Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

FOOD TABOOS & FOOD BELIEF IN


AFRICA

Disusun oleh:
Khabibah Junaistian

(145070301111041)

Safira Mirahantini

(145070301111058)

Ovi Dania

(145070301111056)

Hanna Lehonna S

(145070300111023)

Yuniar Eka Savitri

(145070300111020)

Fepy Sisiliay

(145070300111024)

Elfira Isba Puspasari

(145070301111037)

Elisa Aulia Rahmi

(145070307111024)

Waritsah Assilmi

(145070301111054)

Rifka Noerfadilla Alfianda

(145070307111023)

Adinda Yulinanda Prasindi

(145070301111003)

Rizqka Nusa Pertiwi

(145070301111042)

JURUSAN ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERITAS BRAWIJAYA MALANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. FOOD TABOOS
Pantangan merupakan salah satu fungsi dari kebiasaan makan (Suhardjo,
1989). Pantangan berkaitan erat dengan nilai-nilai budaya bahkan agama, yang
dalam hal-hal tertentu tidak dapat dihindari dan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari sistem kehidupan masyarakat. Berbagai budaya memberikan
peranan dan nilai yang berbeda-beda terhadap pangan atau makanan.
Horge et al (1995) menyatakan bahwa pantangan atau tabu atas bahan
makanan atau pangan tertentu merupakan bagian dari konsep sosial yang berlaku
dalam suatu masyarakat yang dapat mempengaruhi pendistribusian makanan di
dalam keluarga.
Taboo=forbidden. Makanan yang dilarang untuk dikonsumsi. Sebab kalau di
konsumsi bisa mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dan kerugian bagi
yang mengonsumsinya. Mungkin di lingkungan anda tinggal, pernah mendengar
beberapa makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh misalnya ibu hamil, ibu
menyusui atau bagi orang sakit. Nah, itulah bagian dari food taboo.
Food taboo bisa dikategorikan sebagai berikut:
1. Permanent food taboo
Seseorang dilarang mengkonsumsi makanan tertentu dalam kondisi apapun
untuk suatu kelompok tertentu.
Misalnya:

Babi dan darah tidak boleh dikonsumsi oleh muslim dan yahudi karena
dianggap tidak bersih.

Sapi dilarang dikonsumsi oleh penganut hindu karena dianggap suci.

2. Temporary food taboo


Dilarang mengonsumsi makanan tertentu pada kondisi tertentu, misalnya pada
ibu hamil, menyusui, anak-anak, dan selama sakit.
Misalnya:

Anak-anak dilarang makan ikan (kecacingan)

Wanita hamil dilarang makan pisang dempet (bayi kembar dempet)

Balita dilarang makan telur karena bisa bodoh. Padahal telur merupakan
salah satu sumber protein yang penting bagi pertumbuhan dan mudah
dijangkau.

Dalam kaitannya dengan gizi masyarakat, perlu konsen terhadap temporary


food taboo ini karena seringkali larangan-larangan tersebut menyebabkan
kurangnya asupan zat gizi penting yang mestinya dapat dipenuhi dari jenis
makanan yang dianggap tabu tersebut.
Menurut Jellife, praktek-praktek budaya terkait food taboo dapat diklasifikan
sebagai berikut:
a. Praktek yang menguntungkan
Perlu didukung dan diadopsi untuk memberikan pendidikan kesehatan dan
gizi masyarakat.
b. Praktek yang bersifat netral
Tidak memperlihatkan nilai ilmiah dan bisa ditinggalkan perlahan-lahan.
c. Praktek yang tidak dapat diklasifikasikan
Bisa ditinggalkan, tapi bisa juga dilakukan penelitian ilmiah lebih jauh.

d. Praktek yang merugikan


Perlu dihilangkan, namun dengan cara yang bisa diterima oleh budaya
masyarakat tersebut.

Adanya food taboo di masyarakat kita bisa juga disebabkan karena


rendahnya tingkat pendidikan. Kurangnya pengetahuan tentang hal tersebut
tentunya juga ikut andil. Sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat supaya tidak lagi melakukan praktek food taboo yang
merugikan bagi kalangan tertentu (bumil, busui, balita. dsb).
Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh petugas ataupun kader
kesehatan adalah dengan mengadakan sosialisasi atau pelatihan bagi masyarakat.
Sosialisasi atau pelatihan tersebut bisa mencakup pengetahuan gizi dasar,
keamanan pangan, cara mengolah makanan, sanitasi serta higiene atau pun upaya
lainnya yang mendukung.
B. FOOD BELIEF
C.

