Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN

MEMBUAT JAJANAN TRADISIONAL

Nama Anggota :
1. Ni Nengah Sinta Dwi Pridayanti (30)
2. Ni Putu Trisna Ayu Diah Purnama Dewi (34)
3. Ni Made Widiantari (28)
4. Ni Made Yuliani (29)

SMA NEGERI 1 PENEBEL


Tahun Pelajaran 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
1.4 Visi dan Misi............................................................................................................2
BAB II PENGENALAN PRODUK....................................................................................3
2.1 Bahan Pembuatan.....................................................................................................3
2.2 Cara Pembuatan.......................................................................................................3
2.3 Biaya .......................................................................................................................3
BAB III PENUTUP.............................................................................................................5
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam pandangan budaya Hindu, hal-hal yang berkaitan dengan bahan makanan
dan pengobatan tidak dapat dipisahkan dari sistem kepercayaan dan sistem sosial budaya.
Pada masyarakat di Bali, sampai sekarang melalui konsep budaya Tri Hita Karana,
dimana memandang tanaman-tanaman baik untuk bahan pangan maupun upakara
merupakan sesuatu yang bermakna religius dan gambaran kearifan lokal adat
masyarakat. Banyak lontar di Bali menuliskan berbagai khasiat tanaman obat,
pemanfaatan tanaman untuk upacara keagamaan dan makanan yang semua bernilai
religius dan pesan- pesan moral untuk pengolahan maupun pengadaannya.
Makanan tradisional merupakan salah satu kekayaan budaya yang harus digali
kembali sebagai salah satu aset cultural melalui revitalisasi dan proses- proses
transformasi. Hal ini perlu dilakukan untuk mengimbangi serbuan kuliner asing dan
model franchise kuliner sebagai dampak pasar bebas dan globalisasi. Makanan
tradisional di Indonesia khususnya makanan khas pulau Bali semakin tidak popular dan
kalah dengan makanan khas daerah lain. Sebagai bagian dari masyarakat Bali, sudah
semestinya harus ada usaha untuk mempopulerkannya kembali, baik oleh pemerintah,
pelaku usaha maupun masyarakat luas. Ada keterkaitan antara sumber perolehan bahan
makanan, kebudayaan, tradisi, dan tata kebiasaan masyarakat. Oleh sebab itulah
makanan radisional bagi masyarakat pemilik kebudayaan merupakan sumber pangan,
obat-obatan, dan sekaligus sebagai sarana pelaksanaan adat, tradisi, dan sistem
kepercayaan. Kuliner juga dapat dipandang sebagai capital ekonomi, karena dengan basis
pariwisata dapat meningkatkan devisa negara sebagaimana telah berhasil diterapan oleh
negara-negaralin.
Salah satu bentuk makanan tradisional khas Bali adalah Jajan Iwel. Jajan Iwel
adalah jajanan tradisional Bali yang di buat dari campuran tepung ketan dengan tepung
ketan hitam dan mempunyai aroma yang khas dan warnanya hitam berminyak. Jajan iwel
biasanya cukup mudah ditemukan di saat upacara tradisi masyarakat di Bali. Karena itu,
jajan iwel sering disebut juga jajan tradional masyarakat Bali.
Bentuk jaja iwel sangat beraneka ragam, ada yang bulat panjang, ada yang
persegi empat panjang, ada yang dicetak dengan cetakan khusus dan ada pula yang
dibungkus dengan daun. Yang biasa dijual dipasar-pasar
tradisional adalah yang telah dibungkus dengan plastik ataupun dibungkus
dengan 106 kelapa (janur), dalam bentuk potongan-potongan segi empat panjang dengan
ukuran panjang 15 cm, lebar 10 cm dan tebal 3 cm. Jajan ini khusus dibuat untuk
keperluan sajian dalam upacara keagamaan, terutama pada hari raya Galungan dan
Kuningan, namun dewasa ini banyak penjual jajanan tradisional yang membuat jajanan
ini untuk diperjual belikan sebagai makanan teman minum kopi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana cara mengeksistensikan makanan tradisional horok- horok dalam
tingkat nasional?
2. Bagaimana makanan tradisional dikembangkan sebagai usaha kewirausahaan?

1.3 TUJUAN KEGIATAN USAHA


Tujuan penulis memilih jenis usaha ini yaitu:
1. Mendapatkan keuntungan.
2. Menarik minat konsumen untuk merasakan produk yang penulis buat, agar mencapai
target penjualan.
3. Dapat membuka lapangan pekerjaan baru.
4. Membantu mempertahankan makanan tradisional agar tida hilang.

1.4 VISI DAN MISI


Visi
Menjadikan makanan tradisional menjadi yang utama
Misi
1. Selalu berinovasi dengan produk tradisonal
2. Meningkatkan kualitas makanan tradisional
3. Mengutamakan kualitas dalam pelayanan sehingga konsumen puas
BAB II PENGENALAN PRODUK

2.1 BAHAN DAN ALAT


Bahan :
- Ketan 1 Kg
- Gula 1 Kg
- Kelapa 1 buah
- Ketan Hitam 1 Kg
- Daun Pisang
- Garam
- Lidi untuk menyemat

Alat
- Wajan
- Sendok
- Lesung
- Parutan
- Spatula

2.2 CARA MEMBUAT:


1. Sangrai tepung ketan hitam dan ketan putih hingga mengeluarkan sedikit aroma
gosong. Angkat. sisihkan.
2. Rebus gula merah dengan air hingga kental. Angkat.
3. Setelah rebusan gula merah tidak panas, masukkan campuran tepung ketan sangrai
dan kelapa parut. Aduk rata.
4. Ambil selembar daun pisang, isi dengan ± 2 sdm adonan, bungkus, kemudian semat
dengan lidi. Kukus hingga matang (± 1 jam). Angkat, sajikan.

2.3 BIAYA
- Ketan 1 Kg : 15.000
- Gula 1 Kg : 15.000
- Kelapa 1 buah : 2.000
- Ketan Hitam 1 Kg : 22.000
- Daun Pisang : 5.000
- Garam : 2.000
Modal : 59.000

Dengan modal Rp. 59.000 bisa memperoleh 80 buah jaja iwel, isiannya 4 buah jaja
iwel seharga Rp. 5.000, jadi untungnya :
80 : 4 = 20 x 5.000 = 100.000
100.000 – 59.000 = Rp. 41.000
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut saya usaha ini dapat berkembang dan akan mencapai keberhasilan. Saya
sangat yakin bahwa usaha ini akan maju dan terus berkembang karena dilakukan oleh
orang-orang yang mempunyai kualitas dalam menjalankan setiap pekerjaan. Saya sadar
bahwa usaha ini tak akan langsung berkembang pesat tapi saya akan terus berjuang untuk
terus menjalankan dan mengembangkan usaha ini.

Anda mungkin juga menyukai