Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MENGANALISA VIDEO

Nama : Muhammad Shandy Ajie


NIM : P3.73.20.2.18.027
Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat I
Dosen Pembimbing : Ns. Santun Setiawati, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.An
Tanggal : Senin, 19 Oktober 2020

Manajemen Gigitan Binatang


1. Dasar Keracunan.
Link : https://youtu.be/Sxgtt6cOtYA
Kelebihan :
Materi yang disampaikan dalam video menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
Kekurangan :
Kualitas suara kecil dan pecah sehingga suara sedikit tidak jelas, materi pada video hanya terdapat
pengertian, gejala dan pencegahan keracunan, sedangkan kita perlu mengetahui etiologic dari
keracunan, dan macam macam keracunan berdasarkan etiologinya.
Saran :
Sebaiknya video lebih di lengkapi lagi agar bisa menjadi video pembelajaran mahasiswa
keperawatan seperti menyertakan macam - macam keracunan berdasarkan penyebabnya, `dan
patofisiolgi keracunan.
2. Prosedur Dekontaminasi
Link : https://youtu.be/0qwpz43XdVc
Kelebihan :
Kualitas gambar bagus dan animasi dubuat sangat menarik.
Kekurangan :
Pada video materi dekontaminasi hanya ada pengertian serta cara melakukan dekontaminasi
sederhana, dalam video belum dijelaskan bagimana prosedur dekontaminasi.
3. Keracunan Organoposphat
Link : https://youtu.be/0s9fRDAS0hU
Kelebihan :

Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Kekurangan :
Saran :
4. Teknik Bilas Lambung
Link : (https://youtu.be/7VVCmCkqd9Y
Kelebihan :
Kekurangan :
Saran :
5. Manajemen Gigitan Ular
Link : (https://youtu.be/UarFDg3sdLI
Kelebihan : Dalam vidio mendemostrasikan cara penanganan pertama saat terkena gigitan
ular yaitu dengan teknik perban anggota tubuh yg terkena gigitan ular dari telapak tangan
sampai lengan atas.
Kekurangan : Dalam vidio tidak memakai spalk yang bertujuan untuk imobilisasi tangan
yang terkena gigitan ular.
Saran : Sebaiknya selain menggunakan perban juga harus menggunakan spalk yang
berfungsi agar tangan tidak banyak bergerak, pemasangan spalk mulai dari ujung tangan
sampai lengan atas bagian sendi yang tidak bergerak.
6. Penanganan Gigitan Ular
Link : (https://youtu.be/o_k86E2xw9c
Kelebihan : Dalam vidio dijelaskan dengan jelas cara untuk penanganan apabila terkena
gigitan ular.
Kekurangan : pada saat pemasangan perban kurang tepat.
Saran : Sebaiknya penggunaan perban dilakukan mulai dari telapak tangan sampai lengan
atas, dan juga menggunakan spalk agar tangan tidak banyak bergerak agar racun/bisa ular
tidak menjalar.
7. Manajemen Gigitan Anjing
Link : (https://youtu.be/pbNYHDcaz7s
Kelebihan :
Kekurangan :
Saran :

Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Jakarta III
PROSES KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Keracunan Makanan dan Gigitan Binatang

SKENARIO DEWASA 10 :
Seorang wanita usia 30 tahun datang ke IGD rumah sakit X diantar oleh keluarga karena mengalami
gigitan anjing. Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran kompos mentis, terdapat luka pada area
betis kiri.
Hasil pemeriksaan triase :
- RR 20 kali/mnt dengan tanpa menggunakan otot-otot nafas,
- Denyut nadi 90 kali/mnt dan regular.
- Tekanan darah 120/80 mmHg.
- GCS 15
- Suhu tubuh 36.2oc.

TRIASE :
Tugas : analisis data diatas ke dalam format triase, simpulkan label apa dan masukan ke ruang berlabel
apa?

SURVEY PRIMER
Tugas : anda lakukan survey primer tahap demi tahap dan tuliskan dalam format survey primer data
yang didapat, pilih diagnose keperawatan/atau anda buat kembali diagnose keperawatannya,
rencanakan intervensinya, implementasikan dan evaluasi.

SURVEY SEKUNDER
Tugas : anggap jalan nafas sudah adekuat, nafas sudah paten, cirkulasi sudah stabil. Anda lakukan survey
sekunder, coba lakukan dengan teman wawancara dan pemeriksaan fisik, rencanakan tindakan
keperawatan mandiri dan rencanakan konsul ke Ners Spesialis/dokter spesialis.

TINDAKAN DEFINITIF
Tugas : Anda sudah konsultasi dengan dokter dan atau Ners spesialis Emergency, lakukan perencanaan
dan pelaksanaan penyelamatan hidup pasien sesuai dengan program.

PEMINDAHAN PASIEN
Tugas : Anda sudah melakukan tindakan keperawatan klien di ruang emergency, anda rencanakan untuk
pemindahan pesien ke ruang rawat atau pulang.

Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Jakarta III
TAHAPAN PENANGANAN KLIEN GAWAT DARURAT
(INNISIAL ASSESMENT)

A. TRIASE
NRM :
FORMULIR TRIASE Nama : Ny. W
Jenis Kelamin : P
Tanggal Tahir :
Cara Datang : ( √ ) Sendiri ( ) Diantar Polisi ( ) Asal rujukan : Jam Datang: Jam Registrasi
( ) Ambulan No. Id. : Kota/Kab : 13.00 WIB
Alamat Kontak : Jl. Cempaka Raya No. 17, Jakarta Barat Pengantar Pasien: Keluarga ( ) DOA
Tanda kehidupan (-)
Keluhan Utama : Nyeri digigit anjing ( √ ) Trauma ( ) Non trauma
Tidak ada denyut nadi :
Riwayat Penyakit Dahulu : - ( ) Ostetri RC = (-/-)
EKG Flat
Jam DOA =
Kondisi Umum : Kompos mentis, tampak sakit ringan
Pemeriksaa Resusitasi Emergent TANDA-TANDA URGENT NON URGEN FALSE EMERGENCY
n (Merah) (Orange) VITAL (Kuning) (Hijau) (Putih)
Jalan Nafas ( ) Sumbatan ( √ ) Bebas Tidak ada ( √ ) Bebas ( √ ) Bebas ( √ ) Bebas
sumbatan
Pernafasan ( ) Henti Nafas ( ) Frek Nafas Frek Nafas 20 ( ) Frek Nafas ( √ ) Frek Nafas ( √ ) Frek Nafas 16-20
( ) Frek 10 >30 x/mnt 24-30 20-24 x/mnt
x/mnt ( ) Wheezing ( ) Wheezing x/mnt
( ) Sianosis
Sirkulasi ( ) Henti ( ) Nadi lemah Frek. Nadi : 90 ( ) Nadi lemah ( ) Frek nadi ( √ ) Frek nadi 80-100
jantung ( ) Frek nadi < x/mnt ( ) Frek nadi 100-120 x/mnt
( ) Nadi tak 50 atau TD. : 120/80 >120-150 x/mnt ( √ ) TD sistol 120
teraba >150 x/mnt mmHg x/mnt ( ) TD sistol mmHg
( ) Pucat ( ) Pucat ( ) TD sistol > >120-150 ( √ ) TD diastol 80
( ) Akral dingin ( ) Akral dingin Makanan :- 150 mmHg mmHg mmHg
( ) CRT < 2 ( ) TD diastole ( ) TD diastole
detik Obat :- > 100 >80-100
mmHg mmHg

Disability ( ) GCS < 9 ( ) GCS 9-12 GCS 15 ( ) GCS > 12 ( √ ) GCS 15 ( √ ) GCS 15
Kesimpulan:
Pasien tersebut diberi label Putih karena:
- Tidak terdapat sumbatan jalan napas
- Hasil pemeriksaan TTV: TD: 120/80 mmHg; RR: 20 x/menit; HR: 90 x/menit
- Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
- GCS 15
Dokter, Perawat

