Jurnal Limnologi 2 Analisis Kualitas Air
Jurnal Limnologi 2 Analisis Kualitas Air
untuk kehidupan manusia, perikanan, pertanian, industri, rekreasi dan pemanfaatan lainnya
(Asdak, 1995). Pengaruh kualitas air sangat besar bagi kehidupan organisme perairan. Selain
itu, kualitas air juga berpengaruh pada siklus hidup dari organisme yang ada di lingkungan.
Adanya kondisi yang kurang baik pada keadaan kualitas air akan dapat memperlama siklus
hidup dari organisme yang bersangkutan (Odum, 1993). Faktor lingkungan yang berperan
aktif dalam menunjang kehidupan dalam air menurut Sumawidjaja (1990) adalah faktor fisik,
kimia, biologi. Di dalam usaha perikanan, manajemen kualitas air diperlukan untuk mencegah
aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi
ikan (Widjanarko, 2005).
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum analisis kualitas air yakni untuk
mengetahui kualitas air kolam Jurusan Perikanan dan danau Lembah UGM. Di samping itu,
praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pengambilan sampel untuk diuji kualitas
airnya. Selain itu, praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan antar parameter
kualitas air.
METODOLOGI
Praktikum analisis kualitas air ini dilakukan di dua tempat yang berbeda, yaitu kolam
Jurusan Perikanan serta danau Lembah UGM, pada tanggal 2 November 2013. Praktikum inin
dilaksanakan sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB. Adapun alat yang digunakan
pada praktikum kali ini meliputi termometer, secchi disk, pipet tetes, erlenmeyer, pH meter,
botol oksigen, kertas label, pipet ukur, kempot, ember, botol film, sedgwick rafter, mikroskop,
plankton net, plastik, botol air mineral dan gelas ukur. Sementara bahan yang digunakan
antara lain larutan KI alkalin, MnSO4, H2SO4, Na2S2O3, NaOH, indicator amilum, indikator
MO, reagen oksigen, indicator phenolpthelein, formalin 4% dan aqudest.
Parameter yang diamati pada praktikum kali ini meliputi parameter fisik, kimia dan
biologi. Parameter fisik meliputi TSS, kecerahan, suhu air, dan suhu udara. Pengamatan
parameter kimia meliputi DO, CO2 bebas, pH, alkalinitas, BOD5 serta BO. Sedangkan
pengamatan parameter biologi meliputi densitas dan diversitas plankton.
Prinsip kerja dalam praktikum analisis kualitas air ini adalah dengan pengamatan,
pengukuran serta pehitungan secara langsung terhadap parameter-parameter perairan.
Pengukuran suhu dan pH dilakukan secara langsung dengan menggunakan termometer dan
pH meter. Pengukuran kecerahan dilakukan dengan pengukuran dengan menggunakan secchi
a+b
2
DO=
1000
x volume x 1 x 0,1
(mg/l).
