Anda di halaman 1dari 9

TUGAS UTS MERESUME

Nama : Miska Salsabila


Nim : 21211710
Kelas : 4C IAT
Matkul : Madzahib Tafsir
UTS Madzahib Tafsir

 Peretemuan Ke- 1 : Madzahib Tafsir


Madzahib al-tafsir berasal dari Kata madzahib adalah bentuk jamak (plural) dari kata
madzhab, memiliki arti aliran, pemikiran berisi tentang hasil-hasil ijtihad. Al-tafsir secara
etimologi merupakan bentuk isim masdar (kata benda abstrak) dari fassara-yufassiru-
tafsiran yang berarti menjelaskan sesuatu, al-ibanah (menjelaskan makna yang masih
samar), al-kasyf (menyingkap makna yang masih tersembunyi), dan al-idzhar
(menampakkan makna yang belum jelas). Adapun secara terminology adalah aliran-aliran
penafsiran (Al-Qur’an) yang merupakan manifestasi dari aneka ragam corak tafsir
berdasarkan bentuk ekspresi intelektual seorang mufassir ketika menjelaskan makna-
makna ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan keahlian dan kemampuannya yang dapat
menggambarkan minat dan horizon pengetahuan sang mufassir.
-Historis Madzahib Tafsir berawal dari perpecahan Islam yaitu dimulai dari masa
kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Pada masa itu terjadi persengketaan politik antara
kelompok Ali (pemimpin pada masa itu) dengan kelompok Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Persengketaan itu dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan “Perang Shiffin, setelah itu
Akibat dari perpecahan Islam muncul kemudian apa yang disebut kelompok Khawarij,
kelompok ini yang kecewa kepada Ali karena dinilai tidak tegas pada saat terjadi
perselisihan dengan Mu’awiyah, Kemudian ada kelompok Syi’ah. Kelompok ini adalah
kelompok yang setia kepada sahabat Ali bin Abi Thalib. Kelompok Syi’ah ini kemudian
juga terpecah-pecah menjadi banyak golongan lagi. Selain perpecahan dalam ranah
teologis, dalam sejarah Islam juga terjadi banyak varian aliran dalam kalangan Fuqoha’
(ahli fikih). Diantaranya, yang paling populer adalah Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hanbali.
Kemudian Ignaz Goldziher dalam bukunya Die Rictungen der Islamischen
Koranauslegung yang diterjemahkan oleh Dr. Ali Hasan Abdul Qodir yang diberi judul
“Madzahib at-Tafsîr al-Islami” adalah orientalis pertama yang meneliti kajian Tafsir di
Dunia Islam, akhirnya menemukan beberapa aliran.
Penelitian itu kemudian berkembang dilakukan oleh para ulama dan akhirnya muncul
beberapa karya tentang Madzhab Tafsir seperti Muhammad Husain al-Dzahabi dengan
karyanya al-Tafsir wal Mufassirun.
-Urgensi dari Madzahib Tafsir ini diantaranya :
 Mengetahui perbedaan madzhab pada Ilmu Tafsir
 Untuk mengembangkan dan menyadarkan adanya pluralitas penafsiran
 Mengetahui kelebihan dan kekurangan setiap Tafsir Al-Qur’an
 Menambah Khazanah keilmuan Tafsir Al-Qur’an
 De-Sakralisasi Pemilik Agama dan Tidak menjustifikasi aliran Tafsir tertentu yang
absolut
 Untuk membuka horison dan menumbukan sikap toleran terhadap berbagai corak
penafsiran
 Shalih li Kulli Zaman wa Makan
 Tinjauan Historis-Epistimologi

 Pertemuan ke- 2 : Madzhab Sunni

Sunni atau sunnah secara etimologi adalah tradisi. Ahl as-Sunnah adalah orang-orang
mengikuti tradisi nabi baik secara lisan maupun amalan beliau dan sahabat. Sunni, sebutan
lain dari Ahl as- Sunnah Wa Al-Jama’ah, yakni nama sebuah aliran pemikiran yang
mengklaim dirinya sebagai pengikut Sunnah Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya.
Paham Ahli sunah wa jamaah diyakini telah terformat sejak masa awal Islam yang
ajarannya merupakan pengembangan dari dasar pemikiran yang telah dirumuskan sejak
periode sahabat dan tabiin. Yaitu pemikiran keagamaan yang menjadikan hadis sebagai
rujukan utamanya setelah alquran.

 Historis Madzhab Sunni awalnya merupakan nama bagi aliran Asyariyah (dipimpin oleh
Syeikh Abu Hassan Ali Al Asy’ari) dan Maturidiyah (dipimpin oleh Syeikh Abu Mansur Al
Maturidi) yang timbul karena reaksi terhadap paham Muktazilah yang pertama kali
disebarkan oleh Wasil bin Ato' (100 H/ 718 M) dan mencapai puncaknya pada masa
Khalifah Abbasiyah, yaitu al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tasim (833-842 M) dan al-Wasiq
(842-847 M) Tafsir Sunni muncul bersamaan dengan munculnya aliran Sunni Aliran Sunni
dalam menyikapi Wahyu dalam hal ini ayat Al-Qur’an maka menafsirkannya
mengutamakan sumber bil ma’tsur yaitu Al-Qur’an ,Sunnah, dan pendapat Sahabat, juga
sumber dengan bil’Ray’i yaitu ijtihad.
 Doktrin Sunni : Fikih: 4 madzhab Mu’tabar, Akidah: Asy’ariyah dan Maturidiyah, Rukun
Islam, Iman, Asma’ul Husna dan Asma’us Sifat, Janji dan ancaman, Rahmat dan syafaat,
Karamah waliyyullah dan Ra’yu Shalihat (mimpi yang benar)
 Karya Kitab tafsir sunni : Tafsir jami’ Al-Bayan fi Ta’wil Ayi Al-Qur’an karya Ath-Thabari.
tafsir Ibnu Katsir (w. 744 H), Tafsir Al-Durr Al-Mansyur fi Al-Tafsir bi Al-Mansur oleh As-
Suyuti (w. 911 H), Tafsir Mafatihul Ghaib, Karya Fakhruddin Ar-Razi (w. 606 H),Al-Jami’
li Ahkamil Quran/Tafsir Al-Qurtubi, Karya Abu Abdillah Al-Qurtubi (w. 671 H), Tafsir Al-
Kabir karya Fakhrurrazi, Tafsir Karya Mutawwi Sya’rawi, Tafsir Al Mishbah Karya
Quraish Shihab, Shafwatut Tafasir oleh Ali Ash-Shabuni

 Pertemuan ke- 3 : Tafsir Syiah

Istilah Syi’ah berasal dari Bahasa Arab ”Syi’ah” (Syi’atan) yang bentuk tunggalnya adalah
Syi’i (Arab). Sedangkan Syi’ah adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi’ah Ali
yang berarti pengikut Ali. Syi’ah menurut etimologi bahasa Arab berarti pembela dan
pengikut seseorang dalam makna lain adalah setiap kaum yang berkumpul di atas suatu
perkara1. Kata Asy-Syi’ah juga berarti sahabat. Syi’ah adalah sebuah akar kata yang
bermakna pihak, dan kelompok dari kata kerja syayya’a atau tasyayya’a yang berarti
berpihak, memihak, bergabung atau menggabungkan diri. Secara terminologi terdapat
banyak pengertian Syi’ah yang tidak mudah untuk dapat mewakili secara keseluruhan dari
pengertian Syi’ah. Dalam pandangan Muhammad Husen Thabattaba’i, Syi’ah adalah kaum
muslimin yang menganggap pengganti Nabi Muhammad SAW adalah hak istimewa yang
dimiliki oleh keluarga Nabi dan mereka yang bidang pengetahuan dan kebudayaan Islam
mengikuti ahlubait