( ) ( M Shandy Ajie )

Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Jakarta III
B. PENGKAJIAN PRIMER (ASUHAN KEPERAWATAN SINGKAT)

A. IDENTITAS KLIEN
Jenis kelamin: ( ) Laki-laki ( √ ) Wanita
Nama pasien : Ny. W Umur : 30 tahun No. RM: - -
Nama keluarga : Tn. K Agama: Islam Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat kantor : Jl. Imam Bonjol No. 11, Jakarta Pusat Telp :
Alamat rumah : Jl. Cempaka Raya No. 17, Jakarta Barat Telp :
Diagnosa Medik : Luka gigitan
Datang ke RS tanggal: 21 Oktober 2020 pukul: 13.00 WIB
Kendaraan:  Ambulan 118;  Mobil pribadi,  Kendaraan lain. :
B. PENGKAJIAN

Keluhan utama: Nyeri digigit anjing

Pengkajian keperawatan Masalah/Diagnosa Tindakan keperawatan


Keperawatan

A. Airway Aktual  Resiko  Membersihkan jalan nafas


 Bebas Gangguan Ventilasi :  Memberikan posisi nyaman fowler / semi fowler.
 Tidak bebas: obstruksi  Mengajarkan teknik batuk efektif.
Pangkal lidah jatuh  Gangguan bersihan  Melakukan pengisapan lendir.
Sputum  jalan nafas tidak  Memasang oro/ naso faringeal airway
Darah  efektif  Melakukan auskultasi paru secara periodic.
Spasme   Memberikan posisi miring mantap jika pasien
Benda Asing  tidak sadar.
 Melakukan jaw thrust, chin lift.
Suara nafas: Lain-lain………………
Normal 
Stridor 
Tidak ada suara napas 
Lain-lain………………
B. Breathing Aktual  Resiko  Mengobservasi frekwensi , irama kedalaman
Pola nafas: Apnoe suara nafas.
 Apneu  Dyspneu Pola nafas tidakefektif  Mengobservasi penggunaan otot bantu
 Bradipneu  Takhipneu pernafasan
 Orthopneu  Memberikan posisi semi fowler jika tidak ada
kontra indikasi
Bunyi Nafas:  Memperhatikan pengembangan dinding dada
 Vesikuler Whezing  Melakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontra
 Stridor  Ronchi indikasi
Kolaborasi: pemberian O2, dan pemeriksaan AGD
Irama Nafas
Teratur  Tidak teratur Lain-lain………………

Penggunaan otot Bantu nafas


 Retraksi dada  Cuping
hidung

Jenis pernafasan:
 Pernafasan dada:
 Peranafasan perut
Lain-lain………………
C. Circulation  Aktual  Resiko  Mengawasi adanya perubahan warna kulit.
Akral: Gangguan perfusi  Mengukur tanda-tanda vital.
 Hangat  Dingin perifer  Mengkaji kekuatan nadi perifer.
Pucat :  Ya  Tidak  Mengkaji tanda-tanda dehidrasi.

Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Cianosis : Ya  Tidak  Mengobservasi keseimbangan cairan.
Pengisian Kapiler  Meninggikan daerah yang cedera jika tidak ada
 < 2 detik  > 2 detik kontraindikasi.
Nadi: Teraba  Tidak  Memberikan cairan peroral jika memungkinkan.
teraba  Mengobservasi tanda-tanda adanya
Tekanan darah 120/80 mmHg kompartemen syndrom ( nyeri lokal daerah
Perdarahan :  Ya cedera, pucat, penurunan mobilitas, penurunan
Tidak tekanan nadi, nyeri bertambah saat digerakkan,
Jika Ya ………. Cc perubahan sensori / baal dan kesemutan.
Lokasi pendarahan............... Lain-lain………………
Kelembaban kulit : Lembab
 Kering
Turgor:  Normal  Kurang
Lain-lain………………
Adanya riwayat kehilangan  Aktual  Resiko  Mengkaji tanda-tanda dehidrasi
cairan dalam jumlah besar: ( ) Gangguan  Mengkaji tanda-tanda vital, tingkat kesadaran.
diare, ( ) muntah,( ) luka keseimbangan  Memberikan cairan peroral jika masih
bakar ( ) perdarahan. cairan :shock memungkinkan.hingga 2000 – 2500 cc/ hr.
hipovolume  Memberikan cairan melalui intra vena.
Akral:  Memonitor perubahan turgor, membrane mukosa
 Hangat  Dingin dan kapilary refill.
Pucat :  Ya  Tidak  Memonitor intake –output caitan setiap jam:
Cianosis : Ya  Tidak pasang kateter dll.
Pengisian Kapiler  Menyiapkan alat-alat untuk pemasangan CVP jika
 < 2 detik  > 2 detik diperlukan.
Nadi: Teraba  Tidak  Memonitor CVP dan perubahan nilai elektrolit
teraba tubuh.
Tekanan darah ..... mmHg
Perdarahan :  Ya Tidak Kolaborasi:
Jika Ya ………. cc  Melakukan infus dengan jarum yang besar 2 line.
Lokasi pendarahan...............  Menyiapkan pemberian tranfusi darah jika
Kelembaban kulit : penyebabnya perdarahan, koloid jika darah
Lembab  Kering tranfusi susah didapat
Turgor:  Normal  Kurang Lain-lain………………
Luas luka bakar …. % Grade:
Lain-lain………………
D. Disability.  Aktual  Resiko  Mengkaji karakteristik nyeri .
Tingkat kesadaran : kompos Gangguan perfusi  Mengukur tanda-tanda vital
mentis jaringan serebral  Mengobservasi perubahan tingkat kesadaran.
Nilai GCS dewasa  Meninggikan kepala15-30o jika tidak ada kontra
:E: 4 M : 6 V: 5 indikasi.
Pada Anak : A V P U.  Mengobservasi kecukupan cairan
Pupil  Normal,
Respon Cahaya +/ - Kolaborasi;
Ukuran pupil:  Isokor  Pemberian Oksigen
 An Isokor  Pemasanagan infuse.
Diameter  1mm  2 mm  Monitor hasilAGD dan laporkan hasilnya.
 3mm  4mm  Memberikan terapi sesuai indikasi
Penilaian Ekstremitas
Sensorik  Ya  Tidak. Lain-lain……………………….
Motorik  Ya  Tidak
Kekuatan otot / Skala Lovetts:
5
Lain-lain………………
Exposure.  Nyeri  Mengkaji karakteristik nyeri, gunakan
Adanya trauma pada pendekatan PQRST.
daerah;  Mengajarkan teknik relaksasi.
Adanya jejas/ luka pada  Membatasi aktifitas yang meningkatkan intensitas
daerah betis kiri nyeri

Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Jakarta III
- panjang: 6 cm, 6 cm  Kolaborasi untuk pemberian terapi
- kedalaman luka: 1 cm ( √ ) analgetik,( ) oksigen ( ) Infus
Lain-lain……………… ( ) perekaman EKG.
Lain-lain: vaksin antirabies dan tetanus
Paraf dan nama jelas

C. PENGKAJIAN SEKUNDER (ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT)


1. Pengkajian :
a. Riwayat penyakit sekarang (SAMPLE):
- Keluhan Utama : Nyeri digigit anjing
- Perjalanan Penyakit :
O: 1 jam yang lalu
P: digigit anjing
Q: nyeri seperti tertusuk
R: di betis kiri
S: Skala 5
T: nyeri berlangsung selama 1 jam sejak digigit anjing

- Keluhan tambahan :
1) Pusing
2) Pucat
3) Lemas
4) Mual
5) Pasien tampak meringis

- Alergi obat : tidak ada


- Obat-obat yang biasa diminum : sanmol
- Penyakit masa lalu : -
- Makan terakhir : makan siang nasi padang pukul 11.30 WIB
- Event of leading : di jalan perumahan setelah makan nasi padang

6) Pemeriksaan Fisik :
- P. Fisik Fokus :
1) Ekstremitas: terdapat luka gigitan pada betis kiri, luka terlihat berwarna merah,
ukuran panjang luka 6 cm dan kedalam 1 cm, daerah sekitar luka terlihat bengkak,
terdapat nyeri tekan, kaki kiri masih mampu digerakan namun nyeri saat digerakan.

