Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

K 62
TAHUN DENGAN DIAGNOSA MEDIS LUKA
BAKAR
DI RSHS BANDUNG
diajukan sebagai salah satu syarat tugas Case Analysis Methode (CAM)
dengan dosen pengampu Riandi Alfin, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun oleh:
Raifal Esa Ramadhan 102021005
Anisa Hanum Salsabila 102021017

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III


KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS `AISYIYAH BANDUNG
Jalan K.H.A Dahlan Dalam No. 6
Bandung 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum warahmatullahi wabaraktuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny.K 62 Tahun Dengan Diagnosa
Medis Lua bakar di RSHS Bandung ”. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Case
Analysis Methode (CAM).

Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Riandi Alfin, S.Kep.,Ners M.Kep
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan ilmu
yang dituangkan dalam menulis makalah ini dan teman-teman kelompok 3 yang telah
membantu menyelesakannya makalah ini.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna dan tidak menutup kemungkinan terdapat kesalahan, baik dari
segi isi, struktur maupun cara penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang dapat membangun untuk perbaikan kedepannya. Akhir kata
penulis mengharapkan kiranya pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, 10 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah.................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS.................................................................................4
A. Definisi...............................................................................................................4
B. Anatomi..............................................................................................................4
C. Etiologi...............................................................................................................6
D. Manifestasi klinis................................................................................................8
E. Pathway............................................................................................................11
F. Komplikasi........................................................................................................12
G. Pemeriksaan penunjang....................................................................................13
H. Penatalaksanaan................................................................................................14
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................................16
A. Studi kasus........................................................................................................16
B. Asuhan Keperawatan........................................................................................17
D. Prioritas Masalah..............................................................................................25
E. Intervensi Keperawatan....................................................................................26
BAB IV PENUTUP....................................................................................................31
A. Kesimpulan.......................................................................................................31
B. Saran.................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................32
B
A
B

A. Latar Belakang
I
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma
dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal pada fase syok sampai fase lanjut
(Young et al, 2019).
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2018, angka
mortalitas akibat luka bakar di dunia mencapai 180.000 jiwa sedangkan di Afrika
dan Asia Tenggara mencapai 60% kematian setiap tahun. Sementara itu, data
Riset Kesehatan Dasar Kementerian Republik Indonesia tahun 2018 menyebutkan
bahwa prevalensi kejadian cedera luka bakar yaitu 9,2% dan paling sering dialami
oleh anak-anak usia toddler. Prevalensi luka bakar di Indonesia mencapai angka
1,3% (Antoro & Sari, 2022).
Luka bakar dapat menimbulkan berbagai efek baik secara fisik, psikologis,
ekonomi dan sosial. Dampak umum yang dapat ditimbulkan yaitu masalah
gangguan cairan dan elektrolit tubuh atau syok, nyeri atau rasa tidak nyaman,
sesak nafas akibat inhalasi udara panas, gangguan gerakan tubuh akibat luka dan
kaku pada sendi, infeksi pada luka serta adanya gangguan harga diri akibat bekas
luka, bahkan terjadinya kematian akibat tidak memperoleh penanganan yang tepat
dan cepat (Banapon, Soelistyowati, & Anugrahini, 2019). Kondisi yang lebih
buruk atau komplikasi lain yang dapat timbul pada penderita luka bakar yaitu
atropi dan kelemahan otot, kontraktur, serta gangguan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari (Mediarti, et al., 2022). Oleh sebab itu dibutuhkan penanganan
pertama yang cepat dan tepat yang dilakukan dengan baik untuk
mencegah meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah merupakan pokok-pokok yang akan diuraikan. Pokok
permasalahan utama adalah asuhan keperawatan pada kasus Luka bakar. Oleh sebab
itu, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Apa yang di maksud dengan luka bakar ?


2. Bagimana Anatomi fisiologi Luka Bakar ?
3. Bagaimana etiologi luka bakar ?
4. Bagaimana manifestasi klinis luka bakar ?
5. Bagaimana patofisiologi luka bakar ?
6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada luka bakar ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada luka bakar ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari suatu makalah. Adapun
tujuan penulisan dalam makalah ini terdiri dari atas tujuan umum dan tujuan khusus
yang diuraikan sebagai berikut.

