Oleh :
19360047
Pembimbing :
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum.
mmHg.
ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta dan system organ lainnya
LAPORAN KASUS
STATUS PENDERITA
Identitas Pasien
Umur : 46 tahun
Status : Menikah
No. MR : 152898
Anamnesis
Keluhan utama
Nyeri ulu hati menyesak ke dada sejak +/- 2 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan tambahan
Os datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak +/- 2 hari yang lalu dan
sering merasa mual. Pasien sering makan tidak teratur.Os juga mengeluhkan
nyeri kepala. Tidak terasa berputar. Tidak nyeri telinga. Os merasakan mual
tetapi tidak muntah. Tidak nyeri dada. Tidak sesak napas BAB tidak ada
tahun ini. Os hanya berobat ke puskesmas dan tidak meminum obat secara
rutin. Hanya minum obat jika terdapat keluhan seperti nyeri kepala. Namun
pasien tidak mengetahui obat apa yang diminumnya jika terdapat keluhan.
Hubunga
Diagnosis Kondisi kesehatan Penyebab meninggal
n
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah - - -
Ibu - - -
Saudara Hipertensi - -
Anak - - -
Anamnesa Organ
Kulit :
Kepala :
Thoraks :
Abdomen :
Saluran Kemih :
Pemeriksaan Fisik
BB : 50 kg
TB : 155 cm
Aspek kejiwaan
Kepala
Mata
Kongjungtiva Anemis (-) ikterik (-) eksoftalmus (-) enoftalmus (-)
nistagmus (-)
Telinga
Tidak ada kelainan. Tuli (-) darah (-) seruman (-) sekret (-) edem (-)
Hidung
Tidak ada kelainan. Trauma (-) nyeri (-) sekret (-) epitaksis (-) fraktur (-)
Mulut
Tidak ada kelainan. Sianosis (-) Bibir kering (-) Trismus (-) Tonsil (T1/T1)
Leher
Paru – paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Sensitbilitas : Normal
Sensitbilitas : Normal
Edem : ada
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
EKG :Normal
Rongen :
thoracalis
Resume
Os datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak +/- 2 hari yang lalu
kembung dan sering merasa mual. Pasien sering makan tidak teratur. Os
juga mengeluhkan nyeri kepala. Tidak terasa berputar. Tidak nyeri telinga.
Os merasakan mual tetapi tidak muntah. Tidak nyeri dada. Tidak sesak
napas BAB tidak ada keluhan. BAK tidak ada keluhan. Os mengeluhkan
tahun ini. Os hanya berobat ke puskesmas dan tidak meminum obat secara
rutin. Hanya minum obat jika terdapat keluhan seperti nyeri kepala.
Namun pasien tidak mengetahui obat apa yang diminumnya jika terdapat
keluhan.
thoracalis.
Daftar Masalah
2. Hipertesi
3. Mual
Diagnosa
Diagnosa Banding
- Sindrom dispesia
- Hipertensi emergensi
- Hipertensi Grade III
Penatalaksanaan
Non-Farmakologi :
1. Tirah baring
5. Menghindari stress.
Farmakologi :
IVFD RL 20 xx gtt/menit
Amlodipine 1 x 10 mg tab
Sucralfat syr 3 x 2 c
BAB III
ANALISA KASUS
didapatkan pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati. Nyeri ulu hati dirasakan
sejak ± 2 hari SMRS. Sebelumnya pasien pernah mengalami hal serupa. dari
anamnesis pasien datang dengan keluhan nyeri pada ulu hati yang berada pada
bertambah parah jika terlambat makan, disertai rasa mual. Hal ini merupakan
yang meningkat. Satu hal lagi yang mendukung diagnosis adalah adanya nafsu
makan yang tidak teratur dan stress psikologi yang sangat berperan dalam sekresi
asam lambung yang berlebihan sampai akhirnya timbul gejala. Pasien juga
mengeluhkan nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu nyeri dirasakan seperti di tusuk-
tusuk jarum. Tidak terasa berputar. Nyeri berkurang ketika pasien beristirahat.
