Anda di halaman 1dari 11

 

Studi Kasus

Asuhan Keperawatan Pada Penurunan Nyeri Kepala Dan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi Dengan Penerapan Latihan Slow Deep Breathing

Edo Japung Saputra1, Desi Ariyana Rahayu2


1,2
Program Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang

Informasi Artikel Abstrak


Riwayat Artikel: Latar belakang : Tekanan darah tinggi atau yang dikenal dengan hipertensi
Diterima 19 September merupakan keadaan dimana terjadinya peningkatan tekanan darah diatas batas
2020 normal, pada lansia apabila sudah melebihi dari 140/90 mmHg maka dapat
dikatakan sebagai hipertensi. Nyeri tengkuk salah satu tanda hipertensi yang
Kata kunci: paling sering dikeluhkan diakibatkan karena adanya peningkatan tekanan pada
Slow Deep Breathing dan dinding pembuluh darah yang ada disekitar leher, dimana membantu membawa
darah ke otak. Sallalh saltu teralpi nonfalrmalkologi yalng dalpalt dilalkukaln oleh
l

Hipertensi penderital hipertensi aldallalh pemberialn teralpi relalksalsi slow deep brealthing
untuk menurunkaln tekalnaln dalralhdaln nyeri kepallal. Tujuan : untuk mengetalhui
teralpi slow deep brealthing dapat menurunkan tekanan darah dan nyeri kepala
pada pasien hipertensi. Metode: Studi kalsus ini menggunalkaln pendekaltaln
alsuhaln kan purposive sampling berdasarkan kriteria insklusi memiliki riwayat
penyakit hipertensi, memiliki nyeri kepala, pasien berumur 46-65 tahun dan
mengkonsumsi obat hipertensi. Instrumen untuk melakukan tekanan darah
menggunakan Sphygmomanometer dan untuk mengukur skala nyeri
menggunakan Numberic Rating Scale (NRS). Terapi ini dilakukan selama 4x
pertemuan dan waktu penerapaannya 15-20 menit. Hasil : Hasil observasi
setelah dilakukan slow deep breathing selama 4 hari subjek ke 1 memiliki
penurunan sistolik dari 182 menjadi 157 dan diastolik dari 99 menjadi 91. Pada
subjek ke 2 memiliki penurunan sistolik dari 175 menjadi 151 dan diastolik
dari 98 menjadi 94. Untuk penurunan nyeri kepala ada subjek ke 1 adalah skala
4 (nyeri sedang) menjadi skala 0 (tidak nyeri), untuk subjek ke 2 adalah skala 3
(nyeri ringan) menjadi skala 0 (tidak nyeri). Kesimpulan : Pemberialn teralpi
relalksalsi slow deep brealthing dalpat menurunkan nyeri kepala dan tekalnaln
dalralh paldal pasien hipertensi.

Korespondensi
Nama : Edo Japung Saputa
Email : Edojapung240999@gmail.com

PENDAHULUAN

Tekanan darah tinggi atau yang dikenaI dengan hipertensi merupakan keadaan dimana
l l l l l l l l l l l l l l l l

terjadinya peningkatan tekanan darah diatas batas normal, pada lansia apabila sudah lebih dari
l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l

140/90 mmHg maka sudah dapat dikatakan sebagai hipertensi, Penyakit ini menjadi salah satu
l l l l l l l l l l l l l l l

penyakit tidak menular yang menjadi perhatian utama karena angka kejadian yang tinggi di dunia
l l l l l l l l l l l l l l l l l

dan mengalami peningkatan setiap tahunnya (Herawati et al., 2022) .


l l l l l l l

Prevalensi hipertensi diperkirakan 1,13 miliar orang di seluruh dunia dan tinggal di negara
l l l l l l l l l l

berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2019). Salah satu penyakit kronis di dunia yang
l l l l l l l l l l l
menyebabkan 9,4 juta kematian setiap tahunnya (WHO, 2013 dalam Dendy, Helwiyah, & Urip,
l l l l l l l l l l l

2018). Asia adalah benua terbesar dan terpadat di dunia dengan sekitar 4,3 miliar orang,
l l l l l l l l l l l l l l l

menampung 60% dari populasi manusia dunia saat ini, dan memiIiki tingkat pertumbuhan yang
l l l l l l l l l l l l

tinggi (Chun et al., 2013). Pada tahun 2013 terdapat 65.048.110 (25,8%) orang menderita hipertensi l l l l l l l l

dengan jumlah penduduk Indonesia lebih dari 252 juta jiwa dimana keIompok usia lansia lebih
l l l l l l l l l l l

banyak menderita hipertensi dengan prevalensi 57,6% dibandingkan kelompok usia lainnya.
l l l l l l l l l

Bedasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, kasus tertinggi Hipertensi adalah
Kota Semarang yaitu sebesar 67,101 kasus (19,56%) (Kemenkes RI, 2018). l

