Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Autism
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Autism
MAKALAH
Disusun oleh:
P27226019158
Hari :
Tanggal :
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
perkembangan saraf umum yang bersifat genetik dan heterogen dengan ciri-ciri
kognitif yang mendasari dan biasanya terjadi bersamaan dengan kondisi lain (Lord
et al., 2020). Terminologi “spectrum” digunakan karena gejala ASD bervariasi dari
yang ringan sampai berat. Autisme biasanya dapat didiagnosis pada masa kanak-
kanak dengan banyak tanda paling jelas muncul pada usia 2-3 tahun, tetapi beberapa
anak autis berkembang secara normal hingga masa balita kemudian mulai terjadi
Menurut data dari WHO pada tahun 2017 tercatat, terdapat 35 juta orang
yang menyandang autis di seluruh dunia. Jika dirata-rata berarti 1 dari 160 orang
anak di dunia yang menyandang autis. Pada tahun 2015 di Indonesia terdapat
kurang lebih 12.800 anak penyandang autisme dan 134.000 penyandang spectrum
autisme dan diperkirakan satu per 250 anak mengalami gangguan autisme
Disorders kelima (DSM-5) ada tiga level tingkatan dalam ASD, yaitu level 1
secara verbal cukup baik tetapi memiliki kesulitan dalam interaksi sosial serta
1
perilaku yang berulang. Autisme sedang atau level 2 yaitu penyandang autisme
yang memiliki kemampuan komunikasi verbal terbatas dan memiliki kesulitan yang
sama dengan Level 1, ditambah gangguan emosional dan masalah sensori dan Level
verbal (berkomunikasi dengan bahasa yang aneh), gangguan dalam interakasi sosial
ASD sering mengalami kondisi lain yang terjadi bersamaan, termasuk epilepsi,
fungsi intelektual pada individu dengan ASD sangat bervariasi, mulai dari
gangguan yang sangat parah hingga tingkat yang lebih tinggi. ASD dapat 3 secara
kemudian akan berdampak pada keseharian anak tersebut. Salah satu perilakunya
2
yaitu menyakiti diri dimana menurut (Theodora & Mahabbati, 2019) akan
berdampak buruk pada anak seperti cedera, mempengaruhi fungsi otak, lumpuh
interaksi sosial yang dialami anak autisme menurut (Hossein Khanzadeh &
Imankhah, 2017) akan menyebabkan stresor yang unik termasuk isolasi sosial dan
stigma. Anak dengan autisme yang ditangani dengan baik, tidak menutup
kemungkinan akan memperoleh kemampuan sama seperti anak pada umumnya dan
perkembangan anak dan mengancam kecerdasan anak dalam jangka panjang yang
autisme jika ditangani sejak dini, maka kondisi mereka cenderung lebih baik jika
penanganannya.
B. Rumusan Masalah
Disorder?”
3
C. Tujuan
Untuk menjawab rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan ini
D. Manfaat
baik dan benar, serta dapat menjadi bahan pengembangan sumber daya manusia
4
BAB II
KAJIAN TEORI
perkembangan otak dan perilaku seseorang. Orang autis hidup di dunianya sendiri.