1. Tujuan Umum
Tujuan umum merupakan tujuan secara menyeluruh yang ingin di capai dari
pembuatan makalah ini. Adapun tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui
konsep asuhan keperawatan dengan Luka Bakar.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan tujuan terperinci yang ingin dicapai dari
pembuatan makalah ini. Adapun tujuan khusus dalam makalah ini sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui apa itu luka bakar;


b. Untuk mengetahui bagaimana anatomi luka bakar;
c. Untuk mengetahui bgaimana penyebab terjadinya luka bakar;
d. Untuk mengetahui manfestasi klinis luka bakar;
e. Untuk mengetahui patofisiologi luka bakar;
f. Untuk mengetahui komplikasi pada luka bakar;
g. Untuk mengetahui penatalaksaan pada luka bakar.
BAB II
TINJAUN TEORITIS

A. Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit
dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun
jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan
sumber panas/penyebabnya. Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi
kerusakan/ gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel.
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun
tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnva
tersiram air panas banyak teriadi pada kecelakaan rumah tangga.
B. Anatomi
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar yang menutupi dan
melindungi permukaan tubuh. Kulit tidak bisa terpisah dari kehidupan manusia
yang merupakan organ esensial dan vital, kulit merupakan cermin kesehatan
dari kehidupan seseorang. Luas kulit orang dewasa adalah 1,5 m? dan berat
kira- kira15% dari berat badan. Adapun sifat dan lokasi kulit antara lain lembut
dan tebal, kulit yang elastis longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium,
kulit yang tebal dan tegang terdapat ditelapak kaki dan telapak tangan orang
dewasa, kulit yang tipis terdaoat pada muka, kulit lembut terdapat pada leher
dan badan serta kulit yang berambut dan kasar terdapat pada kepala.
1. Lapisan Epidermis yaitu lapisan paling luar, yang terdiri dari:
a. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar
dan terdiri atas sel yang telah mati, selnya tipis, datar, tidak mempunyai
inti sel (Inti selnya sudah mati) dan mengandung zat keratin (zat
tanduk).
b. Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum, yang
merupakan lapisan sel yang berbentuk pipih, mempunyai batas tegas,
tetapi tidak ada intinya. Lapisan in hanya terdapat pada telapak kaki.
Dalam lapisan terlihat seperti pita yang bening, batas-batas sel sudah
tidak begitu terlihat.
c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapisan
sel- sel gepeng dengan sitoplsma berbutir kasar serta terdapat inti
diantaranya dan terdapat jelas pada telapak tangan dan kaki.
d. Zona germinalis terletak di bawah lapisan tannduk dan terdiri atas dua
lapisan epitel yang tidak tegas.
e. Sel berduri, yaitusel dengan fibril halus yang menyambung sel satu
dengan yang lainnya didalam lapisan ini, sehingga setiap sel seakan-
akan berduri.
f. Sel basal sel in terus menerus memproduksi sel epidermis baru. Sel ini
disusun dengan teratur, berderet dan rapat membentuk lapisan pertama
tau lapisan dua sel pertamaatau lapisan dua sel pertama dari sel basal
yang duduk diatas papiladermis.
2. Lapisan Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit dan merupakan kulit
yang sebenarnya dan tersusun atas jaringan ikat, terutama jaringan fibrosa
dan elastis. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan di
sebelah bawah berbatasan dengan subkutan. Dermis terdiri dari dua lapisan :
a. Pars papilare (stratum papilaris) adalah bagian yang menonjol ke
epidermis yang berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare (stratum retkularis) adalah bagian yang dibawahnya
menonjol kearah subkutan terdiri dari serabut-serabut penunjang,
misalnya serabut (kolagen, elastin, dan retikulin). Dasar (matriks)
lapisan ini terdiri atas cairan kental, asam hialuronat dan kondroitin
sulfat yang terdapat pula fibroblast.Serabut ini saling berikatan dan
masing-masing mempunyai tugas-tugas yang berbeda. Serabut kolagen
berfungsi
Bagian lain yang terdapat pada lapisan subkutis adalah :
c. Ujung-ujung saraf tepi
d. Pembuluh darah
e. Getah bening
Vaskularisasi dikulit diatur oleh 2 pleksus vaitu :
a. Pleksus yang terletak dibagian atas dermis (Pleksus Superficial) dan
mengadakan anastomosis di Papil dermis.
b. Pleksus yang terletak disubkutis (Pleksus Profunda)
mengadakan anastomosis.
C. Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara
langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar.
Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:

a. Paparan api
1) Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat
membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami
memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik
cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan
berupa cedera kontak.
2) Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda
panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang
mengalami kontak. Contohna antara lain adalah luka bakar akibat rokok
dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
b. Scalds (air panas)

Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan
berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya
menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat.
Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan
ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan
cairan.

c. Uap panas

Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator


mobil. Up panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi
dari up serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, up
panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.

d. Gas panas

Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.

e. Aliran listrik

Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan
percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar
D. Manifestasi klinis
a. Berdasarkan penyebab:
1. Luka bakar karena api.
2. Luka bakar karena air panas.
3. Luka bakar karena bahan kimia.
4. Luka bakar karena listrik.
5. Luka bakar karena radiasi.
6. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
b. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
1) Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama tampak
sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang
ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi
oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis. Luka bakar derajat pertama ini hanya
mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari.
Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat.
2) Luka bakar derajat II
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi akut
disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih
tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar
derajat II ada dua:
a) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam waktu 10-
14 hari.
b) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih
lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan teriadi dalam
waktu lebih dari satu bulan.
3) Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit
berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar
karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri.
Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.
c. Berdasarkan tingkat keseriusan luka

1) Luka bakar ringan/minor.


a) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa.
b) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia laniut.
c) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum.
2) Luka bakar sedang (moderate burn).
a) Luka bakar dengan luas 15 - 25 % pada dewasa, dengan luka bakar
derajat III kurang dari 10 %.
b) Luka bakar dengan luas 10 - 20 % pada anak usia < 10 tahun atau
dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10%.
c) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
3) Luka bakar berat (major burn).
a) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas
usia 50 tahun.
b) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama.
c) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.
d) Adana cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tapa memperhitungkan
luas luka bakar
d. Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar dapat mengunakan beberapa
metode yaltu:
a. Rule of nine

● Kepala dan leher : 9%

● Dada depan dan belakang: 18% '

● Abdomen depan dan belakang: 18%

● Tangan kanan dan kiri: 18%

● Paha kanan dan kiri: 18%

● Kakikanan dan kiri: 18%

● Genital: 1%

b. Penilaian lus luka bakar dengan metode Lund Bower


E. Patofisiologi
Patofisiologi luka bakar ditandai dengan reaksi inflamasi yang mengarah ke
pembentukan edema cepa, karena permeabilitas mikrovaskuler meningkat,
vasodilasi, dan peningkatan ekstravaskuler. Reaksi-reaksi ini disebabkan oleh
efek panas langsung pada mikrovaskuler dan mediator kimia peradangan. Tahap
vasodilatasi paling awal dan peningkatan permeabilitas vena umumnya
disebabkan oleh pelepasan histamin.Kerusakan selaput sel yang sebagian
disebabkan oleh radikal bebas oksigen dilepaskan dari leukosit polimorfo
nuklear akan mengaktifkan enzim yang mengatalis hidrolisis prekursor
prostaglandin yang cepat sebagai hasilnya. Prostaglandin menghambat
pelepasan norepinefrin dan dengan demikian menjadi penting dalam
memodulasi sistem saraf adregenik yang diaktifkan sebagai respons terhadap
cedera termal. Interpretasi morfologi dar perubahan ultrastruktur fungsional
getah bening setelah cedera termal menimbulkan peningkatan vakuola dan
banyak interselular endothelium terbuka (Gynaecol, 1980).

