Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN
“PENGENALAN DAN STERILISASI ALAT BAHAN PADA
PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kultur Jaringan

Disusun oleh:
Nama : Suria Paloh
NIM : 4442210007
Kelas : IV G

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bioteknologi tanaman adalah budidaya jaringan tanaman secara yang memiliki
kesejajaran dengan budidaya tanaman secara konvensional. Kultur jaringan adalah suatu
metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan, organ
serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali. Teknik kultur
jaringan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan bahan tanam yang bebas patogen
karena menghasilkan bibit dalam jumlah yang lebih banyak dalam waktu yang relatif
singkat, bebas penyakit, tidak tergantung pada iklim dan cuaca, menghasilkan tanaman
yang sehat, mempertahankan sifat baik induk, tidak membutuhkan lahan yang luas untuk
pembibitan, sedikit tenaga kerja, dan dapat memperbanyak tanaman tertentu yang sulit jika
diperbanyak secara konvensional (Ziraluo, 2021).
Sebelum pada praktiknya pengenalan alat-alat laboratorium kultur jaringan sangat
penting untuk beberapa alasan, dengan mempelajari alat-alat laboratorium, kita dapat
memahami fungsi dan cara kerja masing-masing alat. Hal ini penting untuk memastikan
penggunaannya yang tepat dan aman. Pemahaman yang baik tentang alat-alat laboratorium
dapat membantu meminimalisir kesalahan kerja saat melakukan percobaan. Kesalahan ini
dapat berakibat fatal, seperti kontaminasi sampel atau hasil yang tidak akurat. Setiap alat
laboratorium memiliki cara kerja dan potensi bahaya yang berbeda. Dengan mengetahui
cara penggunaan dan keamanan alat, kita dapat menghindari kecelakaan dan cedera saat
bekerja di laboratorium (Mustofa, 2023).
Jaringan tanaman atau kultur sel membutuhkan berbagai kombinasi nutrisi, mineral,
zat pertumbuhan tanaman, vitamin dan gula sebagai sumber karbon. Namun dalam media
kultur umumnya sangat sesuai untuk pertumbuhan bakteri dan jamur. Mikroorganisme
yang menyerang jaringan tanaman atau kultur sel pada umumnya tumbuh dengan cepat,
sehingga akan menghabiskan nutrisi dan menghasilkan racun yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan mematikan jaringan tanaman. Kontaminasi oleh bakteri dan jamur
merupakan masalah yang sering menyerang kultur jaringan tanaman. Sumber kontaminasi
dapat berasal dari peralatan yang terbuat dari kaca maupun plastik, media kultur, peralatan
yang digunakan untuk memindahkan eksplan ke media, bahan tanam yang dipakai, serta
ruang penanaman dan pertumbuhan eksplan (Wulandari et al., 2016).
Persiapan dan pemeliharaan sistem kultur jaringan memerlukan sterilisasi media
kultur, wadah kultur, dan sterilisasi permukaan benih atau jaringan tanaman yang di kultur,
serta sterilisasi semua peralatan yang digunakan untuk kegiatan kultur jaringan. Sterilisasi
merupakan proses untuk menghilangkan semua jenis mikroorganisme yang hidup dalam
suatu benda yaitu protozoa, fungi, bakteri, mikoplasma, dan virus. Spora jamur atau sel
bakteri yang bersentuhan dengan media pertumbuhan akan mengontaminasi eksplan secara
cepat. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi maka perlu dilakukannya kegiatan
sterilisasi peralatan yang ada di laboratorium kultur jaringan. Sterilisasi berguna untuk
membunuh dan membersihkan semua bentuk mikroba hidup di peralatan dan bahan tanam
yang digunakan (Istini, 2020).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain:
1. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam laboratorium kultur jaringan.
2. Mengetahui kegunaan alat dan bahan yang digunakan dalam laboratorium kultur
jaringan.
3. Mengetahui jenis ruangan yang terdapat pada laboratorium kultur jaringan.
4. Mengetahui prosedur kerja dalam sterilisasi alat dan bahan dalam perbanyakan
tanaman dengan teknik kultur jaringan.