 Historis Tafsir syiah : Asal-usul munculnya golongan Syi’ah ada 2 pendapat, Eksternal dan
Internal. Pendapat eksternal diantaranya: Syi’ah adalah intervensi Yahudi yang bertujuan
untuk menyimpangkan ajaran Islam. Namun pendapat ini telah dilemahkan oleh para
pakar Ahlusunnah dan Syi’ah. Dan pendapat Internal diantaranya : Al-Wa’qubi,
Muhammad Ali Abu Rayyan mengatakan bahwa Syi’ah muncul pada hari-hari awal
wafatnya Rasulullah SAW, karena ada sekelompok sahabat dari kalangan Muhajirin dan
Anshar yang menolak berbaiat kepada Abu Bakar dan mereka mendukung Ali ibn Abi
Thalib r.a sebagai khalifah pengganti Nabi SAW
 Doktrin Aliran Syiah : Tauhid, Keadilan, Nubuwwah, Ma’ad, Imamah
 Tafsir Syiah oleh kelompok Syi’ah Zaidiyah : Tafsir al-Shaghirah oleh Abu Ja’far
Muhammad Mansur Al-Muradi Az-Zaidi, Tafsir Ibnu ‘Aqdham oleh Ibnu ‘Aqdham, Tafsir
al-Tsamratu Yani’ah oleh Syamsuddin Yusuf bin Ahmad, Tafsir Muntahal Maram oleh
Muhammad bin Husein bin Al-Qasim, Tafsir Fath al-Qadir oleh Imam Asy-Syaukani
 Karakteristik Tafsir Syi’ah : Metode penafsiran Al-Qur’an menggunakan metode Ta’wil,
Metode penulisan Sebagian besar yang dengan menggunakan Tartib Mushafi dan metode
Tahlili, Menggunakan Hadits yang hanya diriwayatkan dari Jalur A’isyah, dan Ali ra,
Banyak ditemukan Hadits Maudhu’ , Banyak mengutip pendapat para imamah dan
memasukkan pandangan alirannya.

 Pertemuan ke- 4 : Tafsir Khawarij


Secara etimologi kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang berarti keluar,
muncul, timbul atau memberontak. Berdasarkan pengertian etimologi ini pula, khawarij
berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam. Adapun khawarij dalam
terminology ilmu kalam adalah suatu aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar karena
ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam perang
Siffin pada tahun 37 H/657 M, dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi
Sufyan perihal persengketaan khilafah
 Sejarah Khawarij yaitu Khawarij lahir dari konflik yang terjadi antara Ali dan Mu’awiyah
bin Abi Sufyan pada peristiwa perang shiffin. Kedua pasukan menghentikan peperangan
dan membuat kesepakatan untuk melakukan tahkim atau arbitrase. Pihak Ali yang diwakili
oleh Abu Musa Al-‘Asy’ari dan dari pihak Muawwiyah memilih Amr ibn alAsh. Mereka
berdua mengatakan bahwa mereka akan menggunakan keputusan tersebut sesuai dengan
Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Lalu perjanjian itu diresmikan pada 13 Shafar ke-
37 H
 Pemikiran Khawarij : Takfir (pengkafiran) menjadi corak yang khas dari pemikiran
Khawarij, Proses pengangkatan khalifah dengan cara demokrasi yakni pemilihan bebas
yang dilakukan masyarakat secara umum, Khalifah harus menegakkan keadlilan,
menjalankan syari’at serta menjauhkan diri dari kesalahan dan penyelewengan, dosa dan
maksiat. Jika khalifah melakukan penyimpangan, maka ia wajib diturunkan atau dibunuh,
khalifah Khawarij awalnya harus dipilih dari suku Arab, namun akhirnya mereka berubah
hanya mensyaratkan Islam, ilmu dan keadilan karena banyak orang asing yang masuk
dalam golongannya, wajibnya amar ma’ruf nahi mungkar dengan cara yg ekstrem
 Penafsiran corak Aliran Khawarij : Penafsiran Al-Qur’an banyak ditemukan Hadits
Maudlu’, Menafsirkan Al-Qur’an secara ekstrem dan keluar dari kaidah Tafsir dan Ta’wil
Menafsirkan secara tekstual, Menafsirkan dengan memberikan penjelasan berdasarkan
doktrinnya, Menyimpulkan kesimpulan yang sempit, menyimpang, dan fanatisme ekstrem.
 Karya Kitab Tafsir Khawarij : Tafsir Abdurrahman Bin Rustam al-Farisi (abad ke-3H)
 Tafsir Hiwad bin Muhkam al-Hawari (abad ke-3H)
 Tafsir Abi Ya’qub, Yusuf bin Ibrahim al-Warjalani (Abad ke-6H)
 Tafsir Da’i al-‘Amal li yaum al ‘Amal, oleh Syaikh Muhammad Yusuf Itfis
(Mufassir kontemporer meninggal pada tahun 1332H
 Tafsir Himyan al-Zaadi il Dar al-Mi’ad, oleh Syaikh Muhammad Yusuf Itfis
 Taisir al-Tafsir, oleh Syaikh Muhammad Yusuf Itfis

 Pertemuan ke- 5 : Tafsir Muktazilah


Secara etimologi, Mu’tazilah berasal dari kata “i’tizal” yang artinya menunjukkan
kesendirian, kelemahan, keputus-asaan, atau mengasingkan diri. Secara terminologi
sebagian ulama mendefenisikan Mu’tazilah sebagai satu kelompok dari Qodariyah yang
berselisih pendapat dengan umat Islam yang lain dalam permasalahan hukum pelaku dosa
besar yang dipimpin oleh Washil bin Atho’ dan Amr bin Ubaid pada zaman Al Hasan Al-
Bashri. Aliran ini muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke 2 Hijriyah, tahun 105-110
H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan khalifah
Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid
Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha’ Al-Makhzumi Al-Ghozz.
 Sejarah Muktazilah berawal dari Pendiri Madzhab Mu’tazilah adalah Wasil bin Atha’.
Awalnya Beliau adalah murid Hasan Al-Basri, namun sejak adanya perbedaan pendapat
mengenai dosa besar, kemudian dia meninggalkan majelisnya dan mendirikan faham
Mu’tazilah. Dinasti Abbasiyyah dibaw4ah kepemimpinan Khalifah al-Mansur (754-77M)
selalu mendukung Mu’tazilah dengan segala kegiatan ilmiyahnya. Dan Khalifah al-
Makmun (813-833 M) diangkat 44menjadi Khalifah, Mu’tazilah masih tetap
mendapatkan kehormatan yang tinggi
- Doktrin Muktazilah :
 Tauhid merupakan inti akidah madzhab mereka. Mereka membangun keyakinan tentang
mustahilnya melihat Allah di akhirat nanti, dan sifat-sifat Allah itu adalah substansi dzat-
Nya sendiri dan bahwa al-Qur’an adalah makhluk.
 Keadilan, berdasarkan prinsip ini mereka membina keyakinan bahwa Allah bukanlah
yang menciptakan semua makhluk yang ada di alam ini. Dia juga tidak berkuasa atas
seluruh makhluk itu.
 Janji dan ancaman (al-Wa’ad wa al-wa’id) Menurut keyakinan mereka, Allah akan
memberikan balasan kepada orang yang melakukan kebaikan dan hukuman bagi orang
yang melakukan perbuatan yang buruk, bahwa Allah berkewajiban memberi pahala
kepada orang yang taat dan menyiksa orang yang melakukan dosa besar.
 Karya Tafsir Kitab Muktazilah
 Imam Abu Muslim bin Bahr al-Ashfahany, wafat tahun 322 H. Beliau telah
menyusun sebuah kitab tafsir yang berjudul Jami'ut Ta'wil li Muhkamit Tanzil.
Dalam Fihrasat-nya Imam Ibnu Nadim mengisyaratkan pada kitab tersebut.
 Qadhi Abdul Jabbar wafat pada tahun 415 H kitab: Tanzin al- Qur’an ‘an al-
Matha’in
 Imam az-Zamakhsyari wafat tahun 538 H Kitab :al-Kasysyaf ‘an Haqaiq at-Tanzil
wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wujuh at- Ta’wil

