Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam Linguistik komparatif untuk menentukan hubungan kekerabatan bahasa
yaitu dengan menggunakan 3 metode yaitu metode kuantitatif dengan teknik leksikostatistik
dan teknik grotokronologi, metode kualitatif dengan teknik rekonstruksi dan metode
sosiolinguistik. Metode kualitatif dengan teknik grotokronologi digunakan untuk menentukan
waktu pisah antara bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa awal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Linguistik Historis Komparatif ?
2. Pengertian LHK menurut beberapa ahli ?
3. Sejarah Linguistik historis komparatif dan tokoh-tokohnya ?
4. Metode yang digunakan dalam Linguistik Historis komparatif ?
5. Dasar perbandingan bahasa ?
6. Tujuan Linguistik Historis komparatif ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Linguistik Historis Komparatif
2. Untuk mengetahu Pengertian LHK menurut beberapa ahli
3. Untuk mengetahui Sejarah Linguistik historis komparatif dan tokoh-tokohnya
4. Untuk mengetahui Metode yang digunakan dalam Linguistik Historis komparatif
5. Untuk mengetahui Dasar perbandingan bahasa.
6. Untuk mengetahui Tujuan Linguistik Historis komparatif

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Linguistik Historis Komparatif


Linguistik historis komparatif adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang
membandingkan bahasa-bahasa yang serumpun serta mempelajari perkembangan bahasa dari
satu masa ke masa yang lain dan mengamati bagaimana bahasa-bahasa mengalami perubahan
serta mencari tahu sebab akibat perubahan bahasa tersebut. Perkembangan bahasa
mengakibatkan adanya perubahan, perubahan itu ada dua yaitu perubahan external history
dan internal history.
Internal history yaitu perkembangan atau perubahan bahasa yang terjadi dalam sejarah
bahasa tersebut, perubahan itu mencakup kosa kata, struktur kalimat dan lain-lain.
Sedangkan, Eksternal history yaitu perkembangan atau perubahan bahasa yang terjadi di luar
sejarah bahasa tersebut, perubahan itu mencakup sosial, budaya, politik, geografis dan lain-
lain.

2.2 Pengertian LHK menurut beberapa ahli


Alwasilah (dalam Suhardi, 2013:17) menjelaskan pengertian linguistik komparatif
sebagai kajian atau studi bahasa yang meliputi perbandingan bahasa-bahasa serumpun atau
perkembangan sejarah suatu bahasa.
Menurut Robins (1975) Linguistik Komparatif termasuk dalam bidang kajian
linguistik memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan sumbangan berharga bagi
pemahaman tentang hakekat kerja bahasa dan perkembangan (perubahan ) bahasa-bahasa di
dunia.
Menurut keraf (1948:22) mengatakan Linguistik bandingan historis (Linguistik
Historis Komparatif) adalah suatu cabang ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam
bidang waktu serta perubahan – perubahan unsur bahasa yang erjadi dalam bidang wakru
tersebut.
Menurut Verhaar (dalam Suhardi, 2013:25), kajian linguistik historis-komparatif
dapat dikelompokkan menjadi:
1. Kajian linguistik sinkronis
2. Kajian linguistik diakronis

