Anda di halaman 1dari 3

ANALISA TINDAKAN

AFF INFUS PADA TN.T DENGAN SUSP CA COLORECTAL


RUANG PERAWATAN INTERNA (L1AB)
DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO
TAHUN 2019

NAMA MAHASISWA : SAKINA


NIM : R014191049

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
ANALISA TINDAKAN

NAMA : SAKINA

NIM : R014191049

Tindakan yang Dikerjakan : AFF Infus

Justifikasi Tindakan yang Dilakukan

Pelepasan infus set dilakukan pada Tn.T berusia 74 tahun (01-09-1944, K4/B3) dengan
kondisi dicurigai mengalamani phlebitis, kondsi kulit hangat, kering dan berminyak
menyebabkan fiksasi infus tidak adekuat, sehingga area pemasangan infus akan
dipindahkan. Berdasarkan hasil konsul gizi pasien mengalami anorexia, diare, asupan
tidak cukup dan tidak adekuat dalam dua hari terakhir. Diagnosa medis pasien Susp Ca
Colorectal dan diagnosa sekunder Moderate Prtein Energy Malnutrition. Diagnosa
keperawatan resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif dan malnutrisi (Domain
11. Keamanan/Perlindungan, Kelas 1. Infeksi)

Teori Singkat Tindakan

AAF Infus merupakan suatu tindakan mengangkat atau mencabut arum infus dan
melepaskan selang infus karena tidak dibutuhkan lagi. Tindakan ini dilakukan pada psien
yang tidak lagi membutuhkan terapi intravena atau jika tempat IV perlu dganti. Tindakan
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial (TIM Penyusun SOP
Keperawatan Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar, 2019). Faktor penting yang
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi adalah kerentanan inang yang dipengarhi oleh
usia, hereditas, tingkat stres, status nutrisi, terapi medis yang tela dijalani dan proses
penyakit yang sudah ada (Kozier, Erb , Berman, & Snyder, 2010)

Hasil Tindakan

Telah dilakukan pelepasan infus pada Tn.T (K4/B3). Setelah dilakukan tindakan
tersebut, pemasangan infus diakukan pada area yang bereda dan diberikan cairan NaCl
0,9%, 500 cc, 20 tpm

Analisa Tindakan

Analisa tindakan ini dilakukan berdasarkan dari buku Standar Operasional Keperawatan
RSWS Jilid 1 (2019) dan perbandingan dengan hasil tindakan yang telah dilakukan.
Salah satu tahapna yang harus dilakukan ialah mencuci tangan sebagi upaya
meminimalkan transmisi mikroorganisme, namun sebelum tindakan dilakukan tidak
dilakukan cuci tangan terlebih dahulu. Mencuci tangan merupakan salah satu tindakan
pengendalian infeksi paling efektif. Selain itu, salah satu waktu penting mencuci tangan
bagi tenaga kesehatan ialah sebelum dan sesudah memberikan setiap tindakan perawatan
pada pasien (Kozier, Erb , Berman, & Snyder, 2010).
Prosedur penting selanjutnya ialah menggunkan kapas alkohol untuk membuka fiksasi
infus agar memudahkan dan meminimalnkan nyeri yang bisa dialami pasien saat AFF
infus dilakukan. Namun hal ini tidak dilakukan karena kondisi kulit pasien yang kering
dan berminyak. Menutup bekas tusukan jarum dengan kasa atau plester yang sesuai
dengan kondisi luka, namun pada saat tindakaan plester (plasterin) tidak sesuai dengan
kondisi bekas luka tusukan sehingga darah tetap merembes meskiun telah dilakukan
penekanan. Kemudian tidak meninggika lengan pasien saat terjadi perdarahan.
Meninggikan ekstremitas dapat mengurangi aliran darah pada area tersebut (Kozier,
Erb , Berman, & Snyder, 2010)

Hambatan

Hambatan yang didapatkan saat melakukan AFF infus ialah saat hendak menutup bekas
tusukan jarum. Plester yang disiapkaan (plasterin) tidak sesuai dengan kondisi bekas luka
tusukan sehingga petuas harus memintaa bantuan pada kelaurga pasien untuk melakukan
penekanan pada area penusukan sembari petugas menyiapkan kembali kapas alkohol dan
plester yang sesuai

Kesimpulan dan Saran

Tindakan infus dilakukan pada pasien yaang tidak membutuhkan terapi intravena atau
jika tempat IV perlu diganti karena kondisi tertentu misalnya phlebtis, hematom, atau
lainnya. Persiapan alat yang sesuai perlu diperhatikan agar tindakaan yang dilakukaan
dapat berjalan dengan baik dan emmberikan kenyamanan pada pasien

Daftar Pustaka

Kozier, B., Erb , G., Berman, A., & Snyder, S. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik (7 ed.). Jakarta: EGC.

TIM Penyusun SOP Keperawatan Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar. (2019).
Standar Operasional Prosedur Keperawatan Jilid I. (Maryunis, W. Ramayana, & A.
Muhri, Eds.) Makassar.

Anda mungkin juga menyukai