Selanjutnya, perubahan jaringan interstisial setelah trauma luka bakar


harus diperhatikan. Kehilangan cairan terus menerus dari sirkulasi darah pada
jaringan yang rusak secara termal menyebabkan peningkatan kadar hematokrit
dan penurunan cepat volume plasma, dengan penurunan curah jantung dan
hipoperfusi pada tingkat sel. Jika cairan tidak pulih secara memadai, syok akibat
luka bakar akan meluas. Selain itu, luka bakar yang menyebabkan cedera akan
menimbulkan denaturasi sel protein. Sebagian sel mati karena mengalami
nekrosis traumatis atau iskemik. Kehilangan ikatan kolagen juga terjadi bersama
proses denaturasi sehingga timbul gradien tekanan osmotik dan hidrostatik yang
abnormal dan menyebabkan perpindahan cairan intravaskuler ke dalam ruang
interstisial. Cedera sel memicu pelepasan mediator inflamasi yang turut
menimbulkan peningkatan permeabilitas kapiler secara sistemik
(Kowalak, 2011).
Gambar 1.1 Pathway Luka bakar
F. Komplikasi
a. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal.
b. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses teriadinya pemulihan integritas kapiler,
syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan
bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh
darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah
shingga teriadi iskemia.
c. Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran
gas sudah mengancam jiwa pasien. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus
paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat
mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress
fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh
darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha,
ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.
d. Peristalistic usus dan bising usus
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus
paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause.
Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif
(hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces,
regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda
ulkus curling.
e. Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang
tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan terutama untuk luka bakar yang parah. Ada
beberapa pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan, antara lain:
1) Pemeriksaan darah, meliputi penghitungan jenis kimia darah, analisis gas
darah dengan carboxyhemoglobin, analisis urine, creatinin phosphokinase
dan myoglobin urine (luka bakar akibat listrik), serta pemeriksaan faktor
pemberian darah.
2) Pemeriksaan radiologi, meliputi foto toraks (untuk menge-tahui apakah ada
kerusakan akibat luka bakar atau adanya trauma dan indikasi pemasangan
intubasi) serta CT Scan untuk mengetahui adanya trauma.
3) Tes lain, misalnya pemeriksaan dengan fiberoptic bron-choscopy untuk
pasien dengan luka bakar inhalasi.
H. Penatalaksanaan
Penanganan luka bakar dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode
bedah dan metode nonbedah. Prosedur bedah dilakukan untuk luka bakar parah,
prosedur yang dapat digunakan antara lain eskaratomi dan cangkok kulit (skin
grafting). Sementara itu, untuk luka bakar ringan da-pat diberikan prosedur
nonbedah berupa manajemen infeksi dan manajemen lain berdasarkan
kedalaman luka bakar. Selain itu, ada berbagai obat dan perawatan yang dapat
digunakan untuk mendorong penyembuhan luka, antara lain:
1) Perawatan berbasis air. Terapi uap ultrasound dapat digunakan untuk
membershkan dan menstimulasi jaringan luka.
2) Cairan untuk mencegah dehidrasi. Cairan intravena dapat diberikan kepada
klien untuk mencegah dehidrasi dan kegagalan organ.
3) Manajemen nyeri dan kecemasan. Pengobatan luka bakar dengan tingkat
keparahan tertentu dapat menimbulkan nyeri yang tidak tertahankan. Ole
karenanya, klien bisa membutuhkan obat antinyeri dan antikecemasan.
4) Krim dan salep. Kedua produk pengobatan tersebut dapat membantu
menjaga luka lembap, mensurangi rasa sakit, mencegah infeksi dan
mempercepat penyembuhan. Selain itu, perban khusus juga bisa
direkomendasikan untuk perawatan luka bakar, agar area luka tetap lembap
sehingga bisa terbebas dari infeksi dan membantu menyem-buhkan luka.
5) Antibiotik. Apabila luka bakar menimbulkan infeksi, klien sebaiknya
diberikan antibiotik. Selain itu, klien juga bisa disarankan mendapat
suntikan tetanus.
Sementara itu, prosedur bedah yang paling sering digu-nakan dalam
penanganan luka bakar adalah eskaratomi. Ini adalah prosedur untuk mengobati
luka bakar derajat ketiga. Pada luka bakar jenis ini, jaringan epidermis dan
dermis
rusak bersama dengan saraf sensorik di dermis. Eskaratomi dapat dilakukan
sebagai tindakan profilaksis serta untuk melepaskan tekanan memfasilitasi
sirkulasi, dan melawan sindrom kompartemen luka bakar, Prosedur ini
dilakukan dengan membuat membuang jaringan yang mati (eskar) dengan
teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik sampai
didapatkan permukaan yang berdarah.
Luka bakar derajat kedua yang dalam dan luka bakar derajat tiga
memerlukan tindakan pembersihan luka secara bedah dan skin graft. Jika
dimungkinkan, kulit diambil dari bagian kulit klien yang tidak terbakar. Luka
bakar yang luas juga memerlukan pemberian cairan intravena yang cepat untuk
mengatasi hilangnya cairan akibat kebocoran kapil-er. Untuk mempertahankan
tekanan darah dan mencegah syok, infus pada orang dewasa dapat mencapai 3o
liter dalam 24 jam. Tingginya pemberian cairan ini juga mencegah pe-nurunan
perfusi ginjal dan mengurangi risiko gagal ginjal (Ariyu, 2018).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Studi kasus
Ny. K berusia 62 tahun, mengalami luka bakar di rumah pukul 06.00 WIB.
Awalnya pasien mengangkat air dalam teko yang baru saja mendidih, dengan niat
untuk membantu memindahkan. Namun, pasien justru terpeleset dan terjatuh,
sehingga air panas tersebut mengenai tubuh bagian kanan. Pasien pukul 07.00
segera dibawa ke mantri, dan disarankan untuk ke rumah sakit. Namun, anak yang
tinggal bersama pasien memberikan obat bioplasenton ke seluruh bagian luka
pasien. Sejak itu pasien sering merasakan nyeri hingga Ny. W menangis dan
meringis kesakitan pada luka bakarnya. Akhirnya pukul 10.00 pasien di bawa ke
RSHS.
Saat pengkajian pasien masih merasakan nyeri terutama pada luka bagian tangan
kanannya. Melalui Visual Analog Scale (VAS), terlihat nyeri pasien merupakan
nyeri sedang skala 6. Pasien mengatakan bahwa nyerinya bisa mencapai berat jika
terkena angin/udara , pasien sampai menangis, meringis menahan nyerinya.
Ketika nyerinya muncul pasien tampak meringis kesakitan dan merintih sambil
mengatakan “aduh”, terkadang pasien juga beristighfar.
Terdapat luka bakar pada leher kanan, tangan kanan anterior-posterior, dada
anterior, dan setengah posterior, seluruh paha kanan atas anterior-posterior,
sedikit pada tungkai bawah di atas tumit 3x3. Terlihat luka bakar: epidermis
sudah hilang dan seluruh dermis hingga sebagian ke subkutan, berwarna pucat,
terdapat sedikit lepuhan. Pasien mengatakan nyerinya perih, seperti terkelupas
kulitnya.
Menurut keluarga, sejak 4 tahun yang lalu, pasien mengalami katarak dimata
kanan, sehingga pandangan nya kabur dibagian mata kanan. Keluarga juga
mengatakan bahwa pasien pernah mempunyai tekanan darah tinggi tetapi tidak
diobati. Konjungtiva pucat, pasien mengalami penurunan fungsi penglihatan dan
terdapat katarak di mata kanan. TD 160/90 mmHg, RR 25 x/menit, Nadi 105
x/menit,
Temperature 37oC, BB = 39 kg, TB = 134 cm, CRT 2 detik. Terpasang folley
kateter pada pasien. Urine berwarna kuning jernih normal, jumlah 400 cc
(pukul 06.00-14.00 WIB). Kekuatan otot ekstremitas (atas dan bawah) kanan 5,
kaki kiri 4, tangan kanan 1.
Hasil Laboratorium Hb 10.4 gr/dl; leukosit 9.400 /mm3; trombosit 464
x103/ l;albumin 3,1 g/dL. Terapi yang didapatkan Ceftriaxone 2×1gr IV,
Azitromicin 1×500mg PO, Pct 4×1gr IV, Zn 1×1 tab PO, Sukralfat 4×1c PO,
Bisoprolol 1×5mg PO, Vit.C 1×50mgPO,NAC 3×200 mg PO