2
2.3 Sejarah Linguistik historis komparatif dan tokoh-tokohnya
Sejarah perkembangan linguistik historis komparatif berlangsung selama empat
periode yaitu:
Periode pertama dimulai pada tahun 1830-1860, bermula dari seorang tokoh yang
meletakan dasar-dasar ilmu perbandingan bahasa berkebangsaan Jerman Franz Boop yakni
meneliti asal mula akhiran kata kerja yang menurut pendapatnya semua akhiran bentuk kata
kerja berasal dari bagian-bagian yang tadinya terlepas dari pokok kata sedangkan bagian yang
selalu ada ialah perkataan sein. Boop membandingkan akhiran-akhiran dari kata kerja dalam
bahasa Sanskerta, Yunani, Latin, Persia, dan German (terbit tahun 1816).
Dalam usaha menemukan bentuk asal, Boop menggunakan trias-teori yang
menyatakan bahwa tiap kalimat sebenarnya terdiri dari tiga bagian, yakni: subjek, predikat,
dan kopula. Tentang hal bunyi Boop terpengaruh oleh Grimm dengan menyatakan bahawa
bahasa primitif hanya mempunyai tiga jenis bunyi, yakni /a, i, u/. perubahan bunyi
disebabkan oleh sesuatu yang mekanis dan ia sendiri mengira bahwa perubahan itu
bergantung pada “beratnya” akhiran.
Sehubungan dengan klasifikasi bahasa Boop membagi bahasa atas tiga jenis:
a. Bahasa-bahasa tanpa akar dan tanpa tenaga pembentuk, jadi tidak memiliki organisme
tata bahasa, misalnya bahasa Tionghoa.
b. Bahasa-bahasa dengan akar kata yang terdiri dari satu suku kata, mempunyai
organisme tata bahasa.
c. Bahasa-bahasa dengan akar kata terdiri dari dua suku kata dan konsonan mutlak.
Tahun 1818 Ramus Kristian Rusk, terbit bukunya yang berjudul Undersogelse om det
gamle nordiske eller is landske Sprongs Oprindelse (= penyelidikan tentang asal mula bahasa
Nur kuno atau Islandia). Melakukan penelitian kata-kata dalam bahasa German mengandung
unsur-unsur bunyi yang teratur hubungannya dengan kata-kata bahasa Indo Eropa lainnya.
Perbandingan bahasa German  Utara dengan bahasa Baltik, Slavia dengan Keltik,  serta
dimasukkan bahasa Baskia dan Finno-Ugris. Pendapat Rask yang sangat penting adalah
pergeseran bunyi-bunyi di dalam bahasa-bahasa Jerman yang kemudian dikonkretkan oleh J.
Grimm sehingga dapat dikatakan bahwa Grimm adalah penerusnya. Rask berpendapat bahwa
kalau ada persamaan antar dua bahasa, maka hal itu disebabkan oleh kekeluargaan bahasa
tersebut.
Pada tahun 1819 Jacob Grimms dalam karangannya Deutsche Grammatika
merupakan permulaan studi linguistik German dari Jerman. Dari dialah berasal klasifikasi
dalam bentuk kata kerja lemah dan kata kerja kuat bahasa Jerman, pengertian Ablaut dan