Ini adalah gangguan perkembangan umum yang disebut spektrum autistik yang
diamati untuk pertama kalinya oleh psikiater Amerika leo Kanner (Ali, Al-Idwan,
autisme lainnya). Autisme sering disertai dengan perilaku yang ekstrim. Autisme
interaksi sosial, kemampuan komunikatif dan rentang aktivitas dan minat yang
baik karena mereka menghindari kontak mata atau percakapan dengan orang tua
mereka atau orang lain, menunjukkan obsesi dengan objek tertentu, atau menjadi
menarik diri dan tidak tertarik pada interaksi sosial. Gangguan Spektrum Autisme
yang dapat dialami oleh anak autis. Spektrum Autisme berkisar pada anak-anak dari
5
gejala ringan sampai berat, dengan banyak anak dengan autisme didiagnosis dengan
cacat intelektual. Meskipun ciri utama autisme adalah sindrom yang mempengaruhi
interaksi sosial dan komunikasi dalam banyak manifestasinya, sifat-sifat lain juga
gangguan dalam tidur. Kemudian bisa juga disertai gangguan lain seperti gangguan
makan dan hiperaktif. Selain itu, anak autis biasanya menunjukkan keterlambatan
yang signifikan dalam penguasaan bahasa, menggunakan kata-kata yang tidak tepat
Gejala autisme yang parah ditandai dengan tidak adanya komunikasi atau
hubungan timbal balik dengan orang lain. Gejala autisme muncul pada sebagian
besar anak-anak pada masa bayi, sementara anak-anak lain dapat berkembang dan
mereka, tetapi mereka tiba-tiba kehilangan keterampilan bahasa yang telah mereka
untuk autis yaitu autism spectrum disorder (ASD). Gejala dari autism spectrum
1. Defisiensi persisten dalam ranah komunikasi sosial dan interaksi sosil dalam
banyak konteks, seperti yang dituturkan berikut ini, baik dewasa ini maupun
6
a. Defisiensi dalam timbal balik sosial & emosional, berkisar, misalnya dari
kontak mata, bahasa tubuh dan kurangnya pemahaman serta gestur tubuh.
2. Terbatas pada pola berulang pada perilaku, perhatian atau aktivitas sebagaimana
yang dituturkan oleh setidaknya dua hal berikut ini, saat ini atau berdasarkan sejarah
idiosinkratik (idioxyncratic).
7
pemikiran yang kaku, greeting ritual, kebutuhan untuk mengambil rute atau
c. Keterbatasan tinggi, minat yang tidak wajar pada intensitas dan fokusnya
(misalnya ketertarikan kuat pada atau kegemaran terhadap objek yang tidak
genetik, tetapi mekanisme pasti dari kerusakan gen masih tidak jelas. Anomali
dalam perkembangan pranatal dan perinatal anak, seperti kekurangan oksigen saat
lahir, lebih merupakan konsekuensi dari anomali genetik anak autis, bukan
genetik, konsep yang mendasari penyebab gangguan yang akan datang dekade
fokus pada konsep psikoanalitik bahwa autisme disebabkan oleh ambigu (sikap
peduli tetapi secara inheren dingin) sikap ibu terhadap anak. Untuk mendukung
hipotesis ini, bukti empiris belum dikumpulkan, dan upaya untuk memperlakukan
8
anak dengan lebih banyak membelai atau memperhatikan atau bahkan berpisah dari
orang tua tidak memiliki efek positif (Ali, Al-Idwan, & Al-Naimat, 2019).
tidak diketahui, beberapa penelitian menunjukkan bahwa baik genetika dan faktor
dengan faktor genetik, telah ditunjukkan bahwa dalam 9 dari 10 kasus, jika salah
satu dari kembar identik didiagnosis dengan autisme dan memiliki kode genetik
yang sama dengan yang lain (Ali, Al-Idwan, & Al-Naimat, 2019).
yang didiagnosis dengan autisme. Akan tetapi sains belum dapat menentukan
dengan tepat gen mana yang terlibat dalam situasi seperti ini. Sebagian besar orang
autisme terjadi, sehingga kemungkinan orang yang berisiko dapat dipengaruhi oleh
mutasi genetik tertentu dan jarang terjadi. Penting untuk dipahami bahwa mutasi
berhubungan dengan setiap perubahan kode genetik normal yang mungkin turun-
temurun atau ada tanpa alasan tertentu dan yang mungkin bisa saja menguntungkan,
9
berbahaya ataupun tidak memberikan efek sama sekali (Ali, Al-Idwan, & Al-
Naimat, 2019).
gangguan ini, penting untuk memulai dari definisi yang tepat dari kata
berada di luar tubuh manusia dan yang memiliki kemampuan untuk mengubah
kesehatannya. Dengan cara ini, udara, air, makanan, dan bahkan obat-obatan
dianggap sebagai bagian dari "lingkungan" itu sendiri. Ketika manusia berada di
dalam rahim ibu kita, lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi kita di
dalam rahim. Beberapa ilmuwan telah berfokus pada analisis faktor lingkungan
tertentu seperti usia orang tua, riwayat kesehatan keluarga, dan paparan zat beracun
pada kehamilan dan komplikasi yang mungkin terjadi pada saat yang sama atau
pada saat persalinan. Sangat mungkin bahwa ada lebih dari satu faktor yang terlibat
dalam peningkatan risiko autisme. Namun, banyak orang yang telah mengalami
Untuk mendiagnosis autisme pada usia dini, perlu melalui proses dua tahap.