B. Asuhan
Keperawatan
Pengkajian
Tanggal Masuk : 12 April 2023 pukul 10.00 WIB
No. Rekam Medik 5783
Ruangan / Kelas : Mawar
No. Kamar 9
I. Identitas
1. Nama : Ny.K
2. Umur : 62 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8. Alamat :
Bandung

9. Penanggung jawab : Askes / Astek / Jamsostek / Sendiri


Nama : Tn.L
Usia : 42 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan / sumber penghasilan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Anak

II. Riwayat Kesehatan


1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri pada luka bagian tangan kanannya
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengalami luka bakar di rumah pukul 06.00 WIB. Awalnya
pasien mengangkat air dalam teko yang baru saja mendidih, dengan niat
untuk membantu memindahkan. Namun, pasien justru terpeleset dan
terjatuh, sehingga air panas tersebut mengenai tubuh bagian kanan. Pasien
pukul 07.00 segera dibawa ke mantri, dan disarankan untuk ke rumah
sakit. Namun, anak yang tinggal bersama pasien memberikan obat
bioplasenton ke seluruh bagian luka pasien. Sejak itu pasien sering
merasakan nyeri hingga Ny. K menangis dan meringis kesakitan pada luka
bakarnya. Akhirnya pukul 10.00 pasien di bawa ke RSHS.
Saat pengkajian pasien masih merasakan nyeri terutama pada luka
bagian tangan kanannya. Melalui Visual Analog Scale (VAS), terlihat
nyeri pasien merupakan nyeri sedang skala 6. Pasien mengatakan bahwa
nyerinya bisa mencapai berat jika terkena angin/udara , pasien sampai
menangis, meringis menahan nyerinya. Ketika nyerinya muncul pasien
tampak meringis kesakitan dan merintih sambil mengatakan “aduh”,
terkadang pasien juga beristighfar

3. Riwayat Kesehatan Dahulu :


Sejak 4 tahun yang lalu, pasien mengalami katarak dimata kanan,
sehingga pandangan nya kabur dibagian mata kanan. Keluarga juga
mengatakan bahwa pasien pernah mempunyai tekanan darah tinggi tetapi
tidak diobati

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Keluarg klien tidak ada yang memiiki Riwayat penyakit menular dan
penyakit keturunan seperti asma, DM,dan jantung

III. Riwayat Psikososial


Klien mengatakan bahwa ia aktif dalam lingkungan masyarakat, dan
mempunyai hubungan baik dengan keluarga.