3
Umlaut. Dalam bukunya yang kedua dikenal dengan hukum Grimm. Hukum ini membahas
mengenai Lautverschiebung. Hukum ini sangat penting dalam bidang bahasa. Tahun 1822
Deutsche Grammatik terbit untuk kedua kalinya. Grimm membuat teori berdasarkan pikiran
Rasmus Rask, mengenai Lautverschiebung., yaitu:
1) Jika bahasa Gothik mempunyai f, maka bahasa Indo-Eropa lainnya mempunyai bunyi
p; sebuah bunyi p akan menjadi b dalam bahas lainnya; sebuah bunyi th akan menjadi
t dan bunyi t akan menjadi d dan sebagainya.
2) Grimm menggambarkan Lautverschiebung dari bunyi beraspirata bahasa Indo-Eropa
menjadi tak beraspirata dan menjadi bunyi bersuara menjadi tak bersuara, bh, dh, gh
menjadi b, d, g, dan b,d, g menjadi p, t, k.
Tahun 1808 Friedrich von Schlegel menerbitkan buku berjudul Uber die Sprache und
Weisheit der Inder. Dalam karangannya ia menekankan studi perbandingan “struktur dalam”
bahasa (bidang morfologi) untuk menjelaskan hubungan genetik bahasa. Beliaulah yang
memperkenalkan tata bahasa perbandingan/ Vergleichende Grammatik. Yang
diperbandingkan adalah bentuk infleksi dan derivasi dari bahasa Sanskrit, Yunani, Latin,
Indo-Eropa lainnya. Dari hasil perbandingan ternyata persamaan itu bukan berasal dari
peminjaman, melainkan karena persamaan asal, yang menurut pendapatnya bahawa bahasa
Sansekerta lebih tua jika dibandingkan bahasa lain.
Menurut Friedrich von Schlegel ada dua kelompok bahasa yakni:
a. Bahasa yang bermacam-macam makna yang ditentukan oleh perubahan bunyi dalam
root (= bahasa fleksi).
b. Bahasa yang bermacam-macam makna disebabkan oleh afiks (bhs. Afiks)
Berdasarkan pengelompokan ini F. von Schalegel membuat klasifikasi bahasa atas:
bahasa fleksi, bahasa afiks, bahasa Tionghoa (bahasa yang partikelnya membentuk
makna baru).
Dalam pertumbuhannya, bahasa mulai dari bahasa Tionghoa, lalu menjadi bahasa
afiks, dan terakhir menjadi bahasa fleksi. Pendapat ini diambil alih oleh saudaranya, A. W.
Schlegel (1767-1845) dan membuat klasifikasi bahasa menjadi:
a. Bahasa tanpa struktur tata bahasa
b. Bahasa yang menggunakan afiks
c. Bahasa yang berfleksi
Bahasa fleksi dibaginya lagi menjadi :
a. Bahasa sintetis
b. Bahasa analitis

4
Bahasa sintetis tak dapat diteliti lagi asal mulanya sedangkan bahasa analitis tercipta
pada zaman sejarah.
F.Pott (1802-1887) Menyelidiki etimologi kata-kata dengan metode yang lebih baik
dan objek penyelidikannya dari bahasa-bahasa Indo German. Wilhelm von Humboldt (1767-
1835).
Humboldt adalah penegak pertama linguistik umum. Beliau adalah ahli tata Negara,
filologi klasik, filsafat dan belletri (sastra indah). Dari tahun 1802-1819 Humboldt menjadi
diplomat Prusia anatara lain menjadi duta di Roma, menteri agama di Berlin, bahkan menjadi
utusan ke Kongres Wina.
Pandangannya tentang bahasa dapat di baca pada bukunya yang berujudl Ueber die
Kawisprache auf der Insel Java.
Pandangannya bersifat historis dan filosofis. Beliau beranggapan bahwa bahasa
tidaklah terjadi karena sangat dibutuhkan. Berbahasa merupakan keinginan batin manusia
karena manusia adalah makhluk bernyanyi yang menghubungkan pikiran dengan bunyi.
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa: “Tiap perbuatan menimbulkan kesan”. Tiap kesan
menjadi objek pemikiran. Tiap objek pemikiran menjadi objek pernyataan. Untuk tiap objek
pernyataan harus dicarikan cara menyatakan yakni dengan bahasa. Tiap bentuk pernyataan (=
bahasa) kembali kea lam pikiran. Jadi, bahasa bukanlah pekerjaan (= ergon) melainkan
kegiatan (= energia). Bahasa merupakan pekerjaan jiwa yang selalu diulang untuk
menggunakan bunyi-bunyi yang berartikulasi guna menyatakan pikiran.
Bahasa itu sendiri berwujud dua, yakni bentuk, form atau aussere lautform atau
artikulierte laut, dan makna, meaning atau innere form= bentuk batin. tentang innere form
(bentuk batin), Humboldt membedakan dua substansi, yakni das Bestandige dan das
Gleichformig. Keduanya terletak dalam jiwa manusia. Das Bestandige adalah dorongan jiwa
yang didalamnya ada bagian-bagian yang saling berhubungan dan berimbang. Untuk itu ia
berpendapat bahwa setiap bahasa mempunyai sistem dan karena itu tak ada bahasa yang
primitif dan tak ada bahasa yang istimewa.
Humboldt membuat juga klasifikasi bahasa yang didasarkannya pada lautfrom. Untuk
itu dia membagi bahasa atas empat jenis:
a. Bahasa monosilabel, bahasa yang hanya terdiri dari root dan tak mengalami
perubahan bentuk.
b. Bahasa aglutinasi (inggris, agglutinate= meletakan, merekatkan, menjadi satu, gluten=
perekat), bahas temple-menempel. Perubahan bentuk diperoleh dari melekatkan afiks.
c. Bahasa fleksi, bahasa yang mengenal konyugasi, kasus.