50
Pengukuran TSS dilakukan dengan pengambilan sampel. Pengukuran CO2 bebas dilakukan
CO2 =
1000
x volume x 1
50
(mg/l). Alkalinitas
ditentukan melalui titrasi dan dilakukan perhitungan dengan rumus CO 32- + HCO3- di mana
2=
1000
x volum titran 1 x 1
50
CO 3
=
dan
1000
x volum titran2 x 1
50
HCO3
ditentukan dengan menganalisis BOD0hari serta BOD5hari. BOD5 ditentukan dengan rumus
BOD 5=
1000
x (b a) x 1 x 0,1
50
merupakan volume titran BOD0hari. Pengukuran densitas dan diversitas plankton dilakukan
dengan metode pengambilan sampel yang kemudian diamati dengan bantuan sedgwick rafter
dan mikroskop.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilaksanakan di dua lokasi pengamatan, yaitu kolam Jurusan
Perikanan UGM serta danau Lembah UGM. Kondisi lingkungan kolam Jurusan Perikanan
UGM tampak rapi dan hijau di sekelilingnya, sebab ditumbuhi beberapa vegetasi seperti
pohon dan rerumputan yang tertata rapi. Kolam perikanan yang digunakan dalam praktikum
kali ini merupakan kolam semi intensif dimana kolam tersebut dasarnya masih berupa tanah
alami sementara dindingnya sudah berupa bangunan permanen dari semen. Air dalam kolam
tersebut tampak berwarna hijau dengan bagian dinding yang sedikit ditumbuhi lumut. Dalam
kolam tersebut tampak terdapat beberapa organisme-organisme seperti siput/keong, katak, dan
jangkrik. Kolam perikanan ini mendapat suplai air dari selokan Mataram. Kondisi danau
Lembah tampak jauh berbeda dibandingkan dengan kondisi kolam Jurusan Perikanan. Danau
Lembah UGM tampak lebih asri, di mana pada lingkungan sekitarnya ditumbuhi berbagai
macam vegetasi yang memberi kesan teduh dan sejuk. Meskipun demikian kondisi danau ini
tampak kurang terawat, yang mana terdapat banyak sampah, terutama pada bagian inlet.
Sampah tersebut kemungkinan terbawa dari selokan Mataram, yang merupakan penyuplai air
utama danau Lembah UGM. Pada danau ini juga terdapat berbagai macam organisme
diantaranya adalah ikan, katak, siput, bahkan udang. Hal tersebutlah yang mengundang
beberapa warga sekitar untuk mencari ikan pada danau tersebut dengan cara memancing.
Secara umum, keadaan cuaca ketika dilakukan pengamatan adalah panas terik, namun pada
danau Lembah UGM terkesan lebih sejuk dan segar karena pada danau terdapat banyak
vegetasi berupa pepohonan yang besar dan rindang.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran parameter fisik dan kimia pada kolam
dan danau, dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2. Masing-masing lokasi memberikan
gambaran nilai parameter yang bervariasi.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Parameter Fisik, Kimia Danau
parameter
Suhu
udara (C)
Suhu air
(C)
Kecerahan
(cm)
TSS (ppm)
DO
(ppm)CO
CO (ppm)
Alkalinitas
(ppm)
BOD
(ppm)
BOD
(ppm)
BO
pH
06.00
outl
inlet
et
09.00
outle
inlet
t
12.00
outl
inlet
et
15.00
outl
inlet
et
18.00
outl
inlet
et
24,5
24.5
30
29.5
31
29.5
32
24
26.5
26
29,5
29.5
28
28.5
31.5
30
31.5
30.5
29.5
27
54.7
5
34.5
43.5
51.3
75
43.5
43
32.3
5
25.5
38
0.34
0.13
6
24.1
25
0.15
7
0.71
4
0.19
2.2
3.3
6.1
3.6
7.7
10
6.25
11.5
5.8
97.9
24
21.4
17.4
11
1.12
5
2.8
49.2
16.6
88
109
102
36
96
110
100
73
115
112
1.1
3.2
7.5
10.1
5.5
0.7
0.1
0.6
24.0
4
7.65
22.1
4
7.3
34.1
6
7.15
27.2
7.65
7.7
28.4
7
8.8
0.23
1
27.2
8.95
8.9
8.35
06.00
inle outl
t
et
09.00
inl outl
et
et
12.00
outl
inlet et
15.00
inle outl
t
et
18.00
inle outle
t
t
Suhu udara
(C)
25.
5
29
19.
5
0.1
56
20
0.16
5
2.35
2.8
55
25.5
103
2.2
0
24.
04
7.0
5
68
0.9
2.7
TSS (ppm)
DO
(ppm)CO
CO (ppm)
Alkalinitas
(ppm)
BOD (ppm)
BOD (ppm)
BO
pH
23
29
29
32
31.5
29
20.2
5
30.5
30.5
31.