1
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Adapun pelaksanaan praktikum yang berjudul “Pengenalan dan Sterilisasi Alat Bahan
Pada Laboratorium Kultur Jaringan” dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 20 Maret 2024,
pukul 13.00 WIB-14.40 WIB. Bertempat di laboratorium Kultur Jaringan Lantai 3, Jurusan
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sulthan Ageng Tirtayasa.

2.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam acara praktikum ini yaitu: Cawan petri, Autoclave,
Laminar Air Flow (LAF), Erlenmeyer, Hot plate, Bunsen, Magnetic stirrer, Shaker, Pinset,
Scalpel, Mata pisau, Spatula, Gelas ukur, Tips biru dan kuning, Mikropipet, Pipet tetes,
Pipet volumetrik, Bulb karet, Botol kultur, Aquades, Alumunium foil, Plastic wrap, dan
Kertas pH indikator.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam acara praktikum ini yaitu: Larutan stok media
MS, Larutan stok ZPT, Larutan NaOH, Larutan HCl, PPM (Plant Preservative Mixture),
Alkohol 70%, Spiritus, Agar powder, dan Tisu steril.

2.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum kali ini yaitu :
A. Pengenalan Alat dan Bahan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama proses pelaksanaan kultur
jaringan.
2. Dijelaskan fungsi serta cara penggunaan dari alat dan bahan tersebut.
3. Dijelaskan fungsi dari setiap ruangan yang terdapat di Laboratorium kultur
jaringan.

B. Sterilisasi Alat
1. Disiapkan alat-alat yang akan disterilisasikan.
2. Dimasukkan alat-alat yang akan disterilisasi ke dalam keranjang autoklaf.
3. Dimasukkan air aquades sebanyak 5 liter ke dalam autoklaf.
4. Dimasukkan keranjang yang sudah diisi alat dan bahan yang akan disterilisasi ke
dalam autoklaf.
5. Ditutup rapat autoklaf dengan cara memutar bagian atas hingga kencang.
6. Disambungkan kabel autoklaf pada aliran listrik.
7. Ditekan tombol on/off di bagian atas.
8. Diatur suhu autoklaf 121℃ dengan waktu 15 menit jika alat diatur dengan waktu
20 menit.
9. Dihidupkan tombol paling kiri pada autoklaf hingga lampu-lampu sudah menyala
artinya autoklaf sudah aktif.
10. Ditunggu autoklaf hingga berbunyi sebagai tanda selesai.
11. Kemudian diputar dengan perlahan tutup autoklaf sampai mengeluarkan suara baru
kemudian tutup dapat diputar secara perlahan hingga membuka.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 1. Nama dan Fungsi Alat, Bahan pada Laboratorium Kultur Jaringan

2
No Gambar Fungsi Metode sterilisasi
Berfungsi Sebagai wadah Sterilisasi basah
bagi eksplan yang akan dengan autoclave,
dipotong. oven dan sterilisasi
1 dengan menggunakan
alkohol 70%.

Cawan Petri
Berfungsi untuk Dapat disterilisasi
mensterilkan alat dan bahan dengan menggunakan
yang akan digunakan dalam alkohol 70%.
2 kultur jaringan.

Autoclave
Berfungsi untuk menanam Dapat disterilisasi
eksplan ke dalam botol dengan menggunakan
kultur dalam kondisi steril alkohol 70%.
3 atau subkultur. LAF
dilengkapi dengan blower,
Laminar Air Flow lampu UV dan lampu
penerangan.
Berfungsi untuk Dapat disterilisasi
menimbang, mengukur suatu dengan menggunakan
zat dengan akurat. alkohol 70%.
4

Timbangan Analitik
Berfungsi untuk Dapat disterilisasi
menghomogenkan suatu dengan menggunakan
5 larutan. alkohol 70%.

