Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM II

AKHLAK MENUNTUT ILMU

Dosen Pembimbing : Moch. Nur Alimin, M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Khofifah Juni Amalia 20090000107
2. Puspita Retno Wulansari 20090000131
Prodi / Kelas / Semester : S1 Psikologi / C / Genap

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


FAKULTAS PSIKOLOGI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh..


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul "AKHLAK MENUNTUT ILMU" dengan tepat
waktu. Tak lupa kami haturkan shalawat serta salam pada junjungan besar kita Nabi Muhammad
SAW. Semoga kelak kita mendapatkan syafa'at beliau pada Hari Akhirat nanti, Amin.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama
Islam 2 yang diampuh oleh bapak Moch. Nur Alimin, M.Pd selaku dosen mata kuliah pendidikan
agama Islam, sehingga kami mendapat tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, besar harapan kami agar pembaca berkenan
memberikan kritik dan saran. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh..

Malang, 18 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Keutamaan dan Tata Cara Menuntut Ilmu........................................................................3
2.2 Kewajiban Mengamalkan Ilmu.........................................................................................4
2.3 Dikotomi Ilmu Agama Dan Ilmu Umum..........................................................................5
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata "akhlak" berasal dari bahasa Arab, yaitu Al-Khulk yang memiliki arti
perangai, tabiat, karakter, sifat batin. Pengertian dari akhlak sendiri bermacam-macam
namun, yang tepat adalah pengertian menurut Imam Ghazali dan Ibnu Masakwih.
1. Menurut Imam Ghazali :
‫الخلق عبارة عن هيئة فى النفس راسحة عنها تصدر األفعال بشهولة ويسر من غير حاجة الى فكر وروية‬
Artinya : “Akhlak merupakan suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat itu
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan
fikiran (lebih dahulu).”
2. Menurut Ibnu Masakwih :
‫حال للنفس داعية لها الى افعالها من غير فكر وروية‬
Artinya : “Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan
tanpa melalui pertimbangan fikiran (lebih dahulu).”
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan sifat
(karakter) yang terdapat dalam jiwa seseorang sifat inilah yang menjadi pendorong untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa perlu mempertimbangkannya lebih dulu.
Contohnya : saat seseorang beramal pada pengemis, awalnya tentu akan
mempertimbangkan antara memberinya atau tidak. Tapi ketika sudah berulang kali
dilakukan hingga terbiasanya maka tidak perlu lagi mempertimbangkan untuk memberi.
Kata "ilmu" juga berasal dari bahasa Arab, yaitu 'Alima yang memiliki arti tahu,
mengetahui. Pengertian dari ilmu sendiri bermacam-macam kebanyakan juga hampir
sesuai namun, ada baiknya mengetahui pengertian ilmu menurut ulama :
a. Menurut Imam Raghib Al-Ashfahani, ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai
dengan hakikatnya. Hal ini terbagi menjadi dua, yaitu; pertama, mengetahui inti
sesuatu itu dan kedua adalah menafikan sesuatu yang tidak ada.
b. Menurut Imam Muhammad bin Abdur Rauf Al-Munawi, ilmu adalah tercapainya
bentuk sesuatu dalam akal. menurut syari’at ilmu adalah pengetahuan yang sesuai

1
dengan petunjuk Rasulullah SAW dan diamalkan, baik berupa amal hati ataupun
amal lisan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja keutamaan dan tata cara dalam menuntut ilmu?
2. Apa kewajiban dalam mengamalkan ilmu?
3. Apa saja dikotomi dari ilmu agama dan ilmu umum?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami berbagai keutamaan dan tata cara dalam menuntut ilmu.
2. Mengetahui dan melaksanakan kewajiban dalam mengamalkan ilmu.
3. Mengetahui dikotomi dari ilmu agama dan ilmu umum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keutamaan dan Tata Cara Menuntut Ilmu


Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, sebagainya berikut :
ْ ‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم‬
‫سلِ ٍم‬ َ ‫ب ا ْل ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
ُ َ‫طَل‬
Artinya : Berdasarkan hadits diatas hukum menuntut ilmu bagi setiap muslim (perempuan
/laki-laki) adalah fardhu ain, jadi wajib untuk mengerjakannya. Selain itu, kunci
keberhasilan adalah ilmu pengetahuan. “Barangsiapa menginginkan soal-soal yang
berhubungan dengan dunia wajib lah memiliki ilmunya, dan barang siapa ingin selamat
dan berbahagia di akirat wajib lah ia memilikiilmunya pula dan barang siapa ingin
keduanya wajib lah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula.”
Keutamaan menuntut ilmu juga terdapat dalam firman Allah pada Qur'an surat
Al-Mujadilah ayat 11 :
۟ ‫شز‬
َ‫ُوا يَ ْرفَ ِع ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذين‬ ۟ ‫شز‬
ُ ‫ُوا فَٱن‬ ُ ‫ح ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۖ َوِإ َذا قِي َل ٱن‬ َ ‫وا يَ ْف‬
ِ ‫س‬
۟ ‫س ُح‬
َ ‫س فَٱ ْف‬
ِ ِ‫وا فِى ٱ ْل َم ٰ َجل‬ ۟ ‫س ُح‬َّ َ‫ٰيََٓأيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَف‬
۟ ‫وا ِمن ُك ْم َوٱلَّ ِذينَ ُأوت‬
ٍ ‫ُوا ٱ ْل ِع ْل َم َد َر ٰ َج‬
‫ت ۚ َوٱهَّلل ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر‬ ۟ ُ‫َءا َمن‬
Artinya : "Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Tata cara dalam menuntut ilmu yang baik, agar dapat bermanfaat serta diridhoi
Allah SWT, sebagai berikut :
1. Diawali dengan menata niat dalam menuntut ilmu untuk mendapatkan ridho Allah
SWT. Dan niatkan bahwa ilmu yang dimiliki akan digunakan untuk kebaikan serta
kemanfaatan bagi orang sekitar.
2. Meminta do'a serta ridho orang tua dalam menuntut ilmu, karena ridho orang tua
adalah ridho Allah SWT.
3. Meminta kepadanya Allah agar dilancarkan dalam menuntut ilmu dan nantinya ilmu
tersebut bermanfaat..

3
4. Ikhlas, menghindarkan diri dari sikap takkabur, menjauhkan diri dari maksiat, dan
rasa malu dalam menuntut ilmu.
5. Mempelajari ilmu agama sebagai landasan hidup (mempelajari ilmu tentang Aqidah
yang merupakan fondasi keimanan, mempelajari ilmu tentang Akhlak yang
merupakan sifat dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu tanpa harus
memikirkannya terlebih dahulu, mempelajari ilmu tentang Fiqih agar tata cara ibadah
sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, dan mempelajari ilmu duniawi untuk
beribadah kepada Allah SWT serta berbuat kebaikan.
6. Belajar kepada guru yang terpercaya, karena dengan hal ini belajar akan lebih cepat
dan mudah karena nantinya terdapat diskusi, tanya jawab untuk memahami ilmu yang
dipelajari.
7. Belajar kepada alam, dengan menggunakan akal serta ilmu untuk mempelajari alam
semesta beserta kejadian-kejadiannya. Selain itu, untuk menguatkan keyakinan
terhadap keagungan dan kekuasaan Allah SWT.
8. Belajar dari pengalaman dan ujian hidup, dalam kehidupan yang kita jalani terdapat
pengalaman, ujian, dan juga cobaan. Tetapi dengan kesolehan, kesabaran dan rasa
syukur kita dapat memetik hikmah atas apa-apa yang terjadi dalam hidup.
9. Mengamalkan ilmu yang didapatkan

2.2 Kewajiban Mengamalkan Ilmu


Setelah mempelajari dan mendapatkan ilmu, kewajiban yang harus ditunaikan
adalah mengamalkan ilmu tersebut. Karena ilmu tidak dicari kecuali untuk diamalkan
yaitu mengubah ilmu tersebut menjadi sebuah perilaku nyata manusia. menuntut ilmu
merupakan salah satu amalan yang tidak terputus sampai kita mati, karena ilmu tersebut
bermanfaat. Sebagai mana nabi Muhammad SAW bersabda:
ُ‫ح يَ ْدع ُْو لَه‬ َ ‫ َأ ْو َولَ ٍد‬،‫ َأ ْو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬،‫ص َدقَ ٍة َجا ِريَ ٍة‬
ٍ ِ‫صال‬ ٍ َ‫ِإ َذا َماتَ ابْنُ آ َد َم ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ ِإالَّ ِمنْ ثَال‬
َ :‫ث‬
Artinya : “Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya
kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak
shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim ).

4
Dibawah ini merupakan keutamaan mengamalkan ilmu yang telah didapat :
1. Tujuan utama dalam menuntut ilmu, yaitu kita mencari ilmu agar kita dapat
mengamalkannya serta tercermin dalam amal-amal kita, baik amalan hati, lisan
maupun anggota badan.
2. Mengamalkan ilmu dengan ikhlas, maka Allah akan menunjukkan kita akan ilmu-
ilmu yang belum diketahui. (Memperluas ilmu yang kita dapat)
3. Mengamalkan ilmu dengan ikhlas dalat, memperkuat keimanan dalah hati. Hal inj
sesuai dengan firman Allah dalam Qur'an Surat An-Nisa ayat 66 :
َ ‫َولَ ْو َأنـ َّ ُه ْم فـَ َعلُوا َما يُو َعظُونَ بِ ِه لَ َكانَ َخيـْ ًرا ل َُه ْم َوَأ‬
‫ش َّد تـ َ ْثبِيتًا‬
Artinya : "Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan
kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih
menguatkan (iman mereka)."
4. Mengamalkan ilmu dengan ikhlas juga, dapat membantu untuk tetap istiqamah
dijalan yang haq.
5. Menuntut ilmu dan mengamalkannya keduanya juga termasuk jihad (tidak hanya
perang).