5
d. Bahasa inkorporsai (Inggris, In corporate= memasukan ke dalam). Sifat bahasa ini
yakni patient dimasukkan kedalam bentuk kata kerja.
Periode kedua terjadi dalam kurun waktu 1861 hingga 1880, August Schleicher
bermula dari Beliau adalah ahli linguistik. Meskipun bahasa yang betul-betul dikenalnya
adalah bahasa Slavia dan Lithaunia (= salah satu bahasa Baltis), mempelajari bahasa Ceko
dan dapat berbicara dalam bahasa Rusia.
Schleicher berpendapat bahwa pertumbuhan bahasa bersifat historis, tetapi
pertumbuhan itu didapati dalam alam dengan bentuk yang semurni-murninya. Pentingnya
Schleicher bagi kemajuan linguistik terletak dalam dua hal yakni:
a. Memulai dengan rekonstruksi bentukan asli bahasa Indo-Jerman dengan jalan
membanding-bandingkan dengan bahasa lain yang dikenalnya,
b. Menentukan asal mula timbulnya bahasa-bahasa Indo-Jerman. Dianngapnya bahawa
bahasa Indo-Jerman asal itu tinggal di Asia Tengah yang kemudian berubah karena
perceraian bangsa. Indo-Jerman, Utara, Selatan Slavia, Asia Jerman Bahis, Iran
Sanskerta
Schleicher menyebut dirinya seorang Glottiker dan dengan menerapkan konsepsi
Botani dalam linguistic, ia mengemukakan Stammbaumtheorie (= teori pohon). Jadi, ada
bahasa induk yang dinamainya Grundsprahe dan dari bahasa induk dapat ditelusuri bahasa
purba atau yang disebutnya Ursprache. Berdasarkan klasifikasinya bahasa dibagi atas tiga
jenis, yakni :
a) Bahasa isolasi (misalnya tionghoa)
b) Bahasa aglutinasi inklusif bahasa inkorporasi
c) Bahasa fleksi
G. Curtius (1820-1885) Menerapkan metode perbandingan untuk Filologi Klasik ,
khususnya mempelajari bahasa Yunani .  Max Muller dan D.Whitney (1827-1894) Muller
menghubungkan kelas-kelas bahasa dengan tipe-tipe sosial; bahasa isolatif (bahasa keluarga);
bahasa aglutinatif (bahasa pengembara); bahasa fleksi  (bahasa masyarakat yang sudah
mengenal negara). Sedangkan, Whitney menambahkan istilah polisintesis untuk
menyebutkan bahasa inkorporatif.
Periode ketiga berlangsung dari tahun 1889 sampai akhir abad ke-19 yaitu muncul
airan yang bernama junggrammatiker yang mengandung hukum Grimm. Aliran ini bergerak
di Leipzig, salah satu muridnya adalah Leonard Bloomfil yang menjadi linguis strukturalis
Amerika. Menjadikan linguistik historis komparatif sebagai sebuah ilmu yang eksak dalam
metode-metodenya. Tokoh yang terpenting Karl Brugmann, H. Osthoff, dan A.

