NPM : 20208735
KELAS : 2EB11
UNIVERSITAS GUNADARMA
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah Mata Kuliah Bank
dan Lembaga Keuangan 2 dengan judul “ Asuransi ”.
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah sebagai tugas
dari Mata Kuliah Bank dan Lembaga Keuangan 2.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih atas
segala bantuan yang diberikan.Ucapan terima kasih, saya sampaikan kepada :
1. Ibu Estiningsih, selaku Dosen Mata Kuliah Bank dan Lembaga Keuangan.
2. Teman-teman yang ikut berpartisipasi
3. Serta dari berbagai pihak yang sudah memberikan bantuan dan
dukungannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………….. 1
1.2 Perumusan Masalah………………………………………….. 2
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………….. 2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asuransi………………………………………….. 2
2.2 Sifat-sifat Fundamental Industri Asuransi…………………… 3
2.3 Perusahaan Asuransi Jiwa……………………………………. 5
2.4 Perusahaan Asuransi Kerugian………………………………. 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asuransi
Perusahaan Asuransi adalah lembaga keuangan yang dengan suatu harga /
premi, akan memberikan pembayaran jika suatu peristiwa terjadi, sehingga berfungsi
sebagai penanggung resiko.
Ada dua jenis perusahaan asuransi, yaitu :
Asuransi Jiwa ( Jiwa ) yang terutama menanggung resiko kematian ( pembayaran
kepada ahli waris ) atau kehidupan ( pembayaran kepada tertanggung sendiri ).
Asuransi kerugian ( Non-Jiwa ) yang memberi pertanggungan terhadap berbagai
peristiwa yang merugikan ( kerusakan barang, tuntutan hukum pihak ketiga ).
Perbedaan utama antara perusahaan asuransi jiwa dan non-jiwa terletak pada derajat
kesulitan untuk memprakirakan apakah tertanggung akan harus dibayar, dan berapa
besar pembayaran tersebut.
Perusahaan asuransi jiwa relative lebih mudah memprakirakan resiko kematian
berdasarkan stastistik dan tabel mortalita.
Perusahaan asuransi kerugian lebih sulit melakukan prakiraan terjadinya kerugian
atas kerusakan barang atau tuntutan hukum pihak ketiga.
2
Ketidakpastian mengenai waktu dan besarnya pembayaran untuk memenuhi klaim
mempengaruhi strategi investasi yang dianut oleh perusahaan asuransi kerugian.
2.2 Sifat-sifat Fundamental Industri Asuransi
1. Polis dan premi asuransi
Polis asuransi adalah perjanjian legal yang mengikat dimana pemegang polis
( pemilik ) membayar premi dengan imbalan janji perusahaan asuransi untuk
membayar jumlah pembayaran tertentu tergantung terjadinya peristiwa di masa
datang. Perusahaan asuransi dikatakan melakukan underwriting resiko pemegamg
polis dan bertindak sebagai buffer terhadap ketidakpatian hidup. Proses underwriting
termasuk
evaluasi yang teliti atas calon tertanggung.
Jika polis telah diterima oleh perusahaan asuransi, maka polis itu menjadi asset
bagi pemegang polis dan liability bagi perusahaan asuransi. Premi dapat dibayar
dalam sekaligus atau lebih biasa dalam serangkaian pembayaran. Jika pemegang polis
gagal membayar premi, maka polisnya dianggap daluwarsa ( lapse ) atau berhenti
( terminate ). Jika kedua pihak tidak memperbaharui perjanjian, maka penanggung
kehilangan arus premi mendatang, sedang tertanggung kehilangan perlindungan yang
janjikan polisnya.
2. Surplus dan cadangan.
Surplus dari perusahaan asuransi adalah perbedaan antara asset dan liabilitinya.
Dalam menetapkan surplus, terjadi komplikasi dalam menentukan nilai liability
karena perusahaan asuransi telah terikat untuk melakukan pembayaran pada suatu
waktu di masa depan yang tergantung pada terjadinya peristwa tertentu. Untuk
mencerminkan kontingensi liability ini dalam laporan keuangannya, perusahaan
asuransi harus membentuk suatu rekening yang disebut cadangan. Cadangan ini
bukan kas yang disisihkan oleh perusahaan asuransi, tetapi hanya merupakan
pencatatan akuntansi ( accounting entry ).
Surplus ini penting karena regulator memandangnya sebagai jumlah final yang
dapat ditarik untuk membayar pemegang polis. Pertumbuhan ini bagi perusahaan
asuransi akan menentukan berapa besar bisnisnya mendatang yang dapat di
underwrite. Kemampuan perusahaan asuransi untuk menanggung resiko yang
berhubungan denagn polis underwriting diukur melalui rasio penerimaan premi
tahunan dengan surplus tersebut. Umumnya, rasio ini dijaga antara 2 : 1 dan 3 : 1.
3
Oleh karena itu, Rp 2 sampai Rp 3 dalam premi tahunan dapat menunjang setiap Rp 1
yang tersedia dalam surplus.
3. Penentuan laba
Penghasilan perusahaan asuransi untuk satu tahun buku diciptakan dari dua
sumber.
Satu sumber adalah premi yang telah menjadi haknya ( earned ). Tidak semua premi
yang diterimma telah menjadi haknya ( earned ) untuk tahun buku yang bersangkutan
Contoh : Sutomo membayar Perusahaan Asuransi JS pada 1 November sebesar Rp
1.200.000,- untuk menutup premi asuransi mobil selam setahun. Pada akhir tahun
buku 31 Desember, perusahaan asuransi hanya berhak ( earned ) 2 bulan premi, yaitu
2 x Rp 1.200.000,-/12 = Rp 200.000,-. Sumber penghasilan kedua adalah hasil
invvestasi yang berhak diterima dari dana atau asset yang diinvestasikan.
4. Laba
Laba ditentukan dengan mengurangnya biaya dari penghasilan. Terdapat 2
kategori biaya yaitu tambahan terhadap cadangan dan biaya yang berhubungan
dengan penjualan polis asuransi. Bagian laba yang tidak dibagikan sebagai deviden
ditambahkan pada surplus. Jika diderita kerugian surplus dikurangi kerugian tersebut.
Laba atau rugi dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu penghasilan investasi dan
penghasilan underwriting. Penghasilan investasi merupakan penghasilan dari
portofolio asset yang diinvestasikan. Penghasilan underwriting adalah perbedaan
antara premi yang menjadi haknya dan biaya penyelesaian klaim.
5. Regulasi
Usaha perasuransian diatur dengan Undang-undang No. 2 Tahun 1992. Pada
hakekatnya, perasuransian merupakan usaha yang banyak diatur ( regulated
business ). Pengaturan ini menyangkut :
- Perlindungan kepentingan pemegang polis ( tertanggung ) yang dimaksudkan
untuk memberi jaminan kemanfaatan asuransi, meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap asuransi, dan mennjang kredibilitas serta bonafiditas usaha
perasuransian.
- Perizinan, pembinaan, dan pengawasan atas perusahaan asuransi
( penanggung ), berupa izin usaha dari Menteri Keuangan, untuk memenuhi
persyaratan organisasi dan permodalan, serta pembinaan dan pengawasan untuk
menjaga kesehatan keuangan.
4
- Ketentuan atas pelanggaran izin usaha, penggelapan premi asuransi, kekayaan
perusahaan, dan sebagainyya diancam dengan pidana penjara dan denda.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian Asuransi
Perusahaan Asuransi adalah lembaga keuangan yang dengan suatu harga / premi,
akan memberikan pembayaran jika suatu peristiwa terjadi, sehingga berfungsi
sebagai penanggung resiko.
Ada dua jenis perusahaan asuransi, yaitu :
o Asuransi Jiwa ( Jiwa ) yang terutama menanggung resiko kematian
( pembayaran kepada ahli waris ) atau kehidupan ( pembayaran kepada
tertanggung sendiri ).
o Asuransi kerugian ( Non-Jiwa ) yang memberi pertanggungan terhadap
berbagai peristiwa yang merugikan ( kerusakan barang, tuntutan hukum
pihak ketiga ).
Sifat-sifat fundamental industri asuransi :
o Polis dan premi asuransi
o Surplus dan cadangan
o Penentuan laba
10
o Laba
o Regulasi
Jenis-jenis polis asuransi jiwa ada 4, yaitu :
o Perlindungan asuransi murni terhadap resiko kematian
o Perlindungan asuransi jiwa dan sarana investasi
o Asuransi terhadap resiko kehidupan
o Polis berorientasi-investasi murni
11