Hot Plate
Berfungsi untuk mengaduk Sterilisasi basah
suatu larutan supaya dengan autoclave,
homogen yang dipanaskan oven dan sterilisasi
6 dalam hot plate. dengan menggunakan
alkohol 70%.
Magnetic Stirrer
Berfungsi sebagai mesin Dapat disterilisasi
pengguncang yang dengan menggunakan
7 digunakan dalam proses alkohol 70%.
sterilisasi luar LAF.

Shaker
Berfungsi untuk Sterilisasi basah
memudahkan dalam dengan autoclave,
mengambil eksplan (bahan oven dan sterilisasi
8
tanam kultur jaringan). dengan menggunakan
alkohol 70%.
Pinset

3
Berfungsi untuk membantu Sterilisasi basah
memudahkan dalam dengan autoclave,
memotong bagian tanaman. oven dan sterilisasi
9 dengan menggunakan
alkohol 70%.

Scalpel
Berfungsi untuk memotong Sterilisasi basah
eksplan. Mata pisau ini dengan autoclave,
10 dipasangkan pada scalpel. oven dan sterilisasi
dengan menggunakan
Mata Pisau alkohol 70%.
Berfungsi untuk mengambil Sterilisasi basah
bahan kimia yang bersifat dengan autoclave,
11 bubuk. oven dan sterilisasi
dengan menggunakan
Spatula alkohol 70%.
Berfungsi memudahkan Dapat disterilisasi
dalam menakar larutan yang dengan menggunakan
12 memiliki volume kecil < 1 alkohol 70%.
ml = 1.000 µl.
Mikropipet
Berfungsi untuk menampung Dapat disterilisasi
cairan yang diambil dari dengan menggunakan
mikropipet dengan ukuran alkohol 70%.
13 yang sesuai dengan alat tips
Tips Biru dan Tips tersebut.
Kuning
Berfungsi untuk mengambil Sterilisasi basah
larutan kimia dengan takaran dengan autoclave,
14 tertentu. oven dan sterilisasi
dengan menggunakan
Pipet Tetes alkohol 70%.
Berfungsi untuk mengambil Sterilisasi basah
larutan dengan takaran dengan autoclave,
15 tertentu (10 ml, 25 ml). oven dan sterilisasi
dengan menggunakan
alkohol 70%.
Pipet Volumetrik
Berfungsi untuk mengambil Dapat disterilisasi
dan mengeluarkan larutan. dengan menggunakan
16 alkohol 70%.

Bulb Karet
Berfungsi sebagai wadah Sterilisasi basah
larutan seperti aquades dan dengan autoclave,
larutan sterilan. oven dan sterilisasi
17
dengan menggunakan
Gelas Ukur alkohol 70%.

4
Berfungsi untuk menakar Sterilisasi basah
larutan-larutan yang akan dengan autoclave,
18 digunakan. oven dan sterilisasi
dengan menggunakan
alkohol 70%.
Erlenmeyer
Berfungsi untuk membantu Sterilisasi basah
mengkondisikan ketika dengan autoclave,
sedang menanam di LAF oven dan sterilisasi
19 serta sebagai pensteril alat dengan menggunakan
tanam. alkohol 70%.
Bunsen
Berfungsi sebagai wadah Sterilisasi basah
menyimpan media dengan autoclave,
penanaman tanaman yang oven dan sterilisasi
20
akan dikulturkan. dengan menggunakan
alkohol 70%.
Botol Kultur
Bahan
Berfungsi sebagai pelarut Tidak disterilisasi
media, serta untuk
membersihkan eksplan
21 (bahan tanam).