BAB II
ISI

A. FOOD TABOOS
Kebiasaan makan sangat sulit untuk diubah karena makanan memiliki
hubungan psikologis yang penting dengan keluarga dan masyarakat. Makanan
yang sudah sering dikonsumsi, terutama makanan tradisional pada masa kanakkanak, akan memberikan kepuasan dan kenikmatan tersendiri. Namun tentunya
beberapa negara di Afrika tentunya memiliki pantangan terutama bagi anak-anak
dan ibu hamil. Hasil demikian didapatkan berdasarkan interview terhadap 27
orang dari Benin City yang dipilih secara acak.
Keyakinan adanya berbagai food taboo tergolong banyak dalam suku-suku
Afrika lainnya. Di distrik Bugosa Uganda, perempuan dan anak-anak perempuan
lebih dari 6 tahun dilarang untuk mengkonsumsi telur, unggas, daging kambing,
daging babi dan jenis ikan tertentu. Di distrik Bukedi, perempuan dilarang makan
telur, ayam dan babi. Pembatasan serupa yang disimpan oleh suku Bantu, yang
juga percaya bahwa anak-anak bisa menjadi bodoh dengan mengkonsumsi ubi,
akar. Telur, ayam, ikan, daging babi dan susu kambing dilarang untuk wanita di
distrik Ankole.
Selain itu, anak-anak juga tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi
berbagai jenis makanan tertentu, seperti hati, santan, dan juga susu.
Sementara salah satu pantangan klasik di Ghana, anak-anak dilarang
mengkonsumsi telur karena jika anak tersebut diberi makan telur, maka dia akan
tumbuh menjadi seorang pencuri. Penjelasannya adalah bahwa itu karena alasan
ekonomi, terutama di kalangan masyarakat miskin. Pada jaman itu telor adalah
kemewahan.Orang-orang takut ketika anak-anaknya diberi makanan yang sangat
baik atau dibesarkan dengan mewah, mereka akan mengambil jalan mencuri untuk
mempertahankan hidup mewah ketika jauh dari orang tua mereka atau saat
mereka dewasa. Sehingga untuk menghindari situasi ini, anak-anak tidak
diperbolehkan makan-makan yang mewah. Alasan ini juga berlaku untuk
pantangan mengkonsumsi daging.

Anak-anak dilarang untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan tersebut


karena berbagai macam alasan. Pantangan untuk mengkonsumsi hati dikarenakan
mereka percaya bahwa hal tersebut dapat mengakibatkan abses (penyakit liver).
Kemudian, santan tidak boleh dikonsumsi karena dipercaya dapat membuat anakanak mereka menjadi bodoh. Sedangkan alasan susu dilarang untuk dikonsumsi
oleh anak-anak karena dikhawatirkan akan menumbuhkan suatu kebiasaan yang
buruk bagi anak-anak nantinya.
Selain pada anak-anak, ada pula food taboo yang ditujukan untuk golongan
yang lainnya, misalnya pada ibu hamil, wanita yang baru melahirkan, serta juga
pada pria. Wanita hamil tidak diperbolehkan mengkonsumsi siput, jamur, serta
landak agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada saat persalinan
nantinya. Siput juga tidak boleh dikonsumsi oleh pria, karena dipercaya dapat
menurunkan stamina fisik pada saat peperangan. Wanita yang baru melahirkan
pantang untuk mengkonsumsi daging segar dan minyak. Daging dikhawatirkan
dapat menyebabkan sakit perut, sedangkan minyak tidak diperbolehkan karena
menurut mereka dapat membuat bayi mereka terkena penyakit kuning.
Taboo juga bisa dari alasan sejarah. Misalnya sebuah keluarga kerajaan di
Ghana menolak untuk makan merpati, karena mereka percaya nenek moyang
mereka pernah dibantu oleh seekor merpati untuk memenangkan pertempuran. Di
antara beberapa penggembala ternak nomaden, penolakan untuk makan ikan
adalah untuk menghina cara hidup, budaya, masyarakat nelayan. Babi dan alkohol
juga dilarang karena alasan agama.
Menariknya, makanan yang dijadikan pantangan dalam food taboo ini
sebagian besar adalah makanan yang bersumber dari hewan. Padahal, daging
mengandung sangat banyak kandungan gizi yang pastinya sangat berguna untuk
kebutuhan biologis manusia.Daging mengandung sekitar 18% protein, tinggi
fosfor, zat besi, serta niasin dan riboflavin. Selain itu, daging juga mengandung
asam askorbat yang dapat membantu untuk pencegahan scurvy.
Hati juga merupakan bahan makanan yang cukup bermanfaat. Hati
mengandung lebih banyak vitamin dan zat besi yang mudah diserap dibanding
dengan bagian daging sapi yang lainnya. Sangat disayangkan juga apabila telur
menjadi pantangan makanan bagi anak-anak. Telur mengandung tinggi protein,

lemak, serta energi yang tinggi pula. Apalagi kuning telur, bagian ini merupakan
sumber tinggi vitamin A.
Pantangan makanan ini memegang peranan yang sangat penting dalam pola
diet sesorang. Pada beberapa orang, food taboo juga dapat mempengaruhi status
gizi seseorang, khususnya untuk anak-anak. Makanan tinggi gizi sangat
dibutuhkan oleh tubuh, khususnya anak-anak untuk perkembangan dan
pertumbuhan mereka yang optimal. Makanan berprotein tinggi pada anak harus
dapat dipenuhi. Karena apabila terjadi defisiensi protein pada anak-anak dapat
menyebabkan maraknya kasus malnutrisi.

B. FOOD BELIEF
Orang Afrika Selatan sangat suka makan makanan yang berbahan dasar dari
sapi atau kambing. Jika ada tamu yang berkunjung, si tuan rumah akan
menghidangkan susu sapi atau kambing yang banyak. Tamu tersebut harus
meminum susu tersebut sampai habis sebagai bentuk penghormatan kepada tuan
rumah. Jadi sebelum bertamu, kosongkan perut dulu, biar muat susu yang banyak.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perlu dilakukan penyuluhan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai