Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.D DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERKEMIHAN DAN DIAGNOSA MEDIS
GLOMERULONEFRITIS AKUT

OLEH :
NI KETUT DIKA NOVITA
(2018.C.10a.0943)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S 1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini di susun oleh :
Nama : Ni Ketut Dika Novita
NIM : 2018.C.10a.0943
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada
An.D Dengan Gangguan Sistem Perkemihan Dan Diagnosa
medis Glomerulonefritis Akut.
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
mneyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 2
Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka
Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh :


Pembimbing Akademik

Meida Santi Ariani, S.Kep., Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Pada An.D dengan Diagnosa
Medis Glomerulonefritis Akut”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK 2).
Laporan pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ns selaku pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukan dan bimbingan dalam menyelesaikan
asuhan keperawatan ini.
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-
mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan
sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Palangka Raya, 14 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover
Lembar Pengesahan................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................3
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi....................................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi.....................................................................................5
2.1.3 Etiologi.....................................................................................................6
2.1.4 Patofisiologi.............................................................................................7
2.1.5 Manifestasi Klinis....................................................................................9
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik.........................................................................10
2.1.7 Penatalaksanaan Medis..........................................................................11
2.1.8 Komplikasi.............................................................................................12
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian..............................................................................................13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................................16
2.2.3 Perencanaan Keperawatan.....................................................................16
2.2.4 Implementasi Keperawatan....................................................................20
2.2.5 Evaluasi Keperawatan............................................................................20
BAB 3 Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian.................................................................................................21
3.2 Diagnosa....................................................................................................31
3.3 Rencana Keperawatan...............................................................................32
3.4 Implementasi dan Evaluasi.......................................................................35
BAB 4 Penutup
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………38
4.2 Saran….……………………………………………………….………….38
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glomerulonefritis Akut (GNA) merupakan keadaan atau manifestasi
utama gangguan sistemik dengan rentang penyakit minimal sampai berat
sampai berat. Glomerulonefritis poststreptokokal Akut (APSGN, acute
postsreptococcal Glomerulonefritis) merupakan penyakit ginjal pasca infeksi
yang sering terjadi pada masa kanak-kanak dan merupakan penyakit yang
menyebabkan dapat ditegakan pada sebagian besar kasus. Dapat terjadi pada
setiap tingkatan usia tetapi terutama menyerang anak-anak pada awal usia
sekolah dengan awitan paling sering terjadi pada usia 6–7 tahun. Penyakit ini
jarang dijumpai pada anak–anak usia dibawah 2 tahun. (Donna L wong, 2009)
Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu inflamasi dan
proliferasi sel glomerulus. Peradangan tersebut terutama disebabkan
mekanisme imunologis yang menimbulkan kelainan patologis glomerulus
dengan mekanisme yang masih belum jelas. Pada anak kebanyakan kasus
glomerulonefritis akut adalah pasca infeksi, paling sering infeksi streptokokus
beta hemolitikus grup A.
Glomerulonefritis umumnya disebabkan oleh infeksi, yang sering
terjadi pada anak-anak, seperti infeki traktus respiratorius. Glomerulonefritis
dapat terjadi secara epidemik atau sporadik, paling sering pada anak usia
sekolah yang lebih muda, antara 5–8 tahun. Perbandingan anak laki-laki dan
anak perempuan 2:1. WHO memperkirakan 472.000 kasus GNAPS terjadi
setiap tahunnya secara global dengan 5.000 kematian setiap tahunnya.
Penelitian yang dilakukan di Sri Manakula Vinayagar Medical College and
Hospital India pada periode waktu Januari 2012– Desember 2014 ditemukan
52 anak dengan diagnosis GNAPS. Dari 52 pasien ditemukan 46 anak (88,4%)
dengan GNAPS, usia pasien berkisar antara 2,6– 13 tahun, 27 anak (52%)
pada kelompok usia 5-10 tahun. Di Indonesia pengamatan mengenai GNA
pada anakdi sebelas universitas di Indonesia pada tahun 1997-2002, lebih dari
80% dari 509 anak dengan GNA mengalami efusi pleura, kardiomegali serta
efusi perikardial, dan 9,2% mengalami ensefalopati hipertensif. Selama 5

1
2

tahum sejak 1998-2002, didapatkan 45 pasien GNA (0,4%) yaitu diantara


10.709 pasien yang berobat di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM.
Empat puluh lima pasien ini terdiri dari 26 laki–laki dan 19 perempuan yang
berumur antara 4-14 tahun, dan yang paling sering adalah 6–11 tahun. Angka
kejadian ini relatif rendah, tetapi menyebabkan morbiditas yang bermakna.
Dari seluruh kasus, 95% diperkirakan akan sembuh sempurna, 2% meninggal
selama fase akut dari penyakit, dan 2% menjadi glomerulonefritis kronis.
( Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016).
Data yang diambil dari RSUD Prof. Dr. W. Z Johannes Kupang,
diruang anak, jumlah pasien yang masuk dari bulan januari sampai 30 mei
2019 sebanyak 308 pasien, jumlah pasien diruang anak yang terdiagnosis
Glomerulus Nefritis Akut terhitung dari bulan januari 2019 sampai mei 2019
sebanyak 4 pasien dengan laki – laki 3 orang dan perempuan 1 orang.
Solusi masalah pada anak dengan Glomerulus Nefritis Akut adalah
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat memberikan informasi
tentang bagaimana tanda gejala, cara pencegahan, cara pengobatan dan
penanganan pasien dengan Glomerulus Nefritis Akut sehingga keluarga juga
dapat beperan aktif dalam pemeliharaan kesehatan baik individu itu sendiri
maupun orang lain disekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah yaitu
bagaimana asuhan keperawatan pada An.D dengan diagnosa medis
Glomerulonefritis Akut?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawata yang tepat
sesuai dengan kebutuhan pasien.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Menjelaskan konsep dasar dari konsep penyakit dan proses Asuhan
Keperawatan.
3

1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan keperawatan pada


pasien Glomerulonefritis Akut.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada An.D dengan diagnosa
medis Glomerulonefritis Akut.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada An.D dengan diagnosa
medis Glomerulonefritis Akut.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukann intervensi pada An.D dengan diagnosa
medis Glomerulonefritis Akut.
1.3.2.6 Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada An.D dengan diagnosa
medis Glomerulonefritis Akut.
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada An.D dengan diagnosa
medis Glomerulonefritis Akut.
1.3.2.8 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada An.D dengan diagnosa
medis Glomerulonefritis Akut.