Akuades
Berfungsi untuk menjaga Sterilisasi basah
pencahayaan dalam media dengan autoclave dan
22 kultur da untuk menutup oven
peralatan dan bahan yang
dipakai di gelas terbuka.
Alumunium Foil
Berfungsi untuk merekatkan Sterilisasi basah
alumunium foil pada botol dengan autoclave.
serta untuk menutup
23
peralatan agar terhindar dari
kontaminasi.
Plastik Wrap
Berfungsi untuk mengukur Sterilisasi kering
atau mengecek pH agar dengan menggunakan
sesuai (pH 5,6 – 5,8). oven.
24

Kertas pH Indikator
Berfungsi untuk Sterilisasi basah
memudahkan pekerjaan dengan autoclave.
dalam membuat media,
bertujuan menghindarkan
25
penimbangan banyak
Larutan Stok Media komponen secara berulang,
MS jika pembuatan media
dilakukan berkali-kali.

5
Berfungsi untuk Sterilisasi basah
mempermudah dengan autoclave.
penimbangan hormon ZPT
26
yang dibutuhkan sesuai
takaran yang akan
Larutan Stok ZPT digunakan.
Berfungsi untuk Sterilisasi basah
menyeimbangkan pH jika dengan autoclave.
pH <5,6 (asam) maka
27 ditambahkan larutan NaOH.

Larutan NaOH
Berfungsi untuk Sterilisasi basah
menyeimbangkan pH jika dengan autoclave.
pH <5,8 (basa) maka
28 ditambahkan larutan HCl.

Larutan HCl
Berfungsi untuk membantu Sterilisasi basah
tanaman agar steril, sebagai dengan autoclave.
antibiotik bagi tanaman
kultur jaringan, digunakan
29 0,5 ml/L.

PPM (Plant Preservative


Mixture)
Berfungsi sebagai bahan Tidak disterilisasi
untuk mensterilkan alat atau
bahan tanama yang akan
30 digunakan dalam kultur
jaringan.
Alkohol 70%
Berfungsi sebagai bahan Tidak disterilisasi
bakar bunsen.
31

Spiritus
Berfungsi sebagai bahan Sterilisasi basah
pemadat dalam media kultur dengan autoclave.
jaringan.
32

Agar Powder
Berfungsi untuk Tidak disterilisasi
membersihkan peralatan
seperti peralatan logam, kaca
33 ataupun LAF setelah
dilakukan penyemprotan
Tisu Steril dengan alkohol.

