Buku CSW (CIKA)
Buku CSW (CIKA)
(HIPONATREMIA)
UU No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas
hak moral dan hak ekonomi.
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
1. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa
aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
2. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan peneliman ilmu
pengetahuan;
3. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar, dan
4. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku
Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan buku ini. Tak lupa juga
Besar Muhammad SAW, karena berkat beliau kita mampu melewati masa
jahiliyah.
mendukung lancarnya proses pembuatan buku ajar ini mulai dari proses penulisan
hingga proses cetak, yaitu orang tua penulis, dosen pembimbing, rekan-rekan
penulis, penerbit, dan masih banyak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu per
satu.
telah selesai Penulis buat secara maksimal dan sebaik mungkin agar menjadi
manfaat bagi para pembaca. Penulis sadar penulisan ini tidak luput dari
kekeliruan, sehingga dapat dikatakan masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
Penulis mohon agar pembaca memberi kritik dan saran terhadap karya buku ajar
Demikian buku ini Penulis buat, dengan harapan agar pembaca dapat
Hormat Penulis,
ii
Cika Widya Dharma
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB II HIPONATREMIA........................................................................ 8
A. Definisi............................................................................................... 8
B. Etiologi............................................................................................... 8
C. Patofisiologi........................................................................................ 9
D. Manifestasi Klinis............................................................................... 10
E. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................... 10
F. Pengobatan.......................................................................................... 11
G. Penatalaksanaan.................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 27
PROFIL PENULIS.................................................................................... 28
iii
BAB I
A. Definisi
dalam penyakit sistem saraf pusat (SSP) (Tenny & Thorell, 2020). CSW
sedangkan fungsi dari ginjal masih dalam batas norma, kondisi tersebut
setelah onset tetapi dapat tetap menjadi masalah kronis. CSW masih
yang tepat mungkin sulit untuk dijabarkan. CSW paling sering muncul setelah
Insiden CSW untuk gangguan SSP lainnya sebagian besar dilaporkan sebagai
laporan kasus. Insiden dan prevalensi CSW di luar pasien dengan gangguan
1
B. Etiologi
setelah gangguan sistem saraf pusat. Pencetus yang paling sering dijelaskan
didefinisikan dengan baik. Penyebab CSW jarang terjadi setelah cedera atau
penyakit lain juga tidak didefinisikan dengan baik. Seringkali CSW menjadi
C. Patofisiologi
dan deplesi dari sodium (Na), tanpa diketahui stimulus apa yang mampu
Ada dua teori saat ini untuk patofisiologi CSW, yaitu efek dari faktor
sirkulasi atau disfungsi sistem saraf simpatis. Teori pertama merupakan otak
neuritik ANP terutama dari atrium jantung dan BNP dari ventrikel,
2
hipotalamus, proyeksi simpatis, dan medula adrenal. Pelepasan ANP dan BNP
berbagai pengaruh simpatis dan hormonal. BNP bekerja pada tubulus ginjal
et al., 2010).
karena cedera pada hipotalamus. Mekanisme pasti dari CSW masih terbuka
untuk diperdebatkan.
D. Karakteristik
3
pusat. Selanjutnya pasien mengalami diuresis yang berlebihan, akibat diuresis
mental dan kondisi yang haus terus menerus serta keseimbangan cairan yang
negatif. Pasien juga pasti mengalami tanda atau gejala hipovolemia seperti
pada kelainan tersebut adalah volume plasma dan ekskresi Na dan Cl dari
urine. CSW ditandai oleh volume plasma yang rendah dengan gejala
4
kondisi hipovolemic. Keseimbangan elektrolit harus dipantau setiap hari untuk
E. Penatalaksanaan
yang hilang sebagai hasil dari kelainan natriuresis dan diuresis. Pada pasien
5
pelepasan ADH dihilangkan dan kelebihan air diekskresikan menyebablan
sedang, dapat diberikan normal saline. Salin hipertonik (3%) melalui kateter
vena sentral diindikasikan pada kasus hiponatremia berat dengan koma atau
kejang. Setelah situasi darurat selesai, diberikan normal saline dalam dosis 50
jika serum sodium mencapai nilai yang sangat rendah yaitu <125 mEq/l.