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang dapat meningkatkan risiko jantung koroner dan l l l l l l l l l l l

serangan jantung. Ada beberapa hal yang menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu
l l l l l l l l l l l l l l l l l l

faktor genetik, usia, gaya hidup, koIesteroI, obesitas, rokok, kafein, minuman beralkohol dan stress.
l l l l l l l l l

Faktor lingkungan, tipe personal dan fenomena fisik dapat menyebabkan stres. Stres
l l l l l l l l l

meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan merangsang
l l l l l l l l l l l l

saraf simpatetik sehingga dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh darah. Bagi penderita
l l l l l l l l l l l l l l l l

tekanan darah tinggi, diperlukan perubahan gaya hidup, seperti berolahraga, berhenti merokok, dan
l l l l l l l l l l l l l

penyesuaian pola makan. Pengaturan pola napas merupakan upaya untuk melakukan perubahan
l l l l l l l l l l l l l l l l l l

gaya hidup secara aman dan tanpa efek samping (Siswanti & Purnomo, 2018).
l l l l l l l l l l l

Pengobatan non-farmakologis dengan slow deep breathing exercise bisa menjadi solusi l l l l l l l l

untuk mengontroI tekanan darah karena secara fisiologis menimbulkan efek rasa nyaman sehingga l l l l l l l l l l l l l l

dapat menurunkan metabolisme tubuh (Ariyanti et al., 2020). Slow deep breathing exercise adalah
l l l l l l l l

teknik relaksasi sadar yang dirancang untuk mengatur pola pernapasan secara dalam dan lambat l l l l l l l l l l l l l l l l l l l

(Yau & Loke, 2021). Tujuan dari latihan ini adalah untuk mengontrol tekanan darah melalui l l l l l l l l l l l l

pernapasan yang dalam dan lambat. Hal ini dikatakan dapat meningkatkan saturasi oksigen dan
l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l

dapat meningkatkan jumlah oksigen dalam tubuh (Putri & Nurhidayati, 2022).
l l l l l l l

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yanti Anggraini Aritonang (2020). Dengan jumlah 30
l l l l l l l l l l l l

responden yang dipilih secara probability random sampling dan termasuk dalam kriteria inklusi dan l l l l l l l l l l l l

eksklusi. Waktu penelitian Desember 2019-Januari 2020 di RSU UKI dan Puskesmas Kecamatan l l l l l l l l l

Cawang, Jakarta Timur. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan sebelum dan sesudah Slow Deep
l l l l l l l l l l l l

Breathing Exercise pada penurunan skala nyeri kepala dengan p-value = 0,000 dan pada penurunan
l l l l l l l l l l l l l l

tekanan darah dengan p-value = 0,000 dan pada denyut nadi 0,014, frekuensi nafas 0,008 dan suhu
l l l l l l l l l l l l l

0,000. Penelitian selanjutnya tentang pengaruh Slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia l l l

(2019) Hasil Penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah sistol kelompok intervensi sebelum
l l l l l l l l l l l

diberi perlakuan sebesar 151,33 mmHg dan diastol sebesar 96,00 mmHg dan sistol kelompok l l l l l l l

intervensi sesudah diberi perlakuan sebesar 136,00 mmHg dan diastol sebesar 85,33 mmHg dengan l l l l l l l l
nilai signifikansi sistol (ρ value) 0.000 dan diastol (ρ value) 0.000 sehingga Hₒ ditolak. Kesimpulan:
l l l l l l l l l

Kesimpulan menunjukan adanya pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia
l l l l l l l l l l l l l l l

hipertensi di Puskesmas Ubung Lombok (Sumartini & Miranti, 2019). l

Bedasarkan Hasil studi penelitian yang sudah di paparkan diatas maka peneliti akan
l l l l

melakukan penerapan latihan Slow Deep Breathing terhadap nyeri kepala dan hipertensi di
l l l l l l l l l l l

Kelurahan Kedungmundu Kota Semarang.


l l l l l

METODOLOGI
Metode yang digunakan studi kasus ini yaitu deskriptif dengan pendekatan proses asuhan
keperawatan. Studi kasus ini dimulai dari pengkajian, merumuskan masalah, membuat perencanaan,
melakukan implementasi dan evaluasi. Subjek penelitian ini adalah pasien yang memiIiki riwayat l l l l l l l l

penyakit hipertensi. Pengambilan subjek studi menggunakan purposive sampling berdasarkan


l l l l l l l l l

kriteri insklusi yaitu: 1)Bersedia menjadi pasien, 2) Pasien memiliki riwayat Hipertensi, 3) pasien l l l l l l l

memiliki nyeri kepala, 4) pasien berumur 46-65. Dan kriteria eksklusi responden yaitu 1) Pasien l l l l l l l

