Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Luas perairan Maluku Tengah sekitar 264.311,45 km2 dengan garis

pantai sepanjang 1.375,529 km menjadikannya salah satu wilayah yang

memiliki potensi sumberdaya perikanan laut cukup besar (Kaihatu 2018;

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah, 2012). Selain

itu juga, daerah pesisir Maluku Tengah memiliki salah satu ekosistem

penting berupa lamun (Batuwael dan Rumahlatu, 2018). Haumahu dkk.,

(2021) menjelaskan bahwa luas ekosistem lamun di Maluku Tengah

sekitar 18,79 km2 yang didalamnya hidup berbagai biota laut.

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem penting

pendukung pantai yang terletak di daerah pesisir (Wakano dan Tetelepta,

2015). Menurut Sarinawati dkk., (2014) ekosistem lamun dibentuk dari

kumpulan beberap jenis lamun yang saling berinteraksi dengan

lingkungan sekitarnya. Lamun adalah tumbuhan berbunga

(Angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup

terbenam di dalam laut dangkal (Tahapary dkk., 2019; Wakano dan

Tetelepta, 2015). Short et al., (2007) menjelaskan bahwa lamun

umumnya tersebar di daerah perairan dangkal zona intertidal yang

dipengaruhi pasang surut hingga daerah subtidal dengan kedalaman 40 m.

1
2

Jalaluddin dkk., (2020) menambahkan bahwa lamun memiliki fungsi

ekologis yang penting di daerah pesisir diantaranya sebagai penangkap

sedimen sehingga perairan disekitarnya menjadi jernih, serta daun lamun

yang lebat dapat menghambat arus dan gelombang yang masuk ke pantai

sehingga melindungi garis pantai terhadap abrasi. Selain itu juga, menurut

Wakano dan Tetelepta (2015), tumbuhnya lamun di dalam kolom air,

menarik berbagai jenis organisme laut. Berbagai organisme laut

menjadikan lamun sebagai tempat berkembang biak (nursery ground),

tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan (feeding

ground) (Sjafrie dkk., 2018). Keberadaan berbagai organisme laut pada

ekosistem lamun menyebabkan terjadinya asosiasi.

Sianu dan Efrianti (2014) mendefinisikan asosiasi sebagai hubungan

yang terjadi antara organisme yang hidup bersama-sama dalam suatu

ekosistem. Asosiasi penting dalam suatu ekosistem, karena suatu

ekosistem tersusun dari beberapa organisme yang saling mempengaruhi

distribusi, kelimpahan dan asosiasi antar spesies (Paillin, 2009). Zurba

(2018) menambahkan bahwa di dalam ekosistem lamun terjadi interaksi

timbal balik yang menyebabkan terbentuknya suatu ekosistem kompleks

yang menjadikan padang lamun sebagai habitat penting bagi berbagai

jenis biota laut. Salah satu biota laut yang hidup berasosiasi dengan lamun

adalah makrozoobentos atau makrofauna (Wakano dan Tetelepta, 2015).


3

Makrozoobentos merupakan kelompok hewan invertebrata yang

hidup di dasar perairan (Melsasail, 2022). Menurut Rusyana (2011),

berdasarkan cara hidupnya, makrozoobentos terbagi menjadi infauna dan

epifauna. Makrozoobentos epifauna merupakan kelompok hewan bentik

yang hidupnya di permukaan dasar perairan (Setyobudiandi, 2008).

Wakano dan Tetelepta (2015) menambahkan bahwa sebagai salah satu

organisme yang hidup berasosiasi dengan lamun, makrozoobentos

epifauna seperti Gastropoda, Bivalvia, Crustacea, Asteroidea,

Ophiuroidea, Echinoidea, dan Holothuridea, memiliki peranan penting

dalam rantai makanan dan proses ekologi yang terjadi di ekosistem

tersebut. Selain itu, beberapa jenis makrozoobentos epifauna juga

memiliki nilai ekonomi penting sebagai bahan makanan manusia seperti

Gastropoda, Crustacea dan Bivalvia karena mengandung protein hewani

yang tinggi (Rusyana (2011). Oleh karena itu, lamun perlu dilestarikan

untuk mempertahankan fungsi ekologi terhadap kehidupan

makrozoobentos khususnya epifauna.

Negeri Amahai merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Maluku

Tengah yang secara geografis berbatasan langsung dengan perairan pantai

(Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah, 2012). Negeri

Amahai memiliki cukup banyak potensi sumberdaya pesisir yang ada

didalamnya. Salah satunya terdapat ekosistem lamun. Menurut Talakua

dan Rumengan (2020), lamun yang tumbuh tersebut tersebar hampir di


4

seluruh pesisir pantai Negeri Amahai. Bentuk pantai yang landai dengan

substrat dasar berupa lumpur, pasir, berbatu, dan pecahan karang sangat

cocok bagi pertumbuhan lamun. Selain itu, kebutuhan cahaya matahari

terpenuhi dengan baik karena perairan pantai relatif dangkal sehingga

menyebabkan lamun di Negeri Amahai selain subur juga produktif. Hal

ini memungkinkan adanya organisme makrozoobentos epifauna yang

hidup berasosiasi dengan lamun. Kehadirannya sudah tentu untuk

mendapatkan makanan berupa detritus yang berasal dari serasah yang

dihasilkan oleh lamun (Wakano dan Tetelepta, 2015).

Kegiatan penelitian tentang asosiasi makrozoobentos epifuana

dengan lamun masih sangat kurang dilakukan di perairan pantai Negeri

Amahai. Penelitian asosiasi di Maluku Tengah secara umum sudah

dilakukan oleh Batuwael dan Rumahlatu (2018) di perairan pantai Negeri

Tiouw, Kacamatan Saparua, serta Wakano dan Tetelepta (2015) di

perairan pantai Tanjung Metiella Negeri Liang, Kecamatan Salahutu.

Namun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Batuwael dan

Rumahlatu (2018) hanya sebatas asosiasi gastropoda dengan lamun,

sedangkan asosiasi Protoreaster nodosus dengan lamun diteliti oleh

Wakano dan Tetelepta (2015). Dengan demikian, penelitian tentang

asosiasi makrozoobentos epifauna dengan lamun di perairan pantai


5

Negeri Amahai Kabupaten Maluku Tengah sangat penting untuk

dilakukan dan menjadi data dasar bagi upaya pengelolaan nantinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Jenis-jenis lamun apa saja yang terdapat di perairan pantai Negeri

Amahai Kabupaten Maluku Tengah?

2. Jenis-jenis makrozobentos epifauna apa saja yang terdapat di

perairan pantai Negeri Amahai Kabupaten Maluku Tengah?

3. Bagaimana asosiasi makrozoobentos epifaua dengan lamun di

perairan pantai Negeri Amahai Kabupaten Maluku Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Mengetahui jenis-jenis lamun yang terdapat di perairan pantai Negeri

Amahai Kabupaten Maluku Tengah.

2. Mengetahui jenis-jenis makrozoobentos epifauna yang terdapat di

perairan pantai Negeri Amahai Kabupaten Maluku Tengah.

3. Mengetahui asosiasi makrozoobentos epifaua dengan lamun di

perairan pantai Negeri Amahai Kabupaten Maluku Tengah.


6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Manfaat teotiris, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan

sebagai materi pembelajaran ekologi tumbuhan dan ekologi hewan

bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan

Pendidikan MIPA STKIP Gotong Royong Masohi.

2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan

bagi pemerintah daerah untuk pengelolaan sumber daya alam yaitu

makrozoobentos dan lamun di perairan pantai Negeri Amahai.

Anda mungkin juga menyukai