6
Leskien.  Selain itu J. Schmidt mencetuskan sebuah teori batu yang disebut wallentheori. Ia
kemudian melahirkan hukum verner dan pada tahun 1880 Hermann Paul mengeluarkan buku
prinzipen der sprachgescichte (1880). Ahli lainnya H. Steinthal mencoba membagi bahasa
dengan landasan psikologi dan Fr. Muller menerbikan bukunya grundriss der
sprachwissenchaft (1876-1888).
Periode keempat lahir pada abad ke-20 ketika fonetik berkembang menjadi studi
ilmiah dan lahirnya cabang linguistik yaitu psikolinguistik dan sosiolinguistik. Muncul pula
aliran praha sebagai reaksi terhadap studi bahasa individual atau idiolek.

2.4 Metode yang digunakan dalam Linguistik Historis komparatif


Metode kuantitatif pendekatan yang menggunakan cara kerja perhitungan statistik.
Pendekatan ini dikenalkan oleh linguis Amerika yang bernama Morris Swadesh pada akhir
tahun 1940-an. Pendekatan ini dibedakan dalam dua teknik:
a. Leksikostatistik
b. Glotokronologi
Teknik Leksikostatistik adalah teknik pengelompokkan bahasa yang cenderung
mengutamakan penoropongan pada kata-kata (kelsikon) secara statistik, kemudian berusaha
menetapkan pengelompokkan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbedaan satu
bahasa dengan bahasa yang lain. Metode ini bertujuan untuk menentukan tingkat kekerabatan
dua bahasa atau lebih, apakah bahasa tersebut memiliki kekerabatan atau apakah bahasa
tersebut sekelopok dialek dari suatu bahasa. Adapun rumusnya yaitu Jumlah kata yang
mirip+Jumlah kata yang sama X 100
Jumlah kata yang diteliti
Teknik Glotokronologi adalah teknik pengelompokkan bahasa yang mengutamakan
perhitungan bahasa berdasarkan dari usia atau lamanya suatu bahasa-bahasa yang sekerabat
dengan menggunakan rumus logaritma. Tujuan metode adalah untuk menentukan usia bahasa
yang terkait dengan defiriansi antara dua bahasa atau lebih. Adapun rumusnya yaitu t= log.c/
2log.r
T= masa pisah, c= presentase kemiripan, r= presentase retensi, log= logaritma dari

Metode kualitatif dalam LHK menggunakan teknik rekonstruksi. Metode


Kualitatif dengan teknik rekonstruksi bertujuan untuk mengelompokkan atau
mengklasifikasikan bahasa (dapat menemukan korespondensi antara bahasa-bahasa yang
sekerabat). Rekonstruksi bahasa yang dilakukan secara internal untuk mencari prabahasa dari

7
bahasa-bahasa yang sedialek. Rekonstruksi yang dilakukan secara external dilakukan setelah
mendapat hasil dari penelitian kuantitatif leksikostatistik.
Metode perbandingan klasik tidak hanya bertalian dengan menemukan hukum bunyi
antara bahasa-bahasa kerabat, atau dengan istilah kontemporer ‘menemukan korespondensi
fonemis antar bahasa kerabat’, tetapi masih dilanjutkan dengan usaha mengadakan
rekonstruksi (pemulihan) unsur-unsur purba, baik fonemis maupun morfemis. Rekonstruksi
fonem dan morfem proto dimungkinkan karena para ahli menerima suatu asumsi bahwa jika
diketahui fonem-fonem kerabat dari suatu fonem bahasa proto, maka sebenarnya fonem proto
itu dapat ditelusuri kembali bentuk tuanya.