menolak menjadi responden, 2)Pasien tidak memiliki hipertensi, 3) Pasien tidak memiliki nyeri
l l l l l l

kepala. Pemberian intervensi yaitu pemberian terapi relaksasi Slow Deep Breathing selana 4 kali
l l l l l l l l l l l l

pertemuan, satu kali sesi pertemuan dilakukan satu terapi dengan pemberian terapi selama 15-20
l l l l l l l l l l l l l

menit. Subjek studi kasus ini berjumlah 2 pasien yang didapatkan menggunakan kriteria inklusi.
(Aritonang, 2020)
Prosedur penerapan slow deep breathing ini yang pertama meminta persetujuan kepada
pasien sebagai subjek, selanjutnya pasien dijeIaskan terkait tujuan dan manfaat pemberian terapi l l l l l l l l l l l

Slow Deep Breathing. Pasien diberian kebebasan dalam menentukan kesediaannya menjadi subjek l l l l l l l l l l l l

studi kasus dengan menggunakan lembar persetujuan, peneliti tidak menampilkan identitas subjek
l l l l l l l l l l

studi kasus dalam laporan maupun naskah publikasi. Instrumen untuk mengukur tekanan darah
l l l l l l l l l l l l l

yang digunakan adalah Sphygmomanometer pengambilan data tekanan darah dilakukan sebelum
l l l l l l l l l l l l l l l l l

dan sesudah diberikan terapi relaksasi Slow Deep Breathing dan untuk mengukur skala nyeri
l l l l l l l

menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) dilakukan sebelum dan sesudah penerapan terapi Slow l l

deep breathing, pemberian terapi slow deep breathing dilakukan selama 4 hari pertemuan satu hari
pertemuan pasien melakukan 4 kali tindakan slow deep breating waktu penerapan kurang lebih 15-
20 menit
Studi kasus ini dilakukan dari tanggal 20 Desember - 25 Desember 2022. Peneliti l l l l l l

melakukan asuhan keperawatan kepada pasien seIama Empat hari dengan menerapkan pemberian
l l l l l l l l l l l l l l l l l l

terapi relaksasi slow deep breathing sebanyak empat kali sehari dalam waktu empat hari studi kasus
l l l l l l l l l l l l l l l

ini dilakukan di wilayah RT 07 /RW 03 Kelurahan Gedungmundu Kota Semarang. Pengelolaan


l l l l l l l l l l l

data studi kasus yang diperoleh dipresentasikan dan dianalisis untuk mengetahui penurunan tekanan
l l l l l l l l l l l l l
darah dan penurunan skala nyeri pada pasien lanjut usia yang memiliki hipertensi, setelah
l l l l l l l l l

dilakukan pemberian terapi relaksasi Slow Deep Breathing. Data hasil studi kasus ini disajikan
l l l l l l l l l l l l l

dalam bentuk tabel.


l l l

HASIL STUDI
Hasil studi kasus pada subjek pertama adalah laki-laki berumur 62 tahun yang berprofesi
l l l l l l l l l l l l l

sebagai tukang tambal ban dengan diagnosa medis hipertensi. Hasil pengukuran tekanan darah
l l l l l l l l l l l l l l

182/87 mmHg. Subjek mengeluhkan tengkuk terasa berat dan nyeri kepaIa dengan skala 5 serta l l l l l l l l l l l

merasakan pusing, klien meminum obat Pereda nyeri ketika klien sudah tidak nyaman dengan rasa
l l l l l l l l l l l l l

nyerinya, kluarga klien sudah mengetahui bahwa klien memiliki riwayat penyakit hipertensi.
l l l l l l l l l l

Subjek kedua adalah Perempuan berumur 52 tahun yang berprofesi sebagai Ibu rumah l l l l l l l l l l

tangga dengan diagnosis medis hipertensi. Hasil pengukuran tekanan darah 175/79 mmHg. Subjek
l l l l l l l l l l

mengeluhkan kepala bagian beIakang terasa nyeri dan sering pusing badan pagal-pegal, keluarga l l l l l l l l l l l l l l l l l

klien mengetahui bahwa klien memiliki riwayat penyakit hipertensi. l l l l l l

Diagnosa keperawatan yang muncul adalah risiko penurunan curah jantung (Tim Pokja
l l l l l l l l l l l l l

SDKI DPP PPNI, 2016). Hal ini dibuktikan dengan adanya tanda dan gejala pada kedua subjek l l l l l l l l l l l l l l

studi kasus seperti tengkuk terasa berat dan nyeri, kepala bagian belakang nyeri dan pusing. Hasil
l l l l l l l l l l l l l

pengukuran tekanan darah subjek studi kasus pertama 182/87 mmHg dan subjek studi kasus kedua l l l l l l l l l l l

