240210130008
Pengupasan terdiri dari tiga macam cara yaitu pengupasan secara mekanis,
khemis (lye peeling) dan uap bertekanan, namun pada praktikum kali ini,
praktikan hanya melakukan percobaan pengupasan dengan cara mekanis dan cara
khemis (Iye peeling) menggunakan blansing atau panas. Dalam percobaan
pengupasan menggunakan cara mekanis, dilakukan dengan pisau, peeler dan
sabut. Sampel yang digunakan tomat, apel, pir, wortel, dan kentang, sedangkan
dalam pengupasan dengan cara khemis menggunakan blansing atau panas
menggunakan sampel yang sama.
dilakukan untuk skala kecil. Kelemahan cara mengupas ini adalah lama dan
cenderung menghasilkan limbah dalam jumlah banyak.
Alat peeler sangat praktis digunakan, namun pemotongan kulit bahan tidak
dapat diatur dan sangat sulit digunakan pada bahan yang mempunyai permukaan
tidak rata sehingga tetap saja akan memerlukan pisau dalam pengelupasan bagian
tersebut. Sabut sangat praktis digunakan pada bahan pangan yang hanya
mempunyai kulit yang sangat tipis sehingga penggunaan sabut dalam pemotongan
bahan memberikan hasil yang bersih.
Cara pengupasan dengan pengupas dilakukan dengan menggunakan alat
yang mempunyai sisi permukaan kasar. Proses pengupasan terjadi karena gesekan
bahan dengan permukaan kasar tersebut. Limbah yang dihasilkan dari pengupasan
ini jumlahnya banyak jika bahan yang dikupas mempunyai bentuk yang tdak
beraturan, tetapi proses relative cepat.
Pengupasan secara mekanis umumnya dilakukan dengan menggunakan
pisau biasa atau stainless steel, namun untuk mendapatkan hasil akhir yang baik
sebaiknya menggunakan pisau yang berbahan stainless steel jika akan mengupas
bahan pangan seperti buah-buahan agar tidak terjadi pewarnaan gelap yang dapat
mempengaruhi kenampakan produk. Efisiensi pengupasan rendah dan lebih
efektif untuk mengupas bahan yang berukuran besar.
Perbedaan alat pemotongan selain memengaruhi laju pemotongan dan
BDD, dapat pula mempengaruhi sifat organoleptik pasca pemotongan. Seperti
pada buah-buahan yang mengandung zat tanin akan mengalami pewarnaan
menjadi gelap apabila dikupas dengan pisau. Oleh adanya ion Ca++, Mg++ dan
Fe++. Tanin akan membentuk senyawa yang berwarna gelap. Adanya asam-asam
organik yang banyak terdapat pada buah-buahan akan menyebabkan terjadinya
korosi pada pisau yang digunakan untuk pengupasan (Anonim, 2007).
Senyawa logam yang terdapat pada pisau biasa yaitu Fe mempunyai sifat
dan pengaruh yang jelek terhadap bahan pangan, sedangkan di dalam bahan
pangan itu sendiri umumnya juga terdapat senyawa logam seperti Mg pada
klorofil, Cu, Zn dan Mn sebagai enzim, Co sebagai vitamin B12 dan lainnya. Ion-
ion logam tersebut dapat dengan mudah terlepas dari ikatan kompleksnya karena
terjadinya degradasi maupun hidrolisis selain itu ion-ion logam bebas tersebut
Abdurrohman
240210130008
juga mudah bereaksi dengan logam lainnya dan menyebabkan perubahan warna,
ketengikan, kekeruhan, maupun perubahan rasa pada bahan pangan (Winarno,
2004 dalam Hadi, 2009).
Dalam pengupasan bahan pangan ini dilakukan dua proses blansing yang
berbeda yaitu blansing dengan air mendidih atau water blanching dan blansing
dengan uap panas atau steam blanching. Water blanching, digunakan air panas
(mendidih) untuk menaikkan temperatur bahan pangan, biasanya temperatur
operasi berkisar antara 70-100oC. Metode ini merupakan metode blanching yang
paling sederhana dan memerlukan biaya operasi yang murah. Kekurangan dari
penggunaan metode water blanching ini adalah menghilangkan mineral dan
nutrien penting yang larut dalam air, sedangkan steam blanching, biasanya
digunakan untuk bahan pangan yang berukuran kecil, atau sudah dipotong dengan
ukuran yang kecil. Hasil pengamatan pengupasan bahan pangan dengan blansing
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengupasan Bahan Pangan dengan Blansing
Wawal Waktu BDD
Sampel Perlakuan Wakhir (gr)
(gr) (menit) (%)
Tomat Uap panas 117,6248 106,2977 27 detik 90,3701
(6A) Air mendidih 98,2240 86,3330 27 detik 87,8940
135,7623 119,9018 11 menit 88,3174
Uap panas
Apel 51 detik
(7A) 117,7535 90,4122 1 menit 76,7809
Air mendidih
46 detik
140,1677 111,2724 7 menit 79,39
Uap panas
Pir 59 detik
(8A) 121,7514 98,5246 4 menit 80,92
Air mendidih
38 detik
82,8340 70,715 7 menit 85,3695
Uap panas
Wortel 18 detik
(9A) 68,2262 62,2155 6 menit 91,1900
Air mendidih
55 detik
131,1908 120,9272 4 menit 92,17
Uap panas
Kentang 51 detik
(10A) 112,9277 97,7240 1 menit 86,54
Air mendidih
34 detik
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)
Berdasarkan Tabel 2 hasil pengamatan, dapat dilihat pada semua sampel
(tomat, apel, pir, wortel, dan kentang) menunjukan bahwa waktu yang dibutuhkan
dalam blansing uap (steam blanching) lebih lama daripada blansing rebus (water
blanching). Waktu pemrosesan dengan steam blanching biasanya 1.5 kali lebih
lama dibandingkan dengan metode water blanching.