Yang pertama berkaitan dengan evaluasi dalam semua perkembangan anak oleh
10
Tahap kedua meliputi evaluasi yang jauh lebih mendalam, yang dilakukan
Spectrum Disorder (ASD) atau gangguan lain yang terkait dengan perkembangan.
ditawarkan kepada anak dengan gangguan spektrum autisme pada usia dua tahun,
meskipun juga telah diusulkan untuk melakukan evaluasi tertentu untuk mendeteksi
gangguan ini pada 18 bulan setelah lahir. Menurut klasifikasi diagnostik gangguan
kejiwaan, gejala autisme terjadi sebelum usia tiga tahun, tetapi diagnosis dini sulit
ditegakkan karena gejala selama dua tahun pertama tidak spesifik (Ali, Al-Idwan,
Rutter & LeCouteur, 1994), dan Autism Diagnostic Observation Schedule (ADOS:
Lord et al., 2000) digunakan sebagai alat standar untuk diagnosis autisme. Data
neurologis (misalnya, epilepsi dapat disertai dengan autisme pada beberapa anak
mengidentifikasi sumber daya dan defisit (Ali, Al-Idwan, & Al-Naimat, 2019).
11
tambahan terkait perkembangan anak dalam 3 tahun awal kehidupan.
Perilaku stereotip, adalah subtes yang digunakan untuk memeriksa
perilaku yang tidak bermakna seperti: mengulang-ulangi
kata/gerakan, menjetikkan jari berkali-kali, suka mencium-
cium benda dan lain-lain. Subtes ini terdiri dari 14 item pernyataan.
Komunikasi, adalah subtes yang berisi item-item pernyataan
yang digunakan untuk menilai kemampuan komunikasi seseorang
terhadap orang lain, baik menggunakan lisan maupun isyarat.
Subtes ini terdiri dari item ke 15-28.
Interaksi sosial, adalah subtes yang digunakan untuk memeriksa
kemampuan interaksi sosial seseorang dengan orang lain dan
lingkungan. Subtes interaksi sosial terdiri dari item pernyataan ke 29
— 42.
Perkembangan, adalah subtes untuk memeriksa perkembangan
seseorang pada 36 bulan pertama kehidupan (3 tahun pertama
kehidupan), sehingga dapat diketahui perkembangan yang dimiliki
seseorang sesuai dengan tahapan perkembangan atau tidak. Subtes
perkembangan meliputi item pernyataan ke 43 sampai dengan 56.
Dikarenakan pasien belum berumur 3 tahun, maka subtes Perkembangan
tidak diperiksa, hanya 3 subtes yang digunakan dengan aspek-aspek sebagai
berikut :
12
1. Perilaku Stereotip
13
2. Komunikasi
14
3. Interaksi Sosial
S) adalah perkembangan gerakan utama yaitu reflek yang diakibatkan oleh alam
15
kepada individu yang akan mempengaruhi program motorik yang bersifat genetik,
2015). Tujuan dari Neuro Senso Motor Reflek Development and Synchronization
tubuhnya secara tepat. Ada saat harus lembut, pelan, dan ada saat harus keras
sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan
berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Kemampuan
motorik terbagi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus (Fhatri, 2020).