5
28.
5
20.9
0.13
1
41.5
25
27
8.5
44
27.4
30.8
30.5
74
80
92
5.8
0.3
32.2
6
8.15
30
27.
5
14.
5
32.9
7.05
7.2
5
28.5
28.
25
33.5
33
22
21
0.1
78
0.21
7.5
65.
4
9.5
92
7
0
13.2
8
29
88
8.35
73
20
8.35
25.5
31.5
27.1
25
0.13
6.3
26.
2
6.1
43
5.8
0.2
26.
56
88
7.4
0.29
7.9
7.25
30
31
Berikut disajikan grafik beserta penjelasan dari masing-masing parameter baik fisik,
kimia, maupun biologi pada prairan kolam dan danau.
inlet
C 20
10
outlet
0
06.00 09.00 12.00 15.00 18.00
waktu
inlet
C 20
10
outlet
0
06.00 09.00 12.00 15.00 18.00
waktu
suhunya pun tinggi. Pada pukul 06.00 pagi serta pada 18.00 suhu udara relatif rendah, sebab
pada waktu tersebut matahari belum muncul maupun sudah beranjak pergi. Apabila
dibandingkan antara kolam inlet dan outlet, suhu udara pada outlet kolam cenderung lebih
rendah dibandingkan pada bagian intlet. Suhu udara pada danau Lembah relatif stabil pada
bagian outlet, sementara pada bagian outlet suhunya relatif berfluktuasi di mana pada pukul
15.00 terjadi penurunan suhu yang cukup signifikan, dimana suhu menurun dari 41,5 oC
menjadi 22oC. Perbedaan suhu pada bagian inlet dan outlet ini dapat dipengaruhi oleh vegetasi
yang tumbuh di sekelilingnya. Berdasarkan grafik tersebut suhu udara pada kolam relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan suhu udara pada danau. Hal tersebut disebabkan ada kolam panas
matahari langsung terpapar tanpa ada penghalang seperti vegetasi, berbeda dengan wilayah
perairan danau Lembah UGM yang terdapat banyak pepohonan yang rindang sehingga udara
un terasa sejuk sebab suhunya relatif lebih rendah. Suhu udara dapat dengan cepat berubah
dikarenakan udara lebih mudah menyerap dan melepaskan intensitas panas dari matahari
(Odum, 1993). Berdasarkan data suhu udara yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa
kondisi lingkungan kolam Jurusan Perikanan cenderung lebih optimal apabila dibandingkan
dengan lingkungan danau. Sebab menurut Odum (1993), suhu udara yang optimal bagi
kehidupan adalah berkisar antara 28oC-32oC. Suhu optimal pada kedua perairan tersebut ratarata dicapai ketika intensitas matahari sedang maupun tinggi, yakni pada pukul 09.00, 12.00,
serta 15.00.
inlet
C 20
10
outlet
0
06.00 09.00 12.00 15.00 18.00
waktu
inlet
C 28
26
outlet
24
06.0009.0012.0015.0018.00
waktu
begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan pada suhu yang tinggi organisme akan melakukan
metabolisme yang tinggi pula sehingga organisme tersebut membutuhkan Oksigen yang lebih
untuk beraktivitas, sebagai sumber energi. Menurut Effendi (1998), suhu suatu badan air
dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam satu hari,
siklus udara, penutupan awan, dan aliran air serta kedalaman dari badan air. Kenaikan suhu
air dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu .Air memiliki
beberapa sifat termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air berjalan lebihlambat dari
pada udara. Selanjutnya Soetjipta (1992) menambahkan bahwa walaupun suhu kurang mudah
berubah di dalam air daripada di udara, namun suhu merupakan faktor pembatas utama, oleh
karena itu mahluk akuatik sering memiliki toleransi yang sempit. Ikan merupakan hewan
ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung
atau menyesuaikan suhu lingkungansekelilingnya (Hoole et al. 2005).
Berdasarkan kedua grafik tersebut suhu air tampak fluktuatif pada inlet kolam, suhu
tertinggi justru terdapat pada sore hari pukul 15.00 ketika matahari mulai beranjak tenggelam.
Hal tersebut dikarenakan sifat air yang cenderung menyerap panas, sehingga pada sore hari
sekalipun suhunya masih tinggi (Odum, 1993). Hal tersebut juga dikarekan sifat termal air
yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air berjalan lebih lambat dari pada udara. Pada
danau suhu tertinggi baik outlet maupu inlet adalah sekitar pukul 15.00 WIB, dimana suhunya
sebesar 31,5oC pada inlet dan 30,5oC pada outlet. Sementara pada kolam suhu tertingginya
mencapai 33,5oC. Suhu tertinggi tersebut terjadi ketika pukul 15.00. Menurut Odum (1993),
air dengan suhu berkisar antara 24-27oC adalah suhu yang optimal bagi kehidupan biota
perairan. Hal tersebut menandakan bahwa, baik pada perairan danau maupun kolam telah
melampaui suhu optimalnya. Akan tetapi, diantara kedua lokasi tersebut danau Lembah
UGM-lah yang memiliki kondisi suhu perairan yang cenderung lebih mendekati optimum.
kecerahan VS waktu
50
40
30
cm 20
inlet
outlet
10
0
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
waktu
kecerahan VS waktu
60
50
40
inlet
cm 30
20
outlet
10
0
06.00 09.00 12.00 15.00 18.00
waktu
TSS VS waktu
0.3
0.2
inlet
ppm 0.1
0
06.00
outlet
12.00
18.00
waktu
TSS VS waktu
0.8
0.6
ppm 0.4
0.2
0
06.00
inlet
outlet
12.00
18.00
waktu
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah bahan-bahan organik
yang tersuspensi dan tidak terlarut dalam molekul air (Michael, 1994). Yang termasuk TSS
adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan pukulur.
Pada danau nilai TSS tertinggi mencapai 0,714 ppm, dengan nilai TSS terendah 0,136
ppm. Nilai terendah terjadi pada pukul 06.00, sedangkan nilai tertinggi pada pukul 18.00.
Sementara pada kolam nilai TSS tertinggi hanya mencapai 0,21 ppm, dengan nilai TSS
terendah 0,13 ppm. Nilai terendah terjadi pada pukul 18.00, sedangkan nilai tertinggi pada
pukul 12.00. Berdasarkan kedua grafik tersebut nampak bahwa nilai TSS pada danau lembah
UGM cukup tinggi. Hal tersebut diakibatkan pintu masuk air pada inlet danau lebih lebar dan
besar dibandingkan pada inlet kolam sehingga banyak material dari sungai yang yang terbawa
masuk ke dalam danau. Pada dasarnya daerah inlet biasanya memiliki kandungan TSS yang
tinggi karena air membawa material-material sepanjag jalannya. TSS sangat mempengaruhi
respirasi biota perairan, semakin tinggi TSS maka akan semakin sulit suatu organisme untuk
melakukan respirasi. Padatan tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi biota di perairan
melalui dua cara. Pertama, menghalangi dan mengurangi penentrasi cahaya ke dalam badan
air, sehingga mengahambat proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya.
Kondisi ini akan mengurangi pasokan oksigen terlarut dalam badan air. Kedua, secara
langsung TSS yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan karena tersaring oleh
insang. Menurut Marwah (2001) TSS akan semakin tinggi pada outlet dan bagian yang tenang
dari suatu perairan. Marwah (2001) juga mengatakan bahwa TSS dalam suatu perairan tidak
boleh > 100 ppm, apabila lebih dari itu maka akan sangat mengganggu respirasi dari ikan di
perairan tersebut.
pH VS waktu
8.5
8
7.5
7
6.5
6
06.00 09.00 12.00 15.00 18.00
waktu
inlet
outlet
Ph VS waktu
10
8
6
4
2
0
06.00 09.00 12.00 15.00 18.00
inlet
outlet
waktu
Berdasarkan data tersebut tampak bahwa pH tertinggi didapat pada pukul 12.00
hingga 15.00. Pada danau nilai pH tertinggi mencapai 8,9 dengan nilai pH terendah 7. Nilai
terendah terjadi pada pukul 09.00, sedangkan nilai tertinggi pada pukul 15.00. Sementara
pada kolam nilai pH tertinggi mencapai 8,35 dengan nilai pH terendah 7. Nilai terendah
terjadi pada pukul 09.00, sedangkan nilai tertinggi pada pukul 12.00 dan 15.00. Kondisi air
pada kedua perairan tersebut cenderung bersifat basa. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh
adanya limbah rumah tangga yang terbawa masuk melalui inlet baik ke dalam perairan kolam
maupun danau. Mahida (1993) menyatakan bahwa limbah buangan industri dan rumah tangga
dapat mempengaruhi nilai pH perairan. pH mempengaruhi kandungan CO 2 bebas. pH tinggi
memnyebabkan CO2 bebas rendah pada perairan. Berdasarkan nilai pH perairan yang
diperoleh, dapat dikatakan bahwa kolam memiliki nilai pH yang relatif optimal bagi
kehidupan biota perairan. Sebab menurut Odum (1993) pH air yang sesuai dengan kehidupan
dari biota perairan atau bisa dikatakan optimum yaitu berkisar antara 7-8,5.
alkalinitas VS waktu
120
100
80
60
ppm 40
20
0
inlet
06
.0
0
09
.0
0
12
.0
0
15
.0
0
18
.0
0
outlet
waktu
alkalinitas VS waktu
140
120
100
80
60
ppm 40
20
0
inlet
06
.0
0
09
.0
0
12
.0
0
15
.0
0
18
.0
0
outlet
waktu
pada pukul 06.00. Berdasarkan kedua grafik tersebut alkalinitas baik pada kolam maupun
danau cenderung fluktuatif, bahkan pada danau pukul 09.00 alkalinitasnya menurun drastis
dari 109 ppm menjadi 36 ppm. Hubungan antara alkalinitas dan waktu ini dipengaruhi oleh
pH, sebab pH akan menurun ke arah asam apabila terjadi pelapukan senyawa organik. pH
turut dipengaruhi oleh CO2. Semakin rendah alkalinitas maka CO 2 semakin tinggi , begitu
pula sebaliknya. Menurut Odum (1993), ketinggian alkalinitas sebaiknya tidak lebih dari 500
sehingga kisaran optimum bagi biota perairan adalah 50-200 ppm. berdasrkan pengamatan
alkalinitas pada kedua lokasi tersebut perairan danau alkaliniasnya relatif optimum
dibandingkan dengan kolam perikanan. Dengan demikian danau Lembah UGM lebih cocok
sebagai habitat ikan karena nilai alkalinitasnya tinggi, sehingga kemampuan untuk
mempertahankan pH-nya pun tinggi. Ikan sangat sensitif pada kondisi kadar alkalinitas yang
rendah (Mintardjo, 1984). Fluktuasi pH air sangat ditentukan oleh alkalinitas air tersebut.
Apabila alkalinitasnya tinggi, maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH nya
(Sastrawijaya, 2000).