6
3.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, yang berfokus pada pengenalan dan sterilisasi peralatan serta
bahan di laboratorium kultur jaringan, kami mempelajari teknik kultur jaringan. Teknik ini
bertujuan untuk mengisolasi bagian-bagian tertentu dari tanaman dalam keadaan steril,
dengan tujuan memperbanyak tanaman secara keseluruhan. Konsep ini sejalan dengan
pandangan Hapsani (2016), yang menyatakan bahwa teknik kultur jaringan adalah proses
isolasi bagian-bagian seperti protoplasma, sel, jaringan, dan organ tanaman, yang kemudian
ditanam dalam kondisi aseptik. Hal ini memungkinkan bagian-bagian tersebut untuk
berkembang biak dan memulihkan diri menjadi tanaman lengkap. Prinsip inti dari teknik
kultur jaringan adalah memperbanyak tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif pada
media buatan, yang dilakukan di lingkungan steril.
Pengenalan alat dan bahan di laboratorium memiliki manfaat untuk mengoptimalkan
proses percobaan atau penelitian. Dengan mengenali alat dan bahan, seseorang dapat
memahami fungsi serta cara penggunaannya di laboratorium. Menurut Lase (2020),
pengenalan ini penting untuk memastikan keselamatan kerja saat melakukan penelitian,
karena alat-alat laboratorium bisa menjadi rusak atau bahkan berbahaya jika tidak
digunakan sesuai prosedur. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memahami cara
yang benar dalam menggunakan alat dan bahan laboratorium agar kesalahan prosedur dapat
diminimalkan sebanyak mungkin. Hal ini krusial agar data yang diperoleh dalam penelitian
menjadi akurat, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas penelitian tersebut.
Berdasarkan hasil tabel 1 menunjukkan alat dan bahan berta fungsinya. Alat yang
pertama yaitu autoklaf yang berfungsi untuk sterilisasi alat, bahan, dan media kultur
jaringan. Hal ini selaras dengan pendapat Syafitri dan Yunus (2019), bahwa fungsi autoklaf
adalah untuk melakukan sterilisasi pada alat dan media kultur jaringan. Selanjutnya adalah
timbangan analitik yang berfungsi untuk mengukur massa suatu bahan dengan ketelitian
tinggi (0,0001 g). Menurut Setyawan dan Tjahjono (2016) fungsi timbangan analitik adalah
untuk mengukur massa suatu zat atau bahan secara sangat teliti dengan ketelitian hingga
0,1 miligram. Selanjutnya adalah hot plate dan magic stirrer yang berfungsi untuk
memanaskan dan menghomogenkan suatu larutan. Menurut Setiawan dan Rohman (2016),
hotplate berfungsi untuk memanaskan sampel, sedangkan magic stirrer berfungsi
untuk mengaduk sampel dengan homogen agar campuran sampel tercampur dengan
baik.
Berikutnya adalah shaker yang berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan.
Menurut Willmott dan Maxwell (2014), fungsi shaker adalah untuk mengaduk campuran
sampel dan reagen dengan cara yang seragam dan efisien. Selanjutnya adalah Laminar Air
Flow yang berfungsi sebagai tempat menanam eksplan ke dalam botol kultur. Selanjutnya
adalah gelas ukur yang berfungsi untuk menakar larutan dengan volume tertentu. Alat
berikutnya adalah cawan petri yang berfungsi sebagai wadah eksplan yang akan dipotong
untuk kemudian dikulturkan. Menurut Simanjuntak (2015), cawan petri biasanya
digunakan untuk menumbuhkan bibit kultur, mengisolasi dan memurnikan koloni bakteri
atau fungi, serta memelihara kultur jaringan tumbuhan dengan menggunakan media kultur
yang sesuai.
Selanjutnya adalah labu erlenmeyer yang berfungsi sebagai wadah larutan atau bahan
sterilan. Berikutnya adalah pembakar bunsen yang berfungsi sterilisasi permukaan alat
tanam. Hal tersebut selaras dengan pendapat Simanjuntak (2015), bahwa fungsi pembakar
bunsen adalah untuk sterilisasi alat-alat laboratorium sebelum digunakan dalam kultur
jaringan tumbuhan. Selanjutnya adalah botol kultur yang berfungsi sebagai wadah
menyimpan media eksplan yang akan dikulturkan. Berikutnya adalah bulb karet dab pipet
volumetrik yang berfungsi untuk mengambil larutan dengan volume tertentu, biasanya
dalam jumlah 2 ml, 5 ml, 10 ml, 25 ml. Selanjutnya adalah pipet tetes yang berfungsi
mengambil larutan dalam jumlah sedikit. Berikutnya adalah mikropipet dan tips yang
berfungsi mengambil larutan dengan volume yang sangat kecil (skala mikroliter). Menurut