175/79 mmHg, Hasil pengukuran nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) subjek kasus l l l l l l l

pertama memiliki skala 4 (sedang) dan subjek kasus kedua memiliki skala 3 (ringan). Hal ini jika
l l l l l l l l l l

tidak segera ditangani akan mengakibatkan lamanya proses penyembuhan, gangguan mobilitas,
l l l l l l l l l l l l l l l l

terjadi nyeri kronis serta kemungkinan terburuk mengakibatkan komplikasi penyakit lain.
l l l l l l l l l

Intervensi yang diberikan adalah Memantau Tekanan Darah: (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, l l l l l l l l l l l l

2018). Antara lain memonitor tekanan darah, memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama),
l l l l l l l l l l l l l

memonitor pernafasan serta mengidentifikasi penyebab perubahan tanda. Intervensi keperawatan l l l l l l l l l l l l l

pada kedua studi kasus terdapat penambahan spesifik pada pengelolaan hipertensi yaitu diberikan
l l l l l l l l l l l l l l l

terapi Slow Deep Breathing dengan tujuan untuk menurunkan tekanan darah dan menurukan tingkat
l l l l l l l l l l l l

nyeri pada pasien hipertensi.(Aritonang, 2020) l l l

Implementasi keperawatan dilakukan 4 kali dalam seminggu. Tindakan keperawatan pada l l l l l l l l l l l l l l l l

subjek studi 1 dilakukan pada tanggal 19 Desember 2022 dimuIai dengan mengukur tekanan darah l l l l l l l l l l l l

dan skala nyeri sebelum tindakan, memberikan terapi Slow Deep Breathing memonitor tekanan
l l l l l l l l l l

darah dan skala nyeri sesudah tindakan. Pada pertemuan kedua tanggal 20 Desmber 2022 dimulai
l l l l l l l l l l l l l l l

dengan mengukur tekanan darah dan skala nyeri sebelum tindakan dan terdapat penurunan tekanan
l l l l l l l l l l l l l l l l

darah. Kemudian melakukan terapi Slow Deep Breathing memonitor tekanan darah dan skala nyeri
l l l l l l l l l l l l l l

sesudah tindakan. Pertemuan ketiga pada tanggal 21 Desember 2022 dimulai dengan mengukur
l l l l l l l l l l l
tekanan darah dan skala nyeri sebelum tindakan dan terdapat penurunan tekanan darah. Kemudian
l l l l l l l l l l l l l l l l l l

melakukan terapi Slow Deep Breathing dan memonitor tekanan darah sesudah tindakan. Pertemuan
l l l l l l l l l l l l l

terakhir pada tanggal 22 Desember 2022 dimulai dengan mengukur tekanan darah dan skala nyeri
l l l l l l l l l l l l l l

sebelum tindakan dan terdapat penurunan tekanan darah. Kemudian melakukan terapi Slow Deep l l l l l l l l l l l l l l

Breathing dan memonitor tekanan darah sesudah tindakan.


l l l l l l l l l

Implementasi keperawatan dilakukan 4 kali. Tindakan keperawatan pada subjek studi kasus l l l l l l l l l l l l l l l

dilakukan 4 kali dalam waktu seminggu. Dilakukan pengukuran tekanan darah dan skala nyeri
l l l l l l l l l l l l l l l l

sebanyak 4 kali sebelum dan sesudah intervensi. Tindakan dimuIai dari pengukuran tekanan darah
l l l l l l l l l l l l l l

dan skala nyeri sebelum intervensi, memberikan terapi Slow Deep Breathing selanjutnya
l l l l l l l l

memonitoring tekanan darah dan skala nyeri setelah tindakan. l l l l l l l l l l

Setelah dilakukan terapi Slow Deep 4 kali dalam seminggu dan diIakukan pengukuran
l l l l l l l l l l l

tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi pada kedua subjek studi kasus. rata-rata penurunan
l l l l l l l l l l l l l l l

tekanan darah pada kedua studi kasus dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
l l l l l l l l l l l l l l l l

Grafik 1.1 Distribusi tekanan darah responden sebelum dan sesudah pemberian terapi relaksasi slow deep
breathing pada Subjek 1 dan subjek 2

HARI KE 1 HARI KE 2 HARI KE 3 HARI KE 4


HIPERTENSI
PRE POST PRE POST PRE POST PRE POST
Subjek 1
Hipertensi stage 3
Tekanan Darah 182/99 175/86 178/85 172/77 171/105 164/97 165/96 157/91
Nadi 80 85 80 79 94 89 82 86 Dari l

RR 22 22 22 22 22 22 22 22 data l l

MAP 126 124 116 108 107 119 119 113 grafik l

Subjek 2 1.1
Hipertensi stage 2
Tekanan Darah 175/98 172/84 169/10 166/92 162/101 159/87 155/98 151/94 diatas l l