2.3 Dikotomi Ilmu Agama Dan Ilmu Umum


Dikotomi adalah pemisahan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya, atau ilmu yang
bertentangan dengan ilmu-ilmu lainnya. Terjadinya pemisahan antara ilmu agama dan
ilmu umum terjadi pada abad pertengahan, yakni pada saat umat Islam kurang
memperdulikan IPTEK. Pada masa itu yang berpengaruh adalah ulama fiqih.
Sebagai contoh, pada abad pertengahan tepatnya pada abad ke-11 M. Di
Madrasah Nizamiyyah terjadi penspesifikasian kurikulum yang hanya menekankan pada
fiqih oriented. Sehingga semua keilmuan yang dipelajari hanya bertujuan dalam rangka
untuk menopang superioritas dan penjabaran hukum Islam (Mulkan, 2010:110). Fiqh
oriented education adalah ciri yang menonjol pada masa itu sehingga madrasah
Nizhamiyah benar-benar menjadi model pendidikan yang dikotomi (Mas‘ud, 2002:110).
Pemisahan ilmu agama dan ilmu umum atau apa yang disebut dikotomisasi ilmu
dalam wacana pendidikan Islam telah menimbulkan banyak perdebatan di kalangan tokoh
pendidikan Islam. Sebagian tokoh medukung penuh sistem dikotomi dan sebagian

5
menolak keras adanya dikotomi. Berdasarkan hasil temuan ini, menunjukkan bahwa
Islam sangat menganjurkan eksplorasi ilmu pengetahuan dengan tidak memisahkan dan
mempertentangkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Karena alam Islam, tidak ada
pendikotomian ilmu, yang ada hanyalah pengklasifikasian (pengelompokan) lmu, akan
tetapi pada praktiknya pengklasifikasian ilmu tersebut salah diartikan oleh banyak
kalangan masyarakat muslim itu sendiri.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hadits diatas hukum menuntut ilmu bagi setiap muslim
(perempuan/laki-laki) adalah fardhu ain, jadi wajib untuk mengerjakannya. Selain itu,
kunci keberhasilan adalah ilmu pengetahuan. “Barangsiapa menginginkan soal-soal yang
berhubungan dengan dunia wajib lah memiliki ilmunya, dan barang siapa ingin selamat
dan berbahagia di akirat wajib lah ia memilikiilmunya pula dan barang siapa ingin
keduanya wajib lah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula."
Setelah mempelajari dan mendapatkan ilmu, kewajiban yang harus ditunaikan
adalah mengamalkan ilmu tersebut. Karena ilmu tidak dicari kecuali untuk diamalkan
yaitu mengubah ilmu tersebut menjadi sebuah perilaku nyata manusia. menuntut ilmu
merupakan salah satu amalan yang tidak terputus sampai kita mati, karena ilmu tersebut
bermanfaat.
Pemisahan ilmu agama dan ilmu umum atau apa yang disebut dikotomisasi ilmu
dalam wacana pendidikan Islam telah menimbulkan banyak perdebatan di kalangan tokoh
pendidikan Islam. Sebagian tokoh medukung penuh sistem dikotomi dan sebagian
menolak keras adanya dikotomi. Berdasarkan hasil temuan ini, menunjukkan bahwa
Islam sangat menganjurkan eksplorasi ilmu pengetahuan dengan tidak memisahkan dan
mempertentangkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Karena alam Islam, tidak ada
pendikotomian ilmu, yang ada hanyalah pengklasifikasian (pengelompokan) lmu, akan
tetapi pada praktiknya pengklasifikasian ilmu tersebut salah diartikan oleh banyak
kalangan masyarakat muslim itu sendiri.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ali, N.S.M. (1993). Mahkota pokok-pokok hadits Rasulullah SAW jilid I. Bandung: Sinar
Bandung.
Asyari, A. & Makruf, R.B. (2014). Dikotomi pendidikan Islam: Akar historis dan dikotomisasi
ilmu. Jurnal EI-HIKMAH, 8(2), 1-17.
Gajahtonggo. (2015). Makalah keutamaan menuntut ilmu. Retreived 18 Maret 2021, from
https://id.scribd.com/doc/288733583/Makalah-Keutamaan-Menuntut-Ilmu
Khafidhotulamaliah. (2013). Makalah akhlak dalam menuntut ilmu. Retreived 18 Maret 2021,
from https://khafidhotulamaliah.wordpress.com/2013/05/17/6/
Majid, K.A. (2012). Hadis tarbawi: Hadis-hadis pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group.

Anda mungkin juga menyukai