema pedal
Edema pedal terjadi saat cairan berkumpul di kaki bagian atas dan bawah. Kondisi
ini paling sering menyerang orang yang lebih tua atau hamil. Oleh karena itu, orang
yang mengalami edema pedal biasanya sulit bergerak karena kaki sering kali mati
rasa.
6. Limfedema
Limfedema adalah pembengkakan di lengan dan kaki yang disebabkan oleh
kerusakan pada kelenjar getah bening. Kerusakan ini paling sering terjadi akibat
perawatan kanker seperti operasi dan radiasi. Bahkan, kanker itu sendiri juga bisa
menghambat kelenjar getah bening dan menyebabkan penumpukan cairan.
(Sumber : www.hellosehat.com)
74. Apa bahasa kedokteran dari kurus?
spicæ tenues
(Sumber:https://www.google.com/search?q=google+translate&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b-ab)
1 kg = 2,204 pon
Sumber : www.brainly.co.id
(sumber https://id.theasianparent.com/normalkah-besar-lingkar-kepala-bayi-anda)
LILA merupakan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah
kulit. Pengukuran LILA dilakukan pada pertengahan antara pangkal lengan atas dan
ujung siku dalam ukuran cm (centi meter)
(Sumber : http://anna-malia.blogspot.com/2014/10/mengukur-status-gizi-dengan-
lila.html?m=1)
Palpasi
1. Temperatur
Anak memiliki kulit yang normalnya jika dipegang di pergelangan tangan atau
punggung tangan itu hangat. Jika kulit terasa panas mungkin mengindikasikan
adanya demam atau inflamasi, yang kalau kulit dipegang terasa dingin mungkin
tanda dari syok atau kedinginan.
2. Tekstur
Kulit anak itu memiliki tekstur yang halus, dan lembut. Periksa adakah area
kulit yang kasar, adanya penebalan atau indurasi.
3. Turgor kulit
Dalam mengevaluasi turgor kulit, cubit kecil sebagian kulit abdomen dengan
memakai jempol dan telunjuk, lalu lepaskan kulit yang dicubit, lihat berapa
lama kulit kembali. Tugor kulit yang bagus kembali dengan cepat. Turgor kulit
yang buruk kembali dengan lama, dan biasanya dihubungkan dengan dehidrasi.
Turgor kulit juga dapat diperiksa di abdomen, lengan dan paha. Jika terdapat
edema, kulit dapat tampak pucat. Untuk memeriksa edema, tekan kulit selama 5
detik, lepaskan dan lihat berapa cepat lekukanya hilang. Jika lekukannya hilang
dengan cepat, berati edemanya "nonpitting". Jika lama hilangnya, disebut
edema pitting.
5. Lesi kulit
Jika terdapat lesi kulit, perhatikan masing-masing jenis lesi, apakah permukaan
rata, tidak rata (berbenjol-benjol), licin/halus atau kasar, konsistensi lesi misal
padat, kenyal, lunak dan adanya nyeri tekan. Perhatikan tanda tanda radang
akut atau tidak, yaitu tumor (benjolan atau pembengkakan), colour (warna
kemeraha), dolor (nyeri), kalor (panas), fungsiolesa (gangguan fungsi kulit).
(Sumber: http://www.prenhall.com/london2e/pages/london_final_ch35.pdf
Djuanda A., dkk. 2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Badan
Penerbit FKUI: Jakarta.)
BMI (body mass index) atau Indeks Massa Tubuh adalah indeks yang paling mudah
dan paling sering digunakan untuk menggolongkan tingkat kegemukan dan
obesitas. Cara menghitungnya adalah dengan membagi berat badan seseorang
dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badannya dalam meter (kg/m2).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization), definisi
kegemukan adalah ketika BMI ≥ 25. Sedangkan definisi obesitas adalah ketika BMI
≥ 30. Akan tetapi, dikarenakan pada umumnya, orang Indonesia dan Asia memiliki
kadar lemak yang lebih tinggi daripada orang Barat, penggolongan batas BMI untuk
orang Indonesia dan Asia telah diubah sebagai berikut. Masyarakat dengan BMI di
atas 23 kg/m2 memiliki resiko menengah, dan BMI di atas 27.5 kg/m2 memiliki
resiko tinggi terhadap diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Kategori BMI (WHO):
* Kurus: BMI = <18.5
* Normal: BMI = 18.5–24.9
* Gemuk: BMI = 25–29.9
* Obesitas: BMI ≥ 30
Sumber : www.runsociety.com
Sianosis adalah perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi
kebiruan
akibat konsentrasi hemoglobin tereduksi yang berlebihan dalam darah. adanya
warna kebiruan adalah sebagai akibat dari peningkatan kadar hemoglobin terinduksi
atau devirat hemoglobin di dalam pembuluh darah kecil pada daerah tersebut. kulit
kemerahan yg menjadi ciri khas polisitemia vera harus dibedakan dengan sianosis.