IV. Riwayat Spiritual


Klien selalu mengingat tuhan dengan selalu menyebut kata “Astagfirullah”

V. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Compos mentis
2. Tanda-tanda Vital :
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 105x/menit
Suhu : 37 °C
RR : 25X/menit

3. Antropometri :
Bb : 39 kg
Tb : 134 cm
BMI : 21,7 (Ideal)
4. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan
Nafas cepat, tidak ada pernafasan cuping hidung,pengembangan paru
simetris, tidak terdapat otot bantu pernafasan, suara paru vesikuler.
b. Sistem persarafan
Pandangan kabur
c. Sistem kardiovaskuler
Tidak terdapat peningkatan JVP, CRT 2 detik, konjungtiva anemis
d. Sistem integument
Terdapat luka bakar pada leher kanan, tangan kanan anterior-
posterior dada anterior, dan setengah posterior, seluruh paha kanan
atas anterior-posterior,sedikit pada tungkai bawah diatas tumit 3x3.
Terlihat luka bakar: epidermis sudah hilang dan seluruh hingga
Sebagian ke subkutan,berwarna pucat, terdapat sedikit lepuhan.
e. Sistem muskuloskeletal
Kekuatan otot ekstermitas (atas dan bawah) kanan 5, kaki kiri 4,tangan
kanan 1
f. Sistem perkemihan-genital
Pasien terpasang foley kateter, urine berwarna kuning jernih
g. Sistem pencernaan
Bising usus normal, terpasang kateter, mukosa bibir lembab
h. Sistem endokrin
Tidak ada pebesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening.
VI. Pola Aktivitas Sehari-hari
No. Aktivit Sebelum sakit Sesudah sakit
as
1. Pola Nutrisi
a. Makan
Frekue 3x sehari 1x sehari
nsi Nasi, lauk Bubur, nasi
Jenis pauk, sayur lauk
dan buah- pauk sayur
buahan buah- buahan
Jumla 1 piring
1x
h makan ½ porsi
dalam 1x
Keluh Tidak makan
ada
an keluha
n
b. Minum 8x sehari
Air
Frekue
8x sehari mineral 1
nsi
Air gelas 1x
Jenis
mineral 1 minum
Jumlah
gelas 1x Dibantu
minum keluarga
Keluhan
Tidak
ada
keluha
n
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuens 4-5x 2-3 x
i sehari sehari
Konsiste Cair Cair
nsi Jernih Kuning
Warna tidak jernih
berwarna 400cc
Keluhan Tidak Terpasang
ada kateter
b. BAB keluhan
Frekuens 1 hari sekali
i Lunak
Konsiste 1-2x coklat
nsi Sehari Coklat tua
Warna Lunak Tidak dapat
Keluhan Coklat ke toilet
Tidak menggunak
ada an popok
keluhan
3. Istirahat -+8 -+ 6
Tidur jam jam
Dalam 24 Tidak Terda
jam ada pat
keluhan keluhan nyeri
VII. Data Penunjang dan Hasil pemeriksaan diagnostik

VIII. Terapi

Nama Dosis Ru Indika


Obat te si

Ceftriaxon 2x1 gr IV Merupakan antibioticuntuk


e menghambat atau
membunuh infeksi bakteri

Azitromici 1x500 PO Untuk mengobati infeksi


n mg bakeri pada tubuh
Pct 4x1gr IV Untuk meredakan nyeri ringan
hingga sedang menurunkan
demam dan sakit kepala

Zn 1x1 T Untuk membantu


a penyembuhan luka
b
P
O

Sukralfat 4x1c PO Untuk mengobati sakit maag,


tukak labung, radang lambung
dan penyakit refluks
gastroesofageal

Bisoprolol 1x5mg PO Untuk menurunkan tekanan darah


tinggi (hipertensi) dan gagal
jantung

Vit.C 1x50mg PO Untuk membantu tubuh dalam


pembentukan jaringan dan
system pertahanan tubuh

NAC 3x200m PO Untuk penyakit-penyakit pada


g saluran pernafasan yang
ditandai dengan hipersekresi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Analisa Data
No Pengelompokan Data Etiologi Masalah/diagnosa
.
1. DS: Scalds(air panas) Hipovolemia
- ↓
Luka
DO: bakar
- Konjungtiva anemis ↓
- TD : 160/90 mmHg Kerusakan
kulit