BO VS waktu
40
30
inlet
ppm 20
outlet
10
0
06.00
12.00
waktu
18.00
BO VS waktu
40
30
inlet
ppm 20
outlet
10
0
06.00
12.00
18.00
waktu
perairan outlet intensitasnya rendah, sehingga organisme air kurang maksimum dalam
berfotosintesis sehingga bahan organik yang dihasilkan pun rendah BO ini dipengaruhi oleh
pH di mana apabila pH terlalu rendah ataupun terlalu tinggi dapat mengganggu kinerja dari
mikroorganisme yang merambah bahan organik tersebut. Selain itu, kandungan O2 juga sangat
berpengaruh di mana mikroorganisme yang melakukan perambahan membutuhkan O 2 untuk
melakukan proses respirasi. Menurut Marwah (2001), BO yang baik bagi perairan dan biota di
dalamnya adalah < 100 ppm. Dengan demikian pada perairan kolam maupun danau masih
dapat dikatakan optimal.
DO VS waktu
inlet
outlet
06
.0
0
09
.0
0
12
.0
0
15
.0
0
18
.0
0
ppm
10
8
6
4
2
0
waktu
DO
15
10
ppm
inlet
outlet
06
.0
0
09
.0
0
12
.0
0
15
.0
0
18
.0
0
waktu
mencapai kandungan DO tertinggi pada pukul 12.00 di mana suhu dan intensitas cahaya yang
masuk optimum. Sementara pada bagian outlet tertinggi pada pukul 15.00. DO pada suatu
penelitian sangat bergantung pada suhu air dan pemakaian oksigen oleh biota perairan.
Hubungan DO dengan waktu adalah semakin siang maka DO semakin menurun meski
plankton akan aktif memproduksi O2, hal ini dikarenakan biota perairan akan semakin banyak
menggunakan O2 sebab adanya pengaruh suhu yang semakin tinggi. Menurut, Harjono
(1992), kandungan O2 yang optimal bagi biota perairan adalah DO yang berkisar antara 6-15
ppm. Dengan demikian perairan yang optimum adalah danau Lembah UGM.
CO
inlet
outlet
06
.0
0
09
.0
0
12
.0
0
15
.0
0
18
.0
0
ppm
80
60
40
20
0
waktu
CO VS waktu
150
100
ppm
inlet
50
outlet
06
.0
0
09
.0
0
12
.0
0
15
.0
0
18
.0
0
waktu
naik kembali pada sore menjelang malam. Hal tersebut berkaitan dengan proses fotosintesis
yang dilakukan oleh fitoplankton dan produsen perairan lainnya. pH dapat mempengaruhi
CO2 bebas dimana semakin rendah pH maka CO 2 bebas akan semakin tinggi. Menurut
(Odum (1993), kandungan CO2 bebas yang optimal bagi biota perairan yaitu berkisar antara
6-20 ppm. Dengan demikian, kondisi perairan terbaik berada pada outlet danau.
BOD0 VS waktu
8
6
inlet
ppm 4
2
0
06.00
outlet
12.00
18.00
waktu
BOD0 VS waktu
15
10
ppm
inlet
outlet
5
0
06.00
12.00
18.00
waktu
BOD5 VS waktu
3
pmm
inlet
outlet
0
06.00
12.00
waktu
18.00
BOD 5 VS waktu
0.8
0.6
inlet
ppm 0.4
0.2
0
06.00
outlet
12.00
18.00
waktu
Adapun hubungan waktu dengan BOD5 yaitu pada pengujian BOD0, denagn
demikian kita dapat mengetahui dengan jelas kandungan O2 awalnya kemudian dimasukkan
ke dalam rumus bersama dengan kandungan BOD5, barulah diperoleh kandungan BOD total.
Brdasarkan grafik tersebut, tampak bahwa kandungan BOD baik di danau maupun di kolam
berfluktuasi. Fluktuasi tersebut terjadi berkaitan dengan DO sebab semakin tinggi DO
menyebabkan BOD5 semakin rendah, sebab BOD5 merupakan jumlah O2 yang diperlukan
atau digunakan organisme untuk respirasi. Menurut Odum (1993), BO5 optimum yang
mendukung kehidupan biota adalah BOD5 yang besar. Semakin besar nilai BOD maka
perairan tersebut akan semakin subur. Dengan demikian, perairan yang baik berdasarkan nilai
BOD5 adalah kolam, karena kolam memiliki range BOD5 yang lebar.