16
keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik, yang
oleh anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur
(Fhatri, 2020).
kasar dan motorik halus. Kemampuan motorik halus pada anak usia dini adalah
3. Brain Gym
gerakan dalam senam otak memiliki manfaat seperti menyeimbangkan otak, baik
otak kanan maupun otak kiri, sehingga logika dan kreativitas anak menjadi
17
4. Blocking Sensoris
metode limitasi rangsangan audiovisual. Dimana mata dan telinga anak ditutup
sembari terapis juga akan memblok area badan untuk limitasi gerakan
memberontak anak saat rangsangan audio visual dihambat (Fisio Care Purwokerto,
2020).
dan pendengaran. Oleh sebab itu, teknik ini dipakai untuk memblokade rangsangan
audio dan visual. Sedangkan untuk badan dilimitasikan gerakannya agar anak
menjadi lebih cepat tenang. Ketika anak merasa tidakk nyaman karena area tersebut
diblok badan secara otomatis akan meronta terutama untuk anak yang hiperaktif
dapat dipastikan energi yang dikeluaran akan sangat banyak. Namun ketika mampu
menguras energinya, anak akan lebih cepat untuk tenang (Fisio Care Purwokerto,
2020).
Ketika blocking dilakukan secara rutin dan telah berjalan beberpa kali,
durasi anak untuk tenang dan tidak meronta akan lebh cepat dibandingkan
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena anak merasa nyaman diberikan waktu untuk
belajar mengolah respon yang masuk keotak. Setelah serangkaian blocking anak
akan lebih tenang, mudah diatur, fokus dan mudah berkonsentrasi (Fisio Care
Purwokerto, 2020).
18
BAB III
STATUS KLINIS
A. Identitas Pasien
Nama :MHMS
B. Pemeriksaan Umum
Pernapasan : 30 kali/menit
19
C. Pemeriksaan Fisioterapi
1. Anamnesis
konsisten.
apapun sebelumnya.
04 Agustus 2022
f. Riwayat Kehamilan :
saat.
20
diderita oleh Haidar muncul. Haidar menjadi lebih suka
Tengkurap = 4 bulan
Duduk = 8 bulan
Merangkak = 10 bulan
Jalan = 18 bulan
b. Kesan Awal
c. Kemampuan Sensorik
Auditory 2 2 = Normal
Taktil 1
Vestibular 2
Propioeptif 1
21
d. Kondisi Keseimbangan
f. Tonus Postural
g. Pola Postural
1) Telentang :
Mata, bergerak kemana-mana
Leher, cenderung ekstensi
Trunk, posisi berubah-ubah
Kaki, tidak bisa diam
22
2) Tengkurap : 6) Berdiri :
Mata, bergerak kemana-mana Mata, bergerak kemana-
Leher, mengangkat (cenderung mana/tidak fokus
ekstensi) Leher, cenderung ekstensi
Trunk, posisi tetap Trunk, stabil
Kaki, diam Kaki, baik dg koordinasi
3) Ke duduk : gerakan normal
Mata, melihat ke objek yang 7) Ke berdiri :
jauh Mata, bergerak kemana-
Leher, menyesuaikan dengan mana/tidak fokus
pandangan mata Leher, cenderung ekstensi
Trunk, menyesuaikan tetap Trunk, stabil
stabil Kaki, normal
Kaki, diam 8) Berjalan :
4) Duduk : Mata, tidak fokus
Mata, bergerak kemana- Leher, cenderung ekstensi
mana/tidak fokus Trunk, stabil
Leher, cenderung ekstensi Kaki, normal
Trunk, posisi beruah-ubah
5) Merangkak :
Mata, tertuju ke objek yg jauh
Leher, cenderung ekstensi
Trunk, menyesuaikan tetap
stabil
Kaki, diam
19
h. Pemeriksaan Khusus
(GARS) diperoleh hasil bahwa pasien memiliki peluang autism dalam kategori
sangat tinggi, dengan total nilai Autism Quotient sebesar 145 dengan percentile >99
20
21
22
23
D. Underlying Procces
24
25
E. Diagnosis Fisioterapi Berdasarkan ICFCY
1. Impairment
o b122 : psychosocial kurang baik
o b140 : atensi yang buruk
o b152 : sulit untuk menunjukkan ekspresi
o b1643: problem solviong anak masih buruk
o b167 : kemampuan berbahasa/bicara kurang
o b320 : artikulasi belum jelas
o s110 : gangguan di korteks yang menyebabkan interaksi social,
komunikasi dan ketertarikan serta perilaku menjadi
terbatas
o s540 : structure of intestine
o s730 : structure of upper extremity
o s750 : structure of lower extremity
o s530 : structure of stomach
o s520 : structure of esophagus
o s260 : structure of inner ear
o s320 : structure of mouth
o s770 : additional musculoskeletal structures related to movement
2. Functional Limitation
o d160 : kesulitan mempertahankan fokus
o d310 : kesulitan berkomunikasi secara verbal
o d315 : kesulitan berkomunikasi secara non-verbal
o d350 : kesulitan memluai sebuah percakapan
3. Participant Retriction
o d330 : belum mampu bicara dengan baik
o d710 : tidak mampu interaksi interpersonal yang mendasar
o d720 : tidak mampu interaksi interpersonal yang mendasar
26
o d750 : kesulitan melakukan interaksi social dengan teman sebaya
F. Tujuan Fisioterapi
Sesuai dengan diagnosis fisioterapi berdasarkan ICFCY
G. Intervensi Fisioterapi
1. Neuro Sensomotor Reflex
Teknik pada Neuro Senso Motor Reflex Development and Synchronization
(NSMRD & S) yang dilakukan pada kondisi anak autism spectrum disorder yang
merangkak.