3
dapat
Nadi 78 88 93 84 87 79 83 80
l l

dilihat
RR 18 20 18 18 18 18 18 18
l

hasil
MAP 123 113 125 116 121 111 117 113
l

evaluas l l

i selama 4 hari sebelum penerapan terapi Slow Deep Breathing subjek 1 menunjukkam tekanan
l l l l

darah 182/99 mmHg Nadi 80x/menit RR 20x/menit MAP 126, Setelah dilakukan terapi Slow Deep l

Breathing selama 4 hari menjadi tekanan darah 157/91 mmHg Nadi 86x/menit RR 22x/menit MA P l

113. Subjek 2 menunjukkan 175/98 mmHg Nadi 78x/menit RR 18x/menit MAP 123 setelah l l l

dilakukan terapi Slow Deep Breathing tekanan darah menjadi 151/94 mmHg MAP 113. Setelah l
dilakukan slow deep breathing selama 4 hari memiliki penurunan sistolik pada subjek 1 adalah 182
mmhg menjadi 157 dan diastolik dari 99 menjadi 91 mmhg, pada subjek 2 memiliki penurunan
sistolik dari 175 mmhg menjadi 151 mmhg dan diastoli dari 98 mmhg menjadi 94 mmhg.
Grafik tersebut menunjukkan bahwa penurunan yang terjadi setelah dilakukan terapi Slow
l l l l l l l l l l l

Deep Breathing rata-rata penurunan nilai tekanan darah sistoIik pada Subjek 1 adalah 8 mmhg dan
l l l l l l l l l l l l l l l l l

nilai rata-rata Diastolik adalah 6 mmhg sedangkan MAP subjek 1 memiliki rata-rata penurunan
l l l l l l l l l l l l l l l l l

adalah 5, pada Subjek 2 rata-rata penurunan nilai tekanan darah sistoIik adalah 3,25 mmhg dan nilai
l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l

rata-rata Diastolik adalah 10.75 mmhg sedangkan MAP subjek 2 memiliki rata-rata penurunan
l l l l l l l l l l l l l l l l

adalah 8,25, dari grafik 1.1 terhadap nilai tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum serta sesudah
l l l

latihan slow deep breathing mendapatkan perbedaan nilai signifikan antara tekanan darah pretest
dan posttest yang artinya ada pengaruh latihan slow deep breathing terhadap penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi.
Setelah dilakukan terapi Slow Deep Breathing 4 kali dalam seminggu dan dilakukan
l l l l l l l l l l l

pengukuran Skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi pada kedua subjek studi kasus. rata-rata
l l l l l l l l l l l l l

penurunan Skala nyeri pada kedua studi kasus dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
l l l l l l l l l l l l l l l

Grafik 1.2 pengukuran Skala nyeri sebelum dan sesudah subjek 1 & 2

Skala Nyeri HARI KE 1 HARI KE 2 HARI KE 3 HARI KE 4


PRE POST PRE POST PRE POST PRE POST
Subjek 1 4 3 3 1 2 1 1 0
Skala Nyeri Sedang ringan ringan ringan ringan ringan Ringan Tidak
Nyeri
Subjek 2 3 2 3 1 2 1 1 0
Skala Nyeri ringan ringan ringan ringan ringan ringan Ringan Tidak
nyeri

Dari data grafik 1.2diatas dapat dilihat hasil evaluasi selama 4 kali pertemuan dalam waktu
l l l l l l l l l l l l l l l l l l l

1 minggu setelah penerapan terapi Slow Deep Breathing terhadap penurunan nyeri kepala l l l l l l l l l l

menunjukkan bahwa pada sebelum intervensi pertama Skala nyeri Subjek 1 menunjukkan skala
l l l l l l l l l l

nyeri 4 (Sedang) setelah intervensi selama 4 hari menjadi 0 (Tidak nyeri). Sedangkan Subjek ke 2 l l

sebelum intervensi menunjukkan skala nyeri 3 (Sedang) setelah intervensi 4 hari menjadi 0 (Tidak l l

nyeri).
Grafik tersebut menunjukkan bahwa penurunan yang terjadi setelah dilakukan terapi Slow
l l l l l l l l l l l

Deep Breathing rata-rata penurunan nilai Skala nyeri kepala pada Subjek 1 adalah 1,5 dan nilai
l l l l l l l l l l l l l l l l l l
Subjek 2 adalah 1,25, Maka dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nyeri l l l

kepala sebelum dan sesudah dilakukan terapi Slow Deep Breathing artinya ada pengaruh penurunan
tekanan nyeri kepala pada pasien hipertensi setelah dilakukan Slow Deep Breathing.
PEMBAHASAN
Usia responden dalam penelitian ini berada dalam rentang 46-65 tahun. Pasien pertama 62
l l l l l l l l l l l l l

tahun dan pasien kedua 52 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan kejadian hipertensi
l l l l l l l l l l l l l l

semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Mawarni et al., 2020). Jenis kelamin sangat
l l l l l l l l l l l l

berpengaruh dengan terjadinya hipertensi terutama umur 40 tahun keatas, dikarenakan umur diatas
l l l l l l l l l l l l l l

40 tahun itu wanita masa menopause dan tidak ada peran hormon estrogen. Di bawah umur 50
l l l l l l l l l l l l l

tahun kebanyakan laki-laki yang terkena hipertensi, tetapi setelah umur 50 tahun wanitalah yang
l l l l l l l l l l l l l l l

lebih beresiko. Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini yaitu dua responden berjenis l l l l l l l

kelamin laki-laki dan perempuan. (Aritonang, 2020)


l l l l l l l

Hipertensi merupakan penyakit yang dapat diturunkan dari orang tua ke anaknya. Berdasarkan l l l l l l l l l l l l l l l l

ilmu Genetika hal ini dapat terjadi karena adanya faktor Hereditas yang berperan dalam penyakit l l l l l l l l l l l l l l l l l

turunan. Hereditas ialah genotif yang diwariskan dari induk (orang tua) pada keturunannya dan
l l l l l l l l l l l l l l l

akan membuat keturunan memiliki karakter seperti induknya. Warna kulit, tinggi badan, warna
l l l l l l l l l l l l l

rambut, bahkan penyakit turunan merupakan dampak dari penurunan sifat. Hereditas dibawa oleh
l l l l l l l l l l l l l l l

gen yang ada dalam DNA masing-masing mahkluk hidup (Pemilu Wati, 2022)
l l l l l l l l l l

Hasil studi kasus didapatkan data pada kedua responden mengalami peningkatan tekanan darah
l l l l l l l l l l l l l l l l l l

yaitu Subjek pertama tekanan darah responden yaitu 182/99 mmHg MAP 126,6 dan Subjek kedua
l l l l l l l l l l l

tekanan darah responden yaitu 175/79 mmHg MAP 111. Peningkatan tekanan darah didalam arteri
l l l l l l l l l l l l l l l

bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga lebih banyak
l l l l l l l l l l l l l l

mengalirkan cairan setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku
l l l l l l l l l l l l l l l

sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah
l l l l l l l l l l l l l l l l l

pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada biasanya
l l l l l l l l l l l l l l l l

dan menyebabkan naiknya tekanan darah. Inilah yang terjadi pada responden usia lanjut dimana
l l l l l l l l l l l l l l l l l l

dingding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklierosis (Sumartini & Miranti, 2019). l l l l l l l l l l l

Masalah keperawatan utama pada kasus kedua adalah nyeri akut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
l l l l l l l l l l l l l l l l l

2017). Hal ini dibuktikan dengan adanya tanda dan gejala pada kedua subjek studi kasus seperti l l l l l l l l l l l l l l l

tengkuk terasa berat dan nyeri, kepala bagian belakang nyeri dan pusing. Hasil pengukuran tekanan l l l l l l l l l l l l l l l

darah subjek studi kasus pertama 182/87 mmHg dan subjek studi kasus kedua 175/79 mmHg, Hasil
l l l l l l l l l

pengukuran nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) subjek kasus pertama memiliki skala l l l l l l l l l

4 (sedang) dan subjek kasus kedua memiliki skala 3 (ringan) . Hal ini jika tidak segera ditangani l l l l l l l l l l l

akan mengakibatkan lamanya proses penyembuhan, gangguan mobilitas, terjadi nyeri kronis serta
l l l l l l l l l l l l l l
kemungkinan terburuk mengakibatkan komplikasi penyakit lain (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, l l l l l l l l

2017).
Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang dapat mengakibatkan pecahnya maupun l l l l l l l l l l l l l l

penyempitan pembuluh darah ke otak. Pecahnya pembuluh darah otak akan menimbulkan l l l l l l l l l l l l

perdarahan, akan sangat fatal bila terjadi interupsi aliran darah ke bagian distal, di samping itu
l l l l l l l l l l l l l l l l l l l

darah ekstravasi akan tertimbun sehingga akan menimbulkan tekanan intracranial yang meningkat,
l l l l l l l l l l l l l l l l l

sedangkan penyempitan pembuluh darah otak akan menimbulkan terganggunya aliran darah ke otak
l l l l l l l l l l l l l l l l

dan sel-sel otak akan mengalami kematian (Hasan, 2018). nyeri akut yang terjadi pada kepala yang
l l l l l l l l l l l l l l l l l l

dirasakan pasien hipertensi juga disebabkan oleh adanya penurunan suplai oksigen ke otak dan
l l l l l l l l l l l l l l

adanya peningkatan spasme pembuluh darah (Suib & Mahmudah, 2022)


l l l l l l l l l l

Nyeri tekuk menjadi salah satu tanda gejala hipertensi yang paling sering dikeluhkan. Kondisi ini l l l l l l l l l l l

diakibatkan karena adanya peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah yangada disekitar
l l l l l l l l l l l l l l l l l l l l

leher, dimana membantu membawa darah ke otak. Nyeri leher yang dirasakan disebabkan karena l l l l l l l l l l l l l l l l

terdapat jaringan yang terganggu yang mengakibatkan penurunan oksigen dan meningkatkan
l l l l l l l l l l l l l l

karbondioksida sehingga terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh yang berakibat pada
l l l l l l l l l l l l l l

peningkatan asam laktat dan menstimulasi nyeri kapiler pada leher dan berujung pada sakit kepala. l l l l l l l l l l l l l l l l l