7
Aulia (2018), fungsi mikropipet adalah untuk mengukur volume sampel atau larutan dalam
jumlah kecil dengan presisi yang tinggi. Selanjutnya adalah pinset yang berfungsi
mengambil eksplan yang akan dikulturkan. Alat berikutnya adalah scalpel dan mata pisau
yang berfungsi untuk eksplan yang akan di tanam. Terakhir untuk alat adalah spatula yang
berfungsi mengambil bahan yang berupa serbuk/bubuk.
Berdasarkan hasil pada tabel 1 menunjukkan bahwa bahan-bahan yang ada di
laboratorium kultur jaringan yaitu pertama adalah aquades sebagai pelarut bahan
pembuatan media. Hal tersebut selaras dengan pendapat Novitasari et al. (2020), bahwa
fungsi aquades pada kultur jaringan adalah sebagai media pembawa atau media dasar yang
bersifat steril dan bebas mineral. Selanjutnya adalah Aluminium foil untuk menjaga kondisi
cahaya di dalam media kultur. Menurut Novitasari et al. (2020), aluminium foil digunakan
sebagai penutup botol yang berisi media kultur jaringan sebelum dilakukan proses
sterilisasi. Berikutnya adalah wrapping plastic sebagai perekat almunium foil pada botol.
Selanjutnya adalah indikator pH suatu larutan. Menurut Kusuma dan Yulianti (2020), pH
ideal untuk kultur jaringan adalah antara 5,5 - 6,5. Selanjutnya adalah larutan NaOH dan
HCL yang berfungsi untuk mengatur pH. Menurut Mulyadi (2014), NaOH juga dapat
digunakan untuk memperbaiki pH media kultur yang tidak sesuai dengan kebutuhan
tanaman, karena NaOH dapat meningkatkan pH media kultur. Sedangkan menurut Hasanah
dan Utami (2016), HCl dapat memengaruhi pH media kultur. Berikutnya adalah alkohol
70% untuk sterilisasi permukaan alat dan bahan dalam kultur jaringan, Menurut Yusinta
dan Mulyaningsih (2018), etanol atau alkohol digunakan sebagai bahan penghilang kuman
pada bahan tanaman sebelum dilakukan inokulasi.
Bahan selanjutnya adalah PPM (Plant Preservative Mixture) sebagai antibiotik agar
tanaman yang dikulturkan tetap steril. Menurut Murthy et al. (2014), PPM digunakan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri, jamur, dan mikroorganisme lainnya pada media kultur
jaringan. Hal ini sangat penting untuk menjaga kebersihan dan kesehatan jaringan tanaman
yang sedang dikultur. Berikutnya adalah larutan stok MS untuk memudahkan pekerjaan
dalam, membuat media, bertujuan untuk menghindari penimbangan banyak komponen
secara berulang. Menurut Hidayat (2015), media MS bisa memberikan nutrisi yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan jaringan tanaman, seperti garam-garam
mineral dan vitamin. Selanjutnya adalah vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan.
Vitamin C berperan sebagai antioksidan, yang melindungi jaringan tanaman dari kerusakan
akibat stres oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas. Bahan berikutnya adalah larutan
stok ZPT untuk mempermudah penimbangan hormon ZPT yang dibutuhkan sesuai takaran
yang akan digunakan. ZPT memiliki fungsi untuk merangsang pertumbuhan dan
diferensiasi jaringan tanaman, sehingga mempercepat perkembangan tanaman. Selanjutnya
adalah agar sebagai bahan pemadat media kultur jaringan. Bahan terakhir adalah tisu steril
untuk membersihkan meja LAF setelah disemprot alkohol.
Di laboratorium kultur jaringan, terdapat beberapa area, termasuk ruang persiapan,
penyimpanan, dan inkubasi, yang harus menjalani proses sterilisasi sebelum digunakan.
Menurut Mazzoleni dan Debbage (2014), ada beberapa teknik sterilisasi yang umum
digunakan di laboratorium, salah satunya adalah autoklaf. Autoklaf menggunakan uap air
bertekanan tinggi untuk membunuh mikroorganisme, dengan waktu sterilisasi sekitar 15-
20 menit pada suhu 121°C. Metode lainnya adalah radiasi, yang bisa menggunakan radiasi
ionizing atau non-ionizing untuk sterilisasi peralatan dan bahan kimia. Selain itu, filtrasi
juga digunakan untuk memisahkan mikroorganisme dari larutan atau medium kultur
dengan menggunakan filter steril. Penggunaan bahan kimia seperti etilen oksida atau
glutaraldehid juga dapat digunakan untuk sterilisasi peralatan dan bahan kimia. Flambing,
yang melibatkan membakar alat-alat kultur jaringan seperti pinset, gunting, atau jarum pada
api, juga merupakan metode sterilisasi yang umum. Terakhir, metode desinfeksi permukaan
menggunakan bahan kimia seperti alkohol atau natrium hipoklorit untuk membersihkan
permukaan dan mencegah kontaminasi.