27
2. Latihan Kemampuan Motorik Kasar
Jenis latihan motorik kasar yang digunakan adalah gerakan untuk on hand
a. On Hand
Posisi Anak : Prone lying
Posisi Terapis : Berada di punggung pasien dan memfiksasi bagian elbow
dengan posisi ekstensi serta kepala.
Cara : Tangan anak lurus. Fiksasi bagian elbow dan kepala anak
agar tetap ekstensi. Telapak tangan harus menapak pada bed.
Frekuensi : 3x seminggu, 1-3 menit/set, rest 1 menit, pengulangan
tergantung kemampuan anak.
b. On Elbow
Posisi Anak : Prone lying
Posisi Terapis : Berada di punggung pasien dan memfiksasi bagian
antebrachii dengan elbow fleksi dan kepala.
Cara : Tangan anak ditekuk 90⁰. Fiksasi bagian antebrachii dan
kepala anak agar tetap fleksi. Telapak tangan harus menapak
pada bed.
Frekuensi : 3x seminggu, 1-3 menit/set, rest 1 menit, pengulangan
tergantung kemampuan anak.
3. Brain Gym
Posisi Anak : Supine lying
Posisi Terapis : Berada di atas kepala dan di bawah kaki pasien
Cara : Berikan tarikan pada kaki dan tangan pasien secara
bergantian kanan dan kiri. Kemudian berikan tarikan yang
berlawanan arah. Lalu berikan tarikan pada kedua tangan
pasien dan terakhir berikan tarikan pada kedua kaki pasien.
Tujuannya untuk melatih koordinasi tubuh.
Frekuensi : 3x seminggu, 3x pengulangan tiap gerakan, setiap gerakan
dihitung 7 hitungan.
28
4. Blocking Sensory
Posisi Anak : Supine lying
Posisi Terapis : Berada di samping pasien
Cara : Lilitkan sebuah kain di mulai dari pusar. Kemudian lilitkan
bagian elbow kanan terlebih dahulu, posisi tangan harus
menghadap ke dalam. Setelah 1 lilitan berhasil, lilitkan
elbow kiri. Kemudian naikan lilitan ke arah proksimal
hingga sedikit di atas axilla. Lalu menuju dorsal hingga ke
kaki. Kaki harus menempel satu sama lain, tidak boleh
tumpang tindih. Untuk bagian mata, ambil tisu, letakan 2
lembar di atas bandage. Kemudian tempelkan pada mata dan
lilitkan bandage di kepala.
Frekuensi : 3x seminggu, 30 menit
H. Home Program
1. Ibu disarankan agar tetap melatih pasien di rumah seperti apa yang
pasien
I. Evaluasi
1. Sesaat
2. Berkala
29
PENILAIAN T1 T2 T3 T4 T5 T6
Perilaku Stereotip 10 10 10 10 10 10
Komunikasi 18 17 17 16 16 16
Interaksi Sosial 23 23 23 23 23 23
30
31
32
Pemeriksaan T6
Terjadi penurunan nilai GARS pada Subtes komunikasi senilai 2 poin.