(Mauliddia et al., 2022) l l l

Hal ini menunjukan bahwa Slow deep breathing dalam dapat digunakan untuk menurunkan
l l l l l l l l l l l l

tingkat nyeri dengan cara menarik nafas melalui hidung dan dikeluarkan secara perlahan melalui
l l l l l l l l l l l l l l l l

mulut dengan irama yang berlahan sehingga merangsang otak dan sumsum tulang belakang untuk l l l l l l l l l l l l l l

memproduksi endorphin (substasi seperti morfin yang diproduksi tubuh untuk menghambat l l l l

transmisi inpuls nyeri). Pelepasan endorphin ini menghambat transmisi neurotransmitter tertentu
l l l l l l l

sehingga terjadi penurunan intensitas nyeri. Efek Slow deep breathing pada nyeri memberikan efek l l l l l l l l

rileks dengan cara menurunkan ketegangan otot sehingga nyeri akan berkurang (Aji et al., 2018) l l l l l l l l l l l l

Mekanisme kerja terapi relaksasi Slow deep breathing adalah metode bernapas yang l l l l l l l l l l l l

frekuensinya kurang atau sama dengan sepuluh kali per menit dengan fase ekhalasi yang panjang. l l l l l l l l l l l l l l l

pada saat relaksasi terjadi perpanjangan serabut otot, menurunnya pengiriman implus saraf keotak,
l l l l l l l l l l l l l l l l

menurunya aktivitas otak dan fungsi tubuh yang lain, krakteristik dari respon relaksasi ditandai oleh l l l l l l l l l l l l l

menurunnya denyut nadi, jumlah pernafasan dan penurunan tekanan darah (Pratiwi, 2020). Slow l l l l l l l l l l l l l

Deep Breathing dapat menurunkan skala sakit kepala. Peneliti menganggap Slow Deep Breathing l l l l l l l l l l l l

bisa mengurangi skala nyeri kepala karena Slow Deep Breathing dapat menurunkan tekanan darah,
l l l l l l l l l l l l l l l l

mengendurkan otot tegang di sekitar leher dan kepala, mengaIihkan perhatian dari nyeri kepala l l l l l l l l l l l l l

sehingga pasien dapat tenang dan tidak meringis kesakitan di kepala.Ini dibuktikan dengan Latihan l l l l l l l l l l l l l l l

Pernapasan Dalam Lambat yang banyak digunakan untuk mengurangi nyeri kronis. Tarik napas
l l l l l l l l l l l l l l l l
dalam-dalam dapat mengendurkan sekelompok otot secara berurutan dan memusatkan perhatian
l l l l l l l l l l l l l l l

pada perbedaan perasaan yang dialami antara saat kelompok otot rileks dan saat otot
l l l l l l l l l l l l l l l l l l

tegang(Sumartini & Miranti, 2019).


l l l

Slow deep breathing memberikan efek kepada sistem saraf dan mempengaruhi pengaturan
tekanan darah. Slow deep breathingmenurunkan aktivitas saraf simpatis melalui peningkatan central
inhibitory rythms yang akan berdampak pada penurunan output simpatis. Penurunan output simpatis
akan menyebabkan penurunan pelepasan epinefrin yang ditangkap oleh reseptor alfa sehingga
mempengaruhi otot polos pembuluh darah. Otot polos vaskular mengalami vasodilatasi yang akan
menurunkan tahanan perifer dan menyebabkan penurunan tekanan darah Oleh karena itu latihan l l l l

slow deep breathing dapat digunakan sebagai terapi nonfarmakolgis pada penderita hipertensi yang
l l l l l l l l l l l l l l

memiliki nyeri kepala baik yang mengkonsumsi obat ataupun yang tidak mengkonsumsi obat l l l l l l l l l l

(Aritonang, 2020)
l l

KESIMPULAN
Pemberian intervensi slow deep breathing pada kedua pasien yang memiliki riwayat
l l