BAB tidak ada keluhan. BAK tidak ada keluhan. Pasien memiliki riwayat
penyakit hipertensi yang diketahui sudah ± 5 tahun ini. Namun pasien tidak
kelainan yang bermakna. Pada pemeriksaan EKG tidak didapatkan kelainan. Pada
vertebra thoracalis mengacu pada data rersebut maka dapat ditegakkan diagnosis
kepada adanya gejala kerusakan organ sasaran, dengan demikian jenis hipertensi
Pada keadaan ini diperlukan obat untuk meredakan nyeri pada ulu hati
pada pasien ini yang berasal dari gaster/lambung maka diberikan obat
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Dispepsia adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari
nyeri atau rasa tidak nyaman diepigastrium, mual, muntah, kembung, rasa
penuhatau cepat kenyang, dan sering bersendawa. Dispepsia dapat
disebabkan oleh kelainan organik (misalnya tukak peptik, gastritis,
kolesistitis, dan lainnya), bila telah diketahui adanya kelainan organik
sebagai penyebabnya. maupun yang bersifat nonorganik/fungsional/
dyspepsia non ulkus, bila tidak jelas penyebabnya.1.2,5
3.2 Etiologi 4,5
Penyebab Dispepsia meliputi :
1. Dispepsia Organik .
- Gangguan dalam lumen saluran cerna (Tukak peptic, Gastritis,
Keganasan, dll)
- Gastroparesis
- Obat-obatan ( AINS, Teofilin, Digitalis, Antibiotik )
- Hepato Biller ( Hepatitis, Kolesistitis, Kolelitiatis, Keganasan,
Disfungsi spincter odii )
- Pancreas ( Pankreatitis, Keganasan )
- Keadaan Sistematik ( DM, Penyakit tiroid, Gagal ginjal, Kehamilan,
PJI )
3.7 HIPERTENSI
3.7.1 DEFINISI
Hipertensi adalah penyakit akibat peningkatan tekanan darah dalam
arteri dengan tekanan darah sistolik dan diastolik lebih atau sama
sdengan 140 dan 90mmHg. Krisis hipertensi ialah keadaan klinik yang
gawat yang disebabkan karena tekanan darah yang meningkat,
biasanya tekanan diastolic 140mmHg atau lebih, disertai
kegagalan/kerusakan target organ. Yang dimaksud target organ disini
ialah: otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah. Batas
tekanan darah untuk timbulnya krisis hipertensi, bisa lebih rendah dari
140 mmHg, misalnya 130 atau 120 mmHg. Hal ini terutama
tergantung dari cepatnya kenaikan tekanan darah.
Menurut tingkat kegawatannya, krisis hipertensi dibagi menjadi :
3.7.1.1 Hipertensi gawat (hpertensive emergency).
Hipertensi gawat ialah keadaan klinik yang memerlukan penurunan
tekanan darah dalam waktu kurang dari satu jam.
3.7.1.2 Hipertensi darurat (hypertensive urgency)
Hipertensi darurat ialah keadaan klinik yang memerlukan
penurunan tekanan darah dalam beberapa jam.
3.7.2 ETIOLOGI
1. Primer Hipertensi (idiopatik)
2. Hipertensi Sekunder
a) Peningkatan kardiac output ( peningkatan sekunder dalam
tahanan pembuluh darah )
Uremia dengan cairan overload
Akut renal disease (glomerulonefritis, krisis
skleroderma)
Peningkatan Hyperaldosteronprime
b) Peningkatan resistensi pembuluh darah
Renovaskular hipertensi ( renal artery stenosis )
Pheochromosytoma
Obat – obatan ( kokain, makanan, atau obat yang
berinteraksi dengan monoamine oxidase inhibitors )
Cerebro – vascular ( infark, intracranial atau
subarchnoid hemorragi )
3.7.5 PATOGENESIS
Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu Peningkatan
tekanan darah yang dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan
perifer .
Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu
penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis
antara faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan
darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau
tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi
sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf
simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron,
perubahan membran sel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel
merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme
hipertensi.
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya
dipengaruhi oleh sistem renin angiotensin aldosteron, dimana
hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja dengan
mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron
adalah sistem endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan
tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin
aldosteron diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi
aldosteron mengatur keseimbangan cairan, natrium dan kalium.
Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada aliran pembuluh
darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi
tekanan darah .
Gambar 4. Patogenesis Hipertensi
3.7.6 TATALAKSANA
3.7.7 KOMPLIKASI
1. Stroke
Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan
serangan transient iskemik. Pada penderita hipertensi 80%
stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik,yang disebabkan
karena trombosis intra-arterial atau embolisasi dari jantung dan
arteri besar. Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan
(haemorrhage), yang juga berhubungan dengan nilai tekanan
darah yang sangat tinggi. Penderita hipertensi yang berusia
lanjut cenderung menderita stroke dan pada beberapa episode
menderita iskemia serebral yang mengakibatkan hilangnya
fungsi intelektual secara progresif dan dementia. Studi populasi
menunjukan bahwa penurunan tekanan darah sebesar 5 mmHg
menurunkan resiko terjadinya stroke.
2. Penyakit jantung koroner
Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan
resiko terjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark
miokard atau kematian mendadak), meskipun kekuatan
hubungan ini lebih rendah daripada hubungan antara nilai
tekanan darah dan stroke. Kekuatan yang lebih rendah ini
menunjukan adanya faktor-faktor resiko lain yang dapat
menyebabkan penyakit jantung koroner. Meskipun demikian,
suatu percobaan klinis yang melibatkan sejumlah
3. Gagal jantung
Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif
menyatakan bahwa penderita dengan riwayat hipertensi
memiliki resiko enam kali lebih besar untuk menderita gagal
jantung daripada penderita tanpa riwayat hipertensi. Data yang
ada menunjukan bahwa pengobatan hipertensi, meskipun tidak
dapat secara pasti mencegah terjadinya gagal jantung, namun
dapat menunda terjadinya gagal jantung selama beberapa
decade.
4. Hipertrofi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon kompensasi
terhadap peningkatan afterload terhadap jantung yang
disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi. Pada akhirnya
peningkatan massa otot melebihi suplai oksigen, dan hal ini
bersamaan dengan penurunan cadangan pembuluh darah
koroner yang sering dijumpai pada penderita hipertensi, dapat
menyebabkan terjadinya iskemik miokard. Penderita hipertensi
dengan hipertrofi ventrikel kiri memiliki peningkatan resiko
terjadinya cardiac aritmia (fibrilasi atrial dan aritmia ventrikular)
dan penyakit atherosklerosis vaskular (penyakit koroner dan
penyakit arteri perifer)
5. Penyakit vaskular
Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan
penyakit vaskular perifer. Kedua penyakit ini menunjukan
adanya atherosklerosis yang diperbesar oleh hipertensi.
Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi atherosklerosis
pada arteri carotid, dimana lesi atherosklerosis yang berat
seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke .
6. Retinopati
Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata,
yang disebut retinopati hipersensitif. Perubahan tersebut
meliputi bilateral retinal falmshaped haemorrhages, cotton woll
spots, hard exudates dan papiloedema. Pada tekanan yang sangat
tinggi (diastolic >120 mmHg, kadang-kadang setinggi 180
mmHg atau bahkan lebih) cairan mulai bocor dari arteriol-
arteriol kedalam retina, sehingga menyebabkan padangan kabur,
dan bukti nyata pendarahan otak yang sangat serius, gagal ginjal
atau kebutaan permanent karena rusaknya retina.
7. Kerusakan ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat
hipertensi. Dalam waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat
menyebabkan insufiensi ginjal, kebanyakan sebagai akibat
nekrosis febrinoid insufisiensi arteri-ginjal kecil. Pada hipertensi
yang tidak parah, kerusakan ginjal akibat arteriosklerosis yang
biasanya agak ringan dan berkembang lebih lambat.
Perkembangan kerusakan ginjal akibat hipertensi biasanya
ditandai oleh proteinuria. Proteinuria merupakan faktor resiko
bebas untuk kematian akibat semua penyebab, dan kematian
akibat penyakit kardiovaskular. Proteinuria dapat dikurangi
dengan menurunkan tekanan darah secara efektif).
DAFTAR PUSTAKA
1. http://tbmcalcaneus.org/index2.php?
option=com_content&do_pdf=1&id=73
2. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/penanganan%20dispepsia%20pada
%20lanjut%20usia%20(prof%20wibawa).pdf
3. http://info-medis.blogspot.com/2009/01/dispepsia.html
4. http://drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/dispepsia-fungsional.html
5. (KULIIDispepsi ppt)
http://images.viepharmacy.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/Sq
x6WgoKCpwAACRKLH81/KUL%20II%20DISPEPSIA.ppt?
nmid=282754117
6. http://nieziz09.co.cc/dispepsia