- P. Fisik sistem lain dan TTV :


Keadaan umum: kompos mentis, GCS 15, tampak sakit ringan
TTV: TD: 120/80 mmHg; RR: 20 x/menit; HR: 90 x/menit
1) Kepala
Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Tidak ada massa, warna rambut hitam, tidak ada lesi, tidak ada ketombe, tidak ada
nyeri, bentuk kepala simetris.
2) Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, isokor +/+, tidak
ada edema, bola mata bisa mengikuti arah gerakan tangan, alis rambut tersebar
merata dan ada yang sedikit lebih panjang, bulu mata tersebar merata, bentuk bulu
mata melengkung ke luar, miopi
3) Telinga
Bentuk simetris, bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada gangguan pendengaran, tidak
ada serumen
4) Hidung
Bentuk simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nyeri sinus, tidak ada lesi, tidak ada
cairan
5) Mulut
Bentuk simetris, bibir berwarna merah muda, gigi berlubang, tidak ada sariawan
6) Dada/thorax
Bentuk dada simetris, suara napas vesikuler, tidak ada bunyi jantung tambahan,
eupnea, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
7) Abdomen
Bentuk datar, warna kulit abdomen sama dengan warna kulit lain, tidak ada nyeri
tekan dan lepas, tidak ada pembesaran hati, turgor kulit elastic, bising usus 7 x/menit
8) Genitalia
Tidak ada gangguan, bersih, BAB dan BAK lancar

7) Pemeriksaan Penunjang : -

Diagnosa Rencana Inv. Rencana Int, Implementasi Evaluasi


Keperawatan Kep. Medik

1. Nyeri akut Setelah 1. Pemberia 13.0 1. Mengidentifikasi S: pasien


b.d agen dilakukan n 0 lokasi, mengatakan
Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
pencedera tindakan analgetik WIB karakteristik, nyerinya
fisik (gigitan keperawatan durasi, frekuensi, berkurang dan
anjing) selama 1x24 kualitas, keluhan mual
jam tingkat intensitas, dan menurun
nyeri menurun skala nyeri O: TD: 120/80
dengan kriteria 2. Mengidentifikasi mmHg; RR: 18
hasil: respons nyeri x/menit; HR: 80
1. Skala nyeri 14.0 non verbal x/menit; suhu:
menurun 0 3. Mengajarkan 36,50C; pasien
(skala 2) WIB teknik relaksasi tampak tidak
2. Keluhan 15.0 4. Berkolaborasi meringis
mual 0 pemberian A: Masalah
menurun WIB analgetik teratasi
3. Pasien P:
tampak 1. Monitor
tidak TTV
merigis 2. Monitor
4. TTV dalam nyeri
batas 3. Kolaborasi
normal pemberian
(TD: analgetik
120/80
mmHg;
RR: 16-20
x/menit;
HR: 60-
100
x/menit;
suhu: 36,5-
37,50C
Intervensi:
1. Identifikasi
lokasi,
karakteristi
k, durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas,
dan skala
nyeri
2. Identifikasi
respons
nyeri non
Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
verbal
3. Ajarkan
teknik
relaksasi
4. Kolaborasi
pemberian
analgetik