Hipertensi dan memiliki nyeri kepala di dapatkan hasil bahwa terjadi penurunan Tekanan darah
dan tingkat nyeri pasien setelah di berikan intervensi slow deep breathing. slow deep breathing l l

adalah salah satu terapi non-farmakologis bisa menjadi solusi untuk mengontroI tekanan darah dan l l l l l l l l

menurunkan tekanan nyeri pada pasien karena secara fisiologis menimbulkan efek rasa nyaman l l l l l l l l l

sehingga dapat menurunkan metabolisme tubuh. Diharapkan dapat mengaplikasikan pemberian


l l l l l l l l l l l l l l

terapi relaksasi slow deep breathing dalam membantu untuk mengontrol tekanan darah dan nyeri
l l l l l l l l l l l

pada pasien hipertensi pada usia lanjut.


l l l l l l l

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga Karya Tulis
Ilimah Akhir Ners ini bisa terselesaikan. Penulis menguca pkan terimakasih kepada kedua klien l l l l l l l

yang telah yang telah bersedia menjadi responden. Yang kedua penulis mengucapkan terima kasih
l l l l l l l l l l l l

kepada dosen pembimbing Ns. Desi Ariyana R, M.Kep, Sp.Kep.Jiwa yang sudah membantu dan
l l

membimbing untuk kelancaran Karya Tulis Ilmiah Akhir Ners ini.

REFERENSI

Aji, S. B., Armiyati, Y., & Sn, S. A. (2018). Efektifitas Antara Relaksasi Autogenik Dan Slow Deep
Breathing Relaxation Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Orif Di Rsud Ambarawa.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), 002.
Aritonang, Y. A. (2020). The Effect of Slow Deep Breathing Exercise on Headache and Vital Sign
in Hypertension Patients. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 8(2), 166–174.
https://doi.org/10.24198/jkp.v8i2.1320
Ariyanti, R., Preharsini, I. A., & Sipolio, B. W. (2020). Edukasi Kesehatan Dalam Upaya
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hipertensi Pada Lansia. To Maega : Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 3(2), 74. https://doi.org/10.35914/tomaega.v3i2.369
Herawati, I., Hakim, M. L., Amalia, H., Nurlita, A., Putri, D., Pristianto, A., Pradanov, C. V.,
Prasetyaningtyas, A., & Surakarta, M. (2022). Edukasi Slow Deep Breathing Exercise nUntuk
Mengatasi Hipertensi Pada Posyandu Lansia Abadi 9. 3(1), 9–16.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan RI, 53(9),
1689–1699.
Mauliddia, W. U., Khasanah, S., Burhan, A., Keperawatan, D. T., Keperawatan, F., Bangsa, U. H.,
Hangat, K., & Dalam, R. N. (2022). Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang Sosial dan
Humaniora Penerapan Kompres Hangat dan Tarik Nafas dalam Mengatasi Nyeri Akut Pasien
Hipertensi. 1(3), 374–380. https://doi.org/10.55123/abdisoshum.v1i3.1013
Mawarni, T., Afianti, Y., & Budiarti, Y. (2020). Efek Terapi Kombinasi Slow Deep Breathing
(SDB) dan Massage terhadap Intensitas Nyeri Kepala Akut pada Cedera Kepala Ringan.
Journal Nursing Army, 1(2), 25–36.
Pemilu Wati, T. (2022). Studi Kasus: Implementasi Keperawatan Slow Deep Breathing dan
Psikoedukasi Untuk Mengurangi Nyeri Pada Pasien Jantung Koroner. 1–14.
Pratiwi, A. (2020). Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi. Masker Medika, 8(2), 263–267. https://doi.org/10.52523/maskermedika.v8i2.414
Putri, R. I., & Nurhidayati, T. (2022). Penerapan slow deep breathing dan dzikir terhadap tingkat
kecemasan penderita hipertensi pada lansia. Ners Muda, 3(2).
https://doi.org/10.26714/nm.v3i2.8302
Siswanti, H., & Purnomo, M. (2018). Slow Deep Breathing Terhadap Perubahan Tekanan
Darahpada Pasien Hipertensi. Jurnal Keperawatan, 8, 198–204.
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/310
Suib, S., & Mahmudah, A. M. (2022). Penyuluhan Hipertensi Dan Slow Deep Breathing Untuk
Menurunkan Hipertensi Pada Lansia Di Bpstw Unit Budi Luhur Yogyakarta. GEMAKES
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 31–37.
https://doi.org/10.36082/gemakes.v2i1.544
Sumartini, N. P., & Miranti, I. (2019). Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Tekanan Darah
Lansia Hipertensi di Puskesmas Ubung Lombok Tengah. Jurnal Keperawatan Terpadu
(Integrated Nursing Journal), 1(1), 38. https://doi.org/10.32807/jkt.v1i1.26
Yau, K. K. Y., & Loke, A. Y. (2021). Effects of diaphragmatic deep breathing exercises on
prehypertensive or hypertensive adults: A literature review. Complementary Therapies in
Clinical Practice, 43(October 2020), 101315. https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2021.101315

Anda mungkin juga menyukai