80
70
60
50
inlet
40
outlet
30
20
10
0
06.00
12.00
18.00
80
outlet
60
40
20
0
06.00
12.00
18.00
1992). Densitas plankton merupakan banyaknya individu plankton yang dinyatakan dengan
persatuan luas, maka nilai itu juga disebut sebagai kepadatan (density) plankton.
Berdasarkan grafik tersebut plankton berada pada kepadatan maksimum ketika pukul
18.00 dan minimum pada pukul 06.00. Grafik densitas plankton diatas berguna untuk
mengetahui kepadatan dari plankton baik pada area inlet maupun outlet pada danau maupun
kolam. Pada inlet danau pukul 06.00 densitas plankton berkisar 77,5 ind/L, pada pukul 12.00
berkisar 102,5 ind/L, dan pada pukul 18.00 berkisar 22,5 ind/L, hal ini berarti pada pukul
12.00 terjadi kenaikan namun turun lagi pada pukul 18.00 . Untuk outlet diperoleh data untuk
pukul 06.00 yaitu berkisar 142,5 ind/L yang mengalami kenaikan pada pukul 12.00 menjadi
105 ind/L dan turun menjadi 100 ind/L. Sementara untuk inlet kolam diawali pukul 06.00
dengan 47,5 ind/L yang kemudian naik pada pukul 12.00 menjadi 55 ind/L dan terus naik
menjadi 72,5 ind/L pada pukul 18.00 . Untuk outletnya pada pukul 06.00 berada 27,5 ind/L
yang kemudian naik ke 57,5 ind/L dan terus naik mencapai 75 ind/L masing-masing pada
pukul 12.00 dan 18.00. Hubungan antara densitas dengan waktu adalah seberapa padat
plankton dalam melakukan fotosintesis pada pagi, siang serta sore hari dan ternyata
waktukepadatan berada pada siang serta sore hari yang dimana intensitas matahari tinggi dan
ketika sore mulai berkurang. Densitas plankton sedikit terjadi karena adanya unsur hara yang
banyak tersedia pada perairan dan dilengkapi dengan intensitas penyinaran matahari yang
baik. Menurut odum (1993) semakin banyak fitoplankton di perairan dapat memberi oksigen
terlarut yang lebih banyak, selain itu dapat berguna juga sebagai produksi energi bagi ikan
pemakan plankton.
3.5
3
2.5
2
inlet
1.5
outlet
1
0.5
0
06.00
12.00
18.00
3.5
3
2.5
2
inlet
1.5
outlet
1
0.5
0
06.00
12.00
18.00
pukul 18.00, sedangkan untuk area outletnya dari pukul 06.00 keragamannya menurun hingga
pukul 12.00 dan kemudian meningkat pada pukul 18.00 .
Hubungan antara waktu dan keragaman plankton adalah pada waktu siang hari dimana
intensitas penyinaran matahari yang baik, berbagai jenis plankton (fitoplankton) akan keluar
dan berkembangbiak serta melakukan fotosintesis, sementara zooplankton juga akan keluar
untuk memakan fitoplankton tersebut. Semakin tinggi keragaman plankton pada suatu
perairan, maka perairan tersebut akan semakin subur (Odum, 1993).