2. Risiko Setelah 1. Pemberia 13.0 1. Memonitor tanda S: pasien


infeksi b.d dilakukan n vaksin 0 dan gejala infeksi mengatakan
ketidakadek tindakan antirabies WIB 2. Mempertahankan nyeri berkurang
uatan keperawatan dan teknik aseptik O: daerah
pertahanan selama 1x24 tetanus pada saat merawat disekitar luka
tubuh jam tingkat luka tidak panas,
sekunder infeksi menurun 14.0 3. Menjelaskan skala nyeri 2,
dengan kriteria 0 tanda dan gejala tampak
hasil: WIB infeksi bengkak, warna
1. Tanda-tanda 4. Anjurkan luka
infeksi meningkatkan kemerahan.
menurun asupan cairan A: Masalah
(dolor, 2000 ml/hari belum teratasi
kalor, 15.0 5. Kolaborasi P:
tumor, 0 pemberian vaksin 1. Monitor
rubor, WIB antirabies dan TTV
fungsio tetanus 2. Monitor
laesa) tanda dan
Intervensi: gejala
1. Monitor infeksi
tanda dan 3. Pertahanka
gejala n teknik
infeksi aseptik
2. Pertahankan pada saat
teknik merawat
aseptik pada luka
saat 4. anjurkan
merawat meningkatk
luka an asupan
3. Jelaskan cairan 2000
tanda dan ml/hari
gejala 5. Kolaborasi
infeksi pemberian
4. Anjurkan antibiotik
meningkatk

Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Jakarta III
an asupan
cairan 2000
ml/hari
5. Kolaborasi
pemberian
vaksin
antirabies
dan tetanus

D. Tindakan Definitif :
Pemberian analgetik, pemberian vaksin antirabies dan tetanus, dan pemberian antibiotic

E. Pemindahan Pasien dari IGD ke (ruangan rawat/pulang)


1. Nyeri akut:
a. Monitor TTV
b. Monitor nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Risiko infeksi:
a. Monitor TTV
b. Monitor tanda dan gejala infeksi
c. Pertahankan teknik aseptik pada saat merawat luka
d. anjurkan meningkatkan asupan cairan 2000 ml/hari
e. Kolaborasi pemberian antibiotik

MANAJEMEN CAIRAN DAN GIGITAN BINATANG


Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
PROSEDUR SERUM ANTI BISA ULAR (SABU)
1. Pengertian :
Pemberian anti bias ular ketika klien mengalami gigitan ular.
2. Tujuan :
Mencegah kematian sebagai akibat dari bias ular.
Jenis ular :
 Famili Elapidae: Ular welung,welang sendok, ular anang, ular cabai
 Famili Crotalidae: Ular tanah, Ular hijau, alau bandotan puspo
 Famili hydropidae: Ular laut
 Famili Colubridae: Ular pohon

Efek Bisa Ular :


 Neurotoksik
 Hemoragik
 Trombigenik
 Sitotoksik
 Antifibrin
 Antikoalgulan
 Kardiotoksik
 Gangguan vaskuler (merusak tunika intima)
 Menghasilkan zat: kinin, histamin, slow reacting substance

Nilai
No. Tahapan Prosedur 4 3 2 1
1 Penanganan pertama :
1. Luka dicuci dengan air bersih atau dengan larutan kalium permanganat
untuk menghilangkan atau menetralisir  bisa ular yang belum
terabsorbsi
2. Insisi atau eksisi luka tidak dianjurkan kecuali bila gigitan ular baru
terjadi beberapa menit sebelumnya
3. Anggota badan yang digigit secepatnya diikat untuk menghambat
penyebaran racun
4.Lakukan imobilisasi anggota badan yang digigit dengan cara memasang
bidai karena gerakan otot dapat mempercepat penyebaran racun
5. Bila mungkin anggota yang digigit didinginkan es batu
6. Penderita dilarang bergerak dan bila diperlukan dapat diberikan
analgetika
7.Awasi tanda vital
8.Rujuk segera ke RS terdekat
2. Penanganan lanjutan:
1. Berikan SABU bila dicurigai tergigit ular yang berbisa
Dosis:
Berikan 2 ampul @ 5ml dalam NaCL diberikan drip/ 6 jam dan apabila

Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Jakarta III
diperlukan dapat diteruskan setiap 24 jam sampai maksimum 80-100
ml
2. Berikan ATS, antibiotik dan kortikosteroid IV

Score Nilai : Jumlah score x 25 = _____________


10
Catatan Pembimbing:
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

Bekasi, ………………...., 20.......