Epidermis,der
mis

- TD :160/90 mmHg
- Nadi :
105x/menit
- Pemberian Paracetamol

3. DS: Scalds(air panas) Gangguan


- Klien mengeluh ↓ Intergritas
nyeri DO: Luka Kulit
- Terdapat luka bakar bakar
pada leher kanan, ↓
tangan kanan anterior- Kerusakan
kulit
posterior dada

anterior, dan setengan Epidermis,der
posterior, seluruh mis
paha kanan atas ↓
Gangguan
anterior- intergritas kulit
posterior,sedikit pada
tungkai bawah diatas
tumit 3x3.
- Terlihat luka bakar:
epidermis sudah
hilang dan seluruh
dermis hingga
sebagian ke
subkutan, berwarna
pucat, terdapat
sedikit lepuhan.
- Pemberian Vit.C dan
Zinc
D. Prioritas Masalah
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi (Luka Bakar)
3. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengancedera kimiawi
(Luka bakar)
E. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa
Tuju Intervensi Keperawatan Rasion
o. Keperawat an al
an
1. Hipovolemia Status cairan Manajemen Hipovolemia
membaik Observasi
b.d kehilangan Setelah Observasi
1. Periksa tanda dan
cairan secara aktif dilakukan 1. Untuk mengetahui
gejala hypovolemia adanya tanda dan
tindakan gejala hypovolemia
2. Monitor intake output
keperawatan 3x24 2. Untuk
cairan
menghindari
jam diharapkan Terapeutik dehidrasi
status cairan Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
1. Untuk
membaik dengan 2. Berikan asupan cairan oral mengetahui
kriteria hasil: Edukasi kebutuhan
cairan
1. Konjungti 1. Anjurkan memperbanyak 2. Untuk memenuhi cairan
va asupan cairan oral Edukasi
1. Untuk menghindari
membaik Kolaborasi dehidrasi
2. Output 1. Kolaborasi pemberian Kolaborasi
urine 1. Untuk memenuhi
cairan IV isotonis kebutuhan cairan
meningka (RL) dalam tubuh
t
3. Tekanan
darah
membaik
4. Tekanan
nadi
membaik
5. Hemoglobin
membaik
2. Nyeri akut b.d Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
Agen Pencedera Setelah dilakukan Observasi Observasi
kimiawi (Luka tindakan 1. Identifikasi lokasi 1. Untuk mengetahui lokasi,
bakar) karakteristik, durasi,
keperawatan 2x24 karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas dan
jam diharapkan frekuensi,kualitas, intensitas nyeri pada
tingkat nyeri pasien
intensitas nyeri 2. untuk mengetahui
menurun dengan 2. Identifikasi skala nyeri tingkat nyeri yang
kriteria hasil: dirasakan pasien
3. Identifikasi faktor
untuk mengetahui
1. Keluhan yang memperberat hal-hal yang dapat
nyeri dan memperingan memperberat dan
menurun memperingan nyeri
nyeri Terapeutik
(5) Terapeutik 1. Untuk mengurangi
2. Meringis tingkat nyeri
1. Berikan tenik pasien/mengalihkan
menurun (5) pasien dari rasa nyerinya
nonfarmakologis
3. Freuensi 2. Untuk mengurangi resiko
untuk mengurangi faktor yang dapat
nadi memperberat nyeri
rasa nyeri (misal
membaik 3. Untuk memenuhi
terapi music)
kebutuhan istirahat
(5) 2. Kontrol lingkungan pasien
4. Tekanan darah Edukasi
yang memperberat
1. Untuk membantu
5. membaik (5) nyeri (suhu ruangan pasien mengatasi
dan kebisingan) saat rasa nyeri
muncul
3. Fasilitasi istirahat tidur 2. Pasien dapat
mengetahui
sendiri
karakteristik,
penyebab ,
lokasi saat
nyeri muncul
Kolaborasi
Untuk mengurangi rasa nyeri
dengan terapi musik dan
murrotal al quran
Edukasi
1. Jelaskan
strategi
mengurangi
nyeri
2. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetic paracetamol
4x1 gr PO, berikan
NAC
2x200mg PO
3. Gangguan Intregritas kulit
intregritas kulit b.d Setelah dilakukan Perawatan luka Bakar Observasi
Pencedera kimiawi tindakan Observasi 1. Untuk mengetahui
Luka Bakar keperawatan 3x24 1. Identifikasi penyebab penyebab luka bakar
jam diharapkan luk bakar 2. Untuk mengetahui
Intergritas kulit 2. Identifikasi durasi durasi dan riwayat
meningkat dengan terkena luka bakar dan luka bakar
kriteria hasil: riwyat sebelumnya 3. Untuk mengetahui
1. Kerusakan seberapa besar luka
jaringan bakar
menurun Terapeutik
2. Kerusakan 3. Monitor derajat, presenttasi 1. Untuk meningkatkan
lapisan kulit ukuran, luka, warna dasar penyembuhan
menurun luka, dan tanda infeksi menghindari infeksi
3. Nyeri menurun Terapeutik 2. Untuk menjaga
1. Gunakan Teknik kelembaban, menjaga
aseptic selama granulasi tetap kering
perawatan luka 3. Untuk meningkatkan
2. Bersihkan luka dengan penyembuhan luka
Nacl dan menjaga
3. Ganti balutan 1x24 jam kebersihan luka
jika tidak terdapat tanda 4. Untuk
infeksi meningkatkan
4. Berikan vitamin C 1x50 penyembuhan
mg PO, dan Zink 1x1 tab luka
PO Edukasi
Edukasi 1. Untuk mengetahui
1. Jelaskan tanda dan tanda dan gejala
gejala infeksi infeksi
2. Ajarkan perawata 2. Untuk
luka secara mandiri meningkatkan
Kolaborasi penyembuhan
1. Kolaborasi pemberian luka