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Glomerulonefritis Akut.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Memperoleh pengetahuan tentang penyakit Glomerulonefritis Akut
serta meningkatkan kemandirian bagi keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang mengalami penyakit Glomerulonefritis Akut dan sebagai
masukan bagi keluarga untuk mencegah penyakit penyakit
Glomerulonefritis Akut.
1.4.3 Bagi Institusi
Dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan serta
perawat yang ada untuk mengambil langkah-langkah asuhan keperawatan
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan khususnya asuhan
keperawatan penyakit Glomerulonefritis Akut.
1.4.4 Bagi IPTEK
4

Memberikan manfaat untuk meningkatkan pelayanan kepada


pasien dan membuat pelayanan keperawatan lebih bermakna.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Glomerulonefritis Akut (GNA) merupakan keadaan atau manifefstasi
utama gangguan sistemik dengan rentang penyakit minimal sampai berat sampai
berat. Glomerulonefritis poststreptokokal akut (APSGN, acute poststreptokokal
glomerulonefritis) merupakan penyakit ginjal pasca infeksi yang sering terjadi
pada masa kanak-kanak dan merupakan penyakit yang menyebabkan dapat
ditegakan pada sebagian besar kasus. dapat terjadi pada setiap tingkatan usia
tetapi terutama menyerang anak-anak pada awal usia sekolah dengan awitan
paling sering terjadi pada usia 6-7 tahun. Penyakit ini jarang dijumpai pada anak-
anak ,usia dibawah 2 tahun (Donna L wong, 2009).
Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu inflamasi dan
proliferasi sel glomerulus. Peradangan tersebut terutama disebabkan mekanisme
imunologis yang menimbulkan kelainan patologis glomerulus dengan mekanisme
yang masih belum jelas. Pada anak kebanyakan kasus glomerulonefritis akut
adalah pasca infeksi, paling sering infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A.

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Menurut Evelyn (2005) ginjal adalah suatu organ yang terletak dibagian
belakang cavum abdominalis dibelakang peritoneum pada kedua sisi vertebra
lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal
seperti biji kacang, jumlahnya ada 2 buah yaitu kanan dan kiri. Ginjal kiri lebih
besar dari pada ginjal kanan dan umumnya ginjal lakilaki lebih panjang ketimbang
ginjal perempuan. Fungsi ginjal :
1. Memegang peranan paling penting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau
racun.
2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
4. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat lain dalam tubuh.

5
6

5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari proteinureum,


kreatinin dan amoniak.
Uji fungsi ginjal terdiri dari :
1. Uji protein (albumin) bila ada kerusakan pada glomerulus atau tubulus
maka protein dapat masuk dalam urin
2. Uji konsentrasiureum darah, bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum
maka ureum darah naik diatas kadar normal 20-40 mg%
3. Uji konsenterasi, pada uji ini dilarang makan minum selama 12, melihat
jenis urin.

2.1.3 Etiologi
Penyakit ini sering di temukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan
lebih sering mengenai anak pria di bandingkan anak wanita. Timbulnya GNA
didahului oleh infeksi ekstra-renal, terutama di traktus respiratorius bagian atas
dan kulit oleh kuman Streptococcus beta hemolyticus golongan A,tipe 12,4,16,25
dan 49. Hubungan antara GNA dan infeksi streptococcus ini di kemukakan
pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina.
2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A.
3. Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum penderita.
Antara infeksi bakteri dan timbulnya GNA terdapat masa laten selama
lebih kurang 10 hari. Dari pada tipe tersebut di atas tipe12 dan 25 lebih bersifat
nefritogen dari pada yang lain. Mengapa tipe yang satu lebih bersifat nefritogen
dari pada yang lain tidaklah di ketahui. Mungkin faktor iklim, keadaan gizi,
keadaan umum dan faktor alergi mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi
dengan kuman Streptococcus. GNA dapat juga di sebabkan oleh sifilis, keracunan
(timah hitam, tridion), penyakit amiloid, trombosis vena renalis, purpura
anafilaktoid dan lupus eritematosus.
7

2.1.4 Patofisiologi (Pathway)


Hampir pada semua tipe glomelurusnefritis terjadi gangguan di lapisan
epitel atau lapisan podosit membran glomelurus. Gangguan ini mengakibatkan
hilangnya muatan negatif. Glomerulonefritis pascastreptokokal akut terjadi karena
kompleks antigen–antibodi terperangkap dan menumpuk di dalam membran
kapiler glomelurus sesudah infeksi oleh streptococcus beta-hemolyticus group A.
Antigen tersebut, yang bisa endogen atau eksogen, menstimulasi pembentukan
antibodi. Kompleks antigenantibodi yang beredar di dalam darah akan tersangkut
di dalam kapiler glomerulus. Cedera glomerulus terjadi ketika kompleks tersebut
memulai pengaktifan komplemen dan pelepasan substansi imunologi yang
menimbulkan lisis sel serta meningkatkan permeabilitas membran.
Intensitas kerusakan glomerulus dan insufisiensi renal berhubungan
dengan ukuran, jumlah, lokasi (lokal atau difus), durasi panjang dan tipe
kompleks antigenantibodi dalam dinding kapiler glomerulus mengaktifkan
mediator biokimiawi inflamasi yaitu, komplemen, leukosit, dan fibrin.
Komplemen yang sudah diaktifkan akan menarik sel–sel neutrofil serta monosit
yang melepaskan enzim lisosom. Enzim lisosom ini merusak dinding sel
glomelurus dan menyebabkan poliferasi matriks ekstrasel yang akan
mempengaruhi aliran darah glomerulus. Semua kejadian tersebut meningkatkan
permeabilitas membran yang menyebabkan kehilangan muatan negatif pada
membran glomerulus dan meningkatkan pula filtrasi protein. Kerusakan membran
menyebabkan agregasi trombosit, dan degranulasi trombosit melepaskan subtansi
yang meningkatkan permeabilitas glomerulus. Molekul protein dan sel darah
merah kini dapat melintas masuk ke dalam urine sehingga terjadi proteinnuria dan
hematuria. Pengaktivan sistem koagulasi menimbulkan endapan fibrin dalam
ruang Bowman. Akibatnya adalah pembentukan struktur terbentuk bulan sabit
(erescent) dan penurunan aliran darah renal serta laju filtrasi glomelurus.
8

PATHWAY

Stretopkokus

Menyerang dinding kapiler


glomerulus

Kerusakan dinding
kapiler

Filtrasi
glomerulus
GLOMEROLUS NEFRITIS AKUT ( GNA)

S. SIRKULASI S.PENCERNAAN S. PERKEMIHAN

filtrasi plasma Retensi cairan Fagosit pada


diabdomen membran glomerulus

penumpukan cairan asites


Kebocoran kapiler
glomerulus
Reabsorbsi Na Menekan gaster

Hematuria
Edema anasarka Mual muntah

Gangguan eliminasi
Kelebihan volume Anoreksia urine
cairan

intake nutrisi

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
9

2.1.5 Manifestasi Klinis


1. Hematuria (kencing berwarna seperti air cucian daging).
Hematuria dapat terjadi karena kerusakan pada rumbai kapiler
glomerulus).
2. Proinuria (protein dalam urine) adalah suatu kondisi dimana urine
mengandung jumlah protein yang tidak normal.
3. Oliguria dan anuria.
Selama fase akut terdapat vasokonstriksi arteriol glomerulus yang
mengakibatkan tekanan filtrasi menjadi kurang dan karena hal ini
kecepatan filtrasi glomerulus juga berkurang. Filtrasi air, garam, ureum
dan zat-zat lainnya berkurang dan sebagai akibatnya kadar ureum dan
kreatinin dalam darah meningkat. Fungsi tubulus relatif kurang terganggu,
ion natrium dan air diresorbsi kembali sehingga diuresis berkurang maka
timbul oliguria dan anuria.
4. Edema.
Reabsorbsi Na Edema anasarka Kelebihan volume cairan Edema pada
wajah dan seluruh tubuh , pitting udema > 2 detik Menekan gaster Mual
muntah anoreksia Intake nutrisi Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh Ekspansi dada parudan paru Ventilasi tidak adekuat,
napas sesak Hambatan pertukaran gas - Tkipneu - Penurunan ventilasi -
Napas sesak Hematuria Gangguan eliminasi urine Perfusi jaringan renal
tidak efektif 25 Edema yang biasanya dimulai pada kelopak mata dan bisa
ke seluruh tubuh. Edema dapat terjadi karena adanya akumulasi cairan
akibat penurunan fungsi ginjal, dimana terjadi penurunan laju filtrasi
glomerulus yang mengakibatkan ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen
mungkin berkurang, sehingga terjadi edema.
5. Hipertensi.
Bila terdapat kerusakan jaringan ginjal, maka tekanan darah akan tetap
tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanen bila keadaan
penyakitnya menjadi kronis. Hal ini disebabkan akibat terinduksinya
sistem renninangiotensin.
10

6. Hipertermi/suhu tubuh meningkat. Dikarenakan adanya inflamasi oleh


strepkokus.
7. Menurunya out put urine ( pengeluaran urine ) adalah keadaan dimana
produksi urine seseorang kurang dari 500 mililiter dalam 24 jam.
8. Anak pucat dan lesu.
9. Mual muntah.
10. Fatigue ( keletihan atau kelelahan ) adalah suatu kondisi yang memiliki
tanda berkurangnya kapasitas yang dimiliki seseorang untuk bekerja dan
mengurangi efisiensi prestasi dan biasanya hal ini disertai dengan perasaan
letih dan lemah.
11. Demam.
12. Sesak napas.
13. Anoreksia (penurunan nafsu makan).

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan urin sangat penting untuk menegakkan diagnosis nefritis
akut. Volume urin sering berkurang dengan warna gelap atau kecoklatan
seperti air cucian daging.
2. Tes darah : Bun (bloot urea nitrogen : nitrogen urea darah) dan creatinine
meningkat kreatinin serum menigkat bila fungsi ginjal mulai 26
menurun.Albumin serum dan protein total mungkin normal atau agak
turun (karena hemodilusi).
3. Laju endap darah meninggi, kadar Hb menurun sebagai akibat
hipervolemia (retensi garam dan air). Pada pemeriksaan urin di dapatkan
jumlah urin mengurang, berat jenis meninggi. Hematuria makroskopis
ditemukan pada 50% penderita. Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (+
+), leukosit (+), silinder leukosit, dan hialin.
4. Biopsi ginjal dapat di indikasikan jika dilakukan kemungkinan temuan
adalah meningkatnya jumlah sel dalam setiap.
11

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
1. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dahulu dianjurkan selama 6 minggu.
Tetapi penyelidikan terakhir dengan hanya istirahat 3-4 minggu tidak
berakibat buruk bagi perjalanan penyakitnya.
2. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotik ini tidak
mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian
penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksis yang lama
sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan
karena terdapat imunitas yang menetap. Secara teoritis, anak dapat
terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain, tetapi kemungkinan ini
sangat kecil.
3. Makanan pada fase akut diberikan makanan rendah protein
(1g/KgBB/hari) dan rendah garam. Makanan lunak diberikan pada pasien
dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu normal kembali. Bila
anuria atau muntah, diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada
pasien dengan tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan
kebutuhan, sedangkan bila ada komplikasi maka jumlah cairan harus
dibatasi.
4. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemebrian
sedative untuk menenangkan pasien sehingga dapat cukup beristirahat.
Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin.
Magnesium sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena member efek
toksik.
5. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan
dari dalam darah.
6. Diuretikum dulu tidak diberikan pada GNA akut, tetapi akhir-akhir ini
pemberian furosamid (Lasix) secara intravena (1 mg/kgBB/kali) dalam 5-
10 menit dan tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi
glomerulus.
12

2.1.8 Komplikasi
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi
ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia.
Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak,
namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang
diperlukan.
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena
hiperetensi terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah
dan kejangkejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan
anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkab oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal
jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis
eritropoetik yang menurun.
13

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua
data – data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan
klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan
aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spritual klien. Tujuan pengkajian
adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Metode
utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik. (Asmadi, 2008)
1. Identitas pasien
Glomerulus nefritis akut biasanya ditemukan pada anak usia sekolah 2 –
15 tahun dan lebih sering terjadi pada anak laki – laki dibanding anak perempuan
( Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016.
2. Keluhan utama
pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya memiliki keluhan
seperti edema dan hipertensi. Edema ditemukan pada 85% kasus, terutama pada
daerah periorbital (76,3%), wajah, ekstremitas, bahkan seluruh tubuh. Biasanya
edema terjadi secara mendadak dan terlihat perta-ma kali pada daerah orbital
terutama saat bangun di pagi hari dan menghilang di sore hari setelah penderita
melakukan aktivitas. Edema ini disebabkan oleh retensi natrium dan air akibat
kerusakan glomerulus yang mengakibatkan kelebihan cairan.3,10 Pene-litian oleh
Kumar et al.11 mendapatkan pada anak dengan GNA usia 3-12 tahun di India,
edema terjadi pada 100% kasus. Hasil penelitian ini mendapatkan edema (64,4%)
dengan tingkat keparahan berbeda, hipertensi (46,6%), urin berwarna teh (33,3%)
dan demam (28,8%) merupakan gejala yang paling sering ditemukan. Walaupun
persentasenya didapatkan lebih rendah dari acuan pustaka di atas,3,10,11 edema
masih merupakan mani-festasi yang tersering dibandingkan manifestasi lainnya.
(Jurnal Biomedik (JBM), Volume 10, Nomor 3, November 2018, hlm.185- 189 )
3. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Yang harus dikaji adalah adakah hematuria, gejalah gangguan saluran
kemih, penurunan berat badan, mual, muntah, anoreksia, bengkak pada tungkai,
14

mata, kencing berwarna seperti cucian daging, peningkatan tekanan darah dan
peningkatan suhu badan.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Yang harus dikaji antara lain penyakit anak sebelumnya, apakah pernah
dirawat di RS sebelumnya, obat – obatan yang digunakan sebelumnya, riwayat
alergi, riwayat operasi sebelumnya atau kecelakaan dan imunisasi dasar.
3) Riwayat kesehatan keluarga (genogram)
Yang harus dikaji adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga dan
penyakit turunan dalam keluarga seperti DM, Hipertensi, dll.
4. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum.
Pemeriksaan tingkat kesadaran, tanda–tanda vital yaitu tekanan darah,
nadi, RR, dan suhu pada anak, pada anak dengan glomerulus nefritis akut
biasanya terjadi peningkatan tekanan darah disebabkan akibat terinduksinya
sistem rennin-angiotensin, Hipertermi/suhu tubuh meningkat dikarenakan adanya
inflamasi oleh streptokokus.
2) Ukuran antropomerti.
Adalah pengukuran fisik yang dapat di ukur dengan alat pengukur seperti
timbangan dan pita meter meliputi : berat badan, panjang badan, lingkar kepala,
lingkar dada dan lingkar lengan. Pada anak dengan glomerulus nefritis akut
biasanya terjadi penurunan berat badan karena anak mengalami penurunan nafsu
makan.
3) Pemeriksaan Fisik Head To Toe
(1) Kulit.
Warna kulit apakah normal, pucat atau sianosis, rash lesi, bintik–
bintik, ada atau tidak. Jika ada seperti apa, warna, bentuknya ada cairan
atau tidak, kelembaban dan turgor kulit baik atau tidak. Pada anak dengan
glomerulus nefritis akut biasanya tampak pucat, timbul edema atau
penumpukan cairan dibawah kulit karena penurunan fungsi ginjal, dimana
terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus yang mengakibatkan ekskresi air,
natrium, zat-zat nitrogen berkurang, sehingga terjadi edema, pitting edema
lebih dari 2 detik.
15

(2) Kepala.
Pada anak dengan glomelurus nefritis akut biasanya ubunubun
cekung, rambut kering.
(3) Wajah.
Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya nampak
edema.
(4) Mata.
Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya nampak edema
pada kelopak mata, konjungtiva anemis, pupil anisokor, dan skelera
anemis. (5) Telinga.
Bentuk, ukuran telinga, kesimetrisan telinga, warna, ada serumen
atau tidak, ada tanda – tanda infeksi atau tidak, palpasi adanya nyeri tekan
atau tidak.
(6) Hidung.
Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, lesi, sumbatan,
perdarahan tanda–tanda infeksi, adakah pernapasan cuping hidung atau
tidak dan nyeri tekan. Adanya gangguan pernapasan cuping hidung
(gangguan pernapasan).
(7) Mulut
Warna mukosa mulut dan bibir, tekstur, lesi dan stomatitis. Langit–
langit keras (palatum durum) dan lunak, tenggorokan, bentuk dan ukuran
lidah, lesi, sekret, kesimetrisan bibir dan tanda–tanda sianosis.
(8) Dada.
Kesimetrisan dada, adakah retraksi dinding dada, adakah bunyi
napas tambahan (seperti ronchi, wheezing, crackels), adakah bunyi jantung
tambahan seperti (mur mur), takipnea, dispnea, peningkatan frekuwensi,
kedalaman (pernafasan kusmaul).
(9) Abdomen.
Inspeksi perut tampak membesar, palpasi ginjal adanya nyeri
tekan, palpasi hepar, adakah distensi, massa, dengarkan bunyi bising usus,
palpasi seluruh kuadran abdomen.
(10) Genitalia dan rectum
16

a. Lubang anus ada atau tidak


b. Pada laki–laki inspeksi uretra dan testis apakah terjadi hipospadia
atau epispadia, adanya edema skrotum atau terjadinya hernia serta
kebersihan preputium.
c. Pada wanita inspeksi labia dan klitoris adanya edema atau massa,
labia mayora menutupi labia minora, lubang vagina, adakah secret
atau bercak darah.
(11) Ekstremitas.
Tangan : telapak tangan pucat, dan udem , pitting udema lebih dari
2 detik. Kaki : terdapat udem pada kaki pitting udema lebih dari 2 detik.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Perfusi jaringan renal tidak efektif b/d hipervolemia yang ditandai dengan
tekanan sistole dan diastole tidak normal, ada distensi vena leher, intake
output tidak seimbang, ada edema perifer, ada asites, hematokrit tidak
normal, BUN tidak normal, kreatinin tidak normal.
2. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi yang ditandai
dengan edema, intake dan output 24 jam tidak seimbang, elektrolit urin
dalam batas tidak normal, pengeluaran urin tidak normal, tekanan darah
tidak normal, berat jenis urin tidak normal.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan makan yang ditandai dengan nafsu makan menurun, BB
menurun, mual muntah, hematokrit tidak normal, albumin tidak normal.
4. Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik yang ditandai dengan
terjadi hematuria, terjadi retensi urine, BUN tidak normal, kreatinin tidak
normal.
5. Hambatan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi yang
ditandai dengan terjadi sianosis, pusing, dispnea, keletihan, hipoksia.

2.2.3 Perencanaan Keperawatan


1. Perfusi jaringan renal tidak efektif b/d hipervolemia
Intervensi :
17

1) Kaji adanya edema pada area tergantung pada pasien. R/ edema pada
area tergantung dapat mengindikasikan kurangnya fungsi ginjal.
2) Pantau dan dokumentasikan asupan dan haluaran pasien setiap 2 hingga 4
jam. R/ penurunan atau tidak adanya haluaran urine biasanya
mengindikasikan perfusi renal yang buruk
3) Pantau dan dokumentasikan warna dan karakteristik urine pasien. R/
urine yang pekat dapat mengindikasikan fungsi ginjal yang buruk
4) Pantau berat jenis urine, kadar elektrolit serum, BUN, dan kreatinin
pasien. R/ peningkatan kadar dapat mengindikasikan penurunan fungsi
ginjal.
5) Observasi pola berkemih pasien R/ untuk mencatat penyimpangan dari
normal
6) Kolaborasi pemberian dopamin dosis rendah, sesuai program. R/ untuk
mendilatasikan arteri renal pasien dan meningkatkan perfusi jaringan.
7) Jelaskan kepada pasien, anggota keluarga atau pasangan tentang alasan
terapi dan efek yang diharapkan. R/ untuk mendorong pasien dan
keluarga berperan aktif dalam pemeliharaan kesehatan.
2. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi
Intervensi :
1) Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran serta Ukur dan catat
masukan keluaran dengan akurat. R/ mengetahui secara pasti masukan
dan pengeluaran cairan.
2) Timbang berat badan setiap hari ( atau lebih, bila diindikasikan) R/ untuk
mengkaji retensi air
3) Kaji perubahan edema, ukur lingkar abdomen pada umbilikus R/
mengkaji akumulasi cairan dan mengkaji asites
4) Observasi edema disekitar mata dan area dependen. R/ bagian ini
merupakan sisi umum edema, sehingga membantu mengetahui akumulasi
cairan.
5) Atur masukan cairan dengan cermat. R/ pasien tidak mendapatkan lebih
dari jumlah yang ditentukan.
18

6) Pantau infus intravena R/ untuk mempertahankan masukan yang


diresepkan
7) Kolaborasi pemberian kortikosteroid sesuai ketentuan R/ untuk
menurunkan ekskresi protein urin.
8) Kolaborasi pemberian diuretik bila di indikasikan R/ untuk memberikan
penghilangan sementara edema.
9) Jelaskan kondisi perkemihan pasien kepada pasien dan anggota keluarga
atau pasangan termasuk petunjuk tindakan pencegahan. R/ pengetahuan
kesehatan yang akurat akan meningkatkan kemampuan pasien dalam
mempertahankan kesehatan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
makan
Intervensi :
1) Catat status nutrisi pasien, BB, integritas mukosa oral, kemampuan
menelan, tonus otot, mual muntah. R/ dapat menentukan intervensi yang
tepat.
2) Perhatikan diet R/ membantu mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan
khusus
3) Awasi masukan serta BB secara periodic. R/ mengukur keefektifan
nutrisi dan cairan
4) Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya R/ merangsang nafsu
makan
5) Beri makanan dengan cara yang menarik R/ meningkatkan keinginan
untuk makan.
6) Kolaborasi dengan ahli gizi diet rendah garam R/ Untuk mengurangi
edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh
4. Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik
Intervensi :
1) Berikan perawatan yang tepat untuk kondisi perkemihan pasien ( contoh
menyaring spesimen urine untuk melihat adanya batu atau fragmen batu )
R/ umtuk membantu mendukung pemulihan
19

2) Pantau status neuromuskular dan pola berkemih pasien: dokumentasikan


dan laporkan asupan dan haluaran. R/ pengukuran asupan dan haluaran
yang akurat sangat penting untuk pemberian terapi penggantian cairan
yang benar.
3) Observasi pola berkemih pasien. Dokumentasikan warna dan
karakteristik urine, asupan dan haluaran. Laporkan semua perubahannya
R/ karakteristik urine membantu penegakan diagnosis
4) Kolaborasi pemberian obat nyeri yang diprogramkan dan pantau
keefektifannya. R/ kesadaran bahwa nyeri dapat diredakan akan
menurunkan intensitas nyeri.
5) Jelaskan kondisi perkemihan pasien kepada pasien dan anggota keluarga
atau pasangan termasuk petunjuk tindakan pencegahan. R/ pengetahuan
kesehatan yang akurat akan meningkatkan kemampuan pasien dalam
mempertahankan kesehatan.
5. Hambatan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi
Intervensi :
1) Anjurkan pasien untuk menyelingi periode istirahat dan aktivitas. R/
aktifitas meninkatkan kebutuhan oksigen jaringan, istirahat
meningkatkan perfusi oksigen jaringan
2) Rencanakan aktivitas pasien dalam tingkatan yang masih dapat
ditoleransi R/ untuk menghindari keletihan
3) Observasi pemeriksaan laboratorium urine dan feses R/ untuk
mendekteksi perdarahan internal
4) Pantau tanda – tanda vital, irama jantung, GDA serta hemoglobin. R/
perubahan pada satu atau semua parameter tersebut dapat
mengindikasikan awitan komplikasi serius
5) Jelaskan kondisi pernapasan pasien, kepada pasien dan anggota keluarga
atau pasangan termasuk petunjuk tindakan pencegahan. R/ pengetahuan
kesehatan yang akurat akan meningkatkan kemampuan pasien dalam
mempertahankan kesehatan.
20

2.2.4 Implementasi keperawatan


Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah
kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan
mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian,
dibanyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara
langsung setelah pengkajian. (Potter & Perry, 2005)

2.2.5 Evaluasi keperawatan


Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Ni Ketut Dika Novita


NIM : 2018.C.10a.0943
Tanggal Praktek : 14 September 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 14 September 2020, Pukul 11.00 WIB

3.1 PENGKAJIAN
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan ada tanggal, 14 September 2020
bertempat di- dr.Doris Sylvanus Palangka Raya, dengan teknik anamnesa
(wawancara), observasi, pemeriksaan fisik, dan data dari buku
keperawatan pasien, di dapat data-data sebagai berikut :
3.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : An.D
Umur : 9 Thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Jl. Rta Milono
Tgl MRS : Senin, 12 September 2020
Diagnosa Medis : Glomerulonefritis Akut

3.1.2 RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


1. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan sakit kepala yang sudah berlangsung selama 7 jam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa oleh ibunya ke igd RS dengan keluhan perut dan kaki
yang bengkak serta kencing pasien yang berwarna kemerahan seperti

21
22

cucian daging, buang air besar normal dan nafsu makan menurun,
setelah dilakukan tindakan keperawatan di igd pasien dirawa
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Ibu pasien mengatakan dua minggu sebelum masuk rumah sakit
anaknya mengalami luka berupa korengan disekitar kaki dan
tangannya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keluarga dan penyakit
keturunan.

GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan :
: Laki-laki
N : Perempuan
: Pasien
: Meninggal

3.1.3 PEMERIKASAAN FISIK


1. Keadaan Umum :
Pasien tampak cukup aktif, tekanan darah 150/110 mmHg, nadi 80
x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu 37,10 ˚C, kedua kelopak mata
bengkak, ekstremitas bengkak, pemeriksaan darah lekositosis, dan
ASTO (+), urin warna keruh kemerahan, sedimen urin : eritrosit (>60),
lekosit 2-3/lap pandang, protein (+2), bakteriuria (+).
23

2. Status Mental :
Tingkat kesadaran compos mentis, ekspresi wajah meringis, bentuk
badan kurus, cara berbaring/bergerak terlentang, berbicara lancar,
suasana hati baik, penampilan cukup rapi, fungsi kognitif : orientasi
waktu klien dapat mengetahui siang dan malam, orientasi orang klien
dapat membedakan perawat dan keluarga, orientasi tempat klien
mengetahui dirinya dirumah sakit.
3. Tanda-tanda Vital :
Suhu/T 37,10°C axilla, Nadi/HR 80 x/menit, Pernapasan/RR 24
x/menit Tekanan Darah/BP 150/110 mmHg.
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk dada simetris, tidak ada kebiasaan merokok, tidak ada batuk,
tidak ada sputum.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Klien tidak merasa nyeri dada, kram kaki, pusat, pusing/sinkop,
clubbing finger, sianosis, sakit kepala, palpitasi, pingsan, capillary
refill < 2 detik, edema pada kedua kelopak mata dan ektremitas, tidak
ada asites dengan lingkar peut 80 cm. Ictus cordis tidak terlihat, vena
jugularis tidak meningkat, dan suara jantung normal, S1>S2; lub dub.
Masalah Keperawatan : Kelebihan Volume Cairan
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS E:4 (membuka mata spontan), V: 5 (berbicara dengan
jelas), M: 6 (mematuhi perintah), total nili GCS = 15, kesadaran
compos mentis, pupil isokor, reflek cahaya kanan dan kiri positif, Uji
Syaraf Kranial : Nervus Kranial (Olfaktorius) klien dapat
membedakan bau parfume dan kopi, Nervus Kranial II (Optikus)
klien dapat melihat tulisan dengan baik, Nervus Kranial III
(Okulomotor) pupil klien bereaksi terhadap cahaya, Nervus Kranial
IV (Troklearis) klien dapat menggerakkan bola matanya, Nervus
Kranial V (Trigeminalis) klien tidak dapat merasakan nyeri ketika di
cubit, Nervus Kranial VI (Abdusen): klien dapat menggerakkan bola
24

matanya kesamping Nervus Kranial VII (Fasialis) klien dapat


membedakan rasa gula manis, asam jeruk, dan asin garam, Nervus
Kranial VIII (Auditorius) klien dapat mendengar dengan baik, Nervus
Kranial IX (Glosofaringeus) klien dapat menelan nasi dengan
baik, Nervus Kranial X (Vagus) klien dapat menggerakkan rahang,
Nervus Kranial XI (Assesorius) klien dapat menggerakkan bahu
dengan baik Nervus Kranial XII (Hipoglosus) klien dapat
menggerakkan lidah dengan baik,
Hasil Uji Koordinasi ekstremitas atas jari kejari positif, jari kehidung
positif, ekstremitas tumit ke jempol kaki positif, kesetabilan tubuh
positif. Rafleks bisep kanan dan kiri positif dengan skala 4, trisep
kanan dan kiri positif dengan skala 4, brakioradialis kanan dan kiri
positif dengan skala 4, patella kanan dan kiri positif dengan skala 4,
akhiles kanan dan kiri positif dengan skala 4, reflek babinski kanan
dan kiri positif dengan skala 4.
Masalah Keperawatan : tidak ada
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi urine 400ml/24jam, warna kemerahan seperti cucian daging,
urin berbau busuk.
Masalah Keperawatan : Gangguan Eliminasi Uri
8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :
Bibir terlihat tampak kering, gigi tampak lengkap, gusi tampak tidak
ada luka, lidah tampak lembab, mukosa tampak lembab, tonsil tampak
tidak ada radang, tidak ada nyeri dan gangguan menelan, tidak ada
haemoroid, BAB 1 x/hr, warna coklat, konsistensi berbentuk, bising
usus 5 x/menit
Masalah Keperawatan : tidak ada
9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :
Kemampuan pergerakkan sendi bebas, ukuran otot simetris, kekuatan
uji otot ekstremitas atas 5/5, kekuatan uji otot ekstremitas bawah 5/5,
dan tulang belakan normal
Masalah keperawatan: tidak ada
25

10. KULIT-KULIT RAMBUT


Klien tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, kosmetik, suhu
kulit klien hangat, warna kulit normal, turgor kulit baik, tekstur kuli
halus, tidak ada lesi, tekstur rambut halus, distribusi rambut sedikit,
dan bentuk kuku simetris.
Masalah Keperawatan : tidak ada
11. SISTEM PENGINDERAAN :
Fungsi penglihatan baik, gerakkan bola mata normal, tidak ada visus,
scelera norma/putih, kornea bening, tidak ada nyeri. Dan tidak ada
keluhan lain, klien dapat mendengar dengan baik. bentuk hidung
simetris, tidak ada lesi, patensi, obstruksi, nyeri tekan sinus,
trensluminasi. Cavum nasal berwarna merah muda dengan integritas
baik, dan septum nasal baik.
Masalah Keperawatan : tidak ada
12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, dan mobilitas leher bebas.
13. SISTEM REPRODUKSI
Tidak ada kemerahan, tidak ada gatal-gatal.

3.1.4 POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien merasa terganggu dengan penyakit yang dideritanya yang
menyebabkan pasien susah untuk duduk, beraktivitas dan mengganggu
pola tidur pasien.
2. Nutrisida Metabolisme
Tinggi badan klien 120 cm, BB sekarang 27 Kg, dan BB sebelum
sakit 32 Kg.
IMT normal laki-laki : 20,1 - 25
IMT = 27kg : (1.20x1.20) = 1,4
IMT = 27kg : 1,4 = 19,2 (tidak normal)
26

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 3 kali/hari 3 kali/hari
Porsi 1 porsi tidak habis 1 porsi habis
Nafsu makan Kurang baik Baik
Jenis Makanan Nasi, sayur, ikan dan Nasi, sayur dan ikan
buah
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 600 cc/24 jam 1200 cc/24 jam
jam
Kebiasaan makan Pagi, siang dan malam Pagi, siang dan malam
Keluhan/masalah Tidak ada nafsu makan Tidak ada
Masalah Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan tidak ada masalah pada pola istirahat dan tidur.
Masalah keperawatan : tidak ada
3. Kognitif :
Orientasi pasien baik, pasien dapat berbicara dan berkomunikasi
dengan perawat dan keluarga dengan baik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
4. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran )
Gambaran diri pasien baik, pasien yakin dirinya bisa sembuh dari
penyakit yang sekarang, pasien masih menganggap dirinya ideal dan
pasien masih merasa dirinya berharga.
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan.
6. Aktivitas Sehari-hari
Aktivitas sehari-hari pasien baik, pasien dapat berjalan sendiri tanpa
bantuan keluarga.
Masalah Keperawatan : tidak ada
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
27

Pasien bersifat terbuka terhadap masalahnya dan selalu


menyampaikan keluhannya pada keluarga dan petugas kesehatan.
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Pasien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya adalah cobaan.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

3.1.5 SOSIAL - SPIRITUAL


1. Kemampuan berkomunikasi
Kemampuan berkomunikasi pasien baik, dengan keluarga maupun
petugas kesehatan.
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa dayak
3. Hubungan dengan keluarga :
Baik, tidak ada masalah dengan hubungan pasien dan keluarga
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Hubungan dengan teman, keluarga maupun petugas kesehatan baik.
5. Orang berarti/terdekat :
Ibu dan keluarga
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Pasien hanya bisa berbaring saja, sesekali berjalan
7. Kegiatan beribadah :
Pasien selalu melaksanakan ibadah, setelah sakit pasien hanya bisa
berdoa saja.

3.1.6 DATA PENUNJANG (Radiologis, Laboraturium, dan Penunjang


Lainnya)
Berdasarkan hasil penelitian pada tanggal 13 September 2020 didapatkan hasil:
No Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
28

1. Glukosa – sewaktu 162 Mg/dl < 200

2. WBC 12.000 Mcl 4.000-11.000

3. HGB 8,5 g/dl 12,1 -15,1

4. HCT 25,6 % 38-46%

5. PLT 95 Mcl 150.000-


400.000
3.1.3.1 Pemeriksaan serologis, titer ASTO dan CRP
3.1.3.2 Pemeriksaan aktivitas komplemen C3

3.1.7 PENATALAKSANAAN MEDIS


No Nama Obat Dosis Indikasi
1. Inf. Nacl 0,9 % 20 tpm Obat yang digunkan sebagai
pengganti
cairan tubuh.
2. Cefpodoxime Oral Untuk mengobati berbagai macam
infeksi bakteri.
3. Sulfamethoxazol Oral Untuk mengatasi berbagai macam
e infeksi bakteri seperti infesi saluran
kencing.

Palangka Raya, 14 September 2020


Mahasiswa,

( Ni Ketut Dika Novita )

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS : Filtrasi plasma Kelebihan volume
Ibu pasien mengatakan cairan
29

tubuh anaknya mengalami


pembengkakan
Penumpukan cairan
DO :
3.1.3.3 Tampak
pembengkakan pada
Reabsorbsi Na
wajah klien dan
kedua kelopak mata
3.1.3.4 Edema pada Edema anasarka
ektremitas
3.1.3.5 Tanda-tanda vital :
 Suhu/T 37,10°C Kelebihan volume cairan
 Nadi/HR 80
x/menit,
 Pernapasan/RR 24
x/menit
 Tekanan
Darah/BP 150/110
mmHg.

DS : Retensi cairan diabdomen Ketidakseimbangan


Pasien mengatakan tidak nutrisi kurang dari
nafsu makan kebutuhan tubuh
DO: Asites
3.1.3.6 Pasien lemas
3.1.3.7 Berat badan pasien Menekan Gaster
menurun
3.1.3.8 Pasien tampak tidak
menghabiskan Mual muntah
makanan yang telah
disediakan
3.1.3.9 Tanda-tanda vital : Anoreksia
 Suhu/T 37,10°C
 Nadi/HR 80
x/menit, Intake nutrisi
 Pernapasan/RR 24
x/menit Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
 Tekanan
kebutuhan tubuh
Darah/BP 150/110
mmHg.
Gangguan eliminasi
DS : urine
Fagosit pada membran
Klien mengatakan air
kencingnya berwarna glomerulus
kemerahan seperti cucian
daging
DO: Kebocoran kapiler
3.1.3.10 Produksi
urine 400ml/24jam
30

3.1.3.11 Urin klien glomerulus


tampak kemerahan
3.1.3.12 Tanda-tanda
vital : Hematuria
 Suhu/T 37,10°C
 Nadi/HR 80
x/menit, Gangguan eliminasi urin
 Pernapasan/RR 24
x/menit
 Tekanan
Darah/BP 150/110
mmHg.
31

3.2 PRIORITAS MASALAH


1. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi yang
ditandai dengan edema, intake dan output 24 jam tidak seimbang,
elektrolit urin dalam batas tidak normal, pengeluaran urin tidak normal,
tekanan darah tidak normal, berat jenis urin tidak normal.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan makan yang ditandai dengan nafsu makan menurun,
BB menurun, mual muntah, hematokrit tidak normal, albumin tidak
normal.
3. Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik yang ditandai dengan
terjadi hematuria, terjadi retensi urine, BUN tidak normal, kreatinin
tidak normal.
32

3.3 RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An.D


Ruang Rawat : Ruang B
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji masukan yang relatif 1. mengetahui secara pasti
cairan b/d keperawatan selama 1 x 8 jam terhadap keluaran serta Ukur masukan dan pengeluaran
gangguan diharapkan kelebihan volume dan catat masukan keluaran cairan.
mekanisme cairan pada pasien dapat teratasi. 2. mengkaji akumulasi cairan
dengan akurat.
regulasi dan mengkaji asites
2. Kaji perubahan edema, ukur 3. bagian ini merupakan sisi
lingkar abdomen pada umum edema, sehingga
umbilicus membantu mengetahui
3. Observasi edema disekitar mata akumulasi cairan.
dan area dependen. 4. untuk memberikan
4. Kolaborasi pemberian diuretik penghilangan sementara
edema.
bila di indikasikan
5. pengetahuan kesehatan yang
5. Jelaskan kondisi perkemihan akurat akan meningkatkan
pasien kepada pasien dan kemampuan pasien dalam
anggota keluarga atau pasangan mempertahankan kesehatan.
termasuk petunjuk tindakan
pencegahan.
33

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi masukan serta BB secara 1. mengukur keefektifan
nutrisi kurang dari keperawatan selama 1 x 8 jam periodic. nutrisi dan cairan
kebutuhan tubuh b/d diharapkan ketidakseimbangan 2. Beri makanan dalam porsi 2. merangsang nafsu makan
ketidakmampuan nutrisi kurang dari kebutuhan sedikit pada awalnya 3. Beri makanan dengan cara
makan tubuh dapat teratasi. 3. Beri makanan dengan cara yang yang menarik
menarik 4. Untuk mengurangi edema
4. Kolaborasi dengan ahli gizi diet dan menjaga keseimbangan
rendah garam cairan tubuh
34

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau status neuromuskular dan 1. pengukuran asupan dan
eliminasi urine b.d. keperawatan selama 1 x 24 jam
pola berkemih pasien: haluaran yang akurat sangat
obstruksi anatomik diharapkan gangguan eliminasi
urin dapat teratasi. dokumentasikan dan laporkan penting untuk pemberian
asupan dan haluaran. terapi penggantian cairan
2. Observasi pola berkemih pasien. yang benar.
Dokumentasikan warna dan 2. karakteristik urine membantu
karakteristik urine, asupan dan penegakan diagnosis
haluaran. Laporkan semua 3. kesadaran bahwa nyeri dapat
perubahannya diredakan akan menurunkan
3. Kolaborasi pemberian obat nyeri intensitas nyeri.
yang diprogramkan dan pantau 4. pengetahuan kesehatan yang
keefektifannya. akurat akan meningkatkan
4. Jelaskan kondisi perkemihan kemampuan pasien dalam
pasien kepada pasien dan anggota mempertahankan kesehatan.
keluarga atau pasangan termasuk
petunjuk tindakan pencegahan.
35

3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : An.D
Ruang Rawat : Ruang B

Hari / Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Tanggal Nama Perawat
Jam
Selasa, 15 Diagnosa 1 S : Pasien mengatakan masih merasakan Ni Ketut Dika Novita
september 1. Mengkaji masukan yang relatif tubuhnya bengkak
terhadap keluaran serta Ukur dan catat O : Kedua kelompak mata klien masih
2020
masukan keluaran dengan akurat. tampak bengkak
10.00 wib A : Masalah belum teratasi
2. Mengkaji perubahan edema, ukur
lingkar abdomen pada umbilicus P : Lanjutkan intervensi
3. Mengobservasi edema disekitar mata
dan area dependen.
4. Berkolaborasi pemberian diuretik bila
di indikasikan
5. Menjelaskan kondisi perkemihan
pasien kepada pasien dan anggota
keluarga atau pasangan termasuk
petunjuk tindakan pencegahan.
36

Hari / Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Tanggal Nama Perawat
Jam
Selasa, 15 Diagnosa 2 S : pasien mengatakan nafsu makan Ni Ketut Dika Novita
meningkat
september 1. Mengawasi masukan serta BB secara
O : pasien tampak menghabiskan makanan
periodic.
2020 yang telah disediakan
2. Berikan makanan dalam porsi sedikit
A : Masalah teratasi sebagian
10.00 wib pada awalnya
P : Lanjutkan intervensi
3. Berikan makanan dengan cara yang
menarik
4. Berkolaborasi dengan ahli gizi diet
rendah garam
37

Hari / Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Tanggal Nama Perawat
Jam
Selasa, 15 Diagnosa 3 S : Pasien mengatakan kencing masih Ni Ketut Dika Novita
berwarna kemerahan
september 1. Memantau status neuromuskular
O : Klien lemah
2020 dan pola berkemih pasien: A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
10.00 wib dokumentasikan dan laporkan
asupan dan haluaran.
2. Mengobservasi pola berkemih
pasien. Dokumentasikan warna
dan karakteristik urine, asupan
dan haluaran. Laporkan semua
perubahannya
3. Berkolaborasi pemberian obat
nyeri yang diprogramkan dan
pantau keefektifannya.
4. Menjelaskan kondisi perkemihan
pasien kepada pasien dan anggota
keluarga atau pasangan termasuk
petunjuk tindakan pencegahan.
38

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu
inflamasi dan proliferasi sel glomerulus. Peradangan tersebut terutama
disebabkan mekanisme imunologis yang menimbulkan kelainan patologis
glomerulus dengan mekanisme yang masih belum jelas. Pada anak
kebanyakan kasus glomerulonefritis akut adalah pasca infeksi, paling
sering infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A.
Solusi masalah pada anak dengan Glomerulus Nefritis Akut adalah
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat memberikan informasi
tentang bagaimana tanda gejala, cara pencegahan, cara pengobatan dan
penanganan pasien dengan Glomerulus Nefritis Akut sehingga keluarga
juga dapat beperan aktif dalam pemeliharaan kesehatan baik individu itu
sendiri maupun orang lain disekitarnya.

4.2 Saran
Dengan disusunnya laporan dan asuhan keperawatan ini
diharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami
apa yang tertulis dalam laporan ini sehingga sedikit banyak bisa
menambah pengetahuan. Disamping itu saya juga berharap agar kiranya
para pembaca dapat memberikan saran dan kritik sehingga dalam
pembuatan laporan dan asuhan keperawatan selanjutnya dapat lebih baik
lagi.
39

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Harnowo, Sapto. 2001. Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi Keperawatan.


Jakarta: Widya Medika.

Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. St. Louis Missouri: Mosby INC.

Mansjoer, Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ed 3, jilid 2. Jakarta: Media


Aesculapius.

Mc. Closkey, cjuane, dkk. 1996. NIC. St.Louis missouri: Mosby INC.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Sacharin, Rosa M. 1999. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: ECG.

Santosa Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: PT. Fajar Luterpratama.
Http://www.google.com. (Glomerulo Nefritis Akut)

Anda mungkin juga menyukai