Peranan Hukum Agraria Dalam Pembangunan Nasional
Peranan Hukum Agraria Dalam Pembangunan Nasional
Hukum agraria
Peranan hukum agraria dalam pembangunan nasional
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah
melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan
makalah dengan tema ketenagakerjaan..
Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan dukungan dari
banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak lupa
mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam rangka
menyelesaikan makalah ini.
Tetap tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari
itu, dengan lapangdada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN
Rumusan masalah 5
Tujuan penulisan 5
Pembatasan masalah 6
BAB 2 PEMBAHASAN
Praktek outsourching 9
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan tenaga kerja dari tahun ke tahun menarik perhatian banyak pihak.
Permasalahan tenaga kerja yang menimbulkan konflik-konflik pada buruh, seperti kasus konflik
perburuhan, kekerasan, penipuan, pemecatan yang semena-mena, upah yang tidak sesuai standar,
semakin hari semakin kompleks. Kasus tersebut penting mendapatkan perspektif perlindungan
hak-hak asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan perlindungan bagi
hak-hak tenaga kerja
Timbulnya perbedaan pendapat atau pandangan maupun pengertian antar pihak pekerja
dan pengusaha terhadap hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan kondisi kerja, akan
menimbulkan Perselisihan Hubungan Industrial, bahkan sampai akhirnya terjadi Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK). Bahwa masalah ketenagakerjaan tidak semata-mata bersifat perdata,
tetapi juga mempunyai sifat pidana, bahkan ada segi politik praktisnya. Hal ini dapat kita lihat
dari peraturan-peraturan ketenagakerjaan, dimana dibuat ancaman hukuman bagi yang
melanggar peraturan tersebut, dimana masalah ketenagakerjaan sangat sensitif baik nasional
bahkan internasional.
4
perburuhan. Terdapat perbedaan antara perselisihan hak dengan perselisihan kepentingan,
yakni tentang perselisihan
hak, objek sengketanya adalah tidak dipenuhinya hak yang telah ditetapkan karena
adanya perbedaan dalam implementasi atau penafsiran ketentuan peraturan perundang-
undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang
melandasi hak yang disengketakan. Sedangkan dalam perselisihan kepentingan, objek
sengketanya karena tidak adanya kesesuaian paham atau pendapat mengenai pembuatan, dan
atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Dengan kata lain, dalam perselisihan hak yang
dilanggar adalah hukumnya, baik yang ada dalam peraturan perundang-undangan, dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Sedangkan dalam
perselisihan kepentingan menyangkut pembuatan hukum dan atau perubahan terhadap
subtansi hukum yang sudah ada.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan secara umum dapat dirumuskan masalah
sebaagai berikut :
1. macam istilah dalam ketenagakerjaan?
2. macam sumber hukum ketenagakerjaan?
3. Bagaimanakah implementasi Pasal 65 dan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan dalam praktik outsourcing
4. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi
Pekerja/Buruh outsourcing?
5. bagaimana pemutusan hubungan kerja?
6. bagaimana jaminan social tenaga kerja?
C. Tujuan penulisan
1. mengetahui istilah dalam ketenagakerjaan.
2 menguraikan sumber hukum ketenagakerjaan.
3. menjelaskan implementasi Pasal 65 dan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dalam praktik outsourcing
5
4. menjelaskan pelaksanaan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi
Pekerja/Buruh outsourcing
5. menjabarkan pemutusan hubungan kerja sesuai undang-undang yang berlaku.
6. menjabarkan jaminan social tenaga kerja sesuai undang-undang yang berlaku.
D. Pembatasan masalah.
Kami membatasi perumusan masalah ini sampai dengan hukum ketenagakerjaan yang
berlaku di Indonesia pada saat ini.
BAB II PEMBAHASAN
6
A. Istilah penting dalam ketenagakerjaan
Menurut UU NO. 13 TAHUN 2003 tentang ketenagakerjaan, ada beberapa istilah penting yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan.
1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
3. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
4. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-
badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
5. Pengusaha adalah :
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
6. Perusahaan adalah :
a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan,
milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik
negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain;
b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain.
7
7. Perencanaan tenaga kerja adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara
sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi,
dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan.
8. Informasi ketenagakerjaan adalah gabungan, rangkaian, dan analisis data yang
berbentuk angka yang telah diolah, naskah dan dokumen yang mempunyai arti, nilai
dan makna tertentu mengenai ketenagakerjaan.
2. Perjanjian
Perj Kerja Bersama / Perj Perburuhan / Kesepakatan Kerja Bersama;
Perjanjian Kerja;
Peraturan Perusahaan.
3. keputusan
Penetapan yang dibuat Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan baik tingkat
Pusat atau Daerah (P4D atau P4P menurut UU No. 22 tahun 1957) yang kemudian
diganti dengan istilah PPHI menurut UU No 2 tahun 2004. Oleh UU telah dinyatakan
bahwa penetapan PPHI merupakan compulsory arbitration (arbitrase wajib) sebelum
perselisihan pada akhirnya diselesaikan oleh badan peradilan
4. traktat
8
Kesepakatan internasional baik bilateral maupun multilateral telah banyak
melahirkan kaedah-kaedah hukum ketenagakerjaan yang relatif baru atau pun penegasan
terhadap praktik ketenagakerjaan yang sudah ada sebelumnya.
Contoh:
Konvensi ILO No. 100 tentang pengupahan yang sama antara pekerja pria dan
pekerja wanita, yang telah diratifikasi oleh Pemerintah RI melalui UU No. 80 tahun 1957;
Konvensi ILO No. 120 tentang hygiene dalam perniagaan dan perkantoran, yang
kemudian diraifikasi oleh Pemerintah RI melalui UU No. 3 tahun 1969;
Konvensi ILO No. 155 tahun 1981 tentang kewajiban penyelenggaraan program K3
5. kebiasan
Terkesan (seringkali) dianggap wajib untuk dilakukan sehingga dengan tidak
dilakukannya kebiasaan tersebut dianggap sebagai sebuah pelanggaran;
Berulang-ulang dilakukan
C. praktek outsourching
Tetapi penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan
9
a. Beberapa hal yang telah mematuhi ketentuan, antara lain:
(1) Penyerahan pekerjaan penyedia tenaga kerja pemeriksaan rutin
ayat (1).
memenuhi ketentuan
10
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dan Pasal 65 ayat (6) dan ayat
(7).
nyata pada hari-hari kerja. Hal ini melanggar Pasal 77 ayat (2)
untuk tenaga shift tidak mendapat uang makan lembur dan uang
11
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib membayar upah
kerja lembur.
Kabupaten Indramayu.
(Persero) UP-VI
12
Keshy Meida Kurnia Restu (2011), dengan judul “Perlindungan Hukum Bagi Pekerja
Outsourcing”yang menemukan:
Koperasi Sucofindo.
13
kegiatan penunjang PT. Sucofindo Cabang Padang. Pekerja outsourcing
14
dengan membayar iuran sebesar 6% dari upah yang diterima tanpa
Yogyakarta
dengan pengusaha” Bila segala upaya telah dilakukan (secara bipartit), dan PHK tidak
dapat dihindari, maksud PHK tersebut wajib dirundingkan (membahas mengenai hak-hak
atas PHK) oleh pengusaha dengan serikat pekerja/buruh yang bersangkutan (apabila tidak
menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh atau tidak ada Serikat Pekerja di
Bersama (PB), pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja (PHK) setelah
memperoleh penetapan (izin) dari lembaga PPHI. Dengan kata lain, PHK yang tidak
terdapat alasan dan normanya dalam UUK, dapat dilakukan dengan besaran hak-haknya
15
1a) PHK karena pekerja/buruh melakukan kesalahan berat
UUKK);
16
3c) PHK karena memasuki usia pensiun (Pasal 167 ayat 5
UUKK);
jaminan social tenaga kerja menurut undang-undang berlaku ,dasar hukum nya sebagai
berikut:
1. UU NO. 3 THN 1992 jo. UU NO. 25 THN 1997 tentang JAMINAN SOSIAL
TENAGA KERJA
2. PP NO. 14 THN 1993 jo. PP NO. 28 THN 2002 tentang PENYELENGGARAAN
PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
3. PP NO. 28 THN 2002 tentang PERUBAHAN PASAL 22 PP NO. 14 THN 1993
perihal SANTUNAN KEMATIAN & BIAYA PEMAKAMAN
4. KEPPRES NO. 22 THN 1993 tentang PENYAKIT YANG TIMBUL AKIBAT
HUBUNGAN KERJA
5. PERMENAKER NO. 05/ MEN/ 1993 tentang PROGRAM MINIMAL JAMINAN
SOSIAL TENAGA KERJA
(terjadi sewaktu melakukan pekerjaan). Wajib dilakukan & pelaksanaannya tidak boleh
1. biaya pengangkutan
2. biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan
3. biaya rehabilitasi
4. santunan yang berupa uang meliputi :
5. santunan sementara tidak mampu bekerja
6. santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya;
7. santunan cacad total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental;
8. santunan kematian
Bila terdapat pekerja tertimpa kecelakaan kerja, maka yang harus dilakukan oleh
pengusaha ialah
17
1. Pengusaha wajib memberikan P3K bagi tenaga kerja tersebut;
2. Pengusaha kemudian melaporkan kecelakaan tsb pada kantor Depnaker dan Badan
Penyelenggara setempat atau terdekat sebagai laporan kecelakaan kerja tahap I,
dalam waktu paling lambat 2x24 jam (dua hari) setelah terjadinya kecelakaan;
3. Pengusaha wajib juga melaporkan akibat kecelakaan tersebut sesuai dengan surat
keterangan Dokter pemeriksa atau Dokter penasehat yang menerangkan bahwa
tenaga kerja tersebut:
• sementara tidak mampu bekerja telah berakhir;
• cacat sebagian untuk selama-lamanya;
• cacat total untuk selama-lamanya;
• meninggal dunia.
4. Laporan ini sekaligus merupakan pengajuan pembayaran Jaminan Kecelakaan
Kerja kepada Badan Penyelenggara dengan melampirkan:
• foto copy kartu peserta;
• surat keterangan Dokter tentang tingkat kecacatan yang diderita tenaga
kerja tersebut;
• kuitansi biaya pengobatan dan pengangkutan;
• dokumen pendukung lain yang diperlukan oleh Badan Penyelenggara.
18
BAB 3 PENUTUP
A. kesimpulan
Jadi dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Hukum ketenagakerjaan adalah hukum yang
mengatur tentang tenaga kerja. Hukum ketenagakerjaan semula dikenal dengan istilah
perburuhan.
Landasan hukum ketenagakerjaan adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Asas hukum ketenagakerjaan adalah asas keterpaduan dengan
melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah.
Hukum perburuhan bertujuan memberikan perlindungan terhadap buruh/pekerja dalam
rangka mewujudkan keadilan sosial, dan perlindungan mana dapat tercipta dengan adanya
peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, meskipun para pihak (buruh/pekerja dan pengusaha)
dapat membuat perjanjian dengan bebas tetapi tidak cukup memberikan perlindungan mengingat
kedudukan para pihak tidak sama terutama buruh/pekerja secara sosial ekonois lemah.
Pada hakikatnya, kedudukan buruh secara yuridis berdasarkan ketentuan Pasal 27 UUD
1945 adalah sama dengan majikan. Hukum perburuhan dapat bersifat privat/perdata dan dapat
pula bersifat publik. Bersifat privat karena mengatur hubungan antara orang-perorangan
(pembuatan perjanjian kerja). Bersifat publik karena pemerintah ikut campur tangan dalam
masalah-masalah perburuhan serta adanya sanksi pidana dalam peraturan hukum perburuhan.
Kedudukan hukum ketenagakerjaan di dalam tata hukum Indonesia terletak di bidang hukum
administrasi/tata negara, hukum perdata, dan hukum pidana
Hukum ketenagakerjaan bersumber pada :
1. Undang-Undang;
2. Peraturan Lain : Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan atau Keputusan;
3. Kebiasaan;
4. Putusan;
5. Perjanjian;
6. Traktat;
Prinsip hukum kerja adalah “Serangkaian peraturan yang mengatur segala kejadian yang
berkaitan dengan bekerjanya seseorang pada orang lain dengan menerima upah”.
Pada hakikatnya hukum kerja dengan semua peraturan perundang-undangan bertujuan
melaksanakan keadilan sosial dengan memberikan perlindungan kepada buruh terhadap
kekuasaan pengusaha, dengan sifat peraturan yang memaksa dan memberikan sanksi tegas
kepada pengusaha yang melanggar. Dengan sifatnya yang memaksa ikut campur pemerintah,
membuat hukum kerja menjadi hukum publik dan privat sekaligus.
19
DAFTAR PUSTAKA
LAMAN SUREL
http://www.anekamakalah.com/2012/06/makalah-ketenagakerjaan-dan-perburuhan.html
http://arenahukum.ub.ac.id/index.php/arena/article/download/111/113
http://spinsinergi.co.id/tag/makalah-hukum-ketenagakerjaan-outsourcing
gatot_sby.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/29574/PERBURUHAN.pdf
media.leidenuniv.nl/legacy/bbrl-labour-law-final.pdf
20
21
22