 Pertemuan ke- 6 : Tafsir Sufi


Definisi Sufi yaitu kata tasawuf dinisbahkan kepada perkataan ahl shuffah, yaitu nama
yang diberikan kepada sebagian fakir miskin di kalangan orang Islam pada masa awal
Islam. Mereka adalah diantara orang-orang yang tidak punya rumah, maka menempati
gubuk yang telah dibangun Rasulullah di luar masjid di Madinah. Ada pendapat yang
mengatakan tasawuf berasal dari kata shuf, yang berarti bulu domba. Berasal dari kata
shuf karena orang-orang ahli ibadah dan zahid pada masa dahulu menggunakan
pakaian sederhana terbuat dari bulu domba,
 Doktrin Sufi : Yaitu bahwa para wali merupakan pewaris kenabian. Mereka mengaku
memiliki tugas yang serupa, meski berbeda secara substansial. Jika para Rasul
mengemban tugas untuk menyampaikan risalah ilahiyah kepada umat manusia dalam
bentuk ajaran-ajaran agama, maka para sufi memikul tugas guna menyebarkan risalah
akhlaqiyyah, ajaranajaran moral yang mengacu pada keluhuran budi pekerti. risalah
akhlaqiyyah mengatakan bahwa para sufi mampu menerima pengetahuan Tuhan
berkat kebersihan hati mereka ketika mencapai tahapan ma‟rifat dalam tahap-tahap
muraqabah kepada Allah SWT
 Sejarah Tafsir Tafsir : Tafsir Sufi sudah ada sekitar abad 3 H sampai abad 8 H. pada
saat peradaban Islam mendunia, penggunaan rasio sangat kuat maka menimbulkan
reaksi beberapa ulama yang tidak sejalan dengan penggunaan rasio secara dominan,
dengan mengembangkan cara berpikir dan beramal secara tasawwuf. Ulama yang
pertama kali menggunakan istilah sufi adalah Hasyim al-Sufi (w. 150 H). penafsiran
sufi telah dikenal sejak awal turunnya al-Quran kepada Rasulullah SAW, sehingga
dasar yang dipakai dalam penafsiran ini umumnya juga mengacu pada penafsiran Al-
Quran melalui hierarki sumber-sumber Islam tradisional yang disandarkan kepada
Nabi SAW, para sahabat, dan pendapat kalangan tabi‟in
 Kitab Tafsir Sufi : Sahl al Tustari 200-283 H (896 M), karyanya Tafsir al-Qur’an
al-‘Azim , Abu ‘abd al-Rahman Musa al-Azdi al-Sulami 330-412 H (1021 M),
karyanya Haqaiq al-Tafsir, ‘Abd al-Karim al-Qushairi (Abul Qasim), 376-465 H
(986-1073 M), tafsir pertama beliau tidak beraliran sufi, yakni al-Taysir fi ‘ilm al-
tafsir (al-Tafsir al-Jilani-Kabir), tafsir keduanya dikenal dengan Lataif al Isharat,
dibuat ketika al-Qushairi sudah menekuni dunia tasawuf. Abd al-Qadir al-Jilanlani
470-561 H (1077- 1166 M), dengan maestro karyanya yang baru ditemukan, yaitu
Tafsir al-Jilani.

 Pertemuan ke- 7 : Tafsir Bathiniyyah


Secara bahasa, lafal bāṭinī adalah ṣifat isim fā`il yang berasal dari kata baṭana-
yabṭunu, yang berarti sesuatu yang tidak nampak atau tersembunyi Tafsir al-
Bathiniyah adalah bentuk penafsiran yang mencoba untuk menangkap makna batin
dari Al-Qur’an. Berdasarkan hadist Nabi yaitu : sesungguhnya Al-Qur‟an mempunyai
arti lahir dan batin.
- Sejarah Bathiniyyah :
 Periode awal (abad I-II H): pada masa Nabi dan para Sahabatnya
 Periode Kedua (Abad III-VII H): ketika tafsir-tafsir sufi awal ditulis, yang
pertama dimulai pada abad ke-3 H dengan munculnya mufassir sufi paling awal
seperti Al-Tustari (283 H)
 Periode Ketiga (Abad VIII-X H): munculnya para penafsir golongan Syiah
 Periode Keempat (Abad XI H. Sampai Sekarang)
- Doktrin Al-Bathiniyah mereka berdalil dengan ayat-ayat al Qur`an atau hadits-hadits
palsu, atau dengan hadits shahih yang telah diselewengkan maknanya sesuai dengan
keinginan mereka. Secara umum, ajaran dan aqidah mereka tidak terlepas dari hal-hal
berikut : pengingkaran terhadap wujud Allah, menentang nama dan sifat-sifat Allah,
merubah syari’at para nabi dan rasul Dari masing-masing pemikiran tersebut, mereka
bersembunyi di balik kecintaan kepada keluarga Nabi, atau dibalik propaganda
pembaharuan dan kemajuan, atau sebagainya dengan berbagai macam syiar yang
didustakan.
- Karya kitab Tafsir Bathiniyyah :
 Al-Thibyân Fî Al-Tafsîr Al-Qur’ân, karya Abu Ja’far Muhammad Ibn Hasan
 Ibn Alî Al-Thûsi
 Majma’ Al-Bayân, karya Abu Alî Al-Fadhl Ibn Al-Hasan Al-Tabrasi
 Al-Shafi ,karya Mala Muhsin al-Kasyi

- Al-Bahaiyah/al-babiyah adalah Bahā’iyah/Bābiyah adalah sebuah gerakan yang lahir


dari aliran Syi’ah Iṡnā ‘Asyariyah (Syiah dua belas imam) pada tahun 1260 H-1844
M. al-Bābiyah merupakan kelompok bentukan uni soviet yang kemudian berubah
menjadi Baha’iyah
- Sejarah Baha’iyah berasal dari menggabungkan agama agama Yahudi, Nasrani, Islam
dan lainnya menjadi satu. Hingga aliran ini jelas-jelas menyatakan sebagai non Islam.
Aliran ini berasal dari Syiah itsna asyariyah pendirinya adalah Mirza Ali Muhammad
AlSyairazi. Dia menyebutkan bahwa dirinya adalah potret dari nabi-nabi terdahulu.
Tuhan pun menyatu dalam dirinya, risalah Nabi Muhammad SAW bukanlah risalah
terakhir.
- Doktrin Aliran Baha’iyah Pengikut aliran ini meyakini bahwa Mirza Ali Muhammad
yang berjuluk al-Bab adalah pencipta segala sesuatu dengan kalimatnya, dialah awal
dari segala sesuatu, Mereka meyakini aqidah hulul, ittihad dan reinkarnasi, bahwa
azab hanya berlaku untuk arwah mirip dengan khayalan, Meyakini Buddha adalah
yang benar, Konghucu adalah agama langit. Zeroaster adalah agama yang lurus, para

tokoh India, Cina dan persia adalah para nabi, Meyakini bahwa Isa Almasih disalib.
Mentakwilkan al-quran dengan takwil takwil kebatinan agar sejalan dengan hawa
nafsu mereka, Mengingkari mukjizat para Nabi, para malaikat, Jin, surga dan neraka,
Mengharamkan hijab atas wanita, menghalalkan nikah mut‟ah, meyakini bahwa harta
dan wanita adalah milik Bersama, Agama Mirza Ali Muhammad Menasakh agama
Muhammad SAW.
- Kitab Tafsir Baha’iyah salah satunya adalah kitab al-Aqdas

Anda mungkin juga menyukai