Terapi penggantian harus dilakukan dengan perlahan, hal ini dilakukan untuk
serum sodium tidak boleh lebih dari 0,7 mEq per liter per jam, dan maksimum
total perubahan harian adalah tidak boleh lebih dari 20 mEq per liter.
Selain itu metode lain untuk memperbanyak serum sodium dan volume
dapat diberikan 0,05-0,1 mg dua kali sehari, dimulai saat diagnosis CSW
ditegakkan dan manajemen dengan terapi penggantian cairan dan garam telah
6
dilakukan dengan baik namun masih belum memberikan hasil memuaskan.
edema paru dan hipertensi yang dapat terjadi pada pemakaian jangka panjang.
7
BAB II
HIPONATREMIA
A. Definisi
pidahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intra sel sehingga sel menjadi
dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang
kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah, dan diare. Hal tersebut menimbulkan
rasa haus yang berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi, dan
B. Etiologi
8
2. Hiponatremia dengan ADH tertekan fisiologik
Pada polidipsia primer dan gagal ginjal terjadi ekskresi cairan lebih
Dalam keadaan normal, 93% dari volume plasma terdiri dari air
dan elektrolit, sedangkan 7% sisanya terdiri dari lipid dan protein. Pada
plasma menjadi 80% sedang jumlah natrium plasma tetap dan osmolalitas
C. Patofisiologi
9
D. Manifestasi Klinis
Gejala dari hiponatremia antara lain mual dan kram perut. Selain itu
otot, dan perasaan kelelahan. Jika kadar natrium serum turun dibawah
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Natrium serum: menurun kurang dari 135 mEq/l (namun tanda dan gejala
terhadap natrium karena kehilangan natrium dari sumber non renal kecuali
10
6. Osmolalitas urine: biasanya kurang dari 100 mOsmol/L, kecuali ada
7. Berat jenis urine: mungkin turun (kurang dari 1,010) atau meningkat (lebih
F. Pengobatan
menaikkan secara perlahan kadar sodium darah pasien. Dan sebagian besar
para ahli sepakat bahwa usaha penaikan kadar sodium darah tersebut tidak
boleh melebihi 10-12 mEq/L per harinya. Peningkatan kadar sodium darah
sodium darah diantara 100 hingga 110 mEq/L dan disertai gejala-gejala
11
saraf yang permanen. Dengan meningkatkan kadar sodium secara cepat, 3-6
sehingga keadaan pasien dapat terstabilkan. Sampai saat ini belum ada studi
besar yang terkontrol baik yang khusus mempelajari berbagai macam terapi
kasus, hasil konsensus panel dan pendapat para ahli. Berdasar atas informasi
neurologis fokal lainnya dan juga bagi mereka memiliki kadar sodium darah
kurang dari 120 mEq/L (beberapa ahli berpendapat kurang dari 110 mEq/L)
larutan saline hipertonik 3% dalam jangka waktu kurang dari satu jam dan
juga ditambahkan furosemide dosis kecil (20 mg) secara intravena untuk
menjamin diuresis air dan menghambat sekresi ADH akibat rangsangan cairan
hipertonik tadi. Terapi seperti ini akan meningkatkan kadar sodium darah pada
level 1-2 mEq/L dalam satu jam. Infus kedua dapat diberikan pada jam
peningkatan total kadar sodium dalam 24 jam pertama perawatan, tidak boleh
dilakukan secara seksama tiap 2 jam sekali dalam ruang perawatan ICU. Bila
12
G. Penatalaksanaan
1. Penggantian natrium
normal. Kebutuhan natrium lazim pada orang dewasa adalah kurang lebih
100 mEq, jika tidak ada kehilangan yang abnormal. Pada SIADH, salin
yang hipertronis saja tidak dapat mengubah natrium plasma. Natrium yang
2. Pembatasan air
atau berlebih, pengobatan pilihannya adalah pembatasan air. Hal ini jauh
3% atau 5%. Penggunaaan yang tidak benar dari cairan ini sangat
berbahaya, hal ini dapat di pahami ketika perawat mengangap bahwa satu
liter larutan natrium klorida 3% dan mengandung 513 mEq natrium dan
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Deskripsi Kasus
suhu: 380C, nadi: 86x/menit, RR: 18x/menit dan suara nafas stridor, BB: 30 kg,
TB: 150 cm. IMT= 13,33. Keadaan umum pasien lemah dengan GCS 15, tingkat
membrane mukosa kering, penurunan saliva/ keringat, Bentuk dada normal tidak
ada kelainan, konjungtiva tidak anemis, ictus cordis terlihat, bentuk abdomen
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn. X
b. Umur : 54 tahun
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Swasta
14
2. Pengkajian Tanda dan Gejala
a. Aktivitas/ istirahat
b. Integritas ego
Gejala : Ansietas
c. Makanan/ Cairan
d. Neurosensori
e. Sirkulasi
f. Eliminasi
g. Pernapasan
Tanda : Takipnea
h. Keamanan
3. Pemeriksaan Fisik
15
b. Tanda-tanda vital:
a. TD :140/90 mmHg
b. S : 38 oC
c. N : 86 x/menit
d. RR : 18 x/menit
e. BB : 30 kg
f. TB : 150 cm
g. IMT : 13,33
c. B1 (Breathing)
menit
3) Perkusi : Sonor
4) Auskultasi : Stridor
d. B2 (Blood)
e. B3 (Brain)
16
f. B5 (Bowel)
2) Auskultasi : BU 4 x/menit
3) Perkusi : timpani
g. B6 (Bone)
4. Aktivitas Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
disfagia.
b. Pola Eliminasi
feses agak keras. Pola buang air kecil klien sekitar 2-3 kali sehari
sering mual dan muntah. Klien mengatakan tidur hanya ± 6 jam dalam
satu hari.
17
d. Pola Aktivitas dan Latihan
B. Diagnosa Keperawatan
otak.
C. Intervensi Keperawatan
18
muntah; suhu Kehilangan
GCS: lingkungan natrium non-
4,5,6; 6. Pertahankan ginjal terjadi
2. TTV kepala/leher pada
dalam pada posisi kehilangan
batas yang netral, volume
normal; usahakan cairan seperti
3. Tidak dengan pada muntah,
mengalam sedikit diare, atau
i deficit bantal. pada
neurologis Hindari defisiensi
. penggunaan adrenal
bantal yang (aldosteron
tinggi pada rendah)
kepala 2. Suatu
7. Berikan keadaan
waktu normal
istirahat terjadi bila
antara sirkulasi
tindakan serebral
perawatan terpelihara
dan batasi dengan baik
lamanya atau ditandai
prosedur dengan
8. Kurangi fluktuasi
rangsangan tekanan
ekstra dan darah
berikan rasa sistemik,
nyaman penurunan
seperti outoregulator
lingkungan kebanyakan
yang tenang merupakan
9. Cegah/ tanda
hindari penurunan
terjadinya difusi local
valsava vaskularisasi
menuver darah
10. Kaji serebral.
peningkatan Dengan
istirahat dan peningkatan
19
tingkah laku tekanan
pada pagi darah
hari (diastolic),
11. Palpasi maka
pembesaran/ dibarengi
pelebaran dengan
blader, peningkatan
pertahankan tekanan
drainase darah
urine secara intakranial.
paten jika Adanya
digunakan, peningkatan
dan pantau tensi,
terdapatnya bradikardia,
konstipasi disritmia, dan
12. Berikan dispnea,
penjelasan merupakana
pada klien tanda
(jika sadar) terjadinya
dan keluarga tekanan
tentang intracranial
sebab akibat 3. reaksi pupil
tekanan dan
intracranial pergerakan
meningkat kembali bola
13. Observasi mata
tingkat merupakan
kesadaran tanda dari
dengan GCS gangguan
14. Kolaborasi saraf jika
a. Pemberi batang otak
an O2 terkoyak.
sesuai Keseimbanga
indikasi n saraf antara
b. Berikan simpatis dan
cairan parasimpatis
intra merupakan
vena respon reflex
jenis nervus
NaCl cranial
20
c. Berikan 4. Berikan
obat asupan cairan
diuretic dengan
osmotic, interval yang
contohny teratur,
a: terutama
manitol, pada klien
furoscide yang
d. Berikan mengalami
insulin gangguan
dan yang tidak
glukosa mampu
e. Monitor mempersepsi
hasil kan atau
laborator berespon
ium terhadap rasa
sesuai haus
dengan 5. Panas
indikasi merupakan
seperti reflex dari
protombi hypothalamu
LED s.
Peningkatan
kebutuhan
metabolism
dan O2 akan
menunjang
pengkatan
tekanan
intracranial
6. perubahan
kepala pada
satu sisi
dapat
menimbulkan
penekanan
pada vena
jugularis dan
menghambat
aliran darah
21
ke otak,
untuk itu
dapat
mmeningkatk
an tekanan
intracranial
7. Tindakan
yang terus
menerus
dapat
meningkatka
n tekanan
intracranial
8. Memberikan
suasana yang
tenang dapat
menurangi
respon
psikologis
dan
memberikan
istirahat
untuk
mempertahan
kan tekanan
intracranial
yang rendah
9. Mengurangi
tekanan
intratorakal
dan
intraabdomen
, sehingga
menghindari
peningkatan
tekanan
intracranial
10. Tingkah
nonverbal ini
dapat
22
merupakan
indikasi
peningkatan
tekanan
intracranial
atau
memberikan
reflex nyeri
jika pasien
tidak mampu
mengungkap
kan keluhan
secara verbal,
nyeri yang
tidak
menurun
dapat
meningkatka
n tekanan
intracranial
11. Dapat
meningkatka
n respon
automatis
yang
potensial
menaikkan
tekanan
intracranial
12. Meningkatka
n kerjasama
dalam
meningkatka
n perawatan
klien dan
mengurangi
kecemasan
13. Perubahan
kesadaran
menunjukkan
23
peningkatan
tekanan
intracranial
dan berguna
untuk
menentukan
lokasi dan
perkembanga
n penyakit
D. Implementasi Keperawatan
24
yang nyaman
8. mencegah
terjadinya
valsava
menuver
9. memberikan
penjelasan pada
klien tentang
sebab akibat
tekanan
intracranial
meningkat
10. mengobservasi
tingkat
kesadaran
dengan GCS
11. Memberikan O2
sesuai indikasi
12. Memberikan
cairan intra vena
jenis NaCl
13. Memberikan
obat diuretic
osmotic
14. Memberikan
insulin dan
glukosa
E. Evaluasi Keperawatan
25
O:
Tidak terdapat papil edema,
TTV
Tekanan darah dalam batas
normal (120/80 mmHg)
Nadi 80x/menit
Suhu : 36-36,7 0C
Pernafasan 16-20 kali per menit
Tidak mengalami defisit
neurologis
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
26
DAFTAR PUSTAKA
Tenny, S., & Thorell, W. (2020). Cerebral Salt Wasting Syndrome. StatPearls
Pratiwi, D. A., & Mahadewa, T. G. B. (2019). Cerebral Salt Wasting Syndrome in
Traumatic Brain Injury: Pitfall and Management. MEDICINA, 50(1), 198-
204.
Cerdà-Esteve, M., Cuadrado-Godia, E., Chillaron, J. J., Pont-Sunyer, C.,
Cucurella, G., Fernández, M., ... & Roquer, J. (2008). Cerebral salt wasting
syndrome. European Journal of Internal Medicine, 19(4), 249-254.
Misra, U. K., Kalita, J., & Tuberculous Meningitis International Research
Consortium. (2019). Mechanism, spectrum, consequences and management
of hyponatremia in tuberculous meningitis. Wellcome Open Research, 4.
Yee, A. H., Burns, J. D., & Wijdicks, E. F. (2010). Cerebral salt wasting:
pathophysiology, diagnosis, and treatment. Neurosurgery Clinics, 21(2), 339-
352.
PROFIL PENULIS
27
dan lulus pada tahun 2020. Sekarang penulis melanjutkan studi di Sekolah
28