Abdurrohman
240210130008
Nilai BDD yang diperoleh pada pemrosesan blansing wortel, tomat dan
kentang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan pemrosesan blansing memudahkan
dalam pengelupasan kulit wortel, tomat, kentang dan limbah yang dihasilkanpun
cukup sedikit, sedangkan harga BDD apel masih tinggi walaupun lebih rendah
dari harga BDD pir. Hal tersebut dapat disebabkan karena kulit apel sangat tebal
sehingga kulit masih menempel pada daging apel yang dapat menyebabkan
daging buah ikut terbuang.
Blansing mengakibatkan penurunan warna dan tekstur pada semua
komoditas. Perubahan tekstur ditunjukan dengan adanya penurunan berat bahan.
Proses hot water blanching lebih melunakan bahan jika dibandingkan dengan
steam blanching. Hal ini dikarenakan sebagaian besar air masuk
kedalam bahan yang akan menyebabkan ikatan antar partikel bahan menjadi
semakin renggang sehingga daya tarik partikel akan lemah dan mengakibatkan
tekstur menjadi lunak, oleh karena itu dalam melakukan proses blansing
diperlukan pengukuran waktu yang digunakan (Winarno, F.G, 1994).
Perubahan tekstur dan berat erat hubungannya dengan penyusutan sel.
Mekanisme penyusutan yaitu, pati tergelatinisasi, membran sitoplasma berubah,
dinding sel sedikit berubah, pektin termodifikasi, protein nukleus dan sitoplasma
terdenaturasi, kloroplas dan kromoplas mengalami penurunan. Semua komponen
tersebut keluar sel sehingga beratnya berkurang, namun air pada blanser akan
memasuki sel (Ismariya, 2009). Lamanya proses blansing dapat ditentukan dari :
1. Ukuran dan bentuk bahan,
2. Tekstur,
3. Konduktivitas panas (Winarno, F.G, 1994).
Selain terjadi perubahan berat dan tekstur, blansing juga berpengaruh
terhadap pengerutan sehingga memudahkan dalam pengupasan kulit komoditas.
Semakin banyak kadar air yang hilang dalambahan maka tingkat pengkrutan akan
semakin besar. Menurut teori, semakin lama rasio pengkrutan akan semakin
rendah, hal ini dikarenakan bahan menyerap air dari lingkungan sehingga volume
dari bahan meningkat dan rasio pengkrutan akan menurun, sedangkan dalam
steam blanching makin lama waktu blanching akan semakin tinggi rasio
Abdurrohman
240210130008
pengkerutan, hal ini dikarenakan bahan kehilangan banyak air karena adanya
proses penguapan yang menyebabkan bahan menjadi berkerut.
Proses blansing juga dapat memperbaiki warna maupun mempertahankan
warna atau bahkan menurunkan kulaitas warna. Bahan dapat menjadi terlihat
seperti lebih menarik dan segar, tetapi jika waktu yang digunakan berlebihan
warna pada bahan akan pudar. Perubahan warna akan semakin pudar karena
pigmen yang terkandung dalam bahan akan rusak. Terutama untuk hot water
blanching bahan dapat kehilangan komponen yang bersifat larut dalam air dan
peka terhadap panas termasuk pigmen yang terkandung dalam bahan, sedangkan
untuk steam blanching juga dapat terjadi perubahan warna karena komponen yang
peka terhadap panas tetapi tidak sebesar hot water blanching.
Abdurrohman
240210130008
5.2 Saran
Sebelum praktikum, praktikan baiknya memahami prosedur yang harus
dilakukan.
Mempelajari prinsip-prinsip pengupasan bahan pangan terlebih dahulu
agar dapat diimplementasikan saat pratikum.
Abdurrohman
240210130008
DAFTAR PUSTAKA
Tjahjadi, C., dkk. 2011. Bahan Pangan dan Dasar-dasar Pengolahan. Universitas
Padjadjaran. Bandung.
JAWABAN PERTANYAAN