Dapat dilihat bahwa perairan danau memiliki kepadatan plankton yang lebih tinggi
begitupun dengan keragamannya maka dapat disimpulkan bahwa perairan danau lebih subur
dibandingkan perairan di area kolam, namun perairan kolam maupun danau keduanya masih
berada dalam kondisi yang baik atau dapat digunakan untuk proses pembudidayaan. Hal ini
dilihat dari parameter fisika, kimia, dan biologi yang masih berada pada lingkup atau rentang
optimum bagi biota perairan, seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Ilmu tentang analisis kualitas air memiliki peran yang penting khususnya bagi
program studi Manajemen Sumberdaya Perairan yakni untuk menjaga kelestarian lingkungan
perairan yang tentunya berguna dalam bidang konservasi, yang juga dapat diterapkan untuk
pengelolaan perikanan yang lebih baik. Berdasarkan perbandingan antar parameter, baik fisik,
kimia, maupun biologi, perairan danaulah yang memiliki tingkat kualitas air yang baik untuk
biota perairan dapat hidup. Sebab pada perairan danau parameter-parameternya menunjukkan
nilai yang optimum atau mendekati optimum.
KESIMPULAN
Baik pada perairan danau maupun kolam dipengaruhi oleh parameter fisik yang berupa suhu
air dan udara, kecerahan, serta padatan tersuspensi (TSS), parameter kimia yang meliputi
kandungan DO, CO2 bebas, alkalinitas, pH, BO, BOD5, serta parameter biologi meliputi
densitas dan diversitas plankton. Parameter-parameter tersebut dimati dengan pengambilan
sampel pada bagian inlet dan outlet. Berdasarkan hasil pengamatan, perairan danau dan kolam
UGM masih dalam kondisi yang baik. Akan tetapi, perairan danau lebih baik dibandingkan
dengan perairan kolam. Hal tersebut dikarenakan nilai-nilai parameter fisik, kimia, dan
biologi pada danau Lembah UGM lebih optimum atau relatif mendekati nilai optimum
dibandingkan pada kolam Jurusan Perikanan UGM.
SARAN
Alangkah baiknya apabila alat dan bahan yang digunakan diperbanyak agar ketika
hendak mengamati parameter-parameternya tidak saling menunggu antara kelompok yang
satu dengan kelompok yang lain, sehingga waktu yang digunakan menjadi lebih efektif dan
efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. UGM Press. Yogyakarta.
Benyamin, Lakitan. 1997. Klimatologi Dasar. Radja Grafindo Persada. Jakarta.
Effendi, H. 1998.Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.
Institut Pertaninan Bogor Press. Bogor
Harjono, B. 1992. Kualitas Sumberdaya Perairan.Gramedia Pustaka. Jakarta.
Hoole, S.R.H. dan Hoole P.R.P. 1996. Modern Short Course in Engineering Electromagnetics.
Oxford University Press. New York.
Madjid, Abdul. 2008, Bahan Organik Tanah. http://www.unsri.ac.id. Diakses 17 Desember
2012, Pukul 11.28 WIB
Mahida, U.N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri, PT Raja. Gravindo
Persada. Jakarta.
Marwah. 2001. Parameter Pengukuran Kualitas Perairan. Sumber Alam. Surabaya.
Michael. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. UI Press.
Jakarta.
Mintardjo, K.A. 1984. Persyaratan Tanah dan Air. Direktorat Jendral Perikanan. Direktorat
Pertanian. Hal 63-89.
Novotny, V. dan Olem H. 1994. Water Quality: Prevention, Identification, and Management of
Diffuse Pollution. van Nostrand Reinhold. New York.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga . Gajah Mada University Press.
Jogjakarta. H. 134-162.
Purba, M. 2006. Kimia I. Erlangga. Jakarta.
Sastrawijaya, A. Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Satari, G. Pengelolaan dan Pemanfaatan Danau dan Waduk. Universitas Padjadjaran.
Bandung.
Schram, F.R. 1990. Crustacea. Oxford University Press. New York : 606 pp.
Soetjipta. 1992. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Sumawidjaya,K. 1990. Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Wardoyo, S.T.H. 1989. Kriteria Kualitas Air untuk Pertanian dan Perikanan. Makalah pada
Seminar Pengendalian Pencemaran Air. Dirjen Pengairan Departemen Pekerjaan
Umum. Bandung.
Widjanarko, P. 2005. Analisis Kualitas Air. IPB. Bogor.