kemerahan pada sianosis disebabkan oleh karboksihemoglobin. derajat sianosis
dimodifikasi oleh kualitas pigmen kutaneus. Deteksi klinis akurat mengenai derajat
dan adanya sianosis sulit, dan ditunjukan oleh oksimetri.
Pucat atau pallor (bahasa Latin) adalah keadaan kulit lebih putih dari biasanya
yangPucat secara umumnya mengenai seluruh badan, dan seringkali terlihat pada
muka,konjungtiva, bagian dalam mulut, dan kuku. Pucat mungkin sulit untuk
dideteksi pada orang berkulit gelap, kadang pucat hanya dapat dilihat pada bagian
mata dan bagian dalam mulut.Pucat dapat disebabkan oleh kurangnya suplai darah
ke kulit seperti pada keadaan sejuk, pingsan, syok serta hipoglikemia atau
disebabkan oleh berkurangnya jumlah sel darah merah(anemia)
(Sumber:
https://www.chw.org/~/media/Files/Medical%20Professionals/Education/Best%20P
ractices/7_HANDOUT_Jensen%20and%20Lew.pdf)
Makrosefali menunjukkan lingkar kepala yang > 2 standar deviasi dari distribusi
normal. Makrosefali dapat disebabkan oleh hidrosefalus, megalensefali dan
thickened skull. Mikrosefali merupakan lingkar kepala yang kurang dari 2 SD di
bawah rata-rata usia dan jenis kelamin. Penyebab mikrosefal dapat dibagi menjadi
primer dan sekunder. Mikrosefal primer meliputi kondisi otak kecil karena tidak
pernah terbentuk baik karena genetik atau kelainan kromosom. Penyebab primer
meliputi kelainan kromosom, anencephale, encephalocele dan penyebab sekunder
seperti gangguan intrauterine (infeksi), cedera otak perinatal (perdarahan
intrakranial).
Pada usia 6 bulan sebagian kecil (3%) bayi normal tertutup ubun – ubunnya; pada
usia 9 bulan kurang lebih 15% dan usia 1 tahun 40%. Pada usia 19 bulan 90% dan
pada usia 24 bulan 100% bayi normal telah menutup ubun – ubun besarnya.
(Sumber: Latief, Abdul. dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Edisi
ke 3. Jakarta: Sagung Seto)
86. Sebutkan bahasa kedokteran UUK dan UUB!
➢Ubun ubun besar: fontanella mayor
➢Ubun ubun kecil: fontanella minor
(Sumber:https://www.scribd.com/doc/174070572/Ukuran-Ukuran-Panggul-
Kepala-Denominator-Hipomoklion)
(Sumber: Sobotta)
89. Mengapa konjungtiva dapat digunakan untuk menilai anemis atau tidaknya
seseorang?
Konjungtiva merupakan lapisan tipis yang berada di mata yang berguna melindungi
sklera (area putih dari mata). Sel pada konjungtiva akan memproduksi cairan yang
akan melubrikasi kornea sehingga tidak kering. Konjungtiva terletak di kelopak
mata dinamakan konjungtiva palpebral dan yang akan memantulkan pada
permukaan anterior dari bola mata dinamakan konjungtiva bulbar. Konjungtiva
merupakan lekukan pada mata, normalnya konjungtiva itu berwarna kemerahan,
pada keadaan tertentu (misal pada anemia) konjungtiva akan berwarna pucat yang
disebut dengan nama konjungtiva anemis. Karena pada anemia terjadi kekurangan
eritrosit (sel darah merah) sehingga darah yang harusnya dialirkan ke seluruh tubuh
dengan cukup jadi tidak merata sementara itu konjungtiva merupakan salah satu
area sensitif yang apabila tidak 8 teraliri darah dengan sempurna akan tampak pucat
sama seperti halnya dengan sklera, bibir dan area kuku, sehingga selain
konjungtiva, bibir dan kuku juga tampak pucat. Jadi gambaran conjunctiva bisa
dikatakan sebagai salah satu prediktor status anemia pada wanita prakonsepsi dan
harus ditunjang dengan hasil dari pemeriksaan fisik yang lain meliputi gambaran
kuku, kulit dan bibir pada responden.
90. Sebutkan bagian bagian mata yang bisa menentukan cekung atau tidaknya
seseorang!
Palpebra inferior
(Sumber: Sobotta)
Lymph
(Sumber: Sobotta)
- ukuran
- bentuk
- mobilitas
- serta tanda – tanda radang.
Kelenjar yang teraba sampai 3 mm di semua daerah servikal dan inguinal kelenjar
yang besar tidak melebihi 1 cm masih normal untuk anak – anak dibawah usia 12
tahun.
(Sumber: Latief, Abdul. dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Edisi
ke 3. Jakarta: Sagung Seto)
➢Microtia
Umumnya terjadi pada salah satu telinga. Microtia merupakan kelainan pada telinga
yang terjadi akibat pertumbuhan pinna atau aurikula atau daun telinga tidak
sempurna, sehingga menyebabkan kecacatan yang tidak hanya pada bentuk telinga
bagian luar, namun juga bagian lain pada telinga. Hal ini menyebabkan penderita
microtia umumnya juga mengalami gangguan pada fungsi pendengarannya.
Lobules auriculare
(Sumber: Sobotta)
Alias hidung pelana, adalah kondisi hilangnya struktur penyangga hidung sehingga
melemahkan septum hidung, menyebabkan hidung secara keseluruhan ringsek ke
dalam. Cacat bentuk hidung bisa terletak di batang hidung, di bagian tulang rawan,
atau di jembatan hidung. Septum hidung, dinding lunak yang membatasi dua lubang
hidung, bisa rusak dan terdorong ke kiri atau kanan, atau hidung dapat tumbuh
miring. Kondisi ini disebut penyimpangan septum hidung. Penyimpangan ini bisa
menyebabkan masalah pernapasan dan ketidaknyamanan karena salah satu atau
kedua bilih hidung lebih kecil daripada semestinya.
(Sumber: Latief, Abdul. dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak. Edisi
ke 3. Jakarta: Sagung Seto)
Ala nasi
(Sumber: Sobotta)
Nasofaring:
Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah
palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah
vertebra servikal.
Orofaring:
Orofaring disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas
bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke
belakang adalah vertebra sevikal.
Laringofaring
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah
laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra servikal.
(Sumber: Sobotta)
A) Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa
tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil terletak di lateral
orofaring. Dibatasi oleh:
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid
yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Adenoid terletak di dinding belakang
nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas
dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba
eustachius.
C) Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen
sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata
(Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23175/Chapter%20II.pdf?se
quence=3&isAllowed=y)
99. Sebutkan secara berutu dari luar ke dalam apa saja yang diperiksa pada mulut!
- Adakah trimus; kesulitan membuka mulut
- Bibir
- Mukosa pipi
- Gusi (gingiva)
- Palatum
- Lidah
- Gigi-geligi
- Salivasi
- Faring
- Laring
(Sumber:Effiaty, A., et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok dan Leher. FKUI, Jakarta)
(Sumber: https://www.practicalclinicalskills.com/rhonchi)
(Sumber: https://medlineplus.gov/ency/article/000286.htm)
Dalam keadaan normal pada anak Indonesia sampai usia 5-6 tahun hati masih
teraba sampai berukuran 1/3-1/3 dengan tepi tajam, konsistensi kenyal,
permukaan, tanpa nyeri tekan.
(Sumber: Latief, Abdul., dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan
Anak Edisi ke-3. Jakarta: Sagung seto)
(Sumber: Latief, Abdul., dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan
Anak Edisi ke-3. Jakarta: Sagung seto)
(Sumber: Latief, Abdul., dkk. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan
Anak Edisi ke-3. Jakarta: Sagung seto)
(Sumber: http://digilib.unila.ac.id/20642/15/BAB%20II.pdf)
(Sumber: https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1390361029-3-
BAB%20II%20FIX%201.pdf)