33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Boyolali dengan intervensi berupa neuro sensomotor reflex, latihan motorik kasar,
brain gym serta blocking sensory selama 6 kali pertemuan didapatkan hasil sedikit
B. Saran
beberapa perawatan medis lain seperti terapi wicara dan okupasi terapi, serta
kepatuhan dari pasien dalam menjalani program yang telah ditetapkan sehingga
34
DAFTAR PUSTAKA
Ali, E. M., Al-Idwan, Z. F., & Al-Naimat, Y. M. (2019). Autism Spectrum Disorder
(ASD); Symptoms, Causes, Diagnosis, Intervention, and Counseling Needs
of the Families in Jordan. Canadian Center of Science and Education , 48-
56.
American Autsim Association. (2018). What Is Autism?. Diakses pada tanggal 25
Agustus 2022 dari https://www.autismspeaks.org/what-autism.
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic And Statistical Manual Of
Mental Disorders Fifth Edition DSM-5™. London: British Library
Cataloguing.
Anggareni, F., & Susanti, N. (2021). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi
Delay Development (Dd) Dengan Modalitas Neuro Senso Motor Reflek
Development And Synchronization (Nsmrd & S) Dan Massage Oral Di
Ypac Surakarta. Jurnal PENA, 28-39.
Fhatri, Z. (2020). Intervensi Latihan Sensori Motorik Dalam Pengembangan .
Jurnal Pendidikan Islam, 23-32.
Fisio Care Purwokerto. (2020). Metode Blocking : Layanan Tumbuh Kembang
Anak di Fisio Care. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2022 dari
https://fisiocare-purwokerto.com/metode-blocking-layanan-tumbuh-
kembang-anak-di-fisio-care/
Lord C, Brugha TS, Charman T, Cusack J, Dumas G, Frazier T, Jones EJH, Jones
RM, Pickles A, State MW, Taylor JL, Veenstra-VanderWeele J. Autism
spectrum disorder. Nat Rev Dis Primers. 2020 Jan 16;6(1):5.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2018). Hari
Peduli Autisme Sedunia : Kenali Gejalanya, Pahami Keadaannya. Diakses
pada tanggal 25 Agustus 2022 dari https://www.autismspeaks.org/what-
autism.
Khanzadeh, A.A., & Imankhah, F. (2017). The Effect of Music Therapy Along
With Play Therapy on Social Behaviors and Stereotyped Behaviors of
Children With Autism. Practice in Clinical Psychology, 5, 251-262.
Pangestu, N., & Fibriana, A. I. (2017). Faktor Risiko Kejadian Autisme. Higeia
Journal Of Public Health Research And Development, 141-150.
Panzilion, Padila, Tria, G., Amin, M., & Andri, J. (2020). Perkembangan Motorik
Prasekolah Antara Intervensi Brain Gym Dengan Puzzle. Jurnal
Keperawatan Silampari, 510-519.
35
Resmisari, R. (2016). Penerapan Metode ABA (Applied Behavior Analysis) untuk
Meningkatkan Kontak Mata pada Anak dengan Gangguan Autis: Sebuah
Laporan Kasus. Seminar Asean 2nd Psychology & Humanity, 374-378.
Takarini, N., (2015). Konsep Pendekatan Neuro Senso Motor Reflex Integration
(NSMRI).
Theodora, D. E., & Mahabbati, A. (2019). Asesmen Perilaku Fungsional Pada
Perilaku Menyakiti Diri Sendiri Anak Autis di SLB Autisma Dian Amanah
Yogyakarta. JPK (Jurnal Pendidikan Khusus), 58-67.
WHO. (2022). Autism. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2022 dari
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/autism-spectrum-
disorders
Yusuf, A., Ummam, A. F., Nastiti, A. A., & Yunitasari, E. (2020). The intervention
of effective playdough activity on the increase of cognitive development of
autistic children. Systematic Reviews in Pharmacy, 11(3), 786–792.
36