8
Sterilisasi memiliki signifikansi penting karena dapat mencegah kontaminasi,
mengendalikan penyebaran penyakit, menjaga kebersihan dan kesehatan, serta
meningkatkan kualitas dan keakuratan hasil penelitian. Pendapat ini sejalan dengan
pandangan Alberts et al. (2015), yang menekankan pentingnya mencegah kontaminasi
mikroorganisme yang tidak diinginkan dalam media kultur dan sampel yang dianalisis.
Kontaminasi dapat mengganggu pertumbuhan dan analisis mikroorganisme yang
diinginkan, mengurangi akurasi hasil penelitian. Selain itu, sterilisasi juga berperan dalam
mencegah penyebaran penyakit yang mungkin terdapat pada sampel atau media kultur,
yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Praktik sterilisasi juga membantu menjaga
kebersihan dan kesehatan lingkungan kerja laboratorium, serta mengurangi risiko infeksi
dan kecelakaan. Lebih lanjut, sterilisasi meningkatkan kualitas dan akurasi hasil penelitian
dengan memastikan bahwa semua peralatan, bahan kimia, dan media kultur yang
digunakan bebas dari kontaminasi, sehingga memastikan keakuratan data penelitian.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kultur jaringan
merupakan metode perbanyakan tanaman secara vegetatif. Dalam proses perbanyakan ini,
digunakan berbagai alat dan bahan untuk mendukungnya, yang masing-masing memiliki
fungsi yang berbeda sesuai dengan jenisnya. Beberapa alat yang digunakan termasuk
autoklaf, timbangan analitik, hotplate, magnetic stirrer, shaker, laminar air flow, gelas
ukur, cawan petri, labu erlenmeyer, pembakar bunsen, botol kultur, pipet volumetrik dan
pipet tetes, mikropipet, tips, pinset, scalpel dan mata pisau, serta spatula. Sementara itu,
bahan-bahan yang digunakan mencakup aquadest, aluminium foil, wrapping plastic,
indikator pH, larutan NaOH, larutan HCl, alkohol 70%, spiritus, Plant Preservative Mixture
(PPM), larutan stok media MS, larutan stok ZPT, agar, dan tisue steril.
Sterilisasi merupakan aspek vital dalam kultur jaringan karena bertujuan untuk
membersihkan atau mematikan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kontaminasi.
Ada beberapa metode sterilisasi yang dapat diterapkan, antara lain sterilisasi basah
menggunakan autoklaf, sterilisasi kering menggunakan oven pengering laboratorium, dan
sterilisasi dengan menggunakan api. Di laboratorium kultur jaringan, terdapat beberapa
ruangan seperti ruang persiapan, ruang penyimpanan, dan ruang inkubasi. Sebelum
digunakan, ruangan-ruangan tersebut harus menjalani proses sterilisasi terlebih dahulu.
Beberapa metode sterilisasi yang umum digunakan meliputi metode autoklaf, metode
radiasi, penggunaan bahan kimia, flambing, dan desinfeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Hapsani, H. B. A. 2016. Kajian Pemanfaatan Kultur Jaringan dalam Perbanyakan Tanaman


Bebas Virus. Jurnal Agrica Ekstensia. Vol.10(1): 64-73.
Hasanah, U., dan Utami, S.R. 2016. Pengaruh penambahan HCl dalam Medium MS
terhadap Pertumbuhan Kalus Anggrek Bulbophyllum putidum. Jurnal Ilmiah
Biologi. Vol.4(1): 51-56.
Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., dan Walter, P. 2015. Molecular
Biology of the Cell (6th ed.). New York: Garland Science.
Hidayat, I. 2015. Pengaruh Media MS (Murashige dan Skoog) terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Kultur Jaringan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Jurnal
Bioteknologi dan Biosains Indonesia. Vol.2(1): 24-30.

9
Istini. 2020. Pemanfaatan Plastik Polipropilen Standing Pouch Sebagai Salah Satu
Kemasan Sterilisasi Peralatan Laboratorium. Indonesian Journal of Laboratory.
Vol. 2(3): 41-46.
Lase, N. K. 2020. Analisis Pengetahuan Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Ikip
Gunungsitoli Tentang Peralatan Laboratorium Dan Fungsinya. Didaktik, Vol.14(1):
2377-2386.
Mazzoleni, M., dan Debbage, P. 2012. Techniques and procedures for the cell culture
laboratory. Springer Science & Business Media: New York.
Mulyadi, A. 2013. Pemanfaatan larutan NaOH dalam pengelolaan kultur jaringan. Jurnal
Agro Biogen. Vol.9(2): 53-58.
Mustofa, R. F. 2023. Teknik dan Manajemen Laboratorium.
Novitasari, E., Suharsono, S., & Widyasari, A. 2020. Pengaruh Penggunaan Aluminium
Foil Terhadap Pertumbuhan Kultur Jaringan Anggrek Bulan (Phalaenopsis
amabilis). Jurnal Pertanian Tropik: Vol.6(1): 45-50.
Setyawan, F., dan Tjahjono, A. 2016. Pengujian Validasi Timbangan Analitik dengan
Metode ISO/IEC 17025:2005 di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
Surabaya. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENSATEK)
Universitas Negeri Malang.
Simanjuntak, P. 2012. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Penebar Swadaya: Jakarta.
Syafitri, Y., dan Yunus, F. 2019. Penggunaan Autoklaf dalam Sterilisasi Alat dan Media
Kultur Jaringan. Jurnal Sains dan Inovasi Farmasi. Vol.6(1): 24-28.
Willmott, C.J.R., and Maxwell, J. R. 2014. A Guide to Protein Isolation. Kluwer Academic
Publishers.
Wulandari, S., Yonita, S.N., Taryono, Siwi, I., dan Rahmi, S.S. 2021. Sterilisasi Peralatan
dan Media Kultur Jaringan. Agrinova: Journal of Agrotechnology Innovation. Vol.
4(2): 16-19.
Yusinta, R., & Mulyaningsih, B. 2018. Peningkatan Pertumbuhan Inokulan Rhizobium sp.
Pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dengan Penambahan
Hidrogel. Biota: Biologi dan Pendidikan Biologi. 4(2): 101-107.
Ziraluo, Y.P.B. 2021. Metode Perbanyakan Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomea poiret)
dengan Teknik Kultur Jaringan atau Stek Planet. Jurnal Inovasi Pertanian. Vol.
2(3): 1037-146.
.

10
LAMPIRAN

Lampiran 1. Cawan Petri Lampiran 2. Autoklaf Lampiran 3. Laminar Air


Flow

Lampiran 4. Timbangan Lampiran 5. Hot Plate Lampiran 6. Magnetic


Analitik Strirrer

Lampiran 7. Shaker Lampiran 8. Pinset Lampiran 9. Scalpel

Lampiran 10. Mata Pisau Lampiran 11. Spatula Lampiran 12. Mikropipet

Lampiran 13. Tips Kuning Lampiran 14. Pipet Tetes Lampiran 15. Pipet
dan Biru Volumetrik

Lampiran 16. Bulb Karet Lampiran 17. Erlenmeyer Lampiran 18. Gelas Ukur
Lampiran 19. Bunsen Lampiran 20. Aquades Lampiran 21. Botol Kultur

Lampiran 22. Alumunium Lampiran 23. Plastic Wrap Lampiran 24.Kertas pH


Foil Indikator

Lampiran 25. Larutan Stok Lampiran 26. Larutan Stok Lampiran 27. NaOH
Media MS ZPT

Lampiran 28. Larutan HCl Lampiran 29. PPM (Plant Lampiran 30. Alkohol 70%
Preventative Mixture)

Lampiran 31. Spirtus Lampiran 32. Agar Powder Lampiran 33. Tisu Steril

Anda mungkin juga menyukai