Pembimbing Mahasiswa

( ………………………………) ( M Shandy Ajie )

PROSEDUR PENANGANAN GIGITAN ANJING

1. Pengetrian :

Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Jakarta III
 Tata cara pemberian vaksin anti rabies adalah cara pemberian vaksin anti rabies yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya Rabies atau Penyakit Anjing Gila.
 Penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan
kera.

2. Tujuan
Meningkatkan pencapaian terhadap kemungkinan pencegahan, penularan dan terjadinya Rabies di
Rumah Sakit Jakarta.

Nilai
No. Tahapan Prosedur 4 3 2 1

1. Dalam pelaksanaan kegiatan pemberian vaksin anti rabies ini, dilakukan


beberapa langkah, diantaranya :
o Anamnesa : Adanya kontak,jilatan atau gigitan. Kejadian didaerah
tertular/terancam/bebas, didahului tindakan provokatif/tidak. Hewan
yang menggigit menunjukkan gejala rabies, hewan yang menggigit
hilang, lari dan tidak dapat ditangkap atau dibunuh. Hewan yang
menggigit mati, tapi masih diragukan menderita rabies. Penderita
luka gigitan pernah di VAR dan kapan ?. Hewan yang menggigit
pernah di VAR dan kapan ?.
o Pemeriksaan Fisik : Identifikasi luka gigitan (status lokalis)
o Bila ada indikasi pemberian vaksin anti rabies, maka terhadap luka
resiko rendah diberi VAR saja. Yang termasuk luka yang tidak
berbahaya adalah jilatan pada kulit luka, garukan atau lecet, luka
kecil disekitar tangan, badan dan kaki.
o Terhadap luka resiko tinggi, selain VAR juga diberi SAR. Yang
termasuk luka berbahaya adalah jilatan/luka pada mukosa, luka
diatas daerah bahu (muka,kepala,leher), luka pada jari tangan/kaki,
genitalia, luka yang lebar/dalam dan luka yang banyak (multiple).

2. a. Penanganan luka gigitan hewan penular rabies :


o Cuci luka gigitan hewan tersangka rabies dengan air (sebaiknya
air yang mengalir), dengan sabun atau detergent selama 10 – 15
menit.
o Beri antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah dan lain-
lain).
o Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan
situasi.
b. Dosis dan cara pemberian vaksin anti rabies :
o Vaksin PVRV ( Purufied Vero Rabies Vaccine) terdiri dari
vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml dalam
syringe.
 Dosis dan cara pemberiannya sesudah digigit adalah ;
Cara pemberiannya adalah disuntikkan secara intra muskular

Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Jakarta III
(im) didaerah deltoideus / lengan atas kanan dan kiri. Dosis
untuk anak dan dewasa sama yaitu 0,5 ml dengan 4 kali
pemberian yaitu hari ke 0 (dua kali pemberian sekaligus),
hari ke 7 satu kali pemberian dan hari ke 21 satu kali
pemberian.
 Dosis dan cara pemberian VAR bersamaan dengan SAR
sesudah digigit ; cara pemberiannya sama diatas. Dosis untuk
anak dan dewasa sama yaitu Dasar 0,5 ml dengan 4 kali
pemberian yaitu hari ke 0 (dua kali pemberian sekaligus),
hari ke 7 satu kali pemberian dan hari ke 21 satu kali
pemberian. Ulangan 0,5 ml sama pada anak dan dewasa pada
hari ke 90.
o Suckling Mice Brain Vaccine (SMBV) mempunyai kemasan
yang terdiri dari dos berisi 7 vial @ 1 dosis dan 7 ampul pelarut
@ 2 ml dan Dos berisi 5 ampul @ 1 dosis intra kutan dan 5
ampul pelarut @ 0,4 ml.
 Dosis dan cara pemberian susudah digigit adalah ; cara
pemberian untuk vaksinasi dasar disuntikkan secara subcutan
(sc) disekitar pusar. Sedangkan untuk vaksinasi ulang
disuntikkan secara intracutan (ic) dibagian fleksor lengan
bawah. Dosis untuk vaksinasi dasar pada anak adalah 1 ml,
dewasa 2 ml diberikan 7 kali pemberian setiap hari, untuk
ulangan dosis pada anak 0,1 ml dan dewasa 0,25 ml
diberikan pada hari ke 11, 15, 30 dan hari ke 90.
 Dosis dan cara pemberian bersamaan dengan SAR sesudah
digigit ; cara pemberian sama dengan diatas. Dosis dasar
untuk anak 1 ml, dewasa 2 ml, diberikan 7 kali pemberian
setiap hari, untuk ulangan dosis pada anak 0,1 ml dan dewasa
0,25 ml diberikan pada hari ke 11, 15, 25, 35 dan hari ke 90.
1) Dosis dan cara pemberian Serum Anti Rabies ( SAR ).
o Serum heterolog ( Kuda ), mempunyai kemasan bentuk vial 20
ml ( 1ml=100 IU). Cara pemberian ; disuntikkan secara infiltrasi
disekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intra
muscular. Dosis 40 Iu/KgBB diberikan bersamaan dengan
pemberian VAR hari ke 0, dengan melakukan skin test terlebih
dahulu.
o Serum homolog, mempunyai kemasan bentuk vial 2 ml ( 1 ml=
150 IU). Cara pemberian ; disuntikkan secara infiltrasi disekitar
luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intra muscular.
Dosis 20 Iu/kgBB diberikan bersamaan dengan pemberian VAR
hari ke 0, dengan sebelumnya dilakukan skin test.
2) Dosis dan cara pemberian VAR untuk pengebalan sebelum digigit
(Pre Exposure Immunization).
o Vaksin PVRV ( Purufied Vero Rabies Vaccine) terdiri dari
vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml dalam
syringe. Cara pemberian Pertama ; disuntikkan secara intra
muskular (im) didaerah deltoideus. Dosisnya ; dasar digunakan
dua dosis masing-masing 0,5 ml pemberian pada hari 0,

Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Jakarta III
kemudian hari ke 28 dengan dosis 0,5 ml. Diberikan ulangan
pada 1 tahun seteleh pemberian I dengan dosis 0,5 ml dan
ulangan selanjutnya 0,5 ml tiap tiga tahun. Cara pemberian
Kedua ; disuntikkan secara intra kutan (dibagian fleksor lengan
bawah) dengan dosis dasar, 0,1 ml pemberian hari ke 0,
kemudian hari 7 dan hari ke 28 dengan dosis 0,1 ml. Ulangan
diberikan tiap 6 bulan – satu tahun dengan dosis 0,1 ml.
o Vaksin SMBV ( Suckling Mice Brain Vaccine ), terdiri dari dus
yang berisi 7 vial @ 1 dosis dan 7 ampul pelarut @ 2 ml, dus
berisi 5 ampul @ 1 dosis intrakutan dan 5 ampula pelarut @ 0,4
ml. Cara pemberian ; disuntikkan secara intrakutan (ic) di bagian
fleksor lengan bawah. Dosis dasar 0,1 ml untuk anak dan 0,25
nl untuk dewasa, pemberian hari 0, hari 21 dan hari 42. Untuk
ulangan dosis 0,1 ml untuk anak dan 0,25 untuk dewasa setiap 1
tahun.

Score Nilai : Jumlah score x 25 = _____________


13

Catatan Pembimbing:
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

Bekasi, ………………...., 20.......


Pembimbing Mahasiswa

( ………………………………) ( M Shandy Ajie )

Panduan Praktikum KGD&B Prodi Ners Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Anda mungkin juga menyukai