2.5 Dasar perbandingan bahasa


Tiap bahasa di dunia dapat diperbandingkan karena bahasa-bahasa tersebut memiliki
ciri kesemestaan bahasa, yaitu:
1. Kesamaan bentuk dan makna.
2. Tiap bahasa memiliki perangkat unit fungsional terkecil, yaitu fonem dan morfem.
3. Tiap bahasa memiliki kelas-kelas tertentu.
Faktor kemiripan bentuk dan makna yang terjadi dalam bahasa-bahasa dapat terjadi karena:
1. Warisan langsung dari bahasa Proto
2.  Pinjaman
3. Kebetulan
Warisan langsung dari bahasa Proto Memiliki persamaan unsur kebahasaan yang
meliputi kata-kata pokok, yaitu kata-kata yang dimiliki semua bahasa (cognate), Persamaan
itu relatif logis dan konsisten, misalnya  dalam perubahan bunyi. Contoh bunyi [p] pada
bahasa-bahasa di Eropa selatan dalam bahasa-bahasa di Eropa utara berupa bunyi [f].
Pinjaman, yang dimaksud pinjaman dalam faktor ini adalah Berupa kata-kata yang
mengandung pengertian yang semula tidak dimiliki oleh bahasa peminjam. Berupa kata-kata
yang mengandung nilai rasa tertentu; lebih sopan bila dinyatakan dengan kata pinjaman.
Kebetulan, yang dimaksud dengan faktor kebetulan yaitu Penutur yang bahasanya
mengandung persamaan tidak pernah berhubungan, baik fisik maupun kultural. Jumlah unsur
bahasa yang mengandung persamaan sangat sedikit.

8
2.6 Tujuan Linguistik Historis komparatif
Linguistik historis komparatif memiliki tujuan-tujuan tertentu demi memberikan
keilmuan di bidang kebahasaan untuk pengguna bahasa dunia. Adapun tujuan-tujuan dari
linguistik historis komparatif adalah:
1. Mempersoalkan bahasa-bahasa yang serumpun dengan membandingkan mengenai unsur-
unsur yang menunjukkan kekerabatannya. Bidang-bidang yang digunakan untuk
membandingkannya adalah fonologi dan morfologi.
2. Mengadakan rekonstruksi bahasa-bahasa yang ada pada saat ini. Pada bahasa purba atau
berusaha menunjukkan bahasa proto yang melahirkan bahasa modern.
3. Mengadakan pengelompokkan bahasa yang termasuk bahasa serumpun.
4. Menemukan penyebaran bahasa-bahasa proto dari bahasa kekerabatan, serta
menunjukkan gerak inigrasi yang pernah terjadi dimasa lampau.
5. Penentuan persentase kemiripan dan kesamaaan (kekerabatan) menggunakan
leksikostatistik.
6. Penentuan masa pisah dengan glotokronologi.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Linguistik historis komparatif adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang
membandingkan bahasa-bahasa yang serumpun serta mempelajari perkembangan
bahasa dari satu masa ke masa yang lain dan mengamati bagaimana bahasa-bahasa
mengalami perubahan serta mencari tahu sebab akibat perubahan bahasa tersebut.
2. Pendekatan ini dibedakan dalam dua teknik:
a. Leksikostatistik
b. Glotokronologi
3. tujuan-tujuan dari linguistik historis komparatif adalah:
a. Mempersoalkan bahasa-bahasa yang serumpun dengan membandingkan mengenai
unsur-unsur yang menunjukkan kekerabatannya. Bidang-bidang yang digunakan
untuk membandingkannya adalah fonologi dan morfologi.
b. Mengadakan rekonstruksi bahasa-bahasa yang ada pada saat ini. Pada bahasa purba
atau berusaha menunjukkan bahasa proto yang melahirkan bahasa modern.
c. Mengadakan pengelompokkan bahasa yang termasuk bahasa serumpun.
d. Menemukan penyebaran bahasa-bahasa proto dari bahasa kekerabatan, serta
menunjukkan gerak inigrasi yang pernah terjadi dimasa lampau.
e. Penentuan persentase kemiripan dan kesamaaan (kekerabatan) menggunakan
leksikostatistik.
f. Penentuan masa pisah dengan glotokronologi.

10
Daftar Pustaka

Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta. PT. Gramedia.


Suhardi. 2013. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rinneka Cipta.
www.bimbie.com (diakses: 2 April 2013 pukul 16.36 WIB)

11

Anda mungkin juga menyukai