antibotik ceftriaxone 2x1 Kolaborasi

gr
IV, azitromicin Untuk meningkatkan
1x500mg PO penyembuhan luka dan
menghindari infeksi
B
A
A. Kesimpulan B

I
V

P
E
N
U
T
U
P
Dari pembahasan yng telah dibahas maka dapat disimpulkan bahwa Luka
bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka
bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan
subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber
panas/penyebabnya. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun
bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar.

Berdasarkan kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat luka bakar


derjat I hingga derajat III. Berdasarkan tingkat keseriusan luka dibagi menjadi
luka bakar ringan/minor, luka bakar sedang, dan luka bakar berat. Komplikasi
yang sering terjadi gagal jantung, sindrom kompartemen, Adult Respiratory
Distress Syndrome, Peristalistic usus dan bising usus, Gagal ginjal akut.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan darah, pemeriksaan
raidologi, dan tes lain.

Diagnose yang di ambil dari kasus luka bakar pada Ny.K yaitu resiko
hypovolemia, nyeri akut, gangguan intergritas kulit

B. Saran
Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, baik
dari
tulisan maupun bahasan yang penulis sajikan, oleh karena itu mohon berikan
saran agar penulis bisa membuat makalah lebih baik lagi dan semoga makalah ini
bisa bermanfaat serta menambah wawasan bagi kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA

Antoro, W., & Sari, I. M. (2022). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Pertolongan Pertama Luka Bakar Anak Usia Toddler. ULIL ALBAB : Jurnal
Ilmiah Multidisiplin, 1(12), 4451-4459.

Banapon, M., Soelistyowati, E., & Anugrahini, H. N. (2019). Pengaruh Pendidikan


Kesehatan Terhadap Perilaku Pertolongan Pertama Luka Bakar
Prehospital pada Kader di Wilayah Puskesmas Pacar Keling Surabaya.
Jurnal Keperawatan, 13(3).

Haryono Rudi & Maria Putri Sari Utami, (2019). Keperawatan Medial Bedah II.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Hasliani.(2021).Sistem Integumen. Makasar: CV. Tohar Media

Kaihena, M., & Luarwan, W. T. (2021). Penyembuhan luka bakar tikus Rattus
norvegicus pasca diberi gel ekstrak etanol daun cengkeh (Syzygium
aromaticum L.). Jurnal Kalwedo Sains,

Mediarti, D., Hapipah, Prabowo, D. Y., Pastari, M., Susanti, E., Syokumawena, . . .
Rusdiyanto. (2022). Ilmu Keperawatan Medikal Bedah dan Gawat Darurat.
Bandung: Penerbit Media Sains Indonesia.

Siregar, N., Purba, W. S., & Handayani, A. (2023). GAMBARAN TINGKAT


PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENANGANAN PERTAMA LUKA
BAKAR DI KABUPATEN SIMALUNGUN. Jurnal Ilmiah Ilmu
Kesehatan, 1(2), 85-91.

World Health Organization (WHO). (2018). WHO | Burns